lp waham
DESCRIPTION
lp wahamTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA
WAHAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat /
terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham adalah merupakan salah satu gangguan isi pikir. Pikiran dibagi
menjadi proses (bentuk) dan isi. Proses dimaksudkan sebagai cara dimana seseorang
menyatukan gagasan dan asosiasi yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Sementara isi
pikir dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya dipikirkan (gagasan, keyakinan) oleh
seseorang.
Sedangkan menurut Prof. Dr.dr H.Dadang harawai seorang psikiater dalam
bukunya yang berjudul pendekatan holistic pada gangguan jiwa, Waham adalah suatu
keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara
objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini
kebenarannya.
2. Jenis Waham
a. Waham menurut Konsep Dasarnya
1) Waham Sistematis
Yaitu keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau
peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut pikiran dapat terjadi di
kehidupan nyata.
2) Waham yang Kacau (Bizarre Delusion)
Yaitu keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk
akal serta tidak beralasal dari pengalaman hidup pada umumnya.
b. Waham berdasarkan tema
1) Waham kebesaran.
Yaitu meyakini ia memiliki kebesaran, kekuasaan atau hubungan khusus
dengan dewa atau orang terkenal dan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau
“Saya adalah anak dewa, saya bisa memindahkan gunung itu dengan hanya
mengangkat tangan”
2) Waham kejar/curiga
Yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
3) Waham agama
Yaitu memiliki kayakinan terhadap suatu agama secara berlebihan ,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau
masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari”
4) Waham somatik
Yaitu Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya
sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda
kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5) Waham nihilistik
Yaitu meyakini dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Ini khan alam kubur
ya, yang ada disini adalah roh-roh”. Dan masih banyak lagi jenis waham lainnya.
c. Waham Menurut Onsetnya
Waham juga dikategorikan menurut primer dan sekunder, yaitu
1) Waham Primer
Merupakan salah satu waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan
keyakinan penuh tanpa peranan perilaku kearah itu. Contoh seorang pasien
mungkin dengan tiba-tiba dan keyakinan penuh bahwa dia sedang mengalami
perubahan kelamin tanpa pernah memikirkan keadaan itu sebelumnya dan tanpa
ada ide atau kejadian sebelumnya yang dapat dimengerti atas kesimpulan
tersebut.
2) Waham Sekunder
Dimana waham sekunder dapat dimengerti saat diperoleh dari beberapa
pengalaman yang tidak wajar sebelumnya. Akhirnya mungkin menjadi beberapa
jenis, seperti halusinasi (contoh seseorang yang mendengar suara-suara mungkin
akan menjadi percaya bahwa ia diikuti), Existing Delusion (contoh seseorang
dengan waham bahwa ia telah kehilanagn seluruh uangnya akan mempercayai
bahwa ia akan dipenjara karena tidak bayar hutang. Beberapa waham sekunder
kelihatannya memiliki sebuah fungsi intregratif membuat pengalaman asli
menjadi dapat lebih dimengerti pasien seperti contoh pertama. Yang lainnya
kelihatan sebaliknnya menambah rasa penyiksaan atau kegagalan seperti pada
contoh kedua.
3. Tanda dan gejala
Data Subyektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Klien merasa tidak ada yang mau mengerti
Klien merasa orang lain menjauhi
Data Obyektif :
Menunjukkan permusuhan
Curiga pada orang lain
Klien tampak tidak mempunyai orang lain/menyendiri
Klien tampak takut, kadang panik dan sangat waspada
Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
Ekspresi wajah klien Tegang, mudah tersinggung
Marah-marah tanpa sebab
Banyak kata atau banyak bicara dan berulang-ulang.
4. Etiologi Waham
a. Faktor Biologis :
1) Latar belakang genetik. Adanya riwayat keturunan (diturunkan melalui kromosom
orang tua)
2) Gangguan perkembangan otak janin, misalnya karena virus, malnutrisi
(kekurangan gizi), infeksi, trauma, toksin, dan kelainan hormonal yang terjadi
selama kehamilan.
3) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbik.
4) Sensivitas biologis : Riwayat penggunaan obat, infeksi dan radiasi
b. Faktor Psikodinamika
Menurut teori Sigmund Frued suatu gangguan jiwa itu muncul akibat
terjadinya konflik internal (dunia dalam) yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia
luar. Sabagaimana diketahui bahwa pada setiap diri terdapat 3 unsur psikologik yaitu
id, ego dan super-ego.
Gangguan jiwa dapat terjadi apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam
mengontrol id (keinginan/kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang
dalam menggunakan akal (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, atau norma
(yaitu super-ego), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku.
c. Faktor Psikososial
a) Kepribadian. Mudah kecewa, putus asa, tdk mampu membuat keputusan,
menutup diri & cemas yang tinggi
b) Pengalaman masa lalu. Trauma, teraniaya, ortu otoriter, broken home &
pilih kasih.
c) Konsep diri. Ideal diri yang tidak realitas, krisis peran & gambaran diri
negatif
d) Pertahanan psikologis : Riwayat koping tidak efektif dan gangguan
perkembangan
e) Self Kontrol : Tdk mampu berkonsentrasi
f) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
g) Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan adanya kegagalan peran
gender
h) Pendidikan : Riwayat pendidikan yang rendah,riwayat putus & gagal
sekolah
i) Pendapatan : Riwayat penghasilan yang rendah & tidak ada kemandirian
j) Pekerjaan : Riwayat pekerjaan dengan stresful & resiko tinggi
k) Status sosial :Riwayat tunas wisma &terisolasi
l) Latar Belakang Budaya : Nilai –nilai & budaya yang bertentangan dengan
nilai kesehatan
m) Agama Dan Keyakinan : Sifat religi dan keyakinan yang berlebihan atau
kurang
n) Keikutsertaan Dalam Politik :Gagal dalam berpolitik
o) Pengalaman sosial : Bencana alam, kerusuhan, tekanan dlm pekerjaan, sulit
mendapat pekerjaan
5. Pathway
Mengapa seseorang bisa jatuh sakit (menderita gangguan jiwa/Skizofrenia)
sementara orang lain tidak ?. SEcara umum dan sederhana kejadian tersebut dapat
diterangkan dengan rumus :
I + S => R , Dimana :
I : Individu, yaitu seseorang yang sudah mempunyai bakat-bakat tertentu. Kepribadian
yang rentan ataupun factor genetic; yang kesemuanya itu merupakan factor predisposisi
yaitu kecenderungan untuk menjadi sakit.
S : Situasi. Yaitu suatu kondisi yang menjadi tekanan mental bagi individu yang
bersangkutan misalnya stressor psikososial.
R : Reaksi. Yaitu respon dari individu yang bersangkutan setelah mengalami situasi
yang tidak mengenakan (tekanan mental) sehingga ia mengalami frustasi yang pada
gilirannya akan menjadi sakit.
Tidak semua orang mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga ada orang
yang jatuh dalam keadaan frustasi yang mendalam yang selanjutnya yang bersangkutan
akan menarik diri, melamun, hidup dalam dunianya sendiri yang lama-kelamaan
timbullah gejala-gejala berupa kelainan jiwa misalnya halusinasi, waham dan GOR.
Faktor biologis, Faktor Psikodinamik, Individu(I)F.Psikososial (S)
Koping yang tdk efektif/Mekanisme pertahanan diri (-)
Respon maladaptive (R)
Konsep diri (-)
Individu jatuh dlm frustasi yang mendalam
Isos HDR
Kronis
Skizofrenia
Waham Halusinasi GOR
- Defisit Perawatan Diri,- Resti PK, KKV dan - Resti Mencederai Diri dan lingkungan
6. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham
7. Fokus Intervensi
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan dipenuhi
oleh wahamnya.
c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Waham
SP I p
1. Membantu orientasi realita.2. Mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi.3. Melatih pasien memenuhi
kebutuhannya4. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP II p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki4. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP III p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan penggunaan obat secara benar.
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP I k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau keluarga
Contoh
SP 1Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
FASE ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
FASE KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan
membantumempraktekkannya
FASE ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”
FASE KERJA
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?”
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”
FASE ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
FASE KERJA
“Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
“Sampai besok.”
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian) “Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
ORIENTASI“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus,
ORIENTASI“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus,
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
KERJA
betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki B. Bagus.”
“Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadual B selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat B?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan administrasi di depan.”
KERJA
“Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat dilaksanakan semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di Puskesmas Indra Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 321xxx.
Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah”
TERMINASI
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM Inderapuri. Kalau ada apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami. Silakan menyelesaikan administrasi ke kantor depan.”
DAFTAR PUSTAKA
Draft Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Program Spesialis Jiwa, Program Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, tahun 2008
Gail W.Stuart & Michele T.Laraia ; Princilple And Practise Of Psychiatric Nursing, Eighth
Edition , Elsever Mosby Inc, 2005
Harawi, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, edisi 2.
FKUI. Gaya Baru ; Jakarta.
Modul Model Praktik Keperawatan Jiwa Profesional, Badan Pelayanan Kesehatan Jiwa
Banda Aceh & World Health Organization.