ltm 1 agama islam
TRANSCRIPT
![Page 1: LTM 1 Agama Islam](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9c18550346d033a89348/html5/thumbnails/1.jpg)
Ruang Lingkup Agama Islam
Jupiter Eresta Jaya/Teknik/1206230183
1. Judul Sumber : Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi
Penulis : Benny Kurniawan
Data Publikasi : Grasindo. Jakarta. 2004. Cetakan Pertama. 196 halaman.
2. Judul Sumber : Pendidikan Agama Islam
Penulis : Syamsuri
Data Publikasi : Erlangga. Jakarta. 2006. Cetakan Pertama. 177 halaman.
Salah satu ciri agama Islam adalah Islam merupakan Agama yang Komprehensif. Islam tidak
hanya mengedepankan ibadah dan aqidah semata yaitu hubungan manusia dan Tuhannya tetapi
juga mengatur hubungan-hubungan lainnya. Islam adalah agama yang bersifat terbuka dimana
Islam selalu memberikan keleluasaan kepada umatnya untuk berfikir ke depan dalam rangka
mencapai tingkat peradaban dan kemajuan yang lebih baik. Islam merupakan agama yang
memberikan rahmat bagi seisi dunia ini. Oleh karena itu syariah Islam sebagai suatu syariah
yang dibawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri yaitu sebagai agama yang
lengkap dan universal. Komprehensif dan lengkap berarti syariah Islam merangkum seluruh
aspek kehidupan baik aqidah dan ibadah, sosial dan ekonomi. Islam adalah agama yang
mencakup seluruh sisi kehidupan. Semua aspek tersebut apabila dilihat secara garis besar ,
terbagi atas tiga bagian
1. Hubungan Manusia dengan Allah SWT
Hubungan ini mengatur hubungan manusia dengan penciptanya atau mengatur hubungan antara
pencipta dan yang diciptakan. Dasar dari hubungan manusia dan Allah SWT atau habluminallah
adalah surat Az-Zariat ayat 56 yang artinya:
![Page 2: LTM 1 Agama Islam](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9c18550346d033a89348/html5/thumbnails/2.jpg)
“Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka mengabdi kepada-Ku”
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan kita manusia dan jin dengan
tujuan yang sangat mulia, yaitu agar mengabdi kepada-Nya. Pengertian mengabdi kepada-Nya
adalah melakukan apapun yang dalah hidupnya untuk mencapai ridha Allah SWT. Apapun yang
dilakukannya baik shalat, hidup, mati dan seluruh hidupnya dilakukan semata-mata hanya untuk
mencari keikhlasan kepada-Nya.
Oleh karena hal di atas, dalam Islam, prioritas penilaian yang diutamakan hanyalah kepada Allah
SWT, bukan penilaian dari manusia. Sehingga, terciptalah kepentingan untuk mendekatkan hati
kita dengan Allah SWT. Karena saat makhluk ciptaannya sedang, melakukan apapun Allah terus
mengawasi dan melihat tanpa henti apapun yang dilakukan dan diniatkannya.
2. Hubungan Manusia dengan Manusia
Ibadah yang berupa hubungan sesame manusia disebut hablum minan nas dan disebut pula
ibadah ghair-madhah. Agama Islam mempunyai konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kenegaraan dan perekonomian. Ajaran ini selanjutanya menjadi dasar dalam
perkembangan aturan kemasyarakatan.
Seluruh konsep kemasyarakatan yang ada dalam Islam, bertumpu pada satu nilai, yaitu saling
tolong-menolong antara sesame manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah
ayat 3 yang artinya:
“Diharahamkan bagimua (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
diterkam binatang buas, kecuali yang sempata kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu(
yang disebembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah,
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka,
barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
![Page 3: LTM 1 Agama Islam](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9c18550346d033a89348/html5/thumbnails/3.jpg)
3. Hubungan Manusia dengan Makhluk Lainnya atau Lingkungan
Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh-segala yang ada di sekeliling manusia maupun yang
ada di dalam diri manusia, seluruhnya mengandung manfaat. Mulai dari benda-benda raksasa
yang berterbangan dan menyebar di ruang angkasa, hingga benda yang paling kecil dan amat
sederhana, semuanya mengandung manfaat bagi manusia. Jadi, tidak ada satu pun yang
diciptakan Allah yang sia-sia, semuanya bermanfaat.
Alam semesta diciptakan Allah dengan sengaja sehingga wujudnya pun adalah nyata dan
konkrit. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Ibrahim ayat 19:
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesunggubya Allah telah menciptakan langit dan bumi
dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu)
dengan makhluk yang baru.”
Kita sebagai manusia telah diberi akal dan pikiran sebagai kelebihannya. Manusia juga
diciptakan sebagai pemimpin atau Khlaifah Allah di muka bumi ini. Meskipun ia tetap terikat
pada hokum alam (sunatullah), Allah memberikan wewenang kepada manusia untuk
menggunakan alam semesta ini. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 61:
“Dan kepada Samud (kami utus) saudara mereka salh. Saleh berkata: “Hai kamku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian
bertobatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan
(doa hamba_nya).”
Ayat diatas menjelaskan bahwa ala mini diciptakan untuk manusia dan bahkan manusia
diperintahkan untuk memakmurkan, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hanya saja
dalam memanfaatkan alam itu, Manusia harus tahu batas-batasnya. Manusia tetap harus menjaga
keseimbangan alam, keseimbangan lingkungan, jangan sampai merusak. Manusia tidak boleh
mengekslploitasi alam hanya untuk kepentingan nafsu serakah saja.