ltm kitik

Upload: adlimatulputriilmiyah

Post on 06-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LTM TUGAS MATA KULIAH KIMIA ANALITIK

TRANSCRIPT

LEMBAR TUGAS MANDIRINama: Adlimatul Putri IlmiyahNPM: 1406531851Kelompok/Program Studi: Kelompok 5/Teknik KimiaTopik Materi : Limbah Tumpahan Minyak Mentah, Dampak, Serta PengolahannyaOutline: I. Limbah Minyak Mentah dan Penyebabnya II. Peraturan BAPEDAL/KLH Mengenai Limbah CairIII. Bahaya Limbah Minyak Mentah Terhadap Kesehatan Manusia dan LingkunganIV. Pengolahan Limbah CairPEMBAHASANI. Limbah Minyak Mentah dan Penyebabnya Limbah minyak mentah merupakan suatu jenis limbah yang diakibatkan oleh tumpahan minyak (oil spill) pada operasi kilang minyak, kecelakaan transportasi atau kebocoran pipa. Selain itu, tumpahan minyak mentah dapat pula terjadi pada saat loading dan unloading ditangki timbun (storage tank), pembersihan tangki timbun (tank cleaning), pada proses di separator dan pada pompa feed maupun pompa produk. II. Peraturan BAPEDAL/KLH Mengenai Limbah CairLimbah cair berbahaya di sebut juga dengan limbah B3 atau limbah berbahaya dan beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) telah mengatur mengenai perlakuan terhadap limbah B3 mulai dari proses penyimpanan, pengemasan dan pengolahannya. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi (penambahan senyawa pereaksi), dan insenerasi (Pembakaran). Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah B3. Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi. Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. III. Bahaya Limbah Minyak Mentah Terhadap Kesehatan Manusia dan LingkunganSecara umum efek tumpahan minyak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dapat dikelompokkan sebagai berikut: Efek tumpahan minyak pada permukaan tanahKetika suatu tumpahan minyak telah mencemari permukaan tanah, maka tumpahan tersebut dapat menguap, tersapu air hujan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah, yang dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air permukaan maupun air tanah. Selain itu, tumpahan minyak dapat menurunkan kestabilan tanah dan mendegradasi fungsi tanah hingga dapat menyebabkan lahan kritis. Efek tumpahan minyak yang bermuara di peraiaran (danau, sungai, laut)Tumpahnya minyak mentah yang bermuara di sungai, danau atau laut dapat berakibat buruk pada kesehatan manusia karena penurunan kualitas air baku air minum. Selain itu, sisa-sisa dari tumpahan minyak bumi dapat bertahan selama puluhan tahun dalam sedimen pantai yang dapat mempengaruhi flora dan fauna lokal, selain itu beberapa studi telah meneliti dampak jangka panjang dari sisa tumpahan minyak juga mempengaruhi ekosistem pesisir. Efek tumpahan minyak bagi kesehatan makhluk hidup sekitar.Menurut Aguilera et al (2010) dampak dari tumpahan minyak berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental pada populasi yang terkena, terutama mengacu pada gejala klinis dan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup. Populasi atau individu dengan derajat paparan yang lebih tinggi atau tinggal di daerah yang paling dekat dengan tumpahan minyak menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan mental dibandingkan dengan mereka dengan derajat paparan yang rendah atau tinggal di daerah yang jauh dari tumpahan minyak. Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh. Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak. IV. Pengolahan Limbah CairPengelolaan lingkungan terutama pengelolaan limbah baru mendapat perhatian serius mulai tahun 1985 menjelang diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Salah satu dari pencemaran lingkungan akibat limbah cair adalah tumpahnya minyak mentah di perairan luas maupun tanah. Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak mentah dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi. Penanganan secara fisika biasanya dilakukan pada langkah awal yaitu dengan mengisolasi secara cepat sebelum tumpahan minyak menyebar kemana-mana yaitu dengan mengambil kembali minyak bumi yang tumpah dengan menggunakan oil skimmer. Penanganan secara kimia lebih mudah dilaksanakan yaitu tinggal mencari bahan dengan konsentrasi yang sesuai untuk mendegradasi kandungan minyak bumi. Misalnya surfaktan sintetis seperti alkil-benzene sulfonat (ABS) dan turunannya dapat digunakan sebagai bahan baku detergen dan mengatasi pencemaran minyak di daratan maupun dipermukaan laut. Jika minyak bumi telah mengendap dan menyebar sulit dilakukan dengan metode ini. Penanganan secara biologi merupakan salah satu alternatif dalam upaya mendegradasi kandungan minyak bumi di lingkungan. Surfaktan ramah lingkungan yang dapat dihasilkan oleh mikroorgansime disebut biosurfaktan. Aplikasi biosurfaktan dapat digunakan untukrecoveryminyak bumi dan pembersihan tangki. Untuk itu, perlu dicari jenis mikroorganisme yang aktif mendegradasi minyak bumi (Princeet.al.2003).Adapun secara umum, langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan dalam menanggulangi limbah tumpahan minyak mentah ialah sebagai berikut : Melokalisasi tumpahan minyak dengan pelampung pembatas (Oil Booms)Langkah pertama yang dilakukan dalam menanggulangi limbah minyak mentah ialah melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima reservoar baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.

Gambar 1. Teknik dalam melokalisasi tumpahan minyak dengan pelampung pembatas (Oil Booms)(Sumber : http://news.stanford.edu/news/2010/november/zoback-deepwater-horizon-112910.html)

Setelah melakukan langkah pertama, beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya penggunaan bahan kimia dispersan, in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda, spesifikasi yang berbeda, serta hanya efektif dilakukan oleh seseorang pada kondisi tertentu. Teknik-teknik tersebut ialah: Dipresan kimiawiCara pertama dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan atau zat aktif di permukaan.

Gambar 2. Penyemprotan dipresan kimiawi pada tumpahan minyak(Sumber : http://news.stanford.edu/news/2010/november/zoback-deepwater-horizon-112910.html) In-situ burningIn-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi dalam teknik penyisihan fisika. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah jika peristiwa tumpahan besar akan memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan minyak dalam kondisi stabil untuk dibakar. Selain itu, efek negatif pada teknik ini ialah residu pembakaran yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi dan jika penyebaran api yang tidak terkontrol, sehingga menimbulkan masalah baru bagi manusia.

Gambar 3. Proses In-situ Burning(Sumber : U.S. Navy photo/MCS Justin Stumberg) Penyisihan minyak secara mekanisCara ketiga yaitu penyisihan minyak secara mekanis. Teknik ini dilakukan melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala sehingga kurang efektif jika dilakukan. Bioremediasi Bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, akan terjadi konversi sejumlah minyak mentah menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkungan kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan.

Gambar 4. Bioremediasi pada tumpahan minyak(sumber : www.evergreenchems.com) Sorbent penyisih minyakCara kelima dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sorbent sintetis seperti contoh yaitu (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).

Daftar PustakaIkhsan. 2014. Kajian Pedoman Penanggulangan Dmpak Lingkungan Akibat Tumpahan Minyak.http://www.menlh.go.id/files/kajian_Pedoman_Penanggulangan_Dampak_Lingkungan_Akibat_Tumpahan_Minyak_di_Laut.pdf. [ONLINE][Diakses pada 2 November 2015]Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.1 tahun 1995Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.3 tahun 1995Marti, Carmen, dkk. 2009. Effect of Oil Reinery Sludges on the Growthand Antioxidant System, Journal of Hazardous Materials, 171 p 879-885Masykuri, Muhamad, dkk. Juli 2012. Kajian Dampak Tumpahan Minyak dari Kegiatan Operasi Kilang Minyak terhadap Kualitas Air dan Tanah. Jurnal Ekosains, Vol. IV, No. 2