lp pjb asianotik hcu. asri
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
Pasien dengan PJB Asianotik
DI RUANG HCU Anak IRNA IV RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :
Asri Puji Lestari
NIM. 0910720024
Kelompok 5
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIANOTIK
A. DEFINISI
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit yg dibawa oleh anak sejak ia
dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yg kurang sempurna. Proses
pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu jantung
mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan mengalami
gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada saat janin
berusia 4 bulan (Dhania dalam Ali, 2012).
Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (PJB) adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yg telah ada
sejak (Muttaqin, 2009).
PJB (Penyakit Jantung Bawaan) Asianotik adalah kelainan struktur & fungsi
jantung yg dibawa lahit yg tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat
jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung &
penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di
sekat jantung. Masing2 mempunyai spectrum presentasi klinis yg bervarasi dari ringan
sampai berat tergantung pada jenis & beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru
(Roebiono dalam Ali, 2012).
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor-faktor predisposisi penyakit jantung bawaan diantaranya:
1. Faktor prenatal
Ibu menderita penyakit infeksi: rubella
Ibu alkoholisme
Umur ibu >40 tahun
Ibu menderita penyakit diabetes yg memerlukan insulin
Ibu meminum obat2an penenang atau jamu
2. Faktor genetic
Anak yg lahir sebelumnya menderita PJB
Ayah/ibu menderita PJB
Kelainan kromosom misalnya sindrom Down
Lahir dengan kelainan bawaan yg lain
1
C. KLASIFIKASI
Menurut Muttaqin (2009), penyakit jantung bawaan non sianotik dapat dibagi menjadi:
1. Defek septum atrium (atrial Septal Defek-ASD)
Defek septum atrium merupakan suatu
keadaan dimana adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan atrium
kanan dan atrium kiri (Muttaqin, 2009). Definisi
lain menyebutkan defek septum atrium
merupakan lubang abnormal di antara dua
atrium; dapat diakibatkan dari aliran darah
menetap melalui foramen ovale fetal (ostium
sekundum) atau defek pada septum intraartrial, mengakibatkan beberapa derajat
pirau darah kiri ke kanan (Tucker, 1999).
Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2009) aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium
sekundum & tipe sinus venosus akan menyebabkan keluhan kelemahan & sesak
nafas, umumnya timbul pada usia dewasa muda. Kegagalan jantung kanan serta
disritmia supraventrikular dapat pula terjadi pada stadium lanjut. Gejala yg sama
ditemukan pada tipe atrium primum.
Menurut Tucker (1999) gejala sangat bervariasi sesuai ukuran defek.
Kebanyakan anak asimtomatik, pertumbuhan & perkembangan normal, toleransi
latihan normal, murmur ejeksi sistolik lunak diatas antar ruang ke-2 sampai ke-3
2
sepanjang batas sterna terdengar pada pemeriksaan, DSA ostium primum
dihubungkan dengan abnormalitas katup.
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Tucker (1999), pemeriksaan diagnostic yg dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnose ASD adalah:
a. EKG hipertrofi ventrikel kanan (HVKa); kemungkinan perpanjangan interval
PR; kemungkinan blok jantung berbagai derajat
b. Radiologi pembesaran atrium kanan, ventrikel kanan & arteri pulmonaris
c. Ekokardiogram lokasi dari gangguan, ukuran pirau, pembesaran ventrikel
kanan
d. Katerisasi jantung menunjukkan diagnosa & lokasi dari gangguan, volume
oksigen dari atrium kanan lebih tinggi dari vena kava superior. Muttaqin (2009)
mengungkapkan ekokardiografi dengan kontras dapat menunjukkan defek aliran
darah kiri ke kanan atau aliran darah kanan ke kiri.
Penatalaksanaan Medis
Dalam Muttaqin (2009) dikatakan besarnya aliran pintas darah ialah
perbandingan aliran darah melalui sirkulasi pulmonary dibandingkan dengan
sirkulasi sistemis (QP/QS), dan hal ini sangat erat hubungannya dengan timbulnya
kelainan pada dinding kapiler paru di kemudian hari. Karena itu jika
perbandingannya mencapai >1,5 dianjurkan untuk dilakukan operasi karena
resistensi kapiler paru sangat tinggi. Penutupan defek intraarterial dapat dilakukan
dengan jahitan langsung atau penempelan patch (tambahan). Operasi dianjurkan
pada saat berumur 5-10 tahun.
Klien dengan resistensi kapiler paru yg sangat tinggi & tidak dapat dioperasi
dapat dibantu dengan obat vasodilator, antagonis kalsium, dll. Sedangkan untuk
gagal jantung dapat diberikan pengobatan sama seperti gagal jantung lainnya.
2. Defek septum ventricular (Ventricular septal defect-VSD)
Masalah ini merupakan suatu keadaan adanya
hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan & ventrikel kiri
(Muttaqin, 2009). Perjalanan alami VSD tergantung
pada ukuran defek, perubahan yg terjadi seiring
pertumbuhan & sirkulasi pulmonal (Meadow, 2005).
VSD dibagi menjadi 3:
a. VSD kecil
3
VSD kecil tanpa aliran darah pintas & gangguan hemodinamika yg berarti
tekanan arteri pulmonal pada VSD kecil normal & memperlihatkan perbandingan
aliran pulmoner dengan aliran sistemis <1,5:1. Sebagian jenis VSD ini akan
menutup secara alamiah pada umur 3 tahun (Muttaqin, 2009). Pasien tidak
memiliki gejala dan murmur jantung didapatkan pada pemeriksaan rutin
(Meadow, 2005).
b. VSD sedang
VSD sedang dengan kelainan vascular paru obstruktif & sianosis. Pada VSD
sedang, aliran sirkulasi paru dibandingkan aliran sirkulasi sistemis antara 1,5:1
dan 2:1. Alliran darah pintas pada VSD sedang, cukup besar, sehingga bising
pansistolik pada garis sterna kiri bawah sering disertai bising mid-diastolik di
daerah katup mitral & gallop protodiastolik di daerah apeks. Foto rontgen toraks
menunjukkan kardiomegali & vaskularisasi yg bertambah, sedangkan EKG
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri (Muttaqin, 2009).
Defek dengan ukuran sedang menyebabkan timbulnya gejala pada bayi.
gagal jantung akan menyebabkan anak sulit makan & berat badan sulit naik.
Gejala mulai muncul pada bulan pertama kehidupan, seringkali dicetuskan oleh
infeksi dada (Meadow, 2005)
c. VSD besar
Aliran sirkulasi sistemis 2:1 aliran pintas yg besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung pada 2-3 bulan (Muttaqin, 2009). Gejala muncul
pada minggu pertama kehidupan. Gagal jantung sulit dikontrol & dibutuhkan
pemberian makanan dengan menggunakan selang. Sebagian besar
membutuhkan operasi (Meadow, 2005).
Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan selain didapatkan pertumbuhan terhambat, anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemis. Diameter dada
bertambah, sering terlihat penonjolan dada kiri. Tanda yg signifikan adalah nafas
pendek, & retraksi pada jugularis, interkostal & region epigastrium. Pada anak kurus
terlihat impuls jantung yg hiperdinamis (Muttaqin, 2009).
Menurut Meadow (2005) tanda gejala yg mungkin muncul yaitu murmur.
Aliran darah turbulen dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menyebabkan murmur
pansistolik di batas sterna kiri, maksimal di sela iga ke-3 & ke-4.
Penatalaksanaan Medis
Terapi dengan obat-obatan (misalnya diuretic, penghambat ACE) digunakan
untuk mengontrol gagal jantung. Defek ditutup dengan pembedahan pintas
4
kardiopulmonal jika gejala tidak dapat dikontrol atau bila terdapat resiko terjadinya
penyakit pembuluh darah pulmonal (Meadow, 2005).
3. Duktus arteriosus paten (patent ductus arteriosus-PDA)
Kondisi ini merupakan suatu keadaan adanya
pembuluh darah yg menghubungkan aorta dan arteri
pulmonal. Duktus arteriosus ini normal pada saat
bayi dalam kandungan, namun akan segera
menutup secara fungsional setelah bayi lahir
(Muttaqin, 2009 dan Behrman, 2000).
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis umumnya muncul dalam 3 bentuk, yakni (Muttaqin, 2009):
a. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yg berarti. Terdapat bising kontinu di
garis sterna kiri atas. Foto rontgen paru dan EKG normal. Resiko tinggi yg
mungkin terjadi adalah endokarditis, klasifikasi duktus, & gagal jantung kiri.
b. PDA sedang umumnya klien asimtomatik, kecuali pada anak kecil dapat
ditemukan dispnea & gagal jantung kiri. Bising kontinu, bising machinery, sama
seperti PDA kecil, tetapi foto rontgen thorak memperlihatkan adanya
pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, & vaskularisasi paru yg
meningkat.
c. PDA besar akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi
premature atau usia 2 atau 3 bulan pada bayi lahir cukup bulan
Menurut Madow (2005) tanda gejala yg muncul adalah denyut nadi melemah
karena kebocoran mendadak aliran darah dari aorta ke arteri pulmonalis. Temuan
yg khas adalah murmur ‘mesin’ (sistolik & diastolik) kontinu di bawah klavikula kiri.
Penatalaksanaan Medis
Gagal jantung diterapi dengan obat-obatan. Penutupan dengan pembedahan
diindikasikan jika duktus tetap persisten. Duktus bisa di ligasi atau dioklusi dengan
suatu alat ‘payung ganda’ kecil yg diletakkan dalam duktus melalui kateter jantung.
4. Stenosis pulmoner (pulmonary stenosis-SP)
Defek: dengan adanya penyempitan atau
obstruksi pada muara arteri pulmonalis. Stenosis
pulmoner dapat berbentuk valvular, subvalvular
(infundibular), dan supravalvular (pheryperal
5
pulmonary arteri stenosis atau coarctatio aorta). Stenosis pulmoner dapat berdiri
sendiri, tetapi lebih sering merupakan bagian sindrom lain, seperti tetralogi fallot
(Muttaqin, 2009). Tucker (1999) menyebutkan stenosis pulmoner adalah lesi
obstruksi yg mengganggu aliran darah dari ventrikel kanan.
Manifestasi Klinis
Keluhan yg terjadi biasanya menimbulkan cepat lelah, dispnea, angina, sinkop, &
disfungsi serebral. Gangguan hemodinamika oleh adanya obstruksi, maka aliran
darah ke paru-paru berkurang & lama2 akan menjadi hipertrofi ventrikel kanan.
Penatalaksanaan Medis
Hasil operasi jangka panjang dan mortalitas pada PS biasanya baik, sehingga ada
kecenderungan untuk melakukan operasi pada kasus2 dengan gradient katup
pulmonal >50 mmHg atau tekanan ventrikel >100 mmHg.
5. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta-CA)
Koarktasio aorta merupakan suatu defek
penyempitan katup aorta setempat. Bisa preduktal,
juksta-duktus, atau post-duktus.
Manifestasi Klinis
Pada bayi, tanda yg tampak adalah gejala
gagal jantung kanan/kiri karena bentrikel kanan
berfungsi sebagai ventrikel sistemis yg memompa
darah ke aorta distal melalui PDA. Bising sistolik
mungkin ada atau mungkin tidak. Kram otot bisa terjadi akibat peningkatan aktivitas
dari jaringan yg tidak terorganisasi. Anak mengalami pening, sakit kepala, pingsan,
& mimisan akibat dari hipertensi.
Pemeriksaan Penunjang
EKG pada bayi mungkin menunjukkan RVH, mungkin terjadi biventrikulat
hipertrofi. EKG juga dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri.
Foto rontgen thoraks biasanya normal, tetapi dapat ditemukan iregularitas &
notching pada batas inferior atau iga belakang.
Hasil pemeriksaan katerisasi dan angiografi dapat meyakinkan adanya
penyempitan pembuluh aorta
Penatalaksanaan Medis
Koarktasio aorta merupakan indikasi untuk operasi walalupun asimptomatis.
Usia ideal operasi adalah 5-10 tahun. Operasi tidak dianjurkan pada usia yg lebih
muda, kearena kemungkinan re-stenosis lebih besar. Terapi medis hanya
dianjurkan sebagai pengobatan sementara untuk mengendalikan gangguan
hemodinamika. Kontrol hipertensi & pencegahan terhadap endokarditis.
6
Reseksi bagian yg menyempit & menyambung ujung ke ujung atau
pemasangan graft pada daerah itu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Dalam Insley (2003) diungkapkan gambaran klinis penyakit jantung congenital
asianotik dapat dibagi dalam 3 kelompok umur:
1. Pada periode awal bayi baru lahir
Gagal jantung & kesulitan bernapas biasanya disebabkan oleh lesi obstruktif
jantung kiri, misalnya koarktasio aorta, sindrom hipoplasia jantung kiri & kadang
stenosis aorta. Nadi femoral & brakial harus teraba untuk menyingkirkan obstruksi
jantung kiri. Nadi dapat menghilang setelah beberapa hari bila duktus arteriosus
menutup sehingga kasus yg dicurigai harus dinilai ulang. Mungkin terjadi syok
disertai asidosis metabolic & hepatomegali, biasanya ada riwayat kesulitan makan
selama 6-12 jam.
2. Setelah beberapa minggu
Pirau dari kiri ke kanan dapat mengakibatkan gejala sulit makan, takipnea
dengan retraksi subkostal & gagal jantung disertai hepatomegali. Dapat juga terjadi
peningkatan BB yg tidak proporsional akibat retensi cairan. Kardiomegali (paling
baik dilihat dari hasil foto dada) selalu terjadi pada kedua kelompok.
3. Pada bayi premature
Terutama yg lahir dengan umur kehamilan <36 minggu, kemungkinan duktus
arteriosus gagal menutup-terutama bila terjadi system sindrom distress respirasi
idiopatik. Biasanya terdengar bising sistolik & denyut nadi tidak teraba.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yg dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa PJB antara
lain:
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Radiologis
3. Elektrokardiografi
4. Ekokardiogram
5. Katerisasi
7
F. PATHWAY
Terpapar faktor endogen & eksogen selama kehamilan trimester I & II
Kelainan jantung congenital
Defek septum ventrikel
Pirau kiri ke kanan
Aliran darah& O2 ke paru meningkat
Edema paru
Difusi oksegen menurun
Kontriksi arteriol paru
Gangguan pertukaran
gas
Sesak
Kemampuan menghisap menurun
Intake nutrisi tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
PaCO2
meningkat & PaO2 menurun
Hiperventilasi
Ketidakefektifan pola nafas
Beban volume
ventrikel kiri meningkat
Gagal jantung
O2 dalam jaringan menurun
Hipoksia & laktat
meningkat
Asidosis metabolic
Hipertrofi ventrikel kiri
Penurunan kemampuan kontraktilitas
Resiko penurunan
cardiac output
Aliran darah ke jaringan
tidak adekuat
Gangguan perfusi
jaringan
Aktivasi system rennin
Angiotensin-Aldosteron
Vasokontriksi sistemis
Menurunkan GFR nefron, vasokontriksi
ginjal
Retensi Na+
danH2O
Urine output menurun, volume plasma
meningkat
Kelebihan volume cairan
Penurunan suplai O2 ke miokardium
Hipoksia miokardium
Iskemia miokardium
Infark miokardium
Syok kardiogenik
kematian
Perubahan metabolisme miokardium
Nyeri dada
8
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2012. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25847/4/Chapter%-20II.pdf
Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Editor Samik Wahab. Jakarta. EGC. http://books.google.co.id.
Insley, J. 2003. Vade-mecum pediatric/alih bahasa, Achmad Surjono; edisi 13. Jakarta. EGC. http://books.google.co.id.
Meadow, R dan Simon Well. 2005. Lecture Notes Pediatrika. Alih bahasa Kripti dan Asri. Jakarta. Erlangga. http://books.google.co.id.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta. Salemba Medika.
Tucker, S, dkk. 1999. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, & Evaluasi Vol.4. Jakarta. EGC. http://books.google.co.id.
.
9