lp plasenta previa

16
LAPORAN PENDAHULUAN POST SEKSIO CESAREA DENGAN INDIKASI PLACENTA PREVIA Disusun oleh : PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG 2006

Upload: zaldy-sykes

Post on 30-Oct-2014

326 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.

TRANSCRIPT

Page 1: LP plasenta previa

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SEKSIO CESAREA DENGAN INDIKASI PLACENTA PREVIA

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2006

LAPORAN PENDAHULUAN

“PLACENTA PREVIA”

A. PENGERTIAN

Page 2: LP plasenta previa

Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi sebagian atau seluruh

ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari

keseluruhan persalinan.

B. KLASIFIKASI

Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

1. Marginal placenta previa

Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.

2. Incomplete / Parsial placenta previa

Menyiratkan penutupan tak sempurna

3. Total / Complete placenta previa

Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya

berdilatasi

4. Implantasi rendah / low-lying implantasi

Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah

tapi jauh dari tulang

C. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi

berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi

uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih

rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.

Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan

yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu

penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya

mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor

predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.

D. PATHOLOGY

Page 3: LP plasenta previa

Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci, karena sirkulasi

pada segmen bawah sdikit lebih baik daripada fundus, placenta previa mungkin

butuh untuk menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang adekuat.

Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidak-tidaknya 30% lebih besar

daripada placenta yang terimplantasi di fundus.

Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas

dipertimbangkan pada pembukaan sinus.

Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di daerah

pajana atau di atas tulang.

Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan mencegah

perikatan pada keadaan fetal.

E. MANIFESTASI KLINIK

☺ Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.

☺ Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau

menyebabkan syok hipovolemik.

☺ Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang

kebetulan pada scan ultrasonik.

☺ Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang dan

tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.

☺ Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai

atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih

pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara

intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin

berawal saat wanita sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan

kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau

rektal memulai perdarahan dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.

☺ Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun

jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita

mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.

Page 4: LP plasenta previa

☺ Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya

lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena placenta

previa menghalangi turunnya bagian-bagian janin.

☺ Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang

karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.

☺ Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian penting

placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita syok

hipovolemik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG (Ultrasonographi)

Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta

melapisi cervik tidak biasa diungkapkan

2. Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian

tubuh janin.

3. Pemeriksaan laboratorium

Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di

dalam batas normal.

4. Pengkajian vaginal

Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika

memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34

minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup

procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan

di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

5. Isotop Scanning

Atau lokasi penempatan placenta.

6. Amniocentesis

Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis

untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau

Page 5: LP plasenta previa

kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi

direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.

G. PENATALAKSANAAN / TERAPI SPESIFIK

1. Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya

diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan

secara ketat dan baik.

Syarat pemberian terapi ekspektatif :

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

b. Belum ada tanda-tanda in partu.

c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)

d. Janin masih hidup.

Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.

Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.

Berikan tokolitik bila ada kontriksi :

- MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam

- Nifedipin 3 x 20 mg/hari

- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin

Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test

amniosentesis.

Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar

ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga

perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat.

Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama,

pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di

luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera

kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.

Page 6: LP plasenta previa

2. Terapi aktif (tindakan segera)

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif

dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang

maturitas janin.

Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan

persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :

- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap

- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu

- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal :

anensefali)

- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5

atau 3/5 pada palpasi luar)

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :

1. Seksio Cesaria (SC)

Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,

sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini

tetap dilakukan.

Tujuan SC antara lain :

- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi

dan menghentikan perdarahan

- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika

janin dilahirkan pervaginam

Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga

cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain

itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan

karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan

korpus uteri.

Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu

Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,

infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Melahirkan pervaginam

Page 7: LP plasenta previa

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut

dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan

pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent

akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika

kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus

oksitosin.

Versi Braxton Hicks

Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade

placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan

pada janin yang masih hidup.

Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban

secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk

menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.

Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan

perdarahan yang tidak aktif.

PATHWAYS

- bekas luka operasi pada uterus- kehamilan multiple- kehamilan multipara- tumor endometrium

- vaskularisasi fundus ↓

Placenta previa

Page 8: LP plasenta previa

Placenta previa

Post Operasi sc

Post Ansestasi Spinal

Penurunan saraf ekstermitas Bawah

Penurunan saraf otonom

Luka Post Operasi

Jaringan terputus

Merangsang area sensorik

motorik

Nyeri

Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Invasi bakteri

Resti infeksi

Uterus

Kontraksi uterus

Adekuat Tidak Adekuat

Pengelupasan desidua

Lochea

Atonia uretri

Perdarahan

Hipovolemik Anemi

Kekurangan volume cairan

HbO2

menurun

Metabolisme anaerob

Asam laktat meningkat

Suplai O2 ke jaringan menurun

Nekrose

Kelelahan

Intoleransi aktivitas

Laktasi

Progesteron dan esterogen menurun

Psikologis(Taking in, taking hold, taking go)

Perubahan psikologis

Kebutuhan meningkat

Penambahan anggota baru

Perubahan pola peran

Prolaktin meningkat

Pertumbuhan kelenjar susu terangsang

Isapan bayi

Oksitosin meningkat

Ejeksi ASI

Efektif laktasi

ASI keluar

Inefektif laktasi

Tidak adekuat

Kurang pengetahuan perawatan payudara

Nifas

Kelumpuhan

Mobilitas

Penurunan saraf

vegetatif

Penurunan peristaltik

usus

Resiko Konstipasi

Adekuat

ASI tidak keluar

23

Cemas

Seksio Cesarea

Page 9: LP plasenta previa

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

2. Resti infeksi b.d insisi luka operasi

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik

4. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta

5. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan

6. Resti konstipasi b.d penurunan peristaltik usus

7. Perubahan pola peran b.d adanya anggota keluarga baru

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang

Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, skala nyeri 1 – 2, tanda vital normal.

Intervensi :

a. Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan

frekuensi nyeri.

b. Monitor tanda vital pasien.

c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

d. Anjurkan tirah baring dengan posisi datar berbaring.

e. Lakukan latihan nafas dalam

f. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

g. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik

2. Resti infeksi b.d insisi luka operasi

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak

ditemukan tanda infeksi.

Intervensi :

a. Kaji lokasi dan luas luka.

b. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan

perubahan fungsi).

c. Pantau tanda vital klien.

Page 10: LP plasenta previa

d. Kolaborasi pemberian antibiotik.

e. Ganti balut dengan prinsip steril.

f. Awasi pemeriksaan laboratorium (lekosit)

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik

Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria Hasil : Cairan dan elektrolit seimbang

Intervensi :

a. Monitor tanda vital.

b. Monitor urin meliputi warna hemates

sesuai indikasi.

c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah

dan tipe pemasukan cairan.

d. Monitor berat badan tiap hari.

e. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht,

dan natrium urin).

f. Kolaborasi pemberian diuretik.

4. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta

Tujuan : Tidak terjadi distress janin

Intervensi :

a. Kaji DJJ, perhatikan frekuensi dan regularitas. Biarkan pasien memantau

gerakan janin.

b. Kaji adanya kontraksi uterus preterm, yang mungkin ataupun tidak disertai

dengan dilatasi cervik

c. Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan turunnya janin

d. Siapkan klien atau tinjau ulang seri tes USG

e. Siapkan dan bantu dengan terminasi kehamilan dengan pervaginam atau SC

sesuai dengan indikasi

5. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan

Tujuan : Ansietas berkurang dan dapat diatasi

Intervensi :

a. Jelaskan prosedur, intervensi dan tindakan yang dilakukan pada pasien.

Page 11: LP plasenta previa

b. Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek samping dan

hasil, pertahankan sikap optimis.

c. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

d. Libatkan pasangan / keluarga untuk mendampingi pasien.

e. Kolaborasi dengan dokter pemberian sedatif bila tindakan lain tidak berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul

Bari Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko

Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000

Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan

dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC