lp dhf

50
DEFINISI Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian (Aryatmo, 2005). DHF yaitu suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe I-IV yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Wongso, dkk., 2008). KLASIFIKASI Menurut WHO (1997) DHF diklasifikasikan menjadi 4 derajat: a. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji Tourniquet positif b. Derajat II : Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lainnya. c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi (systole < 80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah d. Derajat IV : Syok atau renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. dapat

Upload: heryenisuryani

Post on 14-Apr-2016

95 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan dengue haemoragic fever

TRANSCRIPT

Page 1: LP DHF

DEFINISIDemam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF)

adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, terutama

menyerang pada anak-anak dengan ciri-ciri : demam tinggi mendadak disertai

manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok (DSS) dan kematian

(Aryatmo, 2005).

DHF yaitu suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe I-IV

yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan

sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Wongso, dkk., 2008). 

KLASIFIKASIMenurut WHO (1997) DHF diklasifikasikan menjadi 4 derajat:

a. Derajat I :

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

ialah uji Tourniquet positif

b. Derajat II :

Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan

lainnya.

c. Derajat III :

Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi

menurun (<20 mmHg) atau hipotensi (systole < 80 mmHg), sianosis di sekitar

mulut, disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah

d. Derajat IV :

Syok atau renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan

darah yang tidak dapat diukur. dapat disertai dengan penurunan kesadaran,

sianotik dan asidosis.

Derajat I dan II disebut DHF tanpa renjatan,sedang III dan IV disebut DHF

dengan renjatan atau DSS.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKOVirus dengue ialah suatu infeksi Arbovirus, tergolong dalam famili / suku / grup

Flaviviridae dan dikenal 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika

berlangsung perang dunia kedua, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat

wabah di Philipina, tahun 1953 -1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat

Page 2: LP DHF

termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil

pada suhu 70oC (Wongso, dkk., 2008).

Keempat serotype telah ditemukan pada pasien-pasien di Indonesia. Dengue

3 merupakan serotype yang paling banyak beredar. Aedes Aegypti tersebar di daerah

tropis dan subtropik .

Menurut Aryatmo (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan

penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu:

a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi,

b. Urbanisasi yang tidak terencana dan terkendali,

c. Tidak adanya control vector nyamuk yang efektif di daerah endemis,

d. Peningkatan sarana transportasi.

Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, disamping

pula Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih

dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lain-lainnya.

Adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain :

a. Sanitasi lingkungan yang kurang baik,

b. Penyediaan air bersih yang langka sehingga kebiasaan masyarakat menampung

air bersih untuk keperluan sehari-hari

c. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak

terbang A.aegpty 40-100 meter.

d. Terdapat salah satu anggota keluarga yang terkena DHF,

Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang ( multiple

biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

PATOFISIOLOGI(Lampiran)

MANIFESTASI KLINIKa. Demam : demam tinggi timbul mendadak, terus menerus, berlangsung dua

sampai tujuh hari turun secara cepat.

b. Perdarahan : perdarahan disini terjadi akibat berkurangnya trombosit

(trombositopeni) serta gangguan fungsi dari trombosit sendiri akibat

metamorfosis trombosit. Perdarahan dapat terjadi di semua organ yang berupa:

Uji torniquet positif

Ptekie, purpura, echymosis dan perdarahan konjungtiva

Page 3: LP DHF

Epistaksis dan perdarahan gusi

Hematemesis, melena

Hematuri

c. Hepatomegali :

Biasanya dijumpai pada awal penyakit

Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

Nyeri tekan pada daerah ulu hati

Tanpa diikuti dengan ikterus

Pembesaran ini diduga berkaitan dengan strain serotipe virus dengue

d. Syok : Yang dikenal dengan DSS , disebabkan oleh karena : Perdarahan dan

kebocoran plasma didaerah intravaskuler melalui kapiler yang rusak. Sedangkan

tanda-tanda syok adalah:

Kulit dingin, lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki

Gelisah dan Sianosis disekitar mulut

Nadi cepat, lemah , kecil sampai tidak teraba

Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

kurang dari 80 mmHg)

Tekanan nadi menurun (sampai 20mmHg atau kurang)

e. Trombositopeni: Jumlah trombosit dibawah 150.000 /mm3 yang biasanya terjadi

pada hari ke tiga sampai ke tujuh.

f. Hemokonsentrasi : Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator

kemungkinan terjadinya syok.

g. Gejala-gejala lain :

Anoreksi , mual muntah, sakit perut, diare atau konstipasi serta kejang.

Penurunan kesadaran

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan lab yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap yang

biasanya didapatkan hasil:

Trombositopeni ( 100.000/mm3)

Hb dan PCV meningkat ( 20% )

Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

Isolasi virus

Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

Page 4: LP DHF

Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-

6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG,

Foto dada, BUN, creatinin serum.

PENATALAKSANAAN MEDISSoegeng (2006) membedakan penatalaksanaan berdasarkan kenyataan

kasus DHF yang ada dimasyarakat:

1 Kasus DHF yang diperkenankan berobat jalan

Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih

baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan memberikan

obat panas Paracetamol 10-15mg/kgBB setiap 3-4 jam diulang jika symptom

panas masih nyata diatas 38,5oC . Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena

mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar

kasus DHF yang berobat jalan ini adalah kasus DHF yang menunjukkan

manifestasi panas pada hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit

lainnya. Apabila penderita DHF ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi

dan konvulsi sebaiknya kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.

2 Kasus DHF derajat I dan II

Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini

mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut,

penderita ini disarankan diinfus cairan kristaloid dengan tetesan berdasarkan

tatanan 7,5,3. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah

atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit

meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya

kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat

rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam. Volume dan macam cairan pengganti

penderita DHF sama seperti pada kasus diare dengan dehidrasi sedang (6-10%

kekurangan cairan) tetapi tetesan harus hati-hati. Kebutuhan cairan sebaiknya

diberikan dalam kurun waktu 2-3 jam pertama dan selanjutnya tetesan diatur

kembali dalam waktu 24-48 jam saat kebocoran plasma terjadi.

Page 5: LP DHF

3 Kasus DHF derajat III dan IV

Dengue Shock Syndrome termasuk kegawatan yang membutuhkan penanganan

secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya

dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). Dalam hal ini perlu

dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah

mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat

dan renjatan yang sukar diatasi. Penggantian secara cepat plasma yang hilang

digunakan larutan garam isotonik dengan jumlah 10-20 ml/kg/1jam. Pada kasus

yang sangat berat (derajad IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg(1 atau 2x). Jika

syok berlangsung terus dengan hematokrit yang tinggi, larutan koloid dapat

diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam. Pada umumnya 48 jam sesudah terjadi

kebocoran atau renjatan tidak lagi membutuhkan cairan. Reabsorbsi plasma yang

telah keluar dari pembuluh darah membutuhkan waktu 1-2 hari sesudahnya. Jika

pemberian cairan berkelebihan dapat terjadi hipervolemi, kegagalan faal jantung

dan edema paru. Dalam hal ini hematokrit yang menurun pada saat reabsorbsi

jangan diinterpretasikan sebagai perdarahan dalam organ. Pada fase reabsorbsi

Page 6: LP DHF

ini tekanan nadi kuat (20mmHg) dan produksi urine cukup dengan tanda-tanda

vital yang baik.

4 Terapi Oksigen

Semua penderita dengan renjatan sebaiknya diberikan oksigen.

5 Transfusi darah

Penderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan melena

diindikasikan untuk memperoleh transfusi darah. Darah segar sangat berguna

mengganti volume massa sel darah merah agar menjadi normal.

6 Koreksi Elektrolit dan Kelainan Metabolik

Kadar elektrolit dan gas dalam darah sebaiknya ditentukan secara teratur

terutama pada kasus renjatan yang berulang.

7 Obat Penenang.

Digunakan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Di RSU Dr. Soetomo

digunakan valium 0,3-0,5mg/kg/kali (bila tidak terjadi gangguan sistem

pernafasan) atau Largactil 1 mg/kg/hari.

8 Monitoring

Page 7: LP DHF

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur

untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring

adalah sebagai berikut :

1) Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperature harus dicatat setiap 15-30

menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.

2) Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien

stabil.

3) Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan,

jumlah dan tetesan untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah

mencukupi.

4) Jumlah dan frekuensi diuresis.

9 Kriteria memulangkan pasien. Pasien dapat dipulangkan apabila :

1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

2) Nafsu makan membaik

3) Tampak perbaikan secara klinis

4) Hematokrit stabil

5) Tiga hari setelah syok teratasi

6) Jumlah trombosit > 50.000/ml

7) Tidak dijumpai distress pernafasan.

PENGKAJIAN1 Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu

makan menurun.

2 Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh

tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan

menurun.

3 Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

4 Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat

menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui

gigitan nyamuk aides aigepty.

5 Riwayat Kesehatan Lingkungan

Page 8: LP DHF

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng

bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak

mandi jarang dibersihkan.

6 Riwayat Tumbuh Kembang

7 Pengkajian Per Sistem

Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,

pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,

krakles.

Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada

grade IV dapat trjadi DSS

Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,

trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,

lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV

nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,

pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu

makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan

nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif

pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan

spontan pada kulit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke

ekstravaskuler

Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

Page 9: LP DHF

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu

makan yang menurun.

Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto

pembekuan darah ( trombositopeni )

Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan

perdarahan

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

INTERVENSI (Lampiran)

DAFTAR PUSTAKAAryatmo, Tjokronegoro. 2005. Naskah Lengkap Demam Berdarah Dengue, Pelatihan

bagi Dokter Spesialis Anak dan dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam

Tatalaksana kasus DBD. FKUI.

Depkes RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan. 2004. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik).

Depkes RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.

Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Penerbit

Airlangga University Press.

World Health Organization. 1998. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis,

Pengobatan,Pencegahan dan Pengendalian. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Wongso, Andry dkk. 2008. Perbedaan Jumlah Penderita DBD Sebelum dan Sesudah

Adanya Kader Jumantik Di Kecamatan Krian. UWK.

Page 10: LP DHF

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN HASIL YANGDIHARAPKAN

RENCANATINDAKAN

RASIONAL

1. Peningkatan suhu tubuh

(hipertermia) sehubungan

dengan proses penyakit

(viremia).

-Suhu tubuh normal (36-

37oC).

-Pasien bebas dari demam.

1. Mengkaji saat timbulnya

demam.

2. Mengobservasi tanda-tanda

vital: suhu, nadi, tensi,

pernapasan setiap 3 jam atau

lebih sering.

3. Memberikan penjelasan

tentang penyebab demam

atau pening-katan suhu tubuh.

4. Memberikan penjelasan pada

pasien/keluarga tentang hal-

hal yang dapat dilakukan

untuk mengatasi demam &

menganjurkan pasien/keluarga

untuk kooperatif.

5. Menjelaskan pentingnya tirah

Untuk mengidentifikasi pola

demam pasien.

Tanda-tanda vital merupakan

acuan untuk mengetahui kea-

daan umum pasien.

Penjelasan tentang kondisi

yang dialami pasien dapat

membantu pasien/keluarga

mengurangi kecemasan yang

timbul.

Keterlibatan keluarga sangat

berarti dalam proses

penyembuhan pasien di

rumah sakit.

Penjelasan yang diberikan

Page 11: LP DHF

baring bagi pasien & akibatnya

jika hal tersebut tidak dilaku-

kan.

6. Menganjurkan pasien untuk

banyak minum 2,5 l/24 jam

& jelaskan manfaatnya bagi

pasi-en.

7. Memberikan kompres dingin

(pada daerah axila & lipat

paha).

8. Menganjurkan untuk tidak me

makai selimut & pakaian yang

tebal.

9. Mencatat asupan & keluaran.

10. Memberikan terapi cairan

intravena & obat-obatan

sesuai dengan program dokter

(masa-lah kolaborasi).

pada pasien/keluarga akan

memotivasi pasien untuk

kooperatif.

Peningkatan suhu tubuh

mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan

asupan cairan yang banyak.

Kompres dingin akan

membantu menurunkan suhu

tubuh

Pakaian yang tipis akan

membantu mengurangi

penguapan tubuh.

Untuk mengetahui adanya

ke-tidakseimbangan cairan

tubuh.

Pemberian cairan sangat

penting bagi pasien dengan

suhu tinggi. Pemberian

cairan me-rupakan

wewenang dokter sehingga

Page 12: LP DHF

2. Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi; kurang dari

kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah,

anoreksia & sakit saat menelan.

Kebutuhan nutrisi pasien

terpenuhi; pasien mampu

menghabiskan makanan

sesuai dengan porsi yang

diberikan/di-butuhkan.

1. Mengkaji keluhan mual, sakit

menelan & muntah yang

dialami oleh pasien.

2. Mengkaji cara/bagaimana

makanan dihidangkan.

3. Memberikan makanan yang

mudah ditelan seperti: bubur,

tim & dihidangkan saat masih

hangat.

4. Memberikan makanan dalam

porsi kecil & frekuensi sering.

5. Menjelaskan manfaat

makanan/ nutrisi bagi pasien

terutama sa-at pasien sakit.

6. Memberikan umpan balik

perawat perlu ber- kolaborasi

dalam hal ini.

Untuk menetapkan cara

mengatasinya.

Cara menghidangkan

makanan dapat

mempengaruhi nafsu makan

pasien.

Membantu mengurangi

kelelahan pasien &

meningkatkan asupan

makanan karena mu-dah

ditelan.

Untuk menghindari mual &

muntah.

Meningkatkan pengetahuan

pasien tentang nutrisi sehing-

ga motivasi untuk makan me-

ningkat.

Memotivasi & meningkatkan

Page 13: LP DHF

positif saat pasien mau

berusaha menghabiskan

makanannya.

7. Mencatat jumlah/porsi

makanan yang dihabiskan

oleh pasien se-tiap hari.

1. Memberikan nutrisi parenteral

(kolaborasi dengan dokter).

2. Memberikan obat-obat antasi-

da (anti emetik) sesuai prog-

ram dokter.

3. Mengukur berat badan pasien

semangat pasien.

Untuk mengetahui

pemenuhan nutrisi pasien.

Nutrisi parenteral sangat ber-

manfaat/dibutuhkan pasien

te-rutama jika intake per oral

sa- ngat kurang. Jenis &

jumlah pemberian nutrisi

parenteral merupakan

wewenang dokter.

obat antasida (anti emetik)

membantu pasien

mengurangi rasa mual &

muntah. Dengan pemberian

obat tersebut diha-rapkan

intake nutrisi pasien

meningkat.

Page 14: LP DHF

3. Kurangnya pengetahuan

tentang proses penyakit, diet,

perawatan & obat-obatan

pasien sehubung-an dengan

kurangnya informasi.

Pengetahuan pasien/

keluarga tentang proses

penyakit, diet, perawatan &

obat-obatan bagi penderita

DHF meningkat serta

pasien/keluarga mampu

menceritakannya kembali.

setiap hari (bila mungkin).

1. Mengkaji tingkat pengetahuan

pasien/keluarga tentang

penya- kit DHF.

2. Mengkaji latar belakang pendi-

dikan pasien/keluarga.

3. Menjelaskan tentang proses

penyakit, diet, perawatan &

obat-obatan pada pasien

dengan ba-hasa & kata-kata

yang mudah

dimengerti/dipahami.

4. Menjelaskan semua prosedur

Untuk mengetahui status gizi

pasien.

Untuk memberikan informasi

pada pasien/keluarga,

perawat perlu mengetahui

sejauh mana informasi atau

pengetahuan tentang

penyakit yang diketa-hui

pasien serta kebenaran in-

formasi yang telah

didapatkan sebelumnya.

Agar perawat dapat

memberikan penjelasan

sesuai dengan tingkat

pendidikan mereka sehingga

penjelasan dapat dipa-hami

& tujuan yang direncana

kan tercapai.

Agar informasi dapat diterima

Page 15: LP DHF

Potensial terjadinya perdarahan

lebih lanjut sehubungan dengan

trombositopenia.

-Tidak terjadi tanda-tanda

per-darahan lebih lanjut

(secara klinis).

-Jumlah trombosit

meningkat.

yang akan dilakukan &

manfaat nya bagi pasien.

5. Memberikan kesempatan pada

pasien/keluarga untuk

menanyakan hal-hal yang

ingin diketahui sehubungan

dengan penyakit yang dialami

pasien.

6. Menggunakan leaflet atau

gam-bar-gambar dalam

memberikan penjelasan (jika

ada/memungkinkan).

1. Memonitor tanda-tanda penu-

runan trombosit yang disertai

dengan tanda-tanda klinis.

2. Memberikan penjelasan

dengan mudah & tepat

sehingga tidak menimbulkan

kesalah pahaman.

Dengan mengetahui

prosedur atau tindakan yang

akan dialami, pasien akan

lebih kooperatif &

kecemasannya menurun.

Mengurangi kecemasan &

memotivasi pasien untuk

koo-peratif selama masa

perawatan atau

penyembuhan.

Gambar-gambar atau media

cetak seperti leaflet dapat

membantu mengingat penje-

lasan yang telah diberikan

ka-rena dapat dilihat atau

dibaca berulang kali.

Penurunan jumlah trombosit

Page 16: LP DHF

tentang pengaruh

trombositopenia pada pasien.

3. Memonitor jumlah trombosit

setiap hari.

4. Menganjurkan pasien untuk

ba-nyak istirahat.

5. Memberikan penjelasan pada

pasien/keluarga untuk segera

melapor jika ada tanda-tanda

perdarahan lebih lanjut seperti:

hematemesis, melena,

merupakan tanda-tanda

adanya kebocoran pembuluh

darah yang pada tahap

tertentu dapat menimbulkan

tanda-tan-da klinis berupa

perdarahan (nyata) seperti

epistaksis, petikiae, dll.

Agar pasien/keluarga menge-

tahui hal-hal yang mungkin

terjadi pada pasien & dapat

membantu mengantisipasi

terjadinya perdarahan karena

trombositopenia.

Dengan jumlah trombosit

yang dipantau setiap hari, da-

pat diketahui tingkat kebocor-

an pembuluh darah & ke-

mungkinan perdarahan yang

dapat dialami pasien.

Aktivitas pasien yang tidak

terkontrol dapat

Page 17: LP DHF

epistak-sis.

6. Menjelaskan obat-obat yang di

berikan & manfaatnya serta

akibatnya bagi pasien.

7. Mengantisipasi/mencegah

terjadinya perlukaan atau

perdarahan:

- menggunakan sikat gigi

lunak.

- memelihara kebersihan mu-

lut.

- menghindari tindakan inva-

sif melalui rektum seperti:

pemberian obat

suppositoria, enema, rektal

termometer.

- menggunakan pencukur lis-

trik (jika pasien butuh

menyebabkan terjadinya

perdarahan.

Keterlibatan keluarga dengan

segera melaporkan terjadinya

perdarahan (nyata) akan

mem-bantu pasien

mendapatkan penanganan

sedini mungkin.

Dengan mengetahui obat-

obatan yang diminum & man-

faatnya, maka pasien akan

termotivasi untuk mau minum

obat sesuai dosis atau jumlah

yang diberikan.

Page 18: LP DHF

Gangguan aktifitas sehari-hari

sehubungan dengan kondisi

tubuh yang lemah.

-Kebutuhan aktifitas sehari-

hari terpenuhi.

-Pasien mampu mandiri sete-

lah bebas demam.

bercu-kur).

- memberikan tekanan 5-10

menit setiap kali selesai

me-ngambil darah.

1. Mengkaji keluhan pasien.

2. Mengkaji hal-hal yang mampu/

tidak mampu dilakukan oleh

pasien sehubungan dengan

ke-lemahan fisiknya.

3. Membantu pasien memenuhi

kebutuhan aktifitasnya sehari-

hari sesuai dengan tingkat

keterbatasan pasien seperti

mandi, makan, eliminasi.

4. Membantu pasien untukk man-

Untuk mengidentifikasi masa-

lah-masalah pasien.

Untuk mengetahui tingkat ke-

tergantungan pasien dalam

memenuhi kebutuhannya.

Pemberian bantuan sangat di

perlukan oleh pasien pada

saat kondisinya lemah &

perawat mempunyai

tanggung jawab dalam

pemenuhan kebutuhan

sehari-hari pasien tanpa

mem-buat pasien mengalami

keter-gantungan pada

perawat.

Dengan melatih kemandirian

Page 19: LP DHF

diri sesuai dengan

perkembang-an kemajuan

fisiknya.

5. Memberi penjelasan tentang

hal-hal yang dapat membantu

& meningkatkan kekuatan fisik

pasien.

6. Meletakkan barang-barang

ditempat yang mudah terjang-

kau oleh pasien.

7. Menyiapkan bel di dekat

pasien

1. Mengkaji tingkat nyeri yang di

pasien maka pasien tidak

mengalami ketergantungan

pada perawat.

Dengan penjelasan yang

diberikan kepada pasien,

maka pa-sien termotivasi

untuk koo-peratif selama

perawatan terutama terhadap

tindakan yang dapat

meningkatkan kekuatan

fisiknya seperti pasien mau

menghabiskan porsi makan-

nya.

Akan membantu pasien

untuk memenuhi

kebutuhannya sen-diri tanpa

orang lain.

Agar pasien dapat segera

me-minta bantuan perawat

saat membutuhkannya.

Untuk mengetahui berapa

Page 20: LP DHF

Gangguan rasa nyaman: nyeri

sehubungan dengan

mekanisme patologis (proses

penyakit).

-Rasa nyaman pasien

terpenuhi.

-Nyeri berkurang atau hilang.

alami pasien dengan memberi

rentang nyeri (0-10), biarkan

pasien menentukan tingkat

nyeri yang dialaminya,

tetapkan tipe nyeri yang

dialami pasien, respons pasien

terhadap nyeri yang dialami.

2. Mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi reaksi pasien

terhadap nyeri (budaya, pendi-

dikan, dll).

berat nyeri yang dialami

pasien.

Reaksi pasien terhadap nyeri

dapat dipengaruhi oleh

berba-gai faktor, dengan

mengetahui faktor-faktor

tersebut maka perawat dapat

melakukan intervensi yang

sesuai dengan masalah klien.

Respon individu terhadap

nyeri sangat berbeda atau

bervariasi, sehingga perawat

perlu mengkaji lebih lanjut

menghindari kesalahan

persepsi terhadap kondisi

yang dialami pasien.

Page 21: LP DHF

3. Memberikan posisi yang nya-

man, usahakan situasi

ruangan yang tenang.

4. Memberikan suasana gembira

bagi pasien, alihkan perhatian

pasien dari rasa nyeri (libatkan

keluarga). Menganjurkan pa-

sien untuk membaca buku,

mendengar musik, nonton TV

(mengalihkan perhatian).

5. Memberikan kesempatan pada

pasien untuk berkomunikasi

dengan

teman-temannya/orang

terdekat.

Misalnya pasien yang berteri-

ak karena nyeri belum tentu

mengalami nyeri yang lebih

hebat dari pasien lain yang

menutup mata, menggigit bi-

bir atau berpegangan erat.

Untuk mengurangi rasa nyeri.

Dengan melakukan aktifitas

lain, pasien dapat sedikit me-

lupakan perhatiannya

terhadap nyeri yang dialami.

Tetap berhubungan dengan

orang-orang terdekat/teman

membuat pasien gembira/ba-

hagia & dapat mengalihkan

perhatiannya terhadap nyeri.

Obat-obatan analgetik dapat

Page 22: LP DHF

Potensial terjadi syok hipovole-

mik sehubungan dengan perda-

rahan hebat.

-Tidak terjadi syok hipovole-

mik.

-Tanda-tanda vital dalam ba-

tas normal.

-Keadaan umum baik.

6. Memberikan obat-obat analge-

tik (kolaborasi dokter).

1. Monitor keadaan umum

pasien.

2. Observasi tanda-tanda vital

tiap 2-3 jam.

menekan/mengurangi nyeri

pasien. Perlu adanya

kolabo-rasi dengan dokter

karena pemberian obat

merupakan wewenang

dokter.

Untuk memantau kondisi pa-

sien selama masa perawatan

terutama saat terjadi

perdarahan. Dengan

memonitor kea-daan umum

pasien, perawat dapat segera

mengetahui jika terjadi tanda-

tanda pre syok/ syok

sehingga dapat segera di

tangani.

Tanda vital dalam batas nor-

mal menandakan keadaan u-

mum pasien baik, perawat

perlu terus mengobservasi

tan-da-tanda vital selama

Page 23: LP DHF

3. Monitor tanda-tanda

perdarahan

4. Jelaskan pada pasien/keluarga

tentang tanda-tanda

perdarahan yang mungkin

dialami pasien.

5. Anjurkan pasien/keluarga

untuk segera melapor jika ada

tanda-tanda perdarahan.

pasien mengalami

perdarahan untuk

memastikan tidak terjadi pre

syok/syok.

Perdarahan yang cepat

diketa-hui dapat segera

diatasi, se-hingga pasien

tidak sampai ke tahap syok

hipovolemik akibat

perdarahan hebat.

Dengan memberi penjelasan

& melibatkan keluarga diha-

rapkan tanda-tanda

perdarah-an dapat diketahui

lebih cepat & pasien/keluarga

menjadi kooperatif selalma

pasien di rawat.

Keterlibatan keluarga untuk

segera melaporkan jika

terjadi perdarahan terhadap

pasien sangat membantu tim

Page 24: LP DHF

6. Pasang infus, beri terapi cairan

intravena jika terjadi perdarah-

an (kolaborasi dengan dokter).

7. Segera puasakan jika terjadi

perdarahan saluran

pencernaan.

8. Cek Hb, Ht, trombosit (sito).

pera-watan untuk segera

melaku-kan tindakan yang

tepat.

Pemberian cairan intravena

sangat diperlukan untuk me-

ngatasi kehilangan cairan tu-

buh yang hebat yaitu untuk

mengatasi syok hipovolemik.

Pemberian infus dilakukan

dengan kolaborasi dokter.

Puasa membantu mengistira-

hatkan saluran pencernaan

untuk sementara selama

perdarahan berasal dari

saluran cerna.

Untuk mengetahui tingkat

kebocoran pembuluh darah

yang dialami pasien & untuk

acuan melakukan tindakan

le-bih lanjut terhadap

perdarahan tersebut.

Untuk mengetahui seberapa

Page 25: LP DHF

9. Perhatikan keluhan pasien se-

perti mata berkunang-kunang,

pusing, lemah, ekstremitas di-

ngin, sesak nafas.

10. Berikan tranfusi sesuai

dengan program dokter.

11. Monitor masukan & keluaran,

catat & ukur perdarahan yang

terjadi, produksi urin.

jauh pengaruh perdarahan

ter-sebut pada pasien

sehingga tim kesehatan lebih

waspada.

Untuk menggantikan volume

darah serta komponen darah

yang hilang.

Pengukuran & pencatatan

sa-ngat penting untuk

mengeta-hui jumlah

perdarahan yang dialami

pasien. Untuk menge-tahui

keseimbangan cairan tu-buh.

Produksi urin yang lebih

pekat & lebih sedikit dari

normal (sangat sedikit)

menunjukkan pasien

kekurangan cairan &

mengalami syok. Hati-hati

terhadap perdarahan di

dalam.

Untuk membantu menghenti-

Page 26: LP DHF

Koping individu yang tidak efek- Pasien dapat:

12. Berikan obat-obatan untuk

mengatasi perdarahan sesuai

dengan program dokter.

13. Bila terjadi tanda-tanda syok

hipovolemik, baringkan pasien

terlentang atau posisi datar.

14. Berikan terapi oksige sesuai

dengan kebutuhan.

15. Segera lapor dokter jika tam-

pak tanda-tanda syok hipovo-

lemik & observasi ketat pasien

serta percepat tetesan infus

sambil menunggu program

dokter selanjutnya.

1. Membina hubungan saling per-

kan perdarahan.

Untuk menghindari kondisi

yang lebih buruk.

Pemberian O2 akan

membantu oksigenasi

jaringan, karena dengan

terjadinya perdarahan hebat

maka suplai oksigen ke

jaringan terganggu.

Untuk mendapatkan pena-

nganan lebih lanjut sesegera

mungkin.

Hubungan saling percaya

antar pasien-perawat sangat

Page 27: LP DHF

tif sehubungan dengan

perawatan di rumah sakit.

-mengungkapkan

perasaannya selama

dirawatdi rumah sakit.

-mengidentifikasi kekuatan

di-rinya.

-mengidentifikasi koping

yang efektif.

-mengidentifikasi & meman-

faatkan sumber-sumber eks-

ternal.

-menetapkan cara mengatasi

masalah selama dirawat di

rumah sakit.

caya dengan pasien.

2. Bekomunikasi dengan bahasa

yang mudah dimengerti oleh

pasien & melindungi pasien

da-ri situasi stress.

3. Beri kesempatan & dorongan

pada pasien untuk

mengungkap kan perasaaan &

persepsinya.

penting & merupakan hal

yang mendasar dalam

pembe-rian asuhan

keperawatan.

Bahasa yang sederhana,

jelas & mudah dimengerti

akan sangat membantu

pasien me-mahami setiap

penjelasan atau informasi

yang diterimanya sehingga

terhindar dari kesa-

lahpahaman informasi yang

dapat memperburuk kondisi-

nya.

Stressor yang meningkat da-

pat menambah beban bagi

pa-sien sehingga perawat

perlu melindungi pasien dari

situasi stres yang tidak perlu.

Pera-wat dapat membantu

meng-

hindari stres dengan melibat-

Page 28: LP DHF

4. Membantu pasien mengkaji &

mengidentifikasi situasi & ma-

salah yang timbul saat ini.

5. Membantu pasien mengidenti-

fikasi koping sebelumnya baik

yang efektif maupun yang

tidak efektif.

kan keluarga karena

seringkali sumber dari

stressor tersebut adalah

keluarganya.

Pasien butuh seseorang

untuk mendengarkan &

mengerti perasaannya

sehingga perawat harus

mampu menunjukkan rasa

empati & menjadi pende-ngar

yang baik.

Identifikasi masalah adalah

hal yang penting bagi pasien

& dengan bantuan perawat

maka pasien menyadari

masa-lah yang dihadapinya.

Hal ini dapat membantu pasi-

en menentukan tindakan

mana yang baik & mana

yang buruk dalam mengatasi

masalahnya.

Pasien perlu menyadari

Page 29: LP DHF

6. Bantu pasien menilai kekuatan

dirinya & kemungkinan peme-

cahan masalah.

7. Mendiskusikan koping yang e-

fektif yang akan digunakan.

8. Libatkan pasien dalam

perawat-an dirinya.

9. Jelaskan proses penyakit,

hasil pemeriksaan

laboratorium, test diagnosis

lain & pengobatan yang

diberikan (kolaborasi de-ngan

dokter).

10. Jelaskan tiap tindakan

keku-atan yang dimilikinya

atau hal-hal positif yang

dapat di lakukannya untuk

memecah-kan masalahnya.

Diskusi tentang koping efektif

yang akan digunakan oleh

pa-sien akan sangat berarti

bagi pasien & akan

memberikan dampak yang

positif bagi pa-sien.

Hal ini akan mendorong pasi-

en untuk bersikap kooperatif

& merasa lebih berarti.

Dengan mengetahui kondisi-

nya, pasien akan dapat

meng-antisipasi hal-hal yang

akan di alaminya.

Penjelasan informasi

sebelum tindakan dilakukan

Page 30: LP DHF

Potensial terjadi reaksi tranfusi

sehubungan dengan pemberian

tranfusi.

Reaksi tranfusi tidak terjadi.

kepera-watan yang akan

dilakukan pada pasien &

beritahukan manfaatnya.

11. Libatkan keluarga terutama

dalam memberikan dorongan

pada pasien.

1. Pesan darah/komponen darah

sesuai dengan instruksi medis.

2. Cek ulang formulir permintaan

darah sebelum dikirim.

3. Sebelum pemberian tranfusi

ya-kinkan bahwa daerah

tusukan infus tidak tampak

tanda-tanda plebitis & aliran

akan membantu mengurangi

kece-masan pasien.

Dukungan keluarga/orang

ter-dekat akan sangat berarti

bagi pasien & memberikan

sema-ngat bagi pasien.

Golongan darah yang tidak

se-suai akan membahayakan

pa-sien bahkan dapat

mengakibat kan hal yang

fatal.

Pengecekkan ulang amat di

perlukan untuk meyakinkan

bahwa permintaan darah

sesu-ai dengan yang ditulis

pada formulir permintaan.

Untuk meyakinkan bahwa

tranfusi dapat diberikan

deng-an lancar.

Page 31: LP DHF

infus lancar.

4. Gunakan Blood Set untuk

pem-berian tranfusi.

Agar darah dapat menetes

de-ngan lancar & tidak

membeku (infus set biasanya

tidak dapat dipaksa untuk

pemberian tran-fusi.

Page 32: LP DHF

PATOFISIOLOGIINFEKSI DENGUE

Demam Mual Hepatomegali Alkalosis Trombo Voskulitis Reaksi Kompleks

Muntah respiratorik sitopenia umum Ag Ab +

komplemen

Dehidrasi Haemoragic Permeabilitas

Diastesis Vasculair ↑

Kebocoran plasma

Hipovolemia Hemokonsentrasi

Hipoproteinemia

Hipotensi Efusi serosa

Hiponatremia

Syok

Hipoksia jaringan

DIC Asidosis

metabolik

Perdarahan masif

Kematian

Page 33: LP DHF

Patogenesis perdarahan pada DHF

Page 34: LP DHF

LAPORAN PENDAHULUANDEPARTEMEN MEDIKAL

DHF

Dika Arini P

115070201111007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015