lp-ckd.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa : IGAA Sherlyna P.
NIM : 0610720014
Masalah Utama : CKD
A. PENGERTIAN
CKD adalah Suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila
laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Suyono, et al, 2001). Gagal ginjal
kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare, 2001). Gagal ginjal
kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irreversible
(Sidobulear, dkk. 1990).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik
adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun ,berlangsung progresif dan
cukup lama sehingga kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
C. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik yang
sering ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik:
1. Infeksi: Pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3. Penyakit vascular hipertensi: Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung: Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongerital dan hereditas: Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal.
6. Penyakit metabolic: Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif: Saluran kemih bagian atas kalkuli , neoplasma,
fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostate,
struktur urea, anomaly kongetal pada leher kandung kemih dan uretra.
D. KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIK
Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan tahap akhir
(Suhardjono, 2003). Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang
dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcomes
Quality Initiative (K/DOQI).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin
Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
E. ANATOMI FISIOLOGI GINJAL
1. Makroskopis
Secara makroskopis, ginjal normal berbentuk seperti buah ercis. Ukuran ginjal
kira-kira 12 x 6 x 3 cm (kepalan tangan orang dewasa) dengan berat kira-kira
150 gram. Ginjal kiri umumnya lebih panjang dan lebih kecil daripada ginjal
kanan
2. Mikroskopis
Ginjal tersusun dari 1 – 1,25 juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional
ginjal yang terdiri dari kesatuan glomerolus dan tubulus renalis yang berfungsi
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Nefron memiliki panjang
+ 3 cm.
E. PATOFISIOLOGI (terlampir)
F. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
1. Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya
zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu
oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut.
Disamping itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering yang belum jelas
penyebabnya. Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal
Kronik, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
2. Kulit
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan
gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.
3. Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan
apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab
polikistik ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul
anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat
gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi
leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler
terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh
karena imunitas yang menurun.
4. Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak (restlessleg
syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa
kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai
penurunan kesadaran atau koma.
5. Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya
hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air,
atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala
yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi
perikarditis yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering
dijmpai akibat gangguan elektrolit.
6. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
7. Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada
Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi
sampai aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik,
juga gangguan metabolik vitamin D.
8. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
9. Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi, gangguan
elektrolit dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti asidosis metabolik,
hiperkalemia, hiperforfatemi, hipokalsemia.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urine
a. Volume: Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar
(anuria)
b. Warna: Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan
menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.
c. Berat jenis: Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas: Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan
rasio urine/serum sering 1:1
d. Klirens keratin: Mungkin agak menurun
e. Natrium: Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
f. Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
a. BUN/Kreatin: Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar
kreatinin 16 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
b. Hitung darah lengkap:
Ht: Menurun pada adanya anemia
Hb:biasanya kurang ari 78 g/dL
SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada
azotemia
GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau
hasil akhir katabolisme protein.
Bikarbonat menurun.
PCO2 menurun
Natrium Serum: Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan Natrium” atas
normal (menunjukan status dilusi hipernatremia).
Kalium: Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan
EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
Magnesium/Fosfat : Meningkat
Kalsium : Menurun
Protein (khususnya Albumin): Kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,
atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas Serum: Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan
urine.
KUB fota: Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu)
Piolegram Retrograd: Menunujukkan abnormallitas pelvis ginjal dan ureter.
Arteriogram Ginjal: Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa.
Sistouretrogram Berkemih: Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks ke
dalam ureter, terensi.
Ultrasono Ginjal: Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histoligis.
Endoskopi Ginjal, Nefroskopi: Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal,
keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
EKG: Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan Tangan : Dapat menunjukan
demineralisasi.(Rencana Askep, Marilyn E Doenges dkk)
H. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Pemeliharaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi. Sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan
orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan).
2. Pengobatan / Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Adapun penatalaksaannya sebagai berikut :
a. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan
perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar
(250-1000 mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat)
diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin
memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat oral.
Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine, dan pencatatan
keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml).
c. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada
pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik
loop, selain obat anti hipertensi.
d. Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga
60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan
dengan eksresi kalium (misalnya penghambat ACE dan obat anti inflamasi
non steroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan
pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar
kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15
mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam dan
dapat diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang
cepat dapat berbahaya.
e. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000mg)
pada setiap makan. Namun hati-hati dengan toksisitas obat tertentu.
Diberikan supplemen vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi atas
indikasi.
f. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi lebih
ketat.
g. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya
toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid,
analgesic opiat, amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-obatan yang
meningkatkan katabolisme dan ureum darah, misalnya tetrasiklin,
kortikosteroid dan sitostatik.
h. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi denagn ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis,
neurepati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang
meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan,
sehingga diperlukan dialysis.
i. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan
dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas meski telah
dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
I. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
kelebihan intake
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremia dan dialysis tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin
angiotensin aldosteron
4. Anemia akibat penurunan erythropoietin, penurunan hidup sel darah merah,
perdarahan GI akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisa.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastase akibat retensi phospat, kalsiun serum
menurun, metabolism vitamin D abnormal.
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL
1. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
a. Aktifitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur (insomnia/gelisah
atau somnolen) Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina).
Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan. Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada penyakit tahap akhir. Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
Kecenderungan perdarahan.
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi. Perubahan warna urine, contoh
kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
e. Makanan / cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan amonia). Penggunaan diuretic. Distensi
abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor
kulit/kelembaban. Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur. Kram otot / kejang, syndrome “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan,
khususnya ekstremiras bawah. Gangguan status mental, contah penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas
kejang. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri / kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki. Perilaku berhati-hati /
distraksi, gelisah.
h. Pernapasan
Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan
sputum encer (edema paru).
i. Keamanan
Kulit gatal. Ada / berulangnya infeksi. Pruritis. Demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal. Ptekie, area ekimosis pada
kulit. Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi.
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
k. Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
l. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi. Riwayat terpejan pada toksin,
contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : RUANG PRAKTIK: NO REGISTER :
TGLNO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA STANDARTINTERVENSI RASIONAL TTD
Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
haluaran urine, diet
berlebih dan retensi
cairan serta natrium.
Tujuan
mempertahankan berat
tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan.
Kriteria hasil
1. Menunjukkan
pemasukan dan
pengeluaran mendekati
seimbang
2. Turgor kulit baik
3. Membran mukosa
lembab
4. Berat badan dan tanda
vital stabil
5. Elektrolit dalam batas
normal
1. Kaji status cairan:
a. Timbang berat badan harian
b. Keseimbangan masukan dan
haluaran
c. Turgor kulit dan adanya oedema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah, denyut dan
irama nadi
2. Batasi masukan cairan
Pembatasan cairan akan menentukan
berat badan ideal, haluaran urine dan
respons terhadap terapi.
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga
rasional pembatasan
4. Pantau kreatinin dan BUN serum
1. Pengkajian merupakan dasar
dan data dasar berkelanjutan
untuk memantau perubahan
dan mengevaluasi intervensi.
2. Sumber kelebihan cairan yang
tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
3. Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan
cairan.
4. Perubahan ini menunjukkan
kebutuhan dialisa segera.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : RUANG PRAKTIK: NO REGISTER :
TGLNO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA STANDARTINTERVENSI RASIONAL TTD
Perubahan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan
diet, dan perubahan
membrane mukosa
mulut.
Tujuan
Mempertahankan masukan
nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil
1. Mempertahankan/
meningkatkan berat
badan seperti yang
diindikasikan oleh
situasi individu.
2. Bebas edema
1. Kaji/catat pemasukan diet
2. Kaji pola diet nutrisi pasien
a. Riwayat diet
b. Makanan kesukaan
c. Hitung kalori
3. Kaji faktor yang berperan dalam
merubah masukan nutrisi
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Diet yang tidak menyenangkan
bagi pasien
c. Depresi
d. Kurang memahami pembatasan
diet
1. Membantu dalam
mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet. Kondisi fisik
umum gejala uremik dan
pembatasan diet multiple
mempengaruhi pemasukan
makanan.
2. Pola diet dahulu dan sekarang
dapat dipertimbangkan dalam
menyusun menu.
3. Menyediakan informasi
mengenai faktor lain yang dapat
diubah atau dihilangkan untuk
meningkatkan masukan diet.
4. Berikan makan sedikit tapi sering
5. Berikan pasien /orang terdekat
6. Daftar makanan /cairan yang
diizinkan dan dorong terlibat dalam
pilihan menu.
7. Menyediakan makanan kesukaan
pasien dalam batas-batas diet
8. Tinggikan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi:
telur, susu, daging.
9. Timbang berat badan harian.
4. Meminimalkan anoreksia dan
mual sehubungan dengan status
uremik/menurunnya peristaltik.
5. Memberikan pasien tindakan
kontrol dalam pembatasan diet.
6. Makanan dan rumah dapat
meningkatkan nafsu makan.
7. Mendorong peningkatan
masukan diet
8. Protein lengkap diberikan untuk
mencapai keseimbangan
nitrogen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan
penyembuhan.
9. Untuk memantau status cairan
dan nutrisi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : RUANG PRAKTIK: NO REGISTER :
TGLNO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA STANDARTINTERVENSI RASIONAL TTD
Intoleran aktivitas
berhubungan dengan
keletihan, anemia,
retensi, produk
sampah.
Tujuan
Berpartisipasi dalam
aktifitas yang dapat
ditoleransi
Kriteria hasil
1. Berkurangnya keluhan
lelah
2. Peningkatan
keterlibatan pada
aktifitas social
3. Laporan perasaan lebih
berenergi
4. Frekuensi pernapasan
dan frekuensi jantung
kembali dalam rentang
normal setelah
penghentian aktifitas.
1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
a. Anemia
b. Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
c. Retensi produk sampah
d. Depresi
2. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi.
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat.
4. Anjurkan untuk beristirahat setelah
dialisis
1. Menyediakan informasi
tentang indikasi tingkat
keletihan
2. Meningkatkan aktivitas
ringan/sedang dan
memperbaiki harga diri.
3. Mendorong latihan dan
aktivitas dalam batas-
batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat
yang adekuat.
4. Istirahat yang adekuat
dianjurkan setelah dialisis,
yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : RUANG PRAKTIK: NO REGISTER :
TGLNO
DX
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA STANDARTINTERVENSI RASIONAL TTD
Ansietas
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
tentang kondisi,
pemeriksaan
diagnostik, dan
rencana tindakan.
Tujuan
Ansietas berkurang dengan
adanya peningkatan
pengetahuan tentang penykit
dan pengobatan.
Kriteria hasil
1. Mengungkapkan
pemahaman
tentangkondisi,
pemeriksaan diagnostic
dan rencana tindakan.
2. Sedikit melaporkan
perasaan gugup atau
takut.
1. Bila mungkin atur untuk
kunjungan dari individu yang
mendapat terapi.
2. Berikan informasi tentang
Sifat gagal ginjal. Jamin pasien
memahami bahwa gagal ginjal
kronis adalah tak dapat pulih dan
bahwa lama tindakan diperlukan
untuk mempertahankan fungsi
tubuh normal.
3. Pemeriksaan diagnostic
termasuk
a. Tujuan
1. Indiviodu yang berhasil dalam
koping dapat pengaruh positif
untuk membantu pasien yang
baru didiagnosa
mempertahankan harapan dan
mulai menilai perubahan gaya
hidup yang akan diterima
2. Pasien sering tidak memahami
bahwa dialisa akan diperlukan
selamanya bila ginjal tak dapat
pulih. Memberi pasien
informasi mendorong
partisipasi dalam pengambilan
keputusan dan membantu
mengembangkan kepatuhan
dan kemandirian maksimum.
3. Pasien sering tidak memahami
bahwa dialisa akan diperlukan
selamanya bila ginjal tak dapat
pulih. Memberi pasien
b. Diskripsi singkat
c. Persiapan yang diperlukan
sebelum tes
d. Hasil tes dan kemaknaan
hasil tes.
4. Sediakan waktu untuk pasien
dan orng terdekat untuk
membicarakan tentang masalah
dan perasaan tentang perubahan
gaya hidup yang akan diperlukan
untuk memiliki terapi.
5. Jelaskan fungsi renal dan
konsekuensi gagal ginjal sesuai
dengan tingkat pemahaman dan
kesiapan pasien untuk belajar.
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk
memahami berbagai perubahan
akibat penyakit dan penanganan
yang mempengaruhi hidupnya.
informasi mendorong
partisipasi dalam pengambilan
keputusan dan membantu
mengembangkan kepatuhan
dan kemandirian maksimum.
4. Pengekspresian perasaan
membantu mengurangi
ansietas. Tindakan untuk gagal
ginjal berdampak pada seluruh
keluarga.
5. Pasien dapat belajar tentang
gagal ginjal dan penanganan
setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima
diagnosis dan konsekuensinya.
6. Pasien dapat melihat bahwa
kehidupannya tidak harus
berubah akibat penyakit.
4. Implementasi
Asuhan Keperawatan pada klien dengan kegagalan ginjal kronis.
a. Membantu Meraih Tujuan Terapi
1) Mengusahakan agar orang tetap menekuni pantangan air yang sudah dipesankan.
2) Mengusahakan agar orang menekuni diet tinggi karbohidrat disertai pantangan sodium,
potassium, phosphorus dan protein.
3) Tenekuni makanan bahan yang mengikat fosfat.
4) Memberikan pelunak tinja bila klien mendapat aluminium antacid.
5) Memberikan suplemen vitamin dan mineral menurut yang dipesankan.
6) Melindungi pasien dari infeksi.
7) Mengkaji lingkungan klien dan melindungi dari cedera dengan cara yang seksama.
8) Mencegah perdarahan saluran cerna yang lebih hebat dengan menggunakan sikat gigi
yang berbulu halus dan pemberian antacid.
b. Mengusahakan Kenyamanan
1) Mengusahakan mengurangi gatal, memberi obat anti pruritis menurut kebutuhan.
2) Mengusahakan hangat dan message otot yang kejang dari tangan dan kaki bawah.
3) Menyiapkan air matol buatan untuk iritasi okuler.
4) Mengusahakan istirahat bila kecapaian.
5) Mengusahakan agar klien dapat tidur dengan cara yang bijaksana.
c. Konsultasi dan Penyuluhan
1) Menyiapkan orang yang bisa memberi kesempatan untuk membahas berbagai perasaan
tentang kronisitas dari penyakit.
2) Mengusahakan konsultasi bila terjadi penolakan yang mengganggu terapi.
3) Membesarkan harapan orang dengan memberikan bantuan bagaimana caranya
mengelola cara hidup baru.
4) Memberi penyuluhan tentang sifat dari CRF, rasional terapi, aturan obat-obatan dan
keperluan melanjutkan pengobatan. (Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long).
5. Evaluasi
Pertanyaan-pertanyaan yang umum yang harus diajukan pada evaluasi orang dengan kegagalan
ginjal kronis terdiri dari yang berikut.
a. Apakah terdapat gejala-gejala bertambahnya retensi cairan?
b. Apakah orang menekuni pesan diet dan cairan yang diperlukan?
c. Apakah terdapat gejala-gejala terlalu kecapaian?
d. Apakah orang tidur nyenyak pada malam hari?
e. Apakah orang dapat menguraikan tentang sifat CRF, rasional dan terapi, peraturan obat-
obatan dan gejala-gejalayang harus dilaporkan?
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
Sentosa, Budi. (2009-2011). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta. Prima
Medika.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Suyono, Slamet. 2001. “Ilmu Penyakit Dalam”, edisi 3: Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.