luka bakar

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter d perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad caca relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langs atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupu kimia ( Mansjoer. , !""" #. $tatistik menunjukkan bahwa %"& luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, !"& karena kecelakaan kerja, dan !"& sisanya karena sebab's lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, Penanganan dan perawatan luka bakar(khususnya luka bakarberat# memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendi karenaangka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. )i merika dilaporkan sekitar ! * + juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kem sekitar * % ribu kematian per tahun. )i -ndonesia sampai saat ini belum laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka ke yang diakibatkannya. )i unit luka bakar $/M Jakarta, pada tahun !""0 dilaporkan sebanyak "1 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematia +1,+0&. )ari unit luka bakar $2 )r. $oetomo $urabaya pada tahu didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan lua lebih dari "& atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran nap "& terjadi pada 1 hari pertama perawatan. (-rna Bedah $2) )r. !"" # Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan ti khusus yang berbeda. 3arakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiolo anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang l intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn# mempunyai perbedaan progno 1

Upload: niezar-j-za

Post on 04-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

luka bakar

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangLuka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia (Mansjoer. A, 2000).Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)

Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)

Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu (Mansjoer. A, 2000).B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan tentang Luka Bakar.C. Tujuan

1. Tujuan umumMahasiswa dapat memahami Klien dengan Kegawatdaruratan Luka Bakar.

2. Tujuan khususMahasiswa dapat menjelaskan kembali :1) Pengertian luka bakar.2) Penyebab terjadinya luka bakar.3) Fase terjadinya luka bakar4) Klasifikasi luka bakar.5) Cara menghitung luas luka bakar.6) Tingkat keparahan luka bakar.7) Patofisiologi luka bakar.8) Indikasi pasien rawat inap luka bakar.9) Penatalaksanaan luka bakar.1.4 Manfaat1.4.1. Manfaat untuk mahasiswa

Melalui makalah ini mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang pengetahuan mahasiswa tentang luka bakar secara komperhensip.1.4.2. Manfaat untuk profesi keperawatanMelalui makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam keperawatan terutama keperawatan kegawatdaruratan luka bakar. sehingga mahasiswa dengan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.1.4.3. Manfaat lain

Makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan dalam melanjutkan penelitian terkait dengan hubungan antara pengetahuan tentang luka bakar.BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi. Seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, dan kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik (Mansyoer, dkk 2000). Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia (Mansjoer. A, 2000).Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Rudolph. M. A, 2007). Luka bakar sering terjadi pada kanak-kanak. Luka bakar ini merupakan penyebab utama kematian yang bukan disebabkan oleh kendraan bermotor pada anak yang berumur 1-4 tahun, dan penyebab kematian paling sering kedua pada anak berumur 5-14 tahun. Kebanyakan luka bakar dapat dicegah dan dapat ditangani dengan rawat jalan. Namun, terdapat beberapa perbedaan antara pasien pediatri muda dan anak yang lebih tua atau dewasa, dan harus ditekankan saat menangani luka bakar pada anak kurang dari 5 tahun. Keparahan luka bakar terkait dengan penyebab, luas, kedalaman (fungsi suhu, lama pengajanan dan ketebalan kulit) (Wong. L. Donna, 2004).Berat ringannya luka bakar itu tergantung dari lamanya dan banyaknya kulit badan yang terbakar. Kerusakan paling ringan akibat terbakar yang timbul pada kulit adalah warna merah pada kulit. Bila lebih berat, timbul gelembung. Pada yang lebih berat lagi seluruh kulit terbakar sehingga dagingnya tampak, sedangkan yang terberat ialah bila otot-otot ikut terbakar (Mansyoer, dkk 2000). Berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis antara lain:

a.Luka bakar karena api

b.Luka bakar karena air panas

c.Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)

d.Luka bakar karena listrik dan petir

e. Luka bakar karena radiasi

f. Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite).

Penyulit yang timbuk pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS (systemic imflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis, serta parut hipertonik dan kontraktur.

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur.B. PatofisiologiCedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase awa/ akut/ syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama (Mansyoer, dkk 2000).

Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier (sawar), luka sangat mudah terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit luas, terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan cairan ini disertai pengeluaran energi dan protein sehingga terjadi gangguan metabolisme.

Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toksin, suatu lipid protein kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru (ARDS), yang berakhir dengan kematian.

Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan (hipertropik), kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya (Rudolph. M. A, 2007).C. Kedalaman Luka Bakar1. Derajat 1 (luka bakar superfisial)

Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari

2. Derajat 2 (Luka Bakar Dermis)

Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis akan tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini luka dapat sembuh sendiri dalam 10-21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat dua dibedakan menjadi :a. Derajat 2 dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari.

b. Derajat 2 dalam, dimana kerusakan hampir mengenai seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel kulit (biji epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dsb.) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.

c. Derajat 3, luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit., mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan tidak nyeri (Rudolph. M. A, 2007).D. Klasifikasi Luka Bakar

1. Berat/ kritis bila :

Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%.

Derajat 3 dengan luas lebih dari 10%, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan.

Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur.

Luka bakar akibat listrik.

2. Sedang bila :

Derajat 2 dengan luas 15-25%.

Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, dan tangan.

3. Ringan bila :

Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%.

Derajat 3 kurang dari 2%.

E. Luas Luka Bakar

1. Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine dari wallace, yaitu :

- Kepala dan leher : 9%

- Ekstremitas atas : 2 X 9% (kiri dan kanan)- Paha dan betis kaki : 4 X 9%

- Dada, perut, punggung, dan bokong : 4 X 9%

- Perineum dan genitalia : 1%

2. rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 1-15-20 dari lund dan browder untuk anak. Dasar persentase yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut di atas adalah luas telapak tangan dianggap 1% (Mansyoer, dkk 2000).F. Penatalaksanaan

Prinsif penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen didalamnya serta pembatasan pembentukan jaringa parut.

Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram air dengan air mengalir. Proses koagulasi protein di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga dekstruksi tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar >10%, karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.

Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, yaitu:

Periksa jalan nafas

Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jala nafas (suctions, dsb), bila perlu lakukan trakeostomi atau inkubasi.

Berikan oksigen.

Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok.

Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis.

Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.

Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ekstensif (>40%).

2. Pemeriksaan cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistimatis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Tetapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas >25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oran dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu :

a. Cara Evans, untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama : Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)

Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc larutan koloid (2)

2.000 cc glukosa 5% (3)

Separuh dari jumlah (1), (2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.

b. Cara Baxter, merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x berat badan (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yang larutan Ringer Laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intravena. Hati- hati dengan pemberian intra muskular karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan didalam otot.

4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien dengan menggunakan cairan yang steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai adalah betadine atau nitras argenti 0,5%.

5. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat.

Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang banyak dipakai adalah silversulfadiazin dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.

6. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.

7. Berikan serum anti-tetanus/ toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak (Mansyoer, dkk 2000).Indikasi Rawat Inap1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar >10% pada anak atau >15% pada orang dewasa.2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.

3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata tangan, kaki, perineum (Rudolph. M. A, 2007).Perawatan1. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.2. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.

3. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau banyak dijumpai krusta atau eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2-3 kali sehari.

4. Rehabilitasi termasuk latihan pernafasan dan pergerakan otot dan sendi.

5. Usahakan tidak ada gangguan dalam penyembuhan. Penyembuhan bisa dicapai secepatnya dengan:

Perawatan luka bakar yang baik.

Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau memungkinkan buang kulit yang non vital dan menambalnya secepat mungkin.

6. Usahakan mempertahankan sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik.

7. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu fungsi. Bilamana luka bakar sembuh per sekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada kemungkinan timbul parut hipertropi dan kemungkinan kontraktur pada waktu proses maturasi. Sebaiknya dipasang perban menekan, bidai yang sesuai dan anjurkan untuk mengurangi edema dengan elevasi daerah yang bersangkutan.

8. Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.

9. Suplementasi vitamin yang dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu, vitamin C 500 mg dan sulfas ferosus 500 mg.Tindakan BedahEkskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat 3 yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas (Mansyoer, dkk 2000). Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. BAB IIIKESIMPULAN

A. Kesimpulan Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi.Berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis antara lain:

a.Luka bakar karena api

b.Luka bakar karena air panas

c.Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)

d.Luka bakar karena listrik dan petir

e. Luka bakar karena radiasi

f. Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite).

Prinsif penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen didalamnya serta pembatasan pembentukan jaringan parut.

DAFTAR PUSTAKAMansjoer. A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. 2000. Jakarta: Media Aesculapius. Rudolph. M. A, dkk. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. 2007. Jakarta: EGC.

Wong. L. Donna. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. 2004. Jakarta: EGC.

1