lp kanker payudara
DESCRIPTION
kanker payudaraTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)
OLEH NAHLA JOVIAL NISA 0906629486
A. TINJAUAN ANATOMIS
Pada pria dan wanita payudara sama sampai masa pubertas, sampai esterogen dan hormon-
hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita. Perkembangan
payudara biasanya terjadi sekitar usia 10 hingga 18 tahun. Payudara merupakan organ
reproduksi sebagai tanda pubertas pada remaja dan organ meningkatkan gairah pada
dewasa.
Menurut Tanner (dalam Bruner & Suddarth.2010) ada 5 tahap perubahan payudara.
Tahap 1 menggambarkan payudara prapubertas, tahap 2 penonjolan payudara yang
merupakan tanda pubertas. Tahap 3 mencakup perbesaran lebih lanjut jaringan payudara
dan areola dan tahap 4 terjadi ketika puting dan areola membentuk tonjolan kedua di atas
jaringan payudara. Tahap 5 adalah payudara yang lebih besar dengan kontur tunggal.
Payudara adalah sepasang kelenjar payudara yang berkembang dari sekresi
hipotalamus, kelenjar pituitari, dan ovari. Payudara terdiri dari jaringan grandular, jaringan
duktus, jaringan fibrosa, dan lemak. Proporsi setiap payudara bergantung pada faktor
genetik, nurisi, usia, dan riwayat obstetrik. Payudara mengandung glandular (parankim)
dan jaringan duktal, jaringan fibrosa yang mengikat lobus-lobus bersama dan jaringan
lemak di dalam antara lobus-lobus. Kelenjar mamari berpasangan ini terletak di antara iga
kedua dan keenam diatas otot pektoralis mayor dari sternum ke garis midaksilaris; masing-
masing meluas ke aksila, suatu area jaringan payudara yang disebut tail of spence.
Ligamen cooper merupakan pita fasia yang mengga payudara pada dinding dada (Brunner
& Suddarth. 2010).
Puting berada ditengah atau lateral bagian coklat yag disebut areola. Kelenjar
Montgomery kecil, kelenjar sebasea yang bulat berada elevasi pada areola. Kelenjar ini
berfungsi untuk mensekresikan substansi lemak yang memproteksi puting saat menyusui.
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobus yang berbentuk kerucut terbuat dari
lobolus yang mengandung kluster asini, suatu struktur kecil yang berakhir pada duktus.
Semua duktus pada setiap lobus mengalirkan isinya kedalam ampula, yang kemudian
terbuka di puting setelah sebelumnya menyempit. Sekitar 85% jaringan payudara adalah
lemak. Payudara memiliki aliran limfatik dan darah yang sangat banyak.
Payudara mungkin tidak berkembang simetris pada awal pubertas, namun saat dewasa
akan simetris. Pada beberapa wanita, payudara menjadi lebih besar dan lembek saat
periode premenstrual. Jaringan akan merasakan nodular, hal ini disebabkan adanya
peningkatan esterogon dan progesteron 3-4 hari sebelum menstruasi menyebabkan
meningkatkanya aliran darah, menginduksi perkembangan duktus dan alveoli, dan memicu
retensi cairan.
B. PENGERTIAN KANKER PAYUDARA
Kanker payudara merupakan kanker invasif yang paling sering terjadi pada wanita.
Kanker payudara adalah kanker yang dimulai dari jaringan payudara (Brunner, &
suddarth. 2010). American Cancer Society (2013) dalam situs resminya menjelaskan
kanker payudara adalah tumor ganas atau yang biasa disebut maligna yang dimulai pada
sel-sel payudara. Maligna adalah sekelompok sel kanker yang dapat tumbuh menjadi
(menyerang) jaringan sekitarnya atau menyebar (metastasis) ke daerah-daerah yang jauh
dari tubuh. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria bisa
mendapatkannya juga.
Secara umum ada dua tipe kanker payudara:
1. Karsinoma duktal dimulai di tabung (saluran) yang bergerak susu dari payudara ke
puting susu. Kebanyakan kanker payudara adalah jenis ini. Perkembangan kanker ini
bergantung dari pengaruh hormon, memerlukan 5 sampai 9 tahun sel kanker untuk
membentuk lesi.
2. Karsinoma lobular dimulai di bagian payudara, yang disebut lobulus, yang
menghasilkan susu.
Kanker payudara dapat invasif atau non-invasif. Invasif berarti telah menyebar dari
saluran susu atau lobulus ke jaringan lain di payudara. Noninvasif berarti belum
menyerang jaringan payudara lainnya. Kanker payudara non-invasif yang disebut "in
situ”.
1. Karsinoma duktal in situ (DCIS), atau karsinoma intraductal, adalah kanker
payudara pada lapisan saluran susu yang belum menginvasi jaringan di dekatnya.
Mungkin berkembang menjadi kanker invasif jika tidak diobati. Biasanya kanker
yang berasal dari duktus intermediate
adalah invasif. Jika sudah invasif
maka akan ada pola ireguler: lesi
yang teraba, terasa ireguler, dan ada
massa. Tumor terus berkembang
seiring dengan adanya fibrosis pada
jaringan sekitar kanker. Fibrosis dapat
menyebabkan pemendekan ligamen
Cooper’s dan menghasilkan skin dimpling.
2. Lobular carcinoma in situ (LCIS) merupakan penanda untuk peningkatan risiko
kanker invasif pada payudara yang sama atau keduanya.
C. ETIOLOGI
Tidak ada satupun penyebab spesifik kanker payudara. Kanker payudara terjadi akibat
multiple faktor. Faktor paling utama yaitu usia, meskipun tidak semuanya. Beberapa
orang memiliki faktor risiko yang lebih tinggi dibanding yang lain. Kanker payudara
85% di diagnosa pada wanita dengan usia lebih dari 45 tahun (Ignatavicius & Workman.
2006), hal ini dikarenakan masa produktif ada perubahan-perubahan fungsi atau saat
menepouse. Wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara juga meningkat 3 kali
faktor risiko.
Kanker payudara biasanya sporadis (tidak ada genetik spesifik yang menunjukan pola
diturunkan). Berikut faktor risiko yang menyebabkan kanker payudara (Mc Pherson.,
C.M., et al (2000 dalam Ignatavicius &Workman. 2006):
1. Jenis kelamin perempuan. Sembilan puluh persen kanker payudara terjadi pada
wanita. Hal ini disebabkan karena pada wanita ada produksi hormon esterogen dan
progesteron, hormon ini dapat memicu pertumbuhan sel kanker. (American Cancer
Society, 2013)
2. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara pada
payudara sebelahnya meningkat 5 kali. Hal ini diakibatkan kanker payudara
kebanyakan berasal dari duktus yang menyebar ke jaringan limfatik.
3. Riwayat menstruasi. Menstruasi yang terlalu cepat (<12 tahun) dan atau menepouse
(>50 tahun) yang terlalu lama meningkatkan risiko. Hal ini disebabkan ada paparan
atau keadaan dimana tubuh mengalami pajanan hormon esterogen dan progesteron
lebih lama dalam hidup (American Cancer Society, 2013)
4. Riwayat reproduksi. Nullipara dan anak pertama lahir pada usia 30 tahun. Wanita
yang memiliki sedikit anak dan melahirkan pada usia 30 tahun akan meningkatkan
risiko. Penelitian telah menunjukkan bahwa risiko seorang wanita terkena kanker
payudara berhubungan dengan paparan hormon yang diproduksi oleh ovarium
(estrogen endogen dan progesteron). Faktor reproduksi yang meningkatkan durasi
dan / atau tingkat paparan hormon ovarium, yang merangsang pertumbuhan sel, telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Faktor-faktor ini termasuk
onset awal menstruasi, terlambat menopause, kemudian usia kehamilan pertama, dan
tidak memiliki anak. Kehamilan dan menyusui dapat menurunkan jumlah lingkaran
menstruasi yang artinya dapat menurunkan paparan terhadap hormon endogen. Selain
itu kehamilan dan menyusui akan membentuk proses normal pembelahan sel
payudara. Peneliti memiliki hipotesa bahwa sel yang secara normal membelah akan
tahan terhadap pemicu kanker dibanding sel yang belum pernah membelah. (National
Cancer Institute, 2011)
5. Riwayat keluarga. Anak perempuan dan atau saudara perempuan yang memiliki
hubungan langsung risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum
berusia 60tahun; risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada
dua saudara langsung. Seseorang yang mengalami kanker payudara akan terjadi
mutasi gen diturunkan dari keluarga. Terjadi mutasi gen sporadis pada kanker
payudara (Warren, S. B. 2003). Pada kanker payudara gen penekan disebut BRCA1
dan BRCA 2, gen ini mengidentifikasi kerusakan DNA yang kemudain dapat
menahan perkembangan sel abnormal. Mutasi pada gen ini diturunkan pada
mayoritas penderita kanker payudara. Mutasi BRCA1 berhubungan dengan 65%
hingga 87% risiko kanker, dan mutasi BRCA2 berhubungan dengan 45% hingga
84% risiko kanker payudara (Tumbull & Rahman, 2008; Brunner & Suddarth. 2010)
6. Diet. Diet tinggi lemak berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker payudara.
Hingga saat ini belum dapat disimpulkan diet dan hubungannya dengan kanker
payudara dengan kuat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek dari
jenis lemak dimakan pada risiko kanker payudara. Tetapi jelas bahwa kalori sangat
penting, dan lemak merupakan sumber utama kalori. Diet tinggi lemak dapat
menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, yang merupakan faktor risiko
kanker payudara. Diet tinggi lemak juga telah ditunjukkan mempengaruhi risiko
memicu beberapa jenis kanker lainnya, dan asupan jenis lemak tertentu jelas
berkaitan dengan risiko penyakit jantung (American Cancer Society [ACS], 2013)
7. Obesitas. Obesitas setelah menepouse dilaporkan dapat meningkatkan risiko kanker
payudara hal ini disebabkan setelah menepouse (ketika ovarium berhenti
memproduksi esterogen), pada saat itu estrogen akan dihasilkan oleh jaringan lemak.
Sehingga orang yang obese akan memproduksi estrogen lebih banyak. Peningkatan
BMI, resisten insulin, hiperglikemi dilaporkan berhubungan dengan kanker payudara
dan kanker lainya (ACS, 2013)
8. Radiasi ion. Wanita yang terkena radiasi disekitar dada dan thorax pada usia
pembentukan payudara akan meningkat risiko terjadi kanker payudara. Paparan
radiasi akan memicu faktor kanker.
9. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunya tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami
kanker payudara
10. Oral kontrasepsi dan hormon eksogen menunjukan hanya sedikit studi yang
mengatakan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara (Ignatavicius
&Workman, 2000).
D. KOMPLIKASI
Tumor dapat menginvasi jaringan limfatik, mendorong kulit, dan menyebabkan edema
dan ”orange peel” pada kulit. Invasi pada jaringan limfatik akan membawa sel kanker ke
nodus limfa, termasuk regio aksilaris. Metastasis dapat terjadi ke tulang, paru-paru, otak,
dan hati.
E. PENTAHAPAN KANKER PAYUDARA
Pentahapan mencakup pengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan keluasan
penyakit. Beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik dilakukan dalam
pentahapan penyakit, mencakup: rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar.
Pentahapan klinik yang digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM
yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya
metastasis yang jauh. Adapun tahap tersebut:
1. Tahap 1 terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe, dan
tidak terdeteksi adanya metastasis.
2. Tahap II terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, dengan
nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi adanya
metastasis.
3. Tahap III terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan sembarang
ukuran yang menginvasi kulit atau dinding, dengan nodus life terfiksasi positif dalam
area klavikular, dan tanpa bukti metastasis
4. Tahap IV terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe normal
atau kankerosa dan adanya metastasis jauh.
Pentahapan kanker payudara berdasarkan standar American Joint Comittee on Cancer
(2013) sebagai berikut:
Tahap 0 Tis N0 M0
Tahap I T1 N0 M0
Tahap II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Tahap IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Tahap IIIB T4 sembarang N M0
Sembarang T N3 M0
Tahap IV Sembarang T Sembarang N M1
Keterangan:
Tumor Primer (T)
TX tumor belum dapat dikaji
T0 tidak ada bukti tumor primer
Tis karsinoma in situ: karsinoma intraduktal, karsinoma lobular insitu, atau
penyakit paget’s puting susu dengan atau tanpa tumor
T1 Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya
T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
T3 Tumor >5cm dalam dimensi terbesarnya
T4 Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit
Nodus Limfe Regional (N)
NX nodus limfe terdekat tidak dapat dikaji (misal, sebelumnya telah diangkat)
N0 tidak ada metastasis nodus limfe regional
N1 metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat digerakan
N2 metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) terfiksasi pada satu sama lain
atau pada struktur lainnya
N3 metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX penyebaran jauh yang sulit dikaji
M0 tidak ada metastasis yang jauh
M1 metastasis jauh termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular ipsilateral
Selanjutnya tipe kanker payudara berdasarkan asal dari area kanker yang menginfiltrasi:
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologi paling umum dan sering
terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena
keras saat dipalpasi. Kanker ini akan bermetastasi ke nodus aksila. Prognosisnya
lebih buruk dibanding kanker lainnya
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi terjadi 5-10%. Tumor ini biasanya terjadi pada
area penebalan yag tidak baik pada payudara. Karsinoma lobular biasanya
bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim.
3. Karsinoma medular menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam
kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan
lambat, prognosisnya baik.
4. Karsinoma musinus menempati 3%. Penghasil lendir juga tumbuh lambat; sehingga
kanker ini prognosisnya baik dibanding yang lain.
5. Kanker duktal-tubular jarang terjadi, menempati 2%. Karena metastasis aksilarasi
secara histologi tidak lazim, maka pronosisnya sangat baik
6. Karsinoma inflammatori adalah tipe kanker yang jarang terjadi 1% dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya. Tumor
setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara secara abnormal keras dan
membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan
retraksi puting susu. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh
lainnya.
7. Penyakit paget payudara adalah tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala
yang sering timbul adalah rasa tebakar dan gatal pada payudara. Massa tumor sering
tidak dapat diraba dibawah puting tempat dimana penyakit ini timbul.
F. MANIFESTASI KLINIS
Kanker payudara biasanya sering terjadi pada kuadran atas terluar dan di payudara
sebelas kiri. Berikut adalah manifestasi klinis yang terlihat:
1. Adanya benjolan atau massa baru
2. Ada lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi, dan keras dengan batas tidak jelas
3. Peau d orange – yaitu kondisi yang disebabkan obstruksi sirkulasi limfatik dalam
lapisan dermal
4. Adanya dimpling pada kulit payudara
5. Retraksi puting susu dan lesi yang terfiksasi
6. Lesi pada kulit dengan berjamur dan ulserasi merupakan tanda metastasi ke kulit
7. Jika telah menyebar ke nodus limfatik aksilaris biasanya akan terjadi pembengkakan
pada aksila
G. WEB OF CAUTION
Faktor Predisposisi:3. Usia4. Jenis kelamin5. genetik
Karsinoma 1 sel Karsinoma membelah 16x untuk menjadi 1 cm waktu 2 tahun teraba setelah 17 tahun
Faktor presipitasi:1. Pola makan2. Riwayat reproduksi3. Imunosupresan4. Riwayat ca terdahulu5. Pengobatan belum berhasil1. Jenis kelamin2. genetikMutasi genetik pada BRCA 1 dan
BRCA2 DNA
Aktivasi growth-promoting onkogen Gangguan pada gen yang
mengontrol apotisis
Inaktif gen tumor suppressan
Proliferasi dan pembentukan sel kanker di duktus payudara
Membentuk tumor maligna (kanker payudara)
Test diagnostik:
1. Mammographi2. ultasonographi
metastasisKurang pengetahuan
perdarahanSel/jaringan
Benjolan payudara
paruKekurangan volume cairan
kulit
Tulang otakHati
Kelenjar limfa
Ekspansi paru menurun
sesak
nyeri Risiko syok hipovolemik
Ansietas
Gangguan Pola nafas
UlkusGg perfusi jaringan
Gg integritas
kulit
Kanker payudara
pembedahan
Pengangkatan jaringan
Luka insisi pembedahan
Pengangkatan organ
Kurang pengetahuan
Nyeri akut
Risiko infeksi
Berduka antisipasi
Gangguan citra
cemas
Depresi
kemoterapi
Diaforesis, kelemahan, batuk, hilang nafsu makan
Ketidakefketifan pertahanan diri
Gangguan pola
H. PENATALAKSANAAN
Ada beberapa penatalaksanaan terkait dengan klien kanker payudara. Prosedur yang
paling sering digunaan untuk penatalaksanaan kaker payudara lokal adalah masalah
mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan bedah penyelamatan payudara yang
dikombinasi dengan terapi radiasi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi: pengangkatan kesuluruhan jaringan payudara,
dan nodus limfe aksilaris. Otot pektoralis mayor dan minus tetap utuh.
2. Mastektomi radikal: pengangkatan keseluruhan payudara serta otot-otot pektoralis
mayor dan mior yang berhubungan dengan diseksi nodus aksilaris
3. Bedah dengan menyelamatkan payudara: lumpektomi;mastektomi kuadrantektomi,
reseksi kuadran payudara yang sakit, dan pengangkatan nodus aksilaris untuk
mengangkat tumor, diikuti dengan perjalanan terapi radiasi untuk mengankat
penyakit mikrokopik, residual.
4. Diseksi nodus aksilaris: pengangkatan semua jaringan payudara dan diseksi nodus
aksilari yang terbenam dalam lemak untuk keperluan biopsi
5. Terapi non-bedah seperti terapi hormonal, kemoterapi, dan radiasi.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Peningkatan enzim liver mengindikasikan adanya metastasis ke liver. Selain itu
peningkatan serum kalsium dan pospat alkaline juga menunjukan adanya metastasis ke
tulang.
Radiografi
1. Mammografi: teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi lesi yang tidak
terpalpasi. Mammografi dikombinasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
payudara mandiri
2. Rontgen dada diperlukan untuk mengatahui metastasis paru
3. CT scan tulang, liver, dan otak sangat penting untuk mengetahui metastasis
4. Ultrasonografi digunakan bersama dengan mammografi untuk membedakan kista
yang berisi cairan dengan lesi lainnya.
Biopsi untuk mengkaji secara akurat reseptor hormon estrogen dan progesteron secara
akurat
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat Kesehatan
Ketika pasien mengeluhkan ada masalah pada payudaranya, maka perawat melakukan
pengkajian kesehatan umum, meliputi riwayat gangguan medis dan riwayat pembedahan
sebelumnya; riwayat penyakit keluarga, seperti kanker; riwayat ginekologi dan obstetri;
pengobatan yang saat ini dikonsumsi (meliputi obat-obatan, vitamin, dan herbal); riwayat
dan saat ini penggunaan kontrasepsi hormon, terapi hormon, atau pengobatan fertilitas;
dan gaya hidup (misalnya merokok, alkohol). Informasi psikososial seperti status
pernikahan, pekerjaan, sumber dan dukungan dari orang lain. Tes diagnostik yang baru
saja dijalani. Perawat juga menanykan kapan saat klien menemukan merasakan gejala
hingga waktu puncaknya. Klien juga akan diminta untuk telentang dan perawat akan
menginspeksi dan palpasi untuk melihat adanya nyeri, kemerahan, bengkak, puting susu
retraksi, atau perubahan kulit.
Pada pengkajian riwayat perawat fokus akan tiga hal:
1. Faktor risiko
Dokumentasikan usia, jenis kelamin, status pernikahan, berat badan, dan tinggi
badan. Tanyakan pada klien orang yang mendukungnya, riwayat keluarga dengan
kanker payudara. Tanyakan mengenai riwayat reproduksi:
a. Usia saat menstruasi
b. Usia saat menepouse
c. Gejala menopouse
d. Usia saat memiliki anak pertama
e. Jumlah anak
2. Massa payudara
Tanyakan pada klien bagaimana, kapan, dan oleh siapa massa ditemukan, serta jarak
waktu antara ditemukan massa dengan perilaku mencari pertolongan. Jika klien
terlambat, tanyakan juga apa alasannya terlambat mencari pertolongan (untuk
mengetahui waktu adanya tumor). Selain itu tanyakan juga apakah ada perubahan
kondisi tubuh dalam setahun kebelakang. Tanyakan apakah ada nyeri kaki untuk
mengetahui metastasis.
3. Perilaku mempertahankan kesehatan
Tanyakan pada klien pengetahuan dan perilaku mengenai pemeriksaan payudara
sendiri atau breast self examination (BSE). Selain itu riwayat mamografi.
Setelah itu tanyakan pada klien mengenai pola makan, menu harian, alkhohol, dan
makanan tinggi lemak.
Tanyakan juga pada klien mengenai obat-obatan yang digunakan, suplemen estrogen
baik secara oral, transdermal, dan intravagina. Dokumentasikan tipe da bentuk
hormon serta lamanya
Pengkajian Fisik
Inspeksi
Pengkajian dimulai dengan inspeksi, klien diminta untuk duduk dan menaruh lengannya.
Inspeksi dilakukan dengan melihat ukuras serta simetrisitas payudara. Kulit di inspek
warna, kepatenan vena, edema, kemerahan. Eritema mengindikasikan adanya inflamasi
pada benigna loka atau invasi superfisial limfatik. Adanya vena yang terlihat jelas
menunjukan adanya peningkatan suply darah yang dibutuhkan oleh tumor. Edema dan
pitting pada kulis menunjukan adanya neoplasma yang menghambat drainase limfatik,
sehingga membentuk orange-peel , tanda awal adanya kanker payudara. Inversi puting
pada salah satu atau kedunya tidak biasanya. Ulkus, ruam, dan cairan yang keluar dari
payudara perlu di evaluasi.
Skin dimpling dan
retraksi seringkali tak terlihat jelas, maka perawata dapat meminta klien mengangkat
kedua tangannya, manuver ini dapat mengangkat payudara. Klien lalu diinstruksikan
untuk memegan pinggangnya dan mendorong tangannya kedepan. Pergerakan ii pada
membuat kontraksi otot pektoralis. Dimpling atau retraksi selama proses ini menunjukan
adanya massa. Regio klavikula dan aksilaris yang terlhita bengkak, warnanya berbeda,
lesi, dan perbesaran nodus limfa (Brunner & Suddarth. 2010).
Palpasi
Klien di palpasi pada posisi duduk ataupun posisi supinasi. Pada posisi supine, pertama,
lengan kilen ditinggikan dengan bantal kecil untuk menyeimbangkan payudara pada
dinding dada. Perawat dapat mempalpasi dengan menggunakan 3 jari tengah secara
sistematis. Palpasi dapat dilakukan searah dengan jarum jam dari bagian terluar hingga
ke bagian terdalam yaitu puting susu. Metode lainnya dengan dari bagian terluar menuju
kedalam atau vertikal. Seperti gambar dibawah ini:
Palpasi pada area aksilari dan kalvikula area lebih
mudah dilakukan pada klien yang sedang duduk. Nodus limfa aksilari, klien diminta
untuk abduksi lengannya, dengan tangan kiri perawat menyangga, lalu tangan kanan
mempalpasi aksila. Normalnya nodus limfa ini tidak terpalpasi, jika terpalpasi maka
dokumentasikan. Jika besar, maka catat lokasi, ukuran, pergerakan, dan konsistensi.
Selama palpasi, perawat mendokumentasikan adanya massa yang lembek. Jika
ditemukan massa, deskripsikan lokasi (misal: payudara kiri, 2 cm setelah puting arah jam
2). Ukuran, bentuk, konsistensi, dan batasan, serta pergerakan juga dijelaskan dalam
pendokumentasian.
1. Dokumentasikan massa payudara: ukuran, bntuk, konsistensi, dan mudah bergerak
atau terfiksasi di jaringan sekitar.
2. Perubahan kulit: peau d’ orange (dimpling, orange peel) , peningkatan vaskularisasi,
rektraksi puting susu, ulkus
3. Palpasi dengan dalam adanya perbesaran nodus di aksila atau supraklavikular
4. Kaji tingkat nyeri klien
Pengkajian Psikososial
1. Ketakutan akan kanker
2. Ancama terhadap gambaran citra tubuh, seksualitas, hubungan intim, dan pertahanan
3. Konflik diri dalam mengambil keputusan terapi
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mencakup sebagai
berikut:
Praoperatif
1. Kurang pengetahuan tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan
2. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker
3. Ketakutan berhubungan dengan pengobatan spesifik dan perubahan citra tubuh
4. Risiko ketidakefektifan koping individu atau keluarga berhubungan dengan diagnosis
kanker payudara dan berhubungan dengan pilihan pengobatan
5. Konflik dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan pilihan pengobatan
(Nanda, 2012)
Pascaoperatif
1. Nyeri akut dan ketidaknyamanan berhubungan dengan prosedur pembedahan
2. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan iritasi saraf pada lengan, payudara,
atau dinding dada.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kelihangan atau gangguan pada payudara.
4. Risiko gangguan dalam penyusaian berhubungan dengan diagnosis kanker dan
pengobatan pembedahan
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial ada ekstremitas atas
pada sisi operasi
6. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh, perubahan
pada gambaran diri, dan ketakutan akan respon pasangan.
7. Kurang pengetahuan: manajemen drain setelah pembedahan
8. Kurang pengetahuan: latihan lengan untuk mengembalikan mobilitas pada area yang
terkena
9. Defisit pengetahuan: tangan dan lengan setelah ALND (Nanda, 2012)
Kolaboratif
1. Limfedema
2. Hematoa/seroma
3. Potensial metastasis
4. Infeksi (Brunner, & Suddarth. 2010)
Sumber:
Brunner, & Suddarth’s.(2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, Tweltfh edition.
Philadelphia: Lippincott William Wilkins.
Ignatavicius, D. D., & Workman., L., M.(2006). Medical Surgical Nursing: Critical
Thingking For Collaborative care. US. America: elsevier
American Cancer Institute.(2013). Breast cancer publication.
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-risk-factors .
Diunduh pada 13 November 2013 pukul 23.00
National cancer institute.(2011). Reproductive history and risk factor breast cancer.
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/reproductive-history. Diunduh pada
13 November 2013 pukul 23.30
Warren, S.B. 2003. Inheritence and risk factor breast cancer.
http://envirocancer.cornell.edu/factsheet/general/fs48.inheritance.cfm . diunduh pada 14
november 2013 pukul 00.15