ltm 1 -- siklus ovulasi, menstruasi, dan fertilisasi.docx
DESCRIPTION
LTM mahasiswa kedokteran FKUI - modul reproduksiTRANSCRIPT
Siklus Ovulasi, dan Menstruasi
Oleh: Muhammad Hanifi (1106010641)
Menstruasi merupakan pengeluaran, secara berkala dan fisiologis, darah dan
jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil.1 Proses ini terjadi di
bawah kendali hormon dan secara normal berulang, biasanya dengan interval
sekitar empat minggu. Proses ini merupakan puncak siklus haid.
LTM ini akan menjelaskan tentang siklus menstruasi yang meliputi siklus
menstruasi normal, perubahan yang terjadi selama siklus menstruasi dan faktor yang
mempengaruhi siklus menstruasi.
Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon
sebagai berikut:
1. Hormon pemicu aktivitas hipofisis, Gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
2. Hormon hipofisis anterior, Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH), yang disekresi akibat respon terhadap GnRH dari
hipotalamus.
3. Hormon ovarium: estrogen, dan progesteron, yang disekresi oleh
ovarium akibat respon terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis anterior.2
Berbagai hormon disekresi dengan rate yang berbeda tergantung siklusnya.
A. Siklus Ovarium
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14
hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Lama siklus rata-rata 28 hari.
Pada setiap siklus seksual, normalnya, hanya satu ovum matang yang
dikeluarkan dari ovarium. Disamping itu, endometrium uterus juga dipersiapkan
untuk implantasi ovum yang telah dibuahi.
Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seksual bergantung seluruhnya
pada hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi oleh kelenjar
hipofisis anterior. Tidak adanya hormon-hormon tersebut membuat ovarium tetap
tidak aktif, yang merupakan keadaan fisiologis pada anak, dimana hampir tidak ada
hormon-hormon gonadotropik hipofisis yang disekresi. Pada usia 9 sampai 12 tahun,
hipofisis secara progresif mulai menyekresi lebih banyak FSH dan LH, dan siklus
seksual mulai muncul antara usia 11 dan 15 tahun. Periode perubahan ini disebut
pubertas, dan saat terjadinya siklus menstruasi pertama disebut menarke.3
Selama siklus seksual terjadi, terdapat kenaikan dan penurunan jumlah FSH
dan LH yang menyebabkan terjadinya perubahan siklus ovarium. Baik FSH maupun
LH merangsang sel target ovarium dengan cara bergabung dengan reseptor FSH dan
LH yang sangat spesifik pada membran sel ovarium target. Selanjutnya, reseptor
yang diaktifkan akan meningkatkan laju kecepatan sekresi dari sel-sel ini biasanya
sekaligus meningkatkan pertumbuhan dan proliferasi sel.3,4
Gambar 1. Perubahan konsentrasi plasma FSH dan LH selama siklus seksual5
Ketika seorang anak perempuan dilahirkan, masing-masing ovum dikelilingi
oleh selapis sel-sel granulosa. Ovum, dengan selubung sel granulosa tersebut disebut
folikel primordial. Sel-sel granulosa berfungsi memberi makanan untuk ovum dan
sekaligus bertugas mensekresikan Oocyte Maturation-Inhibiting Factor, yang
membuat ovum tetap tertahan dalam keadaan primordial, pada fase profase
pembelahan meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, bila FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis anterior mulai disekresikan dalam jumlah yang cukup, seluruh ovarium,
bersama dengan folikelnya, akan mulai tumbuh.2,4
Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran dari ovum itu sendiri,
yang menyebabkan diameternya bertambah besar dua sampai tiga kali lipat. Kemudian
diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan di dalam beberapa
folikel; folikel-folikel yang telah tumbuh ini kemudian dikenal sebagai folikel primer.
Selama beberapa hari pertama setiap siklus seksual bulanan wanita, konsentrasi
FSH dan LH yang disekresi dari kelenjar hipofisis anterior meningkat perlahan. FSH
yang disekresikan kemudian merangsang dan mempercepat pertumbuhan 6 sampai 12
folikel primer setiap bulan. Efek awalnya adalah proliferasi sel-sel granulosa yang
berlangsung cepat, menyebabkan lebih banyak lapisan sel granulosa pada folikel
tersebut. Selain itu, spindle cells yang merupakan diferensiasi dari sel
interstisium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulosa,
membentuk massa sel kedua yang disebut teka. Teka terbagi menjadi dua lapisan. Di
dalam teka interna, sel-selnya mempunyai karakteristik yang mirip dengan sel-sel
granulosa dan membentuk kemampuan untuk menyekresi hormon steroid seks
tambahan (estrogen dan progesteron). Lapisan luar, teka ekstena, berkembang menjadi
kapsul jaringan ikat.2
Sesudah tahap awal pertumbuhan proliferasi selama beberapa hari, massa sel
granulosa mulai mensekresikan cairan folikular yang mengandung estrogen
konsentrasi tinggi. Pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam
massa sel granulosa.
Gambar 2. Fase Ovarian5
Pertumbuhan awal folikel primer menjadi tahap dimana folikel hanya
dirangsang oleh FSH. Kemudian terjadilah hal-hal sebagai berikut: (1) Estrogen
disekresikan ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa meningkatkan
ekspresi reseptor FSH, memicu umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel
granulosa lebih sensitif terhadap FSH. (2) FSH dari hipofisis dan estrogen bersama-
sama memicu ekspresi reseptor LH. (3) Peningkatan jumlah estrogen dari folikel
ditambah dengan peningkatan LH dari kelenjar hipofisis anterior bersama-sama
bekerja untuk memicu proliferasi sel-sel teka folikular dan juga meningkatkan sekresi
folikular.3
Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih, salah satu dari folikel
mulai tumbuh melebihi semua folikel lain yang kemudian berinvolusi (melalui suatu
proses yang disebut atresia).4
Penyebab atresia masih belum diketahui, tetapi dipostulasikan sebagai
berikut: sejumlah besar estrogen yang berasal dari folikel yang tumbuh paling cepat
tersebut menekan kecepatan sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior, sehingga
menghambat pertumbuhan folikel-folikel lain. Folikel yang paling besar kemudian
dapat melanjutkan pertumbuhannya karena pengaruh efek-efek umpan balik positif
instrinsik yang dimilikinya, setelah semua folikel yang lain berhenti tumbuh dan
mengalami involusi.
Folikel tunggal tersebut kemudian mencapai diameter 1-1,5 cm pada saat
ovulasi dan disebut sebagai folikel matang.
Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari terjadi
pada 14 hari sesudah menstruasi dimulai. Tidak berapa lama sebelum ovulasi, dinding
luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat, dan daerah kecil pada
bagian tengah kapsul folikular, yang disebut stigma, akan menonjol keluar. Setelah 30
menit, cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma, dan sekitar 2 menit kemudian,
stigma akan robek cukup besar menyebabkan cairan yang lebih kental, yang
menempati bagian tengah folikel, mengalami evagiansi keluar. Cairan ini membawa
ovum yang dikelilingi oleh massa dari beberapa ribu sel granulosa kecil yang disebut
korona radiata.5
LH diperlukan untuk pertumbuhan akhir folikel dan ovulasi. Tanpa hormon
ini, folikel tidak akan berkembang ke tahap ovulasi.
Sekitar 2 hari sebelum ovulasi, laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar
hipofisis anterior meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan
mencapai puncaknya 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat kira-kira 2 sampai
3 kali lipat pada saat bersamaan. LH kemudian menyebabkan sel granulosa dan sel
teka, berubah mensekresikan progesteron. Sekresi esterogen dari kedua sel tersebut
pun kemudain perlahan-lahan mulai berkurang.
Beberapa jam setelah ovulasi, sel-sel granulosa dan teka interna yang tersisa
berubah menjadi sel lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan terisi
dengan lipid inclusion. Proses ini disebut luteinasi, dan secara keseluruhan folikel
tersebut disebut sebagai korpus luteum. Suplai vaskular yang berkembang dengan baik
juga tumbuh ke dalam korpus luteum.2,5
Sel-sel granulosa dalam korpus luteum memiliki retikulum endoplasma halus
intrasel yang luas, yang membentuk sejumlah besar hormon progesteron dan
estrogen, dengan jumlah progesteron lebih banyak daripada estrogen.4
Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira- kira 1,5
sentimeter. Tahap perkembangan ini dicapai dalam waktu 7 sampai 8 hari setelah
ovulasi. Kemudian korpus luteum mulai berinvolusi dan akhirnya kehilangan fungsi
sekresi juga warna kekuningannya, dan sifat lipidnya dalam waktu kira-kira 12
hari setelah ovulasi. Korpus luteum berubah menjadi korpus albikans. Dalam
beberapa minggu, korpus albikans akan digantikan oleh jaringan ikat dan dalam
beberapa bulan akan diserap.
B. Siklus Menstruasi
Produksi berulang dari estrogen dan progesteron oleh ovarium mempunyai
kaitan dengan siklus endometrium pada lapisan uterus yang bekerja melalui
tahapan berikut ini: (1) proliferasi endometrium uterus; (2) perubahan sekretoris pada
endometrium, dan (3) deskuamasi endometrium, yang dikenal sebagai menstruasi.
Fa se P rolif e r a si ( F a s e Estro g e n) S ik l us Endom e trium 2
Pada permulaan setiap siklus seksual, sebagian besar endometrium telah
berdeskuamasi akibat menstruasi. Sesudah menstruasi, hanya selapis tipis stroma
endometrium yang tertinggal, dan sel-sel epitel yang tertinggal hanyalah sel-sel yang
terletak di bagian basal. Di bawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah
lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan
sel epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami
epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi.3
Kemudian, selama satu setengah minggu berikutnya yaitu, sebelum terjadi
ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah
banyak dan karena pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh darah baru
yang progresif ke dalam endometrium. Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai
ketebalan 3 sampai 5 milimeter.
Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan menyekresi mukus
yang encer mirip benang. Benang mukus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis,
membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari
vagina menuju ke dalam uterus.
F a se S e k r e t o r i k ( F a se P r o g e s t a sio n a l ) S iklu s E n dom e t r iu m 2
Pada akhir siklus bulanan, setelah ovulasi terjadi, progesteron dan estrogen
bersama-sama disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus luteum. Estrogen
memicu proliferasi sel endometrium selama fase siklus ini. Progesteron memicu
perkembangan kelenjar sekretorik dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-kelok;
kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel kelenjar. Selain itu,
sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak, simpanan lipid dan glikogen sangat
meningkat dalam sel stroma, dan suplai darah ke dalam endometrium akan meningkat
sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh darah yang
menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah
ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6 milimeter.3
Me n stru a si 2
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus
luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan konsentrasi plasma hormon-hormon
ovarium (estrogen dan progesteron) menurun tajam hingga terjadilah menstruasi.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron pada akhir
siklus ovarium. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel
endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti oleh involusi endometrium menjadi
kira-kira 65 persen dari ketebalan semula. Kemudian, selama 24 jam sebelum
terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan
mukosa endometrium, akan menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek
involusi.3
Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya rangsangan
hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari
pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskular
endometrium, dan daerah perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu
24 sampai 36 jam. Perlahan-lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium
terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah
terjadinya menstruasi, semua lapisan superfisial endometrium sudah berdeskuamasi.
Massa jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi
dari prostaglandin atau zat-zat lain di dalam lapisan yang terdeskuamasi, seluruhnya
bersama-sama akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya
isi uterus.4
Selama menstruasi normal, kira-kira 40 mililiter darah dan tambahan
35 ml cairan serosa dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk
bekuan, karena fibrinolisin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium.
Bila terjadi perdarahan yang berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin
mungkin tidak cukup untuk mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah selama
menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya kelainan patologi dari uterus.
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran
darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi
kembali.
Gambar 3. Hubungan siklus menstruasi, ovulasi, dan hormon yang bekerja3
Daftar Pustaka
1. Dorland. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32th ed. Philadelphia: Saunders; 2011. p.
1053
2. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Reproductive Development & Function of the
Female Reproductive System. In: Review of Medical Physiology. 24th ed. New York: McGraw
Hill; 2012. p. 391-8
3. Guyton AC, Hall JE. E n d o c r i n o l o g y & r e p r o d u c t i o n . I n : T e x t b o o k o f
M e d i c a l P h y s i o l o g y . 1 2 t h e d . P h i l a d e l p h i a : S a u n d e r s ; 2 0 1 0 . p . 8 7 9 - 8 1
4. Ecochard R, Gougeon A. Side of ovulation and cycle characteristics in normally fertile women.
Hum. Reprod. 2005; 42: 244-66