lpj climbing am
TRANSCRIPT
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ)
ORIENTASI ROCK CLIMBING
ANGGOTA MUDA PAITUA-Mapala Teknik Unand
LOKASI KEGIATAN:
Jorong Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau
Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat
WAKTU PELAKSANAAN:
Tanggal 28 – 30 September 2012
Oleh
Anggota Muda
Paitua MAPALA TEKNIK UNAND
PAITUA MAPALA TEKNIK UNAND
PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat tebing selain sebagai Sumber Daya Alam ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa, yang memiliki berbagai fungsi dan nilai tambah, tebing juga sebagai
tempat sarana pendidikan dan petualangan kepecintaalaman. Bagi kami anggota
muda Paitua Mapala Teknik Unand, tebing merupakan sarana berkegiatan untuk
memenuhi salah satu beban orientasi untuk menjadi anggota biasa Paitua Mapala
Teknik Unand.
Panjat tebing dapat mengungkapkan potensi kepecintaalaman terhadap
tebing. Para pemanjat tebing (climber) harus sadar, bahwa bentukan alam pada tebing
dibentuk dalam waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak tebing dengan disengaja
ataupun tidak, tanpa tujuan yang jelas dan ilmiah selektif, akan mendatangkan
kerugian.
Jorong Limpato,Nagari Tarantang, Kecamatan Haru, Kabupaten 50 Kota,
Sumatera Barat, merupakan tempat yang memiliki potensi kawasan wisata alam yang
menarik untuk dikunjungi bagi wisatawan pada umumnya dan bagi khususnya bagi
pemanjat tebing pada khususnya. Selain tempatnya yang terletak dalam kawasan
Harau yang pemandangan alam sangat menarik, juga memiliki sangat banyak jalur
untuk pemanjat yang terdapat di tepi jalan dan tidak jauh dari pemukimam penduduk.
Hal ini lah yang membuat kami, Anggota Muda Paitua Mapala Teknik Unand
melakukan kegiatan “Orientasi Rock climbing Anggota Muda paitua Mapala Teknik
Unand” dan memilih Harau sebagai tujuan tempat Orientasi dan meningkatkan
kemampuan rock climbing Anggota Muda paitua mapala Teknik Unand, sekaligus
sebagai sarana memperkenalkan paitua mapala teknik unand kepada masyarakat.
Kegiatan ini juga dapat menambah membina kekeluargaan sesama anggota muda, dan
anggota muda dengan anggota biasa Paitua Mapala Teknik Unand.
1.2 Tujuan Kegiatan
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mempelajari dan mengaplikasikan ilmu panjat tebing
3. Membina kekeluargaan sesama AM dan anggota biasa Paitua Mapala Teknik
Unand
4. Melatih manajemen organisasi
5. Memperkenalkan Paitua Mapala Teknik Unand kepada masyarakat
6. Memenuhi salah satu syarat dalam menjalani orientasi AM Paitua Mapala
Teknik Unand
1.3 Target
1. Bisa mengaplikasikan Artificial
2. Mampu menjadi Leader
3. Mampu menjadi Belay
4. Mampu melakukan Clean Down
5. Mampu melakukan Clean Pursik
1.4 Manfaat Kegiatan
1. Mensyukuri ciptaan Tuhan
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam panjat tebing
3. Menambah pengalaman berorganisasi
4. Menjalin kekeluargaan antara sesama AM dan AB
5. Mengetahui secara langsung jalur-jalur yang ada di Harau secara langsung.
6. Ajang untuk Refreshing.
BAB II
DATA KEGIATAN
2.1 Umum
Nama Kegiatan : Orientasi Rock climbing Anggota Muda Paitua
Mapala Teknik Unanad
Tema Kegiatan : Aplikasi setitik ilmu untuk pengembangan diri
Lokasi Kegiatan : Jorong Limpato, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau,
Kabupaten 50 kota, Sumatera Barat
Hari/Tanggal Pelaksanaan : 28 – 30 September 2012
Pelaksana : Dikky Andika AM-002-P
Eko Firmanto AM-003-P
Fadli Rizki AM-005-P
Fajri Mardhatillah AM-006-P
M. Arifin AM-009-P
Yuliana Febriani AM-017-P
Susunan Kepanitiaan : Lampiran 1
Total Biaya Masuk : Rp 1.390.000,00
Total Biaya Keluar : Rp 1.305.900,00
Dokumentasi : Lampiran 3
Rekomendasi (perizinan) :
2.2.1 Surat jalan dari paitua Mapala Teknik Unand
2.2.2 Surat izin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI) dari BKSDA
2.2.3 Surat izin berkegiatan dari Wali Jorong
2.2 Khusus
2.2.1 Lokasi camp :
a. Bertempat di pasanggrahan Buk Atik
Pasangrahan buk Atik terletak di tepi jalan. D belakang sebuah rumah
yang berjarak kira-kira 100 m dari persimpangan.
2.2.2 Sumber air :
a. Sungai
Sungai terletak di belakang pasangrahan buk Atik yang jarak’na kira-kira
20 meter.
b. Keran air warga berjarak (+/-)5 meter.
Kran ini terletak di belakang rumah penduduk. Pemiliknya adalah
tetangga buk Atik. Kran ini biasa di pakai untuk berwudhu’ oleh
penduduk setempat.
BAB III
TEORI DASAR
3.1 Sejarah Panjat Tebing
3.1.1 Sejarah Panjat Tebing Dunia
- 1910 Kegiatan panjat tebing mulai dikenal pertama kali di kawasan Eropa,
tepatnya di pegunungan Alpen, sebelum PD I di Austria., Teknik pemanjatan tebing
dengan menggunakan tali baru dikenal pada tahun 1920. Tahun 1930 adalah tahun
keemasan pemanjatan di kawasan Alpen. Mulai daritebing kecil, menengah hingga
puncak -puncak tertinggi. Klimaksnya pada saat PD II meletus. PD menyebabkan
frekuensi pemanjatan menurun, akan tetapi setelah PD berakhir membawa pengaruh
pesat pada penciptaan dan pengadaan peralatan panjat tebing yang semakin mudah
didapatkan.
- 1970 Panjat Tebing , ketika para pemanjat Amerika mengembangkan teknik-
teknik baru di kawasan Yosemite. Teknik-teknik ini sampai saat ini masih digunakan
dalam pemanjatan tebing-tebing besar. Rata – rata yang mendomisili pengembangan
dunia olahraga ini adalah pemanjat Amerika dan Inggris yang kemudian
menggunakan sistem dan teknik yang sama, yang sebelumnya terkotak kotak menurut
negaranya masing masing. Selain itu juga turut berperan dalam pengembangan
kegiatan ini adalah negara Perancis yang menawarkan teknik pemanjatan yang
mengarah pada olahraga murni.
- 1980 Perkembangan panjat tebing semakin meluas mulai dari Eropa,
Amerika hingga Asia. Sehingga membuatnya terlepas dari induknya (mendaki
gunung) dan membentuk wujudnya sendiri yaitu olah raga panjat tebing.
3.1.2 Sejarah Panjat Tebing Indonesia
- 1960 Di Indonesia panjat tebing dikenal sejak tahun 60`an dimana berdiri
beberapa perkumpulan/kelompok Pecinta Alam Universitas Indonesia dan Wanadri
yang mempunyai akar kegiatan mendaki gunung.
- 1975 Kegiatan panjat tebing secara utuh dan tersendiri . Waktu itu beberapa
orang yang sekarang dikenal sebagai tonggak kebangkitanPanjat Tebing Indonesia
antara lain Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat
mulai latihan di tebing Citatah, Jawa Barat.
- 1988 Kantor Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan
Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) mengundang 3pemanjat profesional Perancis
yaitu; Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corrine Lebrune serta seorang
instruktur Teknis Panjat Tebing Jean Harau yang kemudian memunculkan inspirasi
untuk mendirikan FGTI
- 1989 Federasi Panjat Tebing Gunung Indonesia (FPTGI) dan melalui ikrar
yang dikeluarkan oleh sekitar40`an orang dari perkumpulan PA yang ada di Jakarta,
Bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang di
Tugu Monas tanggal 21 April 1988.
- 1992 FPTGI kemudian berubah nama hanya menjadi Federasi Panjat Tebing
Indonesia (FPTI) dan FPTI diakui menjadi anggota Union Internationale des
Assosiations d`Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasi panjat tebing dan
gunung internasional. UIIA merupakan organisasi olahraga dunia yangbertaggung
jawab pada semua kegiatan olahraga dunia termasuk Olimpiade.
- 1994 secara resmi FPTI diakui sebagai induk olahraga panjat tebing oleh
KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)
- 1996 Sejak itu Olahraga Panjat Tebing diikutkan dalam PON
3.2 Jenis-Jenis Pendakian Dan Pemanjatan
Panjat tebing atau climbing merupakan bagian dari mountainnering.
Mountainnering merupakan kata lain dari olahraga mendaki. Mountainnering
mempunyai arti yang begitu luas sehingga tidak bisa bagi kita untuk
mendefenisikannya sebagai panjat tebing saja atau dengan artian lainnya.
Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi mountainnering dapat dibagi :
1. Hill walking atau feel walking
Perjalanan mendaki bukit yang relative landai dimana jalur sudah ada dan
belum memerlukan peralatan teknis pendakian.
2. Scrambling
Pendakian pada tebing-tebing yang tidak begitu curam.
3. Mountainnering
Pendakian dengan sedikit alat bantu..
4. Climbing
Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek yang tidak memakan waktu
lama, terbagi atas :
a. Rock Climbing
Pemanjatan pada tebing-tebing batu atau dinding karang. Jenis
pendakian ini umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing
Pemanjatan pada es dan salju. Pada pendakian ini, peralatan-peralatan
khusus sangat diperlukan, seperti ice axe, ice screw, crampton dan
lain-lain.
c. Wall climbing
Pemanjatan pada dinding yang dibuat menyerupai tebing.
Climbing terbagi lima macam yaitu:
a. Bouldering
Pemanjatan tanpa menggunakan alat khusus dengan ketinggian
maksimal 5 meter. Pemanjatan ini dilakukan sebagai pemanasan untuk
pemanjatan yang lebih tinggi.
b. Aid climbing/Artifical Climbing (Direct Aid Climbing)
Pemanjatan tebing ini dilakukan dengan alat yang selengkap-
lengkapnya. Suatu keadaan tertentu dimana tebing tidak ada hold
(tonjolan batu) tetapi hanya ada rekahan kecil yang tidak padat
digunakan untuk pijakan atau pegangan, maka pendakian akan
menggunakan alat berupa piton, friend, chock serta etrier dalam
menampah ketinggian.
Dalam hal ini etries menjadi alat yang sangat fital sebagai pijakat.
Dengan cara menempatkan etrier pada chock/friend/piton yang
terpasang pada rekahan. Pendaki memasang lebih keatas lagi
chock/friend/piton, kemudian artier dipindahkan pada
chock/friend/piton yang terpasang tersebut. Demikian seterusnya
berulang – ulang sehingga pendaki mencapai ketinggian yang
diinginkan.
c. Bigwall Climbing (Indirect Aid Climbing)
Pemanjatan dengan menggunakan alat atau tidak, dengan maksimal
ketinggian 5 meter.
d. Free Climbing
Pemanjatan dengan menggunakan alat pengaman seadanya.
e. Free Soloing
Pemanjatan ini dilakukan tanpa pengaman sama sekali pada tebing-
tebing yang tinggi sehingga pemanjatan ini memerlukan pengetahuan
tentang climbing lebih jauh.
3.3 Sistem Pemanjatan
1. Alpine System / Alpine Push / Siege Tactic. Dalam alpine push , pemanjat
selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan
perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat
tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru
dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.
2. Himalayan System / Himalayan Tactic. Sistem pendakian yang biasanya
dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak)
diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai
sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat
dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih
menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya.
Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-
tempat peristirahat. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh
tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim.
a. Traditional / Trad / Adventure Climbing adalah suatu pemanjatan yang
lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada Trad Climbing ,
dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak ada pengaman
buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua
orang. Climber harus membawa alat pengaman sendiri dan
memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis
Leader membuat stasiun belay untuk membelay Climber kedua.
Climber yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai
memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat
pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama.
3.4 Peralatan Panjat Tebing
1. Tali
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh
sampai menyentuh tanah (
Tebing adalah :
a. Tali serat alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan
mulai terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
b. Hawser Laid
Tali sintesis, plastic, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering
digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relative lebih kuat
disbanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kuarang
tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah
serta berat.
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh
sampai menyentuh tanah (freefall). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat
ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan
mulai terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
Gambar 1: Tali serat alam
Tali sintesis, plastic, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering
digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relative lebih kuat
disbanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kuarang
tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh
). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat
ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan
mulai terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
Tali sintesis, plastic, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering
digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relative lebih kuat
disbanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kuarang
tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah
c. Core dan Sheat Rope
Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan
dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang
umum dipakai bergaris tengah 11mm
mudah, snow climbing
mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat
Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (
dipakai untuk menurunkan barang, seba
dengan tali diberi alas (
Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat
teduh.
Memilki kelenturan yang
jatuh, misalnya).
Gambar 2: Hawser Laid
Rope (Kernmantel Rope)
Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan
dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang
umum dipakai bergaris tengah 11mm, panjang 50 m untuk pendakian yang
snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9
mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat-sifat :
Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (
dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bdergesekan
dengan tali diberi alas (padding). Tabu untuk mengunjak tali jenis ini.
Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat
Memilki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki
jatuh, misalnya).
Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan
dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang
k pendakian yang
, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9
Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila
iknya bagian tebing yang bdergesekan
). Tabu untuk mengunjak tali jenis ini.
Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat
baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki
Pada umumnya tali
simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (
tali sampai 10%.
Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan
yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut,
sehingga tidak mudah rusak dan
cara menggulung tali, antara lain :
- Mountainnering coil
- Skein coil
- Royal robin style
2. Webbing (tali pita) dan
Seringkali kita menyebut
memilikibentuk seperti pita dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk
tubular, sering digunakan untuk:
Harness (tali tubuh),
Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), ta
atau untuk membawa per
Gambar 3: Tali karnmantel
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat
simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan
Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan
yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut,
sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa
gulung tali, antara lain :
Mountainnering coil
Royal robin style
(tali pita) dan Sling
Seringkali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webing
memilikibentuk seperti pita dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk
ubular, sering digunakan untuk:
(tali tubuh), swami belt, chest harness, atau
Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), ta
atau untuk membawa peralatan.
tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat
) akan mengurangi kekuatan
Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan
yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut,
mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa
atau sebaliknya. Webing
memilikibentuk seperti pita dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk
Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier)
Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasanya
digunakan untuk macam
sebagai flat rope adalah produk sampingan
3. Carabiners (snpring, snapling
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan
runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot
pendaki yang terjatuh.
Persyaratan yang harus
mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar
2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000
pounds.
Carabiner yang terbuat dari campuran
dan cukup kuat, terutama yang berbentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja
mempunyai kekuatansangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relative berat bila
dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.
Gambar 4: Webbing
Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasanya
digunakan untuk macam-macam body slings. Webbing yang sering disebut juga
sebagai flat rope adalah produk sampingan perang dunia II.
snpring, snapling, cincin kait)
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan
runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot
Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing
mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar
2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000
Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium (Alloy)ini sangat ringan
dan cukup kuat, terutama yang berbentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja
mempunyai kekuatansangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relative berat bila
dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.
Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasanya
. Webbing yang sering disebut juga
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan
runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot
dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing
mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar
2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000
alumunium (Alloy)ini sangat ringan
dan cukup kuat, terutama yang berbentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja
mempunyai kekuatansangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relative berat bila
Bagian-bagian carabiner:
Berikut adalah table daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan
bobot.
Jika dilihat dari bentuknya, carabiner bisa dibedakan menjadi:
bagian carabiner:
Gambar 5: bagian-bagian carabiner
Berikut adalah table daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan
Tabel 1: Kekuatan Carabiner
Jika dilihat dari bentuknya, carabiner bisa dibedakan menjadi:
Berikut adalah table daftar carabiners, pabrik pembuat dan kekuatan menahan
a. Carabiner Oval
Oval adalah bentuk asli dari carabiner, serba guna walaupun tidak
sekuat carabiner bentuk lain. Carabiner oval meiliki lekukan bagian atas dan
lekukan bagian bawah yang sama, sehingga beban yang diberikan pada
carabiner ini akan terpusat pada bagian tengah
juga akan terbatas pada bagian lekukan ini
b. Carabiner ‘D’
Carabiner berbentuk D dirancang untuk menggeser beban yang
diberikan kepada carabiner kea rah spine frame
jauh dari gerbang carabiner. Untuk carabiner, sisi ini merupakan bagian
terkuat untuk menahan beban dan sisi yang terdapat gerbang (
merupakan bagian terlemah. Carabiner D, lebih kuat jika dibandingkan
carabiner jenis oval dengan bahan dan ukuran
Oval adalah bentuk asli dari carabiner, serba guna walaupun tidak
sekuat carabiner bentuk lain. Carabiner oval meiliki lekukan bagian atas dan
lekukan bagian bawah yang sama, sehingga beban yang diberikan pada
carabiner ini akan terpusat pada bagian tengah carabiner dan pergeseran beban
juga akan terbatas pada bagian lekukan ini
Gambar 6: Carabiner oval
Carabiner berbentuk D dirancang untuk menggeser beban yang
diberikan kepada carabiner kea rah spine frame, sisi carabiner yang lurus dan
jauh dari gerbang carabiner. Untuk carabiner, sisi ini merupakan bagian
terkuat untuk menahan beban dan sisi yang terdapat gerbang (
merupakan bagian terlemah. Carabiner D, lebih kuat jika dibandingkan
carabiner jenis oval dengan bahan dan ukuran yang sama.
Gambar 7: Carabiner D
Oval adalah bentuk asli dari carabiner, serba guna walaupun tidak
sekuat carabiner bentuk lain. Carabiner oval meiliki lekukan bagian atas dan
lekukan bagian bawah yang sama, sehingga beban yang diberikan pada
carabiner dan pergeseran beban
Carabiner berbentuk D dirancang untuk menggeser beban yang
, sisi carabiner yang lurus dan
jauh dari gerbang carabiner. Untuk carabiner, sisi ini merupakan bagian
terkuat untuk menahan beban dan sisi yang terdapat gerbang (gate)
merupakan bagian terlemah. Carabiner D, lebih kuat jika dibandingkan
c. Carabiner Asymmetrical ‘D’
Prinsip kerjanya sama dengan carabiner D, tetapi carabiner ini
memiliki bentuk salah satu ujung yang lebih kecil dibandingkan ujung yang
lainnya untuk mengurangi berat dari carabiner itu sendiri
biasanya memiliki gerbang yang lebih besar dibandingkan dengan carabiner
biasa jenis D biasa sehingga lebih mudah untuk meng
d. Carabiner Pear
Carabiner pear biasanya digunakan untuk belay,
srew gate supaya lebih aman. Carabiner ini memiliki salah satu ujung yang
sangat sempit dan ujung yang lain sangat luas. Tujuannya, untuk ujung yang
kecil adalah bagian yang akan dikaitkan ke harness belay dan bagian yang
luas adalah bagian yang akan berhubungan dengan tali pemanjat. Bagian luas
ini memberikan keleluasan pada tali yang terhubungdengan pemanjat,
sehingga memudahkan pasa saat mengulur tali.
Carabiner Asymmetrical ‘D’
Prinsip kerjanya sama dengan carabiner D, tetapi carabiner ini
memiliki bentuk salah satu ujung yang lebih kecil dibandingkan ujung yang
lainnya untuk mengurangi berat dari carabiner itu sendiri. Carabiner jenis inin
biasanya memiliki gerbang yang lebih besar dibandingkan dengan carabiner
biasa jenis D biasa sehingga lebih mudah untuk meng-klik-nya.
Gambar 8: Carabiner Asymmetrical
Carabiner pear biasanya digunakan untuk belay, dilengkapi dengan
srew gate supaya lebih aman. Carabiner ini memiliki salah satu ujung yang
sangat sempit dan ujung yang lain sangat luas. Tujuannya, untuk ujung yang
kecil adalah bagian yang akan dikaitkan ke harness belay dan bagian yang
an yang akan berhubungan dengan tali pemanjat. Bagian luas
ini memberikan keleluasan pada tali yang terhubungdengan pemanjat,
sehingga memudahkan pasa saat mengulur tali.
Prinsip kerjanya sama dengan carabiner D, tetapi carabiner ini
memiliki bentuk salah satu ujung yang lebih kecil dibandingkan ujung yang
. Carabiner jenis inin
biasanya memiliki gerbang yang lebih besar dibandingkan dengan carabiner
dilengkapi dengan
srew gate supaya lebih aman. Carabiner ini memiliki salah satu ujung yang
sangat sempit dan ujung yang lain sangat luas. Tujuannya, untuk ujung yang
kecil adalah bagian yang akan dikaitkan ke harness belay dan bagian yang
an yang akan berhubungan dengan tali pemanjat. Bagian luas
ini memberikan keleluasan pada tali yang terhubungdengan pemanjat,
4. Piton (peg, paku tebing)
Terbuat dari bahan metal dalam
piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang
atau melepas piton digunakan hammer.
Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu:
- Bongs
Piton yang dibuat untuk rekahan
- Bugaboos
Piton yang dibuat khusus untuk rekahan horizontal atau vertical saja.
- Knife blades
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
- Angle
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
Gambar 9: Carabiner Pear
Piton (peg, paku tebing)
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk.Berfungsi sebagai pengaman,
piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang
atau melepas piton digunakan hammer.
Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu:
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
Bugaboos
Piton yang dibuat khusus untuk rekahan horizontal atau vertical saja.
blades
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
berbagai bentuk.Berfungsi sebagai pengaman,
piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang
horizontal maunpun vertical.
Piton yang dibuat khusus untuk rekahan horizontal atau vertical saja.
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
Piton yang dibuat untuk rekahan horizontal maunpun vertical.
Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang
akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan
dan pukul dengan hammer
rekahan tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang
piton adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang
nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer ya
pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton akan ditarik.
5. Chock
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runner).
Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi:
- Sling chock
- Wired
- Rope chock
Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang
chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang
berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan
tenaga serta waktu yang banyak seperti halnya memasang piton.
Gambar 10: Piton
Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang
akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan
dan pukul dengan hammer. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih
han tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang
piton adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang
nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan
pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton akan ditarik.
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runner).
Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi:
Sling chock
Wired chock
Rope chock
Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang
chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang
berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan
waktu yang banyak seperti halnya memasang piton.
Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang
akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan
. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih
han tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang
piton adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang
ng kita pukulkan
pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton akan ditarik.
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runner).
Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang
chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang
berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan
Gambar 11
6. Ascendeur
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari
prusi, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam
ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada
carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Jumar
Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan
baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7
berkekuatan 1100 pounds.
Jumar CMI 500 (Colorado Mountains Industries).
Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds
dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
Gambar 11: chock stopper dan chock hexentric
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari
prusi, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam
ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada
carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan
baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7
berkekuatan 1100 pounds.
mar CMI 500 (Colorado Mountains Industries).
Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds
dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.
Gambar 12: Jummar
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari
prusi, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan
ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada
Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan
baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7-11 mm dan
Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner
b. Clog
Alat naik mekanis yang
seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.
7. Descender
Alat ini digunakan
menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas.
tidak bergesek tali, sehingga tidak terasa panas.
Beberapa jenis descendeur:
a. Figure of eight
Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja y
seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.
Gambar 13: clog
Alat ini digunakan turuntebing (Abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk
menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungannya lainnya adalah tubuh
li, sehingga tidak terasa panas.
Beberapa jenis descendeur:
Figure of eight
Gambar 14: Figure of eight
lain, mempunyai prinsip kerja yang sama
turuntebing (Abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk
Keuntungannya lainnya adalah tubuh
b. Brake bar
c. Bobbin (petzl descendeur)
d. Single rope
Gambar 15: Brake Bar
Bobbin (petzl descendeur)
Gambar 16: Bobbin
Gambar 17: Single Rope
e. Double rope
8. Etrier (Tangga tali)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan
pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada
Artifisial Climbing, etrier menjadi sangat
pendaki akan sulit sekali un
9. Harmness
Harmness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh. Juga
akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke
tubuh denagn simpul bowline on a coil.
Harmness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan
tetapi sangat tersa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
Jenis-jenis harmness
Gambar 18: Double Rope
Etrier (Tangga tali)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan
pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada
, etrier menjadi sangat IXtal, sehingga tanpa alat ini seorang
pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.
Gambar 19: Eitrier
sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh. Juga
akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke
bowline on a coil.
yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan
tetapi sangat tersa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
harmness:
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan
pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada
tal, sehingga tanpa alat ini seorang
sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh. Juga
akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke
yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan
a. Full body harmness
Harmness ini melilit di sekitar tubuh, relative aman dan biasayana
dilengkapi dengan sa
medan salju/es.
b. Seat harmness
Harmness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu
mengganggu pendaki dalam bergerak.
Full body harmness
Harmness ini melilit di sekitar tubuh, relative aman dan biasayana
dilengkapi dengan sangkutanalat disekeliling pinggang. Sering dipakai di
medan salju/es.
Gambar 20: Full body Harness
Seat harmness
Harmness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu
mengganggu pendaki dalam bergerak.
Gambar 21: Seat harmness
Harmness ini melilit di sekitar tubuh, relative aman dan biasayana
ngkutanalat disekeliling pinggang. Sering dipakai di
Harmness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu
Sheat harmness juaga dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan
diapersling atau denagan menggunakan
c. Chest Harmness
10. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan
helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu
yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari
kemungkinan terluka atau keadaa fatal.
11. Sepatu
Sheat harmness juaga dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan
diapersling atau denagan menggunakan figure of eight sling.
Harmness
Gambar 22 : Chest Harmness
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan
melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu
yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari
kemungkinan terluka atau keadaa fatal.
Gambar 23: Helm
Sheat harmness juaga dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan
melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu
yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu
medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang
bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan
basah diapakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat
untuk melindungi mata kaki.
12. Cam/Friend
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan system friksi yang ditimbulkan
ketika mengenai beban. Memiliki ukuran yang beragam untuk setiap bentuk tebing ,
dan gagangnya ada yang lentur ada yang
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun terghantung pada
medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang
bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan
basah diapakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi,
untuk melindungi mata kaki.
Gambar 24: Sepatu panjat tebing
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan system friksi yang ditimbulkan
ketika mengenai beban. Memiliki ukuran yang beragam untuk setiap bentuk tebing ,
ngnya ada yang lentur ada yang fix.
Gambar 25: Cam/Friend
pendakian, ini pun terghantung pada
medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang
bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan
biasa dibuat tinggi,
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan system friksi yang ditimbulkan
ketika mengenai beban. Memiliki ukuran yang beragam untuk setiap bentuk tebing ,
13. Chalk Bag
Chalk Bag digunakan untuk meletakkan Magnesium yang berguna untuk
menyerap keringat yang ada pada tangan agar tangan tidak licin. Chalk Bag ini di
Gantungkan pada pinggang pemanjat dan di arahkan ke belakang tau di letakkan di
ujung tulang pinggul agar mudah untuk
14. Hammer
Hammer digunakan pada saat kita melakukan pemanjatan Artifisial, hammer
digunakan untuk menacapkan piston agar kuat menempel pada rengkahan, bias juga
digunakan untuk membuka kembali piston dari rengkahan tersebut.
digunakan untuk meletakkan Magnesium yang berguna untuk
menyerap keringat yang ada pada tangan agar tangan tidak licin. Chalk Bag ini di
Gantungkan pada pinggang pemanjat dan di arahkan ke belakang tau di letakkan di
ujung tulang pinggul agar mudah untuk menggapainya sewaktu memanjat.
Gambar 26: Chalk Bag
digunakan pada saat kita melakukan pemanjatan Artifisial, hammer
digunakan untuk menacapkan piston agar kuat menempel pada rengkahan, bias juga
digunakan untuk membuka kembali piston dari rengkahan tersebut.
Gambar 27: Hammer
digunakan untuk meletakkan Magnesium yang berguna untuk
menyerap keringat yang ada pada tangan agar tangan tidak licin. Chalk Bag ini di
Gantungkan pada pinggang pemanjat dan di arahkan ke belakang tau di letakkan di
menggapainya sewaktu memanjat.
digunakan pada saat kita melakukan pemanjatan Artifisial, hammer
digunakan untuk menacapkan piston agar kuat menempel pada rengkahan, bias juga
15. Sling
Sling sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding,
dapat digunakan sebagai
lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam
panjang dan diameter sling
16. Sarung tangan
Akan melindungi tangan bagi
rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan
17. Hanger
Hanger adalah gantungan yang dipasang pada
menggantungkan runner sebagai pengaman dalam panjat tebing.
bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding,
dapat digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman
lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing
sling memiliki banyak variasi.
Gambar 28: Sling
kan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan pemanjat maupun
dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.
Gambar 29: Sarung tangan
Hanger adalah gantungan yang dipasang pada tebing yang digunakan untuk
menggantungkan runner sebagai pengaman dalam panjat tebing.
bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling
maupun menjadi bagian pengaman
sling webbing, untuk
ketika mengamankan pemanjat maupun
tebing yang digunakan untuk
18. Runners
Runner adalah 2 carabiner yang disambungkan oleh
untuk pengaman. Cara pemsangannya adalah dengan digantungkan pada hanger
kemudian tali pemnajat dimasukkan ke dalam karabiner yang lain.
3.5 Persiapan Pemanjatan
Sebelum melakukan pemanjatan kita harus mempersiapkan segala
seperti:
1. Pemanasan
2. Pasang tali jiwa (harmness)
3. Pasang tali pada harmness
4. Siapkan carabiner
5. Chouch bouch (kantung magnesium)
Gambar 30: Hanger
r adalah 2 carabiner yang disambungkan oleh sling yang digunakan
untuk pengaman. Cara pemsangannya adalah dengan digantungkan pada hanger
kemudian tali pemnajat dimasukkan ke dalam karabiner yang lain.
Gambar 31: Runners
Persiapan Pemanjatan
Sebelum melakukan pemanjatan kita harus mempersiapkan segala
Pemanasan
Pasang tali jiwa (harmness)
Pasang tali pada harmness
Siapkan carabiner
Chouch bouch (kantung magnesium)
yang digunakan
untuk pengaman. Cara pemsangannya adalah dengan digantungkan pada hanger
Sebelum melakukan pemanjatan kita harus mempersiapkan segala sesuatunya
6. Sepatu panjat
Untuk melakukan pemanjatan harus mempunyai rekan untuk melakukan
pengamanan (belayer). Tuagas dari seorang belayer harus menjaga keamanan sang
pemanjat dan menjaga di bawah sebagai penahan tali untuk pemanjatan dan
penurunan si pemanjat. Dan istilah dalam pemanjatan yang diucapkan oleh seorang
pemanjat kepada sang belayer:
1. Slag
Seorang pemanjat meminta agar si belayer mengulurkan talinya.
2. Pull
Seorang pemanjat meminta agar si belayer menarik atau
mengencangkan talinya.
3. On
Si belayer diminta agar siap
4. Off
Pemanjat sudah aman tanpa belayer.
3.6 Kelas dan Grade dalam Panjat Tebing
1. Kelas
Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya
pada suatu tingkat pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000
tidak akan dapat mengikuti turnamen tingkat Gand Master. Dalam panjat
tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan
demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Kelas yang
dibuat oleh Sierra Club adalah :
1. Kelas 1:
Cross Country Hiking Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan
tangan untuk mendaki / menambah ketinggian.
2. Kelas 2:
Scrambling Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali.
3. Kelas 3:
Easy Climbing Secara scrambling dengan bantuan , dasar teknik
mendaki (climbing) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang
pengalaman dapat menggunakan tali.
4. Kelas 4:
Rope Climbing with belaying.Belay (pengaman) dipasang pada anchor
(titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman.
5. Kelas 5:
Kelas ini dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), di mana
semakin tinggi angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi
tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai sebagai
pengaman.
6. Kelas A:
Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan
alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada
tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat
kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2.
2. Grade
Merupakan ukuran banyaknya teknik pendakian yang diperlukan. Faktor rute
yang sulit dan cuaca buruk dapat menambah bobot grade menjadi lebih tinggi.
Sebagai contoh, tebing kelas 5.7 yang rendah dan dekat dengan jalan raya,
mungkin akan mempunyai grade I (satu). Pembagian grade adalah sebagai
berikut.
Tabel 2 : Grade
Ada beberapa macam sistem yang digunakan di dunia dalam menentukan
tingkat kesulitan panjat tebing. Beberapa yang populer adalah sebagai berikut:
a. Sistem UK
Sistem ini menggunakan 2 sub grade, adjectice grade (sifat) dan
technical grade (teknis). Adjective grade menggambarkan kesulitan secara
menyeluruh dari perkiraan seberapa susah jalur pemanjatan, jumlah
kesulitan yang dialami dan ketersediaan pengaman. Adjective grade terdiri
dari:
Moderate (M), Very Difficult (VD), Hard Very Difficult, Mild
Severe,Severe (S),Hard Severe (HS), Mild Very Severe (MVS), Very
Severe (VS), Hard Very Severe (HVS) dan Extremely Severe. Extremely
Severe dibagi lagi menjadi 10 sub grade yaitu dari E1 sampai E10.
Sedangkan sistem numerik pada technical grade menggambarkan
tingkat kesulitan tersulit (crux) selama dalam pemenjatan. Jika pemanjatan
dilakukan multi pitch maka masing-masing pitch akan mendapatkan
technical grade untuk masing-masing pitch. Tecnical grade terdiri dari:
4a, 4b, 4c, 5a, 5b, 5c, 6a, 6b, 6c, 7a, 7b, 7c …..dan selanjutnya…
b. Sistem Perancis :
Sistem ini dikenal sebagai sistem untuk tingkat kesulitan dalam
sport climbing makanya banyak digunakan di jalur papan panjat. Tidak
seperti sistem UK, sistem ini menggunakan penomeran tunggal untuk
menggambarkan seberapa sulit suatu jalur secara menyeluruh. Hal ini bisa
menyebabkan masalah, misalkan suatu jalur mudah dilewati oleh
pemanjat pemula, maka bisa menjadi jalur yang sulit pada
pengkategoriannya.
c. Sistem UIAA :
Sistem Union Internationale des Associations d’Alpinisme (UIAA)
ini banyak digunakan di Jerman dan Austria. Sama seperti sistem
Perancis,menggunakan penomeran tunggal untuk menggambarkan
seberapa sulit suatu jalur secara menyeluruh, sistem ini diawali dari 1
(mudah) sampai 10 (sulit).Karena tingkat kesulitan bertambah, maka
dilakukan penambahan + atau – biasa dilakukan untuk membedakan antar
grade pemanjatan. jalur 11+ dan 12- sekarang banyak dipanjat oleh para
pemanjat.
d. Sistem Australia :
Sistem ini digunakan di Australia dan New Zealand dengan
menggunakan sistem logika. Sistem ini menggunakan sistem penomeran
tunggal, semakin sulit suatu jalur maka angka akan semakin tinggi. Tidak
seperti Sistem Perancis dan Sistem Amerika yang tidak
mempertimbangkan ketersediaan pengaman, Sistem Australia akan
meningkat tingkat kesulitannya jika jumlah pengaman sedikit.
e. Sistem Amerika :
Sistem ini berawal dari 1 sampai 5, tapi hanya grade 5 yang
digunakan untuk panjat tebing. Grade 1 sampai 4 digunakan untuk
menggambarkan berjalan dengan sedikit kesulitan, dan grade 5.0 berjalan
dengan scramble yang sulit.
Sistem ini disebut juga dengan Yossemite Decimal System (YDS).
Pengkatagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk
menentukan grade kesulitan panjat tebing. Pengkatagorian demikian
biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing
[Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada
jalur pendek].
Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan
decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima
point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh].
Peng-angka-an ini menjadi aneh akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding
dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya. YDS sendiri diawali
dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14.
Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.
Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut
beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan
memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS
dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian
/ panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan
kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka
decimal yang terbatas, seiring dengan banyaknya jalur
pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade
decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
`Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa
jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-
jalur pendek.
Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut:
5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa
digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari.
Gambar 32: Contoh Grade 5.9
5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari,
hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik
5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya
sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan
memiliki grade demikian.
5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya
atau paling tidak sama.
Gambar 33: Contoh Grade 5.12
5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan
untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat
jalur pendakian/pemanjatan tanpa bantuan alat (artificial climbing).
Gambar 34: Contoh Grade 5.14
Sumber : Mapala UPN Yogyakarta dan sumber lainnya
3.7 Gaya Pemanjatan
Pengertian gaya didalam panjat tebing menyangkut metode dan peralatan serta
derajat petualangan dalam suatu pendakian. Petualangan berarti tingkat
ketidakpastian hasil yang akan dicapai.
Gaya harus sesuai dengan pendakian. Gaya yang berlebiahan untuk tebing
yang kecil, sebaik apapun gaya tersebut akhirnya menjadi gaya yang buruk. Mendaki
secara alamiah dengan bantuan teknis terbatas adalah gaya yang baik. Kita harus
bekerjasama dengan tebing, jangan memaksanya. Kita dapat menggunakan point-
point alamiah seperti batu, tanduk (horn), pohon atau pada batuyang terjepit di dalam
celah (chockstone). Akhirnya kita sampai pada pendakian sendiri, tanpa
menggunakan tali. Maksudnya adalah menyesuaikan gaya dengan pendakian dan
kemampuan diri. Gaya yang baik adalah penyesuaian yang sempurna-penapakan dari
dua sisi yang baik antara ambisi dan kemampuan.
Tidak ada pendakian yang sama. Standar yang baik selalu dapat diterapkan
dan juga memungkinkan penyelesaian menjadi kepribadian masing-masing rute.
Itulah prinsip pendakian pertama kita tadi. Prinsip tersebuat dapat membimbing kita
dalam masalah gaya dan etika. Kita telah memiliki standar minimum yang telah siap
dan tersedia untuk dijadikan sasaran. Penerimaan terhadap prinsip ini memungkinkan
kita untuk meniadakan pertentangan pendapat tentang gaya umum. Keuntungan lain
adalah gaya dari pendakian pertama adalah gaya yang layak dan memberikan
keuntungan psikologis kepada pendaki-pendaki berikutnya bahwa rute tersebut,
paling tidak, pernah dicoba. Dengan menghargai orang-orang yang menyelesaikannya
dan memperlihatkan bahwa kita paham akan nilainya, serta menganggap pendakian
mereka sebagai suatu hasil karya, maka pendakian mereka bukanlah sesuatu yang
harus dikalahkan.
Dalam bukunya How to Rock Climbing: Face Climbing, John Long
menguraikan dalam membuat klasifikasi yang lebih sempit mengenai beberapa gaya
yang ada, diantaranya adalah:
1. Onsight Free Solo
Istilah onsight berarti memanjat suatu jalur tanpa pernah mencoba dan belum
pernah melihat orang lain memanjat di jalur tersebut. Jadi jalur tersebut
dipanjat tanpa informasi apa-apa. Sedangkan solo berarti tanpa tali. Jadi
onsight free solo berarti pemanjatan tali untuk pertama kali bagi seorang
pemanjat tanpa informasi apa-apa.
2. Free Solo
Pemanjatan suatu jalur tanpa menggunakan tali, tapi pernah mencoba
walaupun belum hapal benar jalur tersebut.
3. Worked Solo
Pemanjatan tanpa tali dengan sebelumnya pernah mencoba berkali-kali
sampai benar-benar hapal mati seluruh bentuk permukaan tebing.
4. Onsight Flash/Vue
Memanjat suatu jalur tanpa pernah mencobanya, melihat pamanjat lain dijalur
yan sama, juga tidak pernah mendapat informasi apa-apa. Memanjat dengan
menggunakan tali sebagai perintis jalur (leader) dan memasang pengaman
(running belay). Pemanjat juga tidak sekalipun jatuh dan tidak mengambil
nafas/istirahat diseopanjang jalur.
5. Beta Flash
Pemanjatan tanpa mencoba dan melihat orang lain memanjat dijalur tersebut,
namun telah mendapat informasi tentang jalur dan bagian-bagian sulitnya
(crux). Pemanjat kemudian memanjatnya tanpa jatuh dan tanpa istirahat di
sepanjang jalur.
6. Déjà vu
Seoarang pemanjat sudah dapat memanjat suatu jalur sekian tahun
sebelumnya dan gagal menuntaskannya. Setelah sekian tahun itu, dengan
kemampuan memanjat yang lebih baik, ia kembali dengan hanya sedikit
ingatan tentang jalur tersebut dan berhasil menuntaskan jalur pada percobaan
pertama.
7. Red Point
Memanjat suatu jaluryang telah dipelajari dengan sangat baik, tanpa jatuh dan
memanjat sambil memasang pengaman sebagai perintis jalur.
8. Pink Point
Sama dengan red point hanya semua pengaman telah dipasang pada
tempatnya.
9. Brown point
Ada beberapa macam untuk kategori ini, misalnya seorang pemanjat merintis
suatu jalur, lalu jatuh dan menarik tali, kemudian meneruskan pemanjatan dari
titik pengaman terakhir ia jatuh (hangdogging). Pemanjatan dengan top rope
juga termasuk dalam kategori ini. Lalu ada lagi pemanjatan dengan bor
pertama dipasang terlebih dahulu. Sebenarnya masih banyak lagi yang masuk
dalam kategori ini. Seluruh kategori ini menceritakan berbagai taktik, strategi
atau trik untuk mempelajari sekaligus mencoba menuntaskan suatu jalur.
Setealah begitu banyak melihat gaya pemanjat dalam menuntaskan jalur, kita
dapat membandingkan mana yang lebih sulit. Dengan begitu dapat pula dibandingkan
perbedaan kemampuan seorang pemanjat.
3.8 Pertimbangan Lain
1. Gunakan Chock dan Runners (titik pengaman) alam. Pendakian tebing adalah
suatu kesatuan yang harus ditangani secara hati-hati. Yang harus diperhatikan
adalah masalah penggunaan runners alam dan chockstone buatan, karena alat
tersebut membiarakan tebing tetap utuh.
Penggunaan piton (paku tebing) dalam suatu pendakian masih menimbulkan
cacat pada tebing. Kerusakan yang ditimbulkannya adalah karena:
a. Mempersulit atau mempermudah rute dengan merubah sifatnya.
b. Menimbulkan noda-noda goresan yang tidak sedap di pandang.
c. Dapat melepas belahan batu besar atau serpihan-serpihan batu.
Jadi walaupun dalam kasus-kasus dimana pendakian pertama menggunakan
piton, kita harus berusaha memperkecil penggunaan piton karena sifatnya
yang merusak.
2. Sampah
Jika kita membawa kaleng makan dalam suatu pendakian, injak kaleng
tersebut dan bawalah keatas. Lebih baik jika membawa makanan yang tidak
dalam kaleng. Kulit jeruk sebaiknya disimpan kembali karena tidak dimakan
oleh binatang dan sangat lambat pembusukannya.
3.9 Teknik Dasar Pemanjatan / Rock Climbing
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat
tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan
tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunyai kecenderungan untuk
mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan
menempatkan badannya rapat ke tebing dan Ini adalah kebiasaan yang salah.
Tangan manusia tidak bisa digunakan untuk mempertahankan berat badan
dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat
melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan, Kecenderungan
merapatkan berat badan ketebing dapat mengakibatkan timbulnya momen
gaya pada tumpuan kaki, Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir
Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan
memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai
gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu
vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya
gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang
normal sebesar mungkin, Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal
diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota
badan yang seolah olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan
beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :
Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak
begitu besar Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat
dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah
menyerupai pasak.
Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar
(chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah
satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan,
dan sebelah lagi menempel ke belakang Kedua tangan diletakkan
menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas
bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat
badan.
Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar
(gullies).Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki
sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan
mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang
juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan
menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait
tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk
menempatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan.
Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan
kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
3.10 Clean Jalur
Clean jalur adalah membersihkan jalue pemanjatan dari peralatan climbing
seperti runner dan karmantel. Clean jalur dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Clean down
Adalah teknik membersihkan jalur dengan turun berlahan dengan mengambil
kembali runners satu persatu sampai ke bawah.
b. Clean pursik
Adalah teknik membersihkan jalur dengan menggunakan tali pursik untuk
menyimpulkan tali karnmantel dan tali karnmantel dapat langsung dijadikan
pemanjat untuk turun sehingga pemanjat dapat dengan mudah mengambil
runner satu persatu.
c. Clean mayong
Adalah teknik membersihkan jalur dari perlengkapan climbing yang pada top
dari tebing terdapat mayong.
Dari ketiga jenis clean jalur diatas, clean jalur yang paling aman adalah clean down,
Karena jika salah satu runner lepas, maka masih ada runner yang lain yang akan
menahan pemanjat agar tidak jatuh.
3.11 Jalur yang diapanjat di Harau
1. Jalur hijau
a. Grade : 5-8 A
b. Jumlah hanger : 7 hanger
c. Ketinggian ± 15 meter
2. Jalur Fucking Hot
a. Grade : 5-11 A
b. Jumlah hanger : 7 hanger
c. Ketinggian ± 8 meter
3. Jalur Toilet
a. Grade : 5-9 A
b. Jumlah hanger : 9 hanger
c. Ketinggian ± 25 meter
4. Jalur Cukia
a. Grade 5-10 A
b. Jumlah hanger : 7 hanger
c. Ketinggian : 20 meter
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1 Pra Kegiatan
A. Pelatihan dan Penambahan Materi
Pelatihan dan penambahan materi dilakukan secara terencana. Adapun hal-
hal yang dilakukan selama masa pra kegiatan adalah:
1. Penambahan Materi
No Hari/Tanggal Keterangan
1Senin/ l7 September 2012 Upgrading Rock Climbing oleh Pembina
2 Selasa/18
September 2012
Latiha buildering di belakang sekre paitua
dengan Pembina
3 Selasa-Rabu/18-26
September 2012
Joging dan Latihan buildering di belakang
sekre paitua oleh AM
2. Rapat AM
B. Sekretaris
1. List Job
No Hari/Tanggal Keterangan
1 Kamis/20
September 2012
Menyiapkan surat keluar
2 Rabu/19
September-Rabu/
Menyelesaikan ROP
No Hari/Tanggal Keterangan
1 Sabtu/ 15
September 2012
Penentuan waktu berkegiatan
2 Minggu / 16
September 2012
Pembentukan kepanitiaan dan jobdess
masing-masing bidang
2. List Surat Keluar
No. Nama Surat Nomor Surat Tujuan Keterangan
1 Surat
Perizinan
002-B/RC/Paitua-
MTU/XX/IX-2012
Wali nagari Sudah
Sampai
2 Surat
Perizinan
002-B/RC/Paitua-
MTU/XX/IX-2012
Ketua
pemuda
Sudah
Sampai
3 Surat
Perizinan
002-B/RC/Paitua-
MTU/XX/IX-2012
BKSDA Sudah
Masuk
Surat
Perizinan
002-B/RC/Paitua-
MTU/XX/IX-2012
Kapolsek Belum
masuk
4 Surat
Peminjaman
Alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
Paitua-MTU Sudah
Sampai
5 Surat
peminjaman
alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
MPU-Mapala
Polyteknik
Negri padang
Sudah
Sampai
6 Surat
peminjaman
alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
KOMMA-
FPUA
Sudah
sampai
7 Surat
peminjaman
alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
SDU-
FATERNA
Sudah
Sampai
8 Surat
peminjaman
alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
KCALH-
RAFFLESIA
Sudah
Masuk
9 Surat
peminjaman
alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
MPALH Sudah
Masuk
10 Surat Jalan 16-SJ/ paitua-
MTU/XX/IX-2012
paitua Sudah
masuk
11 Surat
Peminjaman
Alat
001-B/RC/ Paitua-
MTU/XX/IX-2012
Dekanat Sudah
Masuk
C. Bendahara
1. List Job
No Hari/ tanggal Keterangan
1 Rabu-Jum’at/26-28
September
2012
Mengumpulkan dana dari anggota muda
D. Bidang Perlengkapan
1. List Perlengkapan Pribadi
No Nama Jumlah Keterangan
1 Pakaian
a. Baju lapangan 1 buah Ada
b. Celana lapangan 1 buah Ada
c. Kaos kaki lapangan 1 pasang Ada
2 Perlengkapan makan
a. Piring 1 buah Ada
b. Gelas 1 buah Ada
c. Sendok 1 buah Ada
3 Perlengkapan tidur
a. Jaket 1 buah Ada
b. Selimut 1 buah Ada
4 Perlengkapan mandi 1 set Ada
5 Perlengkapan tambahan
a. Sandal 1 pasang Ada
b. Obat-obatan pribadi secukupnya Ada
c. Perlengkapan shalat 1 set Ada
d. Survival kids 1 set Tidak ada
e. Pakaian ganti 2 pasang Ada
6 Penerangan 1 buah Ada
2. Perlengkapan kelompok
No Nama Jumlah Keterangan
1 Tali Carmantel 2 pitch Ada
2 Harmnes 4 buah Ada
3 Carabiner Screw 4 Buah Ada
4 Figure of eight 2 buah Ada
5 Runners 20 buah Ada
6 Calk bag 2 buah Ada
7 Bubuk Magnesium ½ kg Ada
8 Piton 1 set Ada
9 Friend 4 buah Ada
10 Sling Prusik 2 buah Ada
11 Hummer 1 buah Ada
12 Hexentric 1 set Ada
13 Chock Stopper 1 set Ada
14 Webbing 4 buah Ada
15 Carier 2 buah Ada
16 Day Pack 4 buah Ada
17 Minyak tanah 1 L Tidak Ada
18 Nesting 2 set Ada
19 Tabung gas 5 Tabung Ada
20 Tramontina 1 buah Ada
21 Plastik Packing 6 buah Ada
22 Kompas 1 buah Tidak Ada
23 Sarung Tangan 2 buah Ada
24 P3K 1 set Ada
25 Fly sheet 4 buah Ada
26 Derigen 2 buah Ada
27 Cutter/ Pisau 2 buah Ada
28 Kompor Gas 2 buah Ada
29 Sabun Pencuci Piring 1 buah Ada
30 Korek Api 1 buah Ada
31 Alat Dokumentasi 2 buah Ada
3. List Job
No Hari/ tanggal Keterangan
1 Kamis/ 27
September 2012
Mencari transportasi
2 kamis/ 2 juni 2012 Mencari perlengkapan yang harus dibawa
untuk berkegiatan.
4. List Peminjaman Alat Pada Paitua Mapala Teknik Unanad
No Nama Barang Jumlah
1 Runners 10 buah
2 Carabiner Screw 1 buah
3 Figur of eight 1 buah
4 Tali karnmantel 1 buah
5. List Peminjaman Alat Pada MPU Mapala Politeknik Unand
5 Matras 4 buah
6 Carrier 2 buah
7 Sarung tangan 2 buah
8 Chalk bag 2 buah
9 Golok Tebas 1 buah
10 Harness 1 buah
11 Tali pursik 2 buah
12 Piton 15 buah
13 Heksentrik 17 buah
14 Kompor Gas 2 buah
15 Tabung Gas 4 buah
19 Nesting 2 buah
20 Fly Sheet 2 buah
21 Dirigen 2buah
22 Webbing 4 buah
No Nama Barang Jumlah
1 Harness 1 buah
2 Carabiner Screw 1 buah
3 Figur of eight 1 buah
4 Tali karnmantel 1 buah
5 Runners 5 buah
6. List Peminjaman Alat Pada KOMMA Pertanian Unand
7. List Peminjaman Alat Pada SDU Faterna Unanad
E. Bidang Konsumsi
1. List Job
No Hari/ tanggal Keterangan
1 Kamis/ 20
September 2012
Mengatur konsumsi
2 Kamis/ 27
September 2012
Membeli segala keperluan konsumsi yang
dibutuhkan.
No Nama Barang Jumlah
1 Runners 3 buah
2 Carabiner Screw 3 buah
3 Figur of eight 1 buah
No Nama Barang Jumlah
1 Runners 2 buah
F. Bidang HPD
1. List Job
No Hari/ tanggal Keterangan
1 Sabtu/22
September 2012
Melaksanakan survey lapangan untuk
berkegiatan.
Mengurus surat perizinan berkegiatan kepada
Pak RT, wali jorong, wali nagari dan Ketua
pemuda Jorong Limpato
2 jum’at/ 28
September 2012
Mengurus surat perizinan berkegiatan kepada
Polsek Harau.
2.2 Kegiatan
1. RINCIAN KEGIATAN ORIENTASI ROCK CLIMBING
No. Hari/Tanggal Pukul Kegiatan
1 Jum’at/ 28-09-2012 07.19-07.30 Upacara pelepasan di
sekretariat paitua-MTU
07.30-11.43 Perjalanan dari Sekre
Paitua-MTU – Polres
Harau (mengantar
SIMAKSI) –
Harau(Pasanggrahan Buk
Atik)
11.43-13.30 Ishoma
13.30-13.40 Persiapan perlengkapan
pemanjatan
13.40-13.55 Perjalanan menuju tempat
pemanjatan (jalur hijau)
13.55-14.05 Pemanasan
14.05-16.00 Pemanjatan ke-1 jalur
hijau yaitu mampu
menjadi leader, belay dan
clean down
16.00-16.20 Istirahat dan shalat
16.20-19.08 Pemanjatan ke-2 jalur
hijau yaitu mampu
menjadi leader, belay dan
clean down
19.08-21.00 Ishoma
21.00-21.38 Evaluasi dan Breafing AM
21.38-22.02 Evaluasi dengan Pembina
22.02-22.40 Malam keakraban
22.40-05.00 Istirahat tidur
2 Sabtu / 29-09-2012 05.00-06.15 Bangun, MCK, sholat, dan
masak
06.15-06.45 Makan
06.45-06.55 Persiapan perlengkapan
pemanjatan
06.55-07.05 Perjalanan menuju tempat
pemanjatan
07.05-07.15 Pemanasan
07.15-11.50 Pemanjatan di jalur toilet,
fucking hot
11.50-12.50 Ishoma
12.50-16.00 Pemanjatan di jalur toilet,
fucking hot
15.30-16.00 Istirahat dan shalat
16.20-20.08 Pemanjatan di jalur toilet,
fucking hot
20.08-21.41 Ishoma
21.41-22.05 Evaluasi dan Breafing AM
22.05-22.23 Evaluasi dengan Pembina
22.23-23.00 Malam keakraban
23.00-05.00 Istirahat tidur
3 Minggu / 30-09-
2012
05.00-06.15 Bangun, MCK, sholat, dan
masak
Persiapan perlengkapan
pemanjatan
06.15-06.45 Makan
06.45-07.05 Persiapan memanjat
07.05-07.45 Pemanjatan jalur fucking
hot
07.45-07.50 Perjalanan menuju tempat
pemanjatan (jalur cukia)
07.50-08.15 Pemanasan
08.15-12.15 Pemanjatan di jalur cukia
dan clean down bagi yang
belum
12.15-12.50 Ishoma
13.00-14.00 Persiapan pulang
14.13-19.15 Pulang ke sekre paitua –
MTU
19.15-19.30 Istirahat
19.30-20.20 Evaluasi dan breafing AM
20.20-20.40 Evaluasi dengan Pembina
2. JADWAL LOMUNIKASI
No
.
Hari/Tanggal Jam Lokas
i
Tujuan Berita Sarana
1 Jum’at, 28
September
2012
12.07 Harau Paitua
(Rima
Geovani)
Kedatangan
di Lokasi
Pemanjatan
Hp
2 Jum’at, 28
September
2012
19.10 Harau Paitua
(Rima
Geovani)
Keadaan
Tim
Hp
4 Sabtu, 29
September
2012
12.15 Harau Paitua
(Rima
Geovani)
Persiapan
pemanjatan
Hp
5 Sabtu, 29
September
2012
20.14 Harau Paitua
(Rima
Geovani
dan
Hanif
Hasan)
Keadaan
Tim
Hp
6 Minggu, 30
September
2012
06.40 Harau Paitua
(Rima
Geovani)
Persiapan
pemanjatan
Hp
7 Minggu, 30
September
2012
14.15 Harau Paitua
(Rima
Geovani)
Keadaan tim
dan
keberangkat
an pulang
Hp
SKENARIO PEMANJATAN
1. Jum’at, 28 September 2012
Target : Menjadi leder
Menjadi belay
Clean down
Pemanjatan jalur hijau
a. Jalur 1
Belay : Eko Firmanto
Leader : Fadli Rizki
Dokumentasi : Fajri Mardhatillah
Belay : Fadli Rizki
Leader : Fajri Mardhatillah
Dokumentasi : Eko Firmanto
Belay : Fajri Mardhatillah
Leader : Eko Firmanto
Dokumentasi : Fadli Rizki
b. Jalur 2
Belay : Dikky Andika
Leader : M. Arifin
Dokumentasi : Yuliana Febriani
Belay : M. Arifin
Leader : Yuliana Febriani
Dokumentasi : Dikky Andika
Belay : Yuliana Febriani
Leader : Dikky Andika
Dokumentasi : M. Arifin
2. Sabtu, 29 September 2012
Target : clean pursik
Pemanjatan jalur toilet
` Pemanjatan pertama
Belay : Fadli Rizki
Leader : M.Arifin
Dokumentasi : Eko Firmanto
Belay : M. Arifin
Leader : Eko Firmanto
Dokumentasi : Fadli Rizki
Belay : Eko Firmanto
Leader : Fadli Rizki
Dokumentasi : M. Arifin
Pemanjatan kedua
Belay : Yuliana Febriani
Leader : Fajri Mardhatillah
Dokumentasi : Dikky Andika
Belay : Fajri Mardhatillah
Leader : Dikky Andika
Dokumentasi : Yuliana Febriani
Belay : Dikky Andika
Leader : Yuliana Febriani
Dokumentasi : Fajri Mardhatillah
Pemanjatan di jalur fucking hot
Pemanjatan pertama
Belay : Fadli Rizki
Leader : Yuliana Febriani
Dokumentasi : M. Arifin
Belay : M. Arifin
Leader : Fadli Rizki
Dokumentasi : Yuliana Febriani
Belay : Yuliana Febriani
Leader : M. Arifin
Dokumentasi : Fadli Rizki
Belay : Dikky Andika
Leader : Fajri Mardhatillah
Dokumentasi : Eko Firmanto
Belay : Fajri Mardhatillah
Leader : Eko Firmanto
Dokumentasi : Dikky Andika
Belay : Eko Firmanto
Leader : Dikky Andika
Dokumentasi : Fajri Mardhatillah
Minggu, 30 September 2012
Artificial :
Pemanjatan jalur cukia
Belay : Fadli Rizky
Leader : Dikky Andika
Dokumentasi : Fajri Mardhatillah
Belay : Eko Firmanto
Leader : Fajri Mardhatahillah
Dokumentasi : M. Arifin
Belay : Eko Firmanto
Leader : M. Arifin
Dokumentasi : Fajri Mardhatillah
Belay : Fajri Mardhatahillah
Leader : Eko Firmanto
Dokumentasi : M. Arifin
Belay : Eko Firmanto
Leader : Fadli Rizki
Dokumentasi : Dikky Andika
Belay : Fajri Mardhatahillah
Leader : Yuliana Febriani
Dokumentasi : Dikky Andika
Clean down di jalur hijau:
Belay : Fadli Rizki
Leader : Yuliana Febriani
Dokumentasi : Dikky Andika
Belay : Dikky Andika
Leader : Fadli Rizki
Dokumentasi : Yuliana Febriani
PEMBAGIAN TUGAS UMUM
A. HARI JUMAT
a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika
b. Mungurus perizinan : Eko Firmanto
Fajri Mardhatillah
c. Menyiapkan makan malam : M Arifin
Yuliana Febriani
d. Menjemput air : Fadli Rizki
B. HARI SABTU
Pagi
a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika
b. Menyiapkan sarapan : Fadli Rizki
Eko Firmanto
c. Menyiapkan perlengkapan : M. Arifin
Yuliana Febriani
d. Menjemput air : Fajri Mardhatillah
Malam
a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika
b. Menyiapkan makan malam : Yuliana Febriani
Fajri Mardhatillah
Fadli Rizki
c. Menjemput air : Eko Firmanto
M. Arifin
C. HARI MINGGU
a. Koordinator Lapangan : Dikky Andika
b. Menyiapkan makan pagi : Eko Firmanto
Fajri Mardhatillah
d. Menyiapkan alat : M. Arifin
Yuliana Febriani
Fadli Rizki
e. Sweeping lokasi : Semua AM
2.3 Pasca Kegiatan
No Hari/ Tanggal Keterangan
1 Senin-Selasa/1-2
September 2012
Membersihkan Peralatan
2 Rabu/3September
2012
Mengembalikan Peralatan
3 Jum’at/22 September
2012
Membuat cerita perjalanan
4 Rabu-Sabtu/3-6
September 2012
Membuat LPJ
BAB V
EVALUASI DAN PEMBAHASAN
1.1 Pra Kegiatan
a. Surat-surat sebaiknya diselesaikan sebelum ROP
Untuk berkegiatan diperlukan surat-surat seperti suarat izin, surat
peminjaman alat. Dalam hal ini, setiap koordinator bidang harus memberikan
list surat-surat yang diperlukan kepada sekretaris agar dapat membuat dan
langsung diantarkan.
b. Konfirmasi dengan ketua pelaksana
Setiap anggota harus mengkonfirmasikan kepastian akan berkegiatan atau
berhalangan ikut secepat mungkin kepada ketua, agar pada saat
menghubungi bus jelas harga yang akan dibayar.
c. Ganchart
Masing-masing coordinator bidang harus membuat ganchart dan konsisten
dalam melaksanakan kegiatan yang sudah ada di ganchart.
1.2 Kegiatan
A. Jum’at, 28 September 2012
Evaluasi sesama AM:
a. Tidak medengarkan korlap
Anggota tidak mendengarkan aba-aba yang diberikan oleh korlap, ini
menyebabkan penggunaan waktu tidak efisien dan waktu untuk memanjat
semakin sedikit.
b. Belay kurang serius
Pada saat pemanjatan, belay tidak serius melihat pemanjat. Ini menyebabkan
ada anggota yang terjatuh ketika memanjat dan belay tidak langsung mem-
pull tali sehingga angoota terjatuh jauh dari runner terakhir yang dipasang
tali oleh anggota.
Evaluasi dengan Pembina:
a. Harus tahu prosedur sebelum memanjat
- Untuk pemanjat
Sebelum memanjat seharusnya anggota orientasi medan dulu agar tidak
memakan waktu yang lama dan pemanjat juga harus memberi aba-aba
yang jelas pada belay.
- Untuk belay
Tali harus selalu diperhatikan agar tali tidak kusut dan belay juga harus
tanggap dalam mendengarkan aba-aba dari pemanjat.
- Pemanjatan
Pada saat memanjat harus diperhatikan cara pemasangan tali pada
runner, jangan sampai pemasangan tali terbalik.
b. Jaga sikap di lapangan
Pada saat berkegiatan, anggota harus menjaga sikap di lapangan, jangan
melakukan hal-hal yang tidak perlu dilakukan. Contohnya pada saat
berkegiatan, ada anggota yang tidur-tiduran di matras sedangkan anggota
yang lain sedang memanjat.
c. Aplikasikan tujuan dan capai target yang sudah dibuat
Sebelum berkegiatan sudah ditentukan tujuan dan target berkegiatan. Jadi
sewaktu berkegiatan, target harus dicapai disamping tujuan dari kegiatan
diaplikasikan. Manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mencapai target dan
tujuan.
d. Kerja harus sesuai dengan ROP
Pada ROP, sudah ditentukan pembagian tugas dari masing-masing anggota.
Dalam berkegiatan, tugas anggotat harus dilakukan sesuai pembagian.
Meskipun kita harus saling membantu, tapi tugas kita harus diselesaikan
terlebih dahulu.
Brifing
a. Yang piket pada pagi sabtu, memasak nasi untuk makan siang.
b. On time dalam setiap kegiatan
c. Membuat list perlengkapan yang di bawa ke lokasi pemanjatan
B. Sabtu, 29 September 2012
Evaluasi sesama AM
Manajemen waktu.
Anggota seharusnya dapat memanajenen waktu dengan baik, agar kegiatan
yang dilakukan dapat sesuai dengan rancangan dan skenario yang telah
dibuat. Contohnya pada saat men-clean anggota tidak mempertimbangkan
lama waktu yang diperlukan sehingga selesai malam hari.
Evaluasi dengan pembina
Ukur kemampuan diri.
Pada saat memanjat atau pun clean anggota harus dapat mengukur
kemampuan dirinya, sampai mana ia mampu memanjat agar tidak terlalu
lama berada di atas. Namun kita juga harus terlebih dahulu berusaha sebelum
mengatakan ‘tidak bisa’.
Brifing
a. Piket hari minggu sama dengan hari sabtu
b. Clean down yang belum dilakukan di jalur hijau.
c. Sebelum ke jalur cukia menjemput runner yang tertinggal di jalur fucking hot.
C. MINGGU, 30 September 2012
Evaluasi denagn AM:
a. Kelalaian AM sehingga pada pengambilan runner belum semua anggota di
jalur fucking hot, masih ada yang MCK
b. AM tidak mencoba semua jalur yang telah dicantumkan di ROP
c. Untuk waktu perjalanan, sebaiknya waktu ditambahkan karena bus umum
juga mencari penumpang dan banyak berhenti di jalan.
1.3 Pasca Kegiatan
a. Membuat cacatan perjalanan : M.arifin
b. Cuci photo : Fajri Mardhatillah
c. Membersihkan dan pengembalian perlengkapan : Fadli Rizki (PJ) dibantu
AM yang lain pada hari Senin dan perlengkapan dikembalikan paling lambat
hari rabu.
d. Rapat AM akan dilaksanakan senin jam 16.00 WIB di sekre paitua MTU
e. LPJ akan dilaksanakan seminggu setelah kegiatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Kegiatan ini dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Terbukti dengan kekaguman anggota yang semabari
bersyukur menyadari betapa cipataan Tuhan luar biasa
b. Sosialisasi dengan masyarakat setempat
Ketika berkegiatan, orang lain yang lewat baik penduduk setempat maupun
wisatawan yang bertanya, anggota secara tidak langsung mengenalkan paitua
pada masyarakat.
c. Mempelajari dan mengaplikasikan ilmu panjat tebing
Denagan melaksanakan panjat tebing langsung di Harau, maka anggota sudah
dapat mengaplikasikan ilmu panjat tebing yang sudah dipelajari.
d. Kegiatan ini dapat melatih manajemen organisasi.
Dengan dilibatkannya semua anggota dalam kepanitiaan, anggota sudah dapat
melaatih manajemen organisasi dan kerjasama dalam sebuah tim
e. Terbinanya kekeluargaan antara AM dan anggota biasa
Dibukti dengan adanya kerjasama dan rasa saling tolong menolong antara
sesama AM tanpa diminta sekalipun serta adanya rasa ingin saling melengkapi
antara sesama.
f. Memenuhi syarat orientasi.
Dengan disetujuinya kegiatan ini dilaksanakan dan dengan diterimanya laporan
pertanggungjawaban, berarti AM telah dapat menyelesaikan 1 beban orientasi
yaitu Rock Climbing
6.2 Saran
Agar acara selanjutnya berjalan dengan lebih baik, maka kami menyarankan:
2. Agar mempersiapakan waktu yang lebih jika ingin berkegiatan harau karena
jalur panjat di harau sangat banyak
3. Banyak latihan sebelum berkegiatan.
Lampiran 1
SUSUNAN KEPANITIAAN
Ketua : Dikky Andika AM-002-P
Sekretaris : Yuliana Febriani AM-017-P
Bendahara : Eko Firmanto AM-003-P
Koor Perlengkapan : Fadli Rizki AM-005-P
Koor HPD : Fajri Mardhatillah AM-006-P
Koor Konsumsi : M. Arifin AM-009-P
Lampiran 2
RINCIAN BIAYA LOGISTIK
No. Nama Barang Jumlah Harga/satuan Total
1 Tempe 8 bungkus Rp 1,000.00 Rp 8,000.00
2 Sarden Besar 2 kaleng Rp 16,000.00 Rp 32,000.00
3 Sarden Kecil 2 kaleng Rp 6,000.00 Rp 12,000.00
4 Saus Sambal1 botol
Rp 10,000.00
Rp
10,000.00
5 Cabe 1/2 Kg Rp 16,000.00 Rp 8,000.00
6 Cappucino10 bungkus
Rp 1,000.00
Rp
10,000.00
7 Energen10 bungkus
Rp 1,150.00
Rp
11,500.00
8 Teh 1 kotak Rp 3,500.00 Rp 3,500.00
9 Gula 1 Kg Rp 13,000.00 Rp 13,000.00
10 Susu shacet putih 1 pack Rp 6,500.00 Rp 6,500.00
11 Mie 6 bungkus Rp 1,500.00 Rp 9,400.00
12 Minyak Goreng 1 Kg Rp 10,000.00 Rp 10,000.00
13 Bawang merah - Rp 2,000.00 Rp 2,000.00
14 Plastik 1 bungkus Rp 3,500.00 Rp 3,500.00
15 Bawang putih - Rp 2,000.00 Rp 2,000.00
16 Ikan 1 Kg Rp 8,000.00 Rp 8,000.00
17 Kol - Rp 3,000.00 Rp 3,000.00
18 Garam halus 1 bungkus Rp 1,000.00 Rp 1,000.00
19 Gas 4 tabung Rp 4,000.00 Rp 16,000.00
20 Wortel 1/2 Kg Rp 4,000.00 Rp 2,000.00
21 Nuget 1 bungkus Rp 40,000.00 Rp 40,000.00
22 Kentang 1 Kg Rp 5,000.00 Rp 5,000.00
23 Teri 1/4 Kg Rp 60,000.00 Rp 15,000.00
24 Beras - Rp 7,000.00 Rp 7,000.00
TOTAL Rp
238,400.00
RINCIAN BIAYA PERLENGKAPAN
No Nama Barang Jumlah Harga
persatuan(Rp)
Total
Harga(Rp)
1 Plastik packing 2 3000 Rp
6,000.00
2 Bola Lampu 1 2500 Rp
2,500.00
3 Sewa Pasangrahan Rp
300,000.00
TOTAL Rp
308,500.00
RINCIAN BIAYA TRANSPORTASI
Dari Ke Biaya
Sekretariat Paitua Mapala
Teknik Unand Harau Rp 270,000.00
Harau
Sekretariat Paitua Mapala
Teknik Unand Rp 245,000.00
Uang bus - Rp 100,000.00
TOTAL Rp 615,000.00
RINCIAN BIAYA HPD
No Keterangan Jumlah
1 Survey Rp 35,000.00
2 Regestrasi BKSDA Rp 15,000.00
3 Registrasi Ketua Pemuda Rp 20,000.00
4 Materai 6000@2buah Rp 14,000.00
5 Cuci Foto Rp 36,000.00
TOTAL Rp 120,000.00
RINCIAN BIAYA KESTARI
No Keterangan Jumlah
1 Pengadaan ROP Rp 4,000.00
2 Pengadaan LPJ Rp 52,000.00
TOTAL Rp 56,000.00
RINCIAN BIAYA TOTAL
Uang Masuk:
NoJumlah
Orang
Jumlah per orang
(Rp)
Jumlah Total
(Rp)Keterangan
1 6 215,000.00 1,290,000.00 iuran AM paitua
2 1 100,000.00 100,000.00 anggota biasa
TOTAL 1,390,000.00
Uang Keluar:
No Bidang Jumlah
1 Konsumsi Rp 238,400.00
2 Perlengkapan Rp 308,500.00
3 HPD Rp 120,000.00
4 Transportasi Rp 615,000.00
5 Kestari Rp 56,000.00
TOTAL Rp 1,337,900.00
Ket : Dana berlebih Rp 52.100,00
Kelebihan dana digunakan untuk membeli snack yang dimakan bersama-sama
AM.
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Pelepasan
Keberangkatan
Perjalanan
Kedatangan di harau
Leader , belay dan clean down di jalur hijau
Clean pursik di jalur toilet
Artificial di jalur cukia
Pulang