lp post sc
DESCRIPTION
pelengkap pembelajaran andaTRANSCRIPT
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas1
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono, 2005)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Indikasi SC:
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum
(Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio
adalah:
a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang
janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak
lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih
dulu ditolong dengan cara lain.
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas2
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak
lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins),
distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.
e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
3. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan section caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan
plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi
kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada
corpus uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas3
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (tranversal)
Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.
Kelebihan:
Mengeluarkan janin lebih memanjang
Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas
SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada
luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.Untuk
mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang-kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan
kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang
akor sebelum menutup luka rahim.
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10cm
Kelebihan:
Penjahitan luka lebih mudah
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas4
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
Perdarahan kurang
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan
lebih kecil
Kekurangan:
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama
sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
Luka kandung kemih
Embolisme paru - paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas5
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
6. Prognosis
Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan
darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari
pada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga
yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas
pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Anak yang dilahirkan
dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang menjadi alasan
untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara dengan
pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal
sekitar 4 - 7% (Mochtar, 1998)
7. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas6
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
8. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
Urinalisis / kultur urine
Pemeriksaan elektrolit
9. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas7
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas8
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
Riwayat penyakit keluarga
Keadaan klien meliputi:
a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin
ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas9
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
e. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 10
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
Nyeri akut
berhubungan
dengan pelepasan
mediator nyeri
(histamin,
prostaglandin)
akibat trauma
jaringan dalam
pembedahan
(section caesarea)
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama … x 24 jam
diharapkan nyeri klien
berkurang / terkontrol
dengan kriteria hasil :
Klien
melaporkan
nyeri berkurang
/ terkontrol
Wajah tidak
tampak
meringis
Klien tampak
rileks, dapat
berisitirahat,
dan beraktivitas
sesuai
kemampuan
1. Lakukan
pengkajian
secara
komprehensif
tentang nyeri
meliputi lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
dan faktor
presipitasi.
2. Observasi respon
nonverbal dari
ketidaknyamana
n (misalnya
wajah meringis)
terutama
ketidakmampuan
untuk
berkomunikasi
secara efektif.
3. Kaji efek
pengalaman
nyeri terhadap
kualitas hidup
(ex: beraktivitas,
1. Mempengaruhi
pilihan /
pengawasan
keefektifan
intervensi.
2. Tingkat ansietas
dapat
mempengaruhi
persepsi / reaksi
terhadap nyeri.
3. Mengetahui sejauh
mana pengaruh
nyeri terhadap
kualitas hidup
pasien.
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 11
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
tidur, istirahat,
rileks, kognisi,
perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan
menggunakan
teknik
nonanalgetik
(relaksasi
progresif, latihan
napas dalam,
imajinasi,
sentuhan
terapeutik.)
5. Kontrol faktor -
faktor
lingkungan yang
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamana
n (ruangan, suhu,
cahaya, dan
suara)
6. Kolaborasi untuk
penggunaan
kontrol
analgetik, jika
perlu.
4. Memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan
kontrol dan
meningkatkan
harga diri dan
kemampuan
koping
5. Memberikan
ketenangan kepada
pasien sehingga
nyeri tidak
bertambah
6. Analgetik dapat
mengurangi
pengikatan
mediator kimiawi
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 12
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
nyeri pada reseptor
nyeri sehingga
dapat mengurangi
rasa nyeri
Risiko tinggi
terhadap infeksi
berhubungan
dengan trauma
jaringan / luka
bekas operasi
(SC)
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama … x 24 jam
diharapkan klien tidak
mengalami infeksi
dengan kriteria hasil :
Tidak terjadi
tanda - tanda
infeksi (kalor,
rubor, dolor,
tumor, fungsio
laesea)
Suhu dan nadi
dalam batas
normal ( suhu =
36,5 -37,50 C,
frekuensi nadi
= 60 - 100x/
menit)
WBC dalam batas
normal (4,10-10,9
10^3 / uL)
1. Tinjau ulang
kondisi dasar /
faktor risiko yang
ada sebelumnya.
Catat waktu pecah
ketuban.
2. Kaji adanya tanda
infeksi (kalor,
rubor, dolor,
tumor, fungsio
laesa)
3. Lakukan
perawatan luka
dengan teknik
1. Kondisi dasar
seperti diabetes /
hemoragi
menimbulkan
potensial risiko
infeksi /
penyembuhan luka
yang buruk. Pecah
ketuban yang
terjadi 24 jam
sebelum
pembedahan dapat
menimbulkan
koriamnionitis
sebelum intervensi
bedah dan dapat
mempengaruhi
proses
penyembuhan luka
2. Mengetahui secara
dini terjadinya
infeksi sehingga
dapat dilakukan
pemilihan
intervensi secara
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 13
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
aseptik
4. Inspeksi balutan
abdominal
terhadap eksudat /
rembesan.
Lepaskan balutan
sesuai indikasi
5. Anjurkan klien
dan keluarga untuk
mencuci tangan
sebelum / sesudah
menyentuh luka
6. Pantau
peningkatan suhu,
nadi, dan
pemeriksaan
laboratorium
jumlah WBC / sel
darah putih
tepat dan cepat
3. Meminimalisir
adanya
kontaminasi pada
luka yang dapat
menimbulkan
infeksi
4. Balutan steril
menutupi luka dan
melindungi luka
dari cedera /
kontaminasi.
Rembesan dapat
menandakan
terjadinya
hematoma yang
memerlukan
intervensi lanjut
5. Cuci tangan
menurunkan resiko
terjadinya infeksi
nosokomial
6. Peningkatan suhu,
nadi, dan WBC
merupakan salah
satu data
penunjang yang
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 14
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
7. Kolaborasi untuk
pemeriksaan Hb
dan Ht. Catat
perkiraan
kehilangan darah
selama prosedur
pembedahan
8. Anjurkan intake
nutrisi yang cukup
9. Kolaborasi
penggunaan
antibiotik sesuai
indikasi
dapat
mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah.
Proses tubuh untuk
melawan bakteri
akan meningkatkan
produksi panas dan
frekuensi nadi. Sel
darah putih akan
meningkat sebagai
kompensasi untuk
melawan bakteri
yang menginvasi
tubuh.
7. Risiko infeksi
pasca melahirkan
dan proses
penyembuhan akan
buruk bila kadar
Hb rendah dan
terjadi kehilangan
darah berlebihan.
8. Mempertahankan
keseimbangan
nutrisi untuk
mendukung
perpusi jaringan
dan memberikan
nutrisi yang perlu
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 15
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
untuk regenerasi
selular dan
penyembuhan
jaringan
Antibiotik dapat
menghambat
proses infeksi
Ansietas
berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang
prosedur
pembedahan,
penyembuhan,
dan perawatan
post operasi
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama … x 6 jam
diharapkan ansietas
klien berkurang
dengan kriteria hasil :
Klien terlihat
lebih tenang
dan tidak
gelisah
Klien
mengungkapka
n bahwa
ansietasnya
berkurang
1. Kaji respon
psikologis
terhadap kejadian
dan ketersediaan
sistem pendukung
2. Tetap bersama
klien, bersikap
tenang dan
menunjukkan rasa
empati
3. Observasi respon
nonverbal klien
(misalnya: gelisah)
berkaitan dengan
ansietas yang
dirasakan
1. Keberadaan sistem
pendukung klien
(misalnya
pasangan) dapat
memberikan
dukungan secara
psikologis dan
membantu klien
dalam
mengungkapkan
masalahnya
2. Keberadaan
perawat dapat
memberikan
dukungan dan
perhatian pada
klien sehingga
klien merasa
nyaman dan
mengurangi
ansietas yang
dirasakannya
3. Ansietas seringkali
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 16
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
4. Dukung dan
arahkan kembali
mekanisme koping
5. Berikan informasi
yang benar
mengenai prosedur
pembedahan,
penyembuhan, dan
perawatan post
operasi
6. Diskusikan
pengalaman /
harapan kelahiran
anak pada masa
lalu
7. Evaluasi
perubahan ansietas
yang dialami klien
secara verbal
tidak dilaporkan
secara verbal
namun tampak
pada pola perilaku
klien secara
nonverbal
4. Mendukung
mekanisme koping
dasar,
meningkatkan rasa
percaya diri klien
sehingga
menurunkan
ansietas
5. Kurangnya
informasi dan
misinterpretasi
klien terhadap
informasi yang
dimiliki
sebelumnya dapat
mempengaruhi
ansietas yang
dirasakan
6. Klien dapat
mengalami
penyimpangan
memori dari
melahirkan. Masa
lalu / persepsi yang
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 17
Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011
tidak realistis dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC akan
meningkatkan
ansietas.
7. Identifikasi
keefektifan
intervensi yang
telah diberikan
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun
5. Evaluasi
1) Dx 1
- Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol
- Wajah tidak tampak meringis
- Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
2) Dx 2
- Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
- Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -
100x/ menit)
- WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
3) Dx 3
- Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
- Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang