luka bakar

21
Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio) Zulfa Afifah (220110120040) 1. Defenisi Luka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kuli, mukosa dan jaringannya yang lebih dalam (Musliha, 2010). 2. Etiologi Menurut Rahayuningsih (2012), etiologi luka bakar antara lain : a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn) Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas dan bahan padat. b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn) Luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan perubahan menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya mengenai kult dan jaringan sub kutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Luka bakar listrik biasanya disebabkan oleh kontak dengan suber tenaga listrik bervoltase tinggi. Kontak sering menyebabkan gangguan jantung dan atau pernafasan, dan resusitasi kardiopulmonal sering diperlukan pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya arus listrik biasanya gosong dan tampak cekung. d. Luka bakar radiasi (radiasi injury) Luka bakar radiasi disebabkna oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan teraupetik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinan matahari dalam waktu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi. 3. Patofisiologi dan Efek Patofisiologi

Upload: zulfa-afifah

Post on 30-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas sistem integumen

TRANSCRIPT

Page 1: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

1. DefenisiLuka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan

petir yang mengenai kuli, mukosa dan jaringannya yang lebih dalam (Musliha, 2010).

2. EtiologiMenurut Rahayuningsih (2012), etiologi luka bakar antara lain :

a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas dan bahan padat.b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)Luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan perubahan menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya mengenai kult dan jaringan sub kutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Luka bakar listrik biasanya disebabkan oleh kontak dengan suber tenaga listrik bervoltase tinggi. Kontak sering menyebabkan gangguan jantung dan atau pernafasan, dan resusitasi kardiopulmonal sering diperlukan pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya arus listrik biasanya gosong dan tampak cekung. d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)Luka bakar radiasi disebabkna oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan teraupetik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinan matahari dalam waktu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

3. Patofisiologi dan Efek PatofisiologiMenurut Pujilestari (2007), efek patofisiologi luka bakar antara lain:

a. Pada kulitPerubahan patofisiologi yang terjadi pada kulit setelah luka bakar tergantung pada

luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burn), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injury. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas 25% dari total permukan tubuh (TBSA: total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luas injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh.

Menurut Noer (2006), kerusakan jaringan kulit yang diakibatkan luka bakar juga mengakibatkan proteksi terhadap tubuh terganggu, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan. Pada jaringan kulit normal penguapan terjadi antara 2-20 g/m2/jam atau kuran dari 40ml/jam. Penguapan yang terjadi melalui jaringan kulit yang rusak akibat luka bakar sangat besar, dapat mencapat 140-180 gram/m2/jam. Bahkan pada luka bakar yang luas, proses eksudasi dan penguapan dapat mencapai 300ml/jam atau lebih dari 7L/hari. Kodisi evaporative heat loss dan jaringan luka yang terbuka menyebabkan terjadinya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan, karenanya perlu memperhatikan insisible water loss (IWL) lebih banyak dari biasanya.

Perhitungan IWL pada penderita luka bakar = (25%LB)xBSAx24jam %LB: persentasi luas luka bakar

Page 2: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

BSA : body surface are, dihutung menggunakan chart luas permukaan tubuh25 merupakan konstanta

b. Sistem kardiovaskulerSegera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine,

histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Subtansi-subtansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiles sehingga plasma merembes kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intraseluler dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekuranga volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamin dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunya cardiac output. Kadar hematocrit menigkat yang menunjukkan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan normal pada orang dewasa dengan sehu tubuh normal perhari adalah 350 ml.

Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang  intravaskuler tidak diiisi kembali dengan cairan intravena maka syok hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.

Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiak output kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai dibawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.

c. Sistem Sistem renal dan gastrointestinalRespon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunya

GFR (glomerulus filtration rate) yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestinal pada klien dengan luka bakar yang > 25%.

d. Sistem imunFungsi sitem imun mengalami depresi. Depresi pada aktifitas lympocyte, suatu

penurunan dalam produksi hemoglobin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutrofil dan magrofag dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.

e. Sistem respirasiDapat mengalami hipertensi arteri pulmonal, mengakibatkan penurunan kadar

oksigen aretri dan “lung compliance”

Page 3: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

PathwaySuhu tinggi (api,air panas), listrik, bahan kimia, radiasi

Lisis sel permeabilitas kapiler kemungkinan cidera kehilangan barier Meningkat inhalasi kulitHemolisis hiperkalemia Perpindahan natrium H2O, termoregulasi Hb/miglobin protein dari intravaskuler ke hipoksemia terganggu Dalam urine ruang interstitial resiko inflamasi Penurunan volume hiponatremia Darah sirkulasi kerusakan Gg.perfusi jaringan s. imun peningkatan syok tekanan darah konsentrasi sel rendah resiko infeksidarah merah respon stres masif, hiprertermia/ aktifasi s. saraf simpatis resiko ulkus hipotermiapeningkatan viskositas darah takikardia hiperglikemi peningkatan metabolisme setelah syok faktor depresan miokardial penurunan curah katabolisme jantung penigkatana after load penurunan perfusi jaringan

penurunan penurunan metabolisme kerusakan disfungsialiran darah aliran darah anaerob jaringan selularginjal pada gastrointestinal

resiko gagal resiko ileus asidosis nekrosis pembengkakanginjal akut metabolik jaringan sel potensial

4. Fase Luka BakarMenurut Musliha (2010), fase luka bakar terbagi menjadi tiga fase :a. Fase akutDisebut fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami

ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera  atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

b. Fase sub akutBerlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau

kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: Proses inflamasi dan infeksi, Problem penutupan luka, dan Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut

Page 4: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

5. Zona Luka BakarMenurut Moenadjat (2009), Jackson membedakan tiga area pada luka bakar, yaitu:a. Zona koagulasi, zona nekrosisDaerah yang mengalami kontak langsung.Kerusakan jaringan berupa koagulasi

(denaturasi) protein akibat pengaruh trauma termis.Jaringan ini bersifat non vital dan dapat dipastikan mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak, karenanya disebut juga zona nekrosis.

b. Zona statisDaerah di luar/sekitar dan langsung berhubungan dengan zona koagulasi.Kerusakan

yang terjadi di daerah ini terjadi karena perubahan endotel pembuluh darah, trombosit, dan respon inflamasi lokal; mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi (no flow phenomena).Proses tersebut biasanya berlangsung dalam 12-24 jam pasca trauma; mungkin berakhir dengan zona nekrosis.

c. Zona hiperemiaDaerah di luar zona statis.Di daerah ini terjadi reaksi berupa vasodilatasi tanpa

banyak melibatkan reaksi sel. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan; atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona pertama (perubahan derajat luka yang menunjukkan perburukan disebut degradasi luka).

6. Kedalaman Luka BakarMenurut Kahan & Raves (2011) :

Derajat Lokasi yang terlibat

Karakteristik Perkembangan klinis Terapi

Derajat 1 atau ketebalan partial superfisial

Epidermis Eritema & nyeri Sembuh dalam waktu 3-4 hari tanpa pembentukan jaringan parut. Sel-sel epidermis yang mati mengalami deskuamasi (mengelupas).

Lotion dan obat anti inflamasi non steroid

Derajat 2 atau ketebalan partial - superfisial – dalam

Melewati epidermis dan sampai ke dermis

Merah muda/merah/mengeluarkan cairan, pembengkakan dan lepuh, sangat nyeri

Luka bakar dermis superfisial sembuh dalam waktu 1 minggu tanpa pembentukan jaringan parut atau gangguan fungsional. Luka bakar dermis yang dalam sembuh dalam waktu3-8 minggu tetapi disertai

Dilakukan eksisi dan graft pada luka bakar dermis yg dalam

Page 5: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

dengan pembentukan jaringan parut yang beratdan gangguan fungsi

Derajat 3 atau ketebalan penuh

Semua lapisan melewati dermis

Putih atau hitam, seperti beludru, seperti lilin, tidak nyeri

Luka bakar hanya dapat sembuh dengan cara migrasi epitelial dari perifer dan kontraksi. Kecuali luka bakar berukuran kecil, luka bakar ini memerlukan tindakan graf.

Dilakukan eksisi dan graf

7. Luas Luka BakarLuas luka bakar pada dewasa dihitung menggunakan rumus sembilan (Rule of nine)

yang diprovokasi oleh Wallace, yaitu:

Kepala dan leher                                      : 9%

Lengan masing-masing 9%                      : 18%

Badan depan 18%, badan belakang 18%  : 36%

Tungkai masing-masing 18%                    : 36%

Genitatalia/perinium                                  : 1%

Total         : 100%

Pada anak-anak menggunakan tabel dari lund atau Browder yang mengacu pada ukuran bagian tubuh terbesar pada seorang bayi/anak (yaitu kepala) (Moenadjat, 2009).

Usia (tahun) 0 1 5 10 15 dws

A-kepala (muka-belakang) 9 ½ 8 ½ 6 ½ 5 ½ 4 ½ 3 ½

B-1 paha (muka belakang) 2 ¾ 3 ¼ 4 4 ¼ 4 ½ 4 ¾

C-1 kaki (muka-belakang) 2 ½ 2 ½ 2 ¾ 3 3 ¼ 3 ½

Gambar 2.1  skema pembagian luas luka bakar

8. Berat Ringannya Luka BakarBerat ringanya luka bakar menurut American college of soergeon:

a. Parah-criticalTingkat I             : 30% atau lebihTingkat II           : 10% atau lebih

Page 6: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

Tingkat II           : pada tangan, kaki dan wajahDengan adanya komplikasi pernapasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas

b. Sedang-moderateTingkat I             : 15-30%Tingkat II           : 1-10%

c. Ringan-minorTingkat I             : kurang 15%Tingkat II           : kurang 1 %

9. Pemeriksaan PenunjangMenurut Schwartz (2000) & Engram (2000), Kidd (2010) pemeriksaan diaknostik

pada penderita luka bakar meliputi :a. Pemeriksaan Laboratorium

Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu diperoleh segera setelah pasien tiba di fasilitas perawatan.

Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif

Konsetrasi gas darah dan PO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50 %, FiO2= 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.

Karboksihemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian oksigen dapat menutupi keparahan keracunan kerbon monoksida yang dialami penderita. Pada trauma inhalasi, kadar COHb akan menurun setelah penderita menghirup udara normal. Pada kadar COHb 35-45% (berat), bahkan setelah tiga jam dari kejadian kadar COHb masih pada batas 20-25%. Bila kadar COHb lebih dari 15% setelah 3 jam kejadian ini merupakan bukti kuat adanya trauma inhalasi

Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terhadap peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

Albumin serum, kadarnya mungkin rendah karena protein plasma terutama albumin hilang ke dalam jaringan yang cedera sekunder akibat peningkatan permeabilitas kapiler.

Urinalis menunjukkan mioglobin dan hemokromagen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal Pemeriksaan penyaring terhadap obat-obatan, antara lain etanol,

memungkinkan penilaian status mental pasien dan antisipasi terjadinya gejala-gejala putus obat.

b. Rontgen dada : Semua pasien sebaiknya dilakukan rontgen dada, tekanan yang terlalu kuat pada dada, usaha kanulasi pada vena sentralis, serta fraktur iga dapat menimbulkan pneumothoraks atau hematorak. Pasien yang juga mengalami trauma tumpul yang menyertai luka bakar harus menjalani pemeriksanaann radiografi dari seluruh vertebrata, tulang panjang, dan pelvis

c. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asapd. Elektrocardiogram : EKG terutama diindikasikan pada luka bakar listrik karena

disritmia jantung adalah komplikasi yang umume. CT scan : menyingkirkan hemorargia intrakarnial pada pasien dengan

penyimpangan neurologik yang menderita cedera listrik.

Page 7: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

10. PenatalaksanaanPertolongan pertama saat kejadian menurut Sjamsuhidayat (2010)

a. Luka bakar suhu atau thermal: Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar dengan kain basah. Atau korban dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling-guling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menyelupkan diri ke air dingin atau melepas baju yang tersiram air panas.Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas.

b. Luka bakar kimia: Baju yang terkena zat kimia harus segera dilepas. Sikap yang sering mengakibatkan keadaan lebih buruk adalah menganggap ringan luka karena dari luar tampak sebagai kerusakan kulit yang hanya kecoklatan, padahal daya rusak masih terus menembus kulit, kadang sampai 72 jam.Pada umumnya penanganan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara masif yaitu dengan mengguyur penderita dengan air mengalir dan kalau perlu diusahakan membersihkan pelan-pelan secara mekanis. Netralisasi dengan zat kimia lain merugikan karena membuang waktu untuk mencarinya, dan panas yang timbul dari reaksi kimianya dapat menambah kerusakan jaringan.Sebagai tindak lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum, serta pemberian cairan dan elektrolit.

c. Luka bakar arus listrik: Terlebih dahulu arus listrik harus diputus karena penderita mengandung muatan listrik selama masih terhubung dengan sumber arus. Kemudian kalau perlu, dilakukan resusitasi jantung paru. Cairan parenteral harus diberikan dan umumnya diperlukan cairan yang lebih banyak dari yang diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih luas. Otot jantung, juga rentan trauma arus listrik. Elektrokardiogram (EKG) harus dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan jantung dan pemantauan jantung yang terus menerus dilakukan untuk mendiagnosis dan merawat aritmia.

d. Luka bakar radias: Pada  kontaminasi lingkungan, penolong dapat terkena radiasi dari kontaminan sehingga harus menggunakan pelindung. Prinsip penolong penderita atau korban radiasi adalah memakai sarung tangan, masker, baju pelindung, dan detektor sinar ionisasi. Sumber kontaminasi harus dicari dan dihentikan, dan benda yang terkontaminasi dibersihkan dengan air sabun, deterjen atau secara mekanis disimpan dan dibuang di tempat aman.

Keseimbangan cairan dan elektrolit penderita perlu dipertahankan.

Penatalaksanaan ABC (airway, breathing, circulation

a. Airway

Page 8: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

Menurut Moenadjat (2009), Membebaskan jalan nafas dari sumbatan yang terbentuk akibat edema mukosa jalan nafas ditambah sekret yang diproduksi berlebihan (hiperekskresi) dan mengalami pengentalan. Pada luka bakar kritis disertai trauma inhalasi, intubasi (pemasangan pipa endotrakeal) dan atau krikotiroidektomi emergensi dikerjakan pada kesempatan pertama sebelum dijumpai obstruksi jalan nafas yang dapat menyebabkan distres pernafasan. Pada luka bakar akut dengan kecurigaan trauma inhalasi. Pemasangan pipa nasofaringeal, endotrakeal merupakan prioritas pertama pada resusitasi, tanpa menunggu adanya distres nafas. Baik pemasangan nasofaringeal, intubasi dan atau krikotiroidektomi merupakan sarana pembebasan jalan nafas dari sekret yang diproduksi, memfasilitasi terapi inhalasi yang efektif dan memungkinkan lavase bronkial dikerjakan. Namun pada kondisi sudah dijumpai obstruksi, krikotiroidektomi merupakan indikasi dan pilihan.

b. Breathing

Moenadjat (2009), Pastikan pernafasan adekuat dengan : Pemberian oksigen, Humidifikasi, Terapi inhalasi, Lavase bronkoalveolar, Rehabilitasi pernafasan, dan Penggunaan ventilator.

c. Circulation

Menurut Djumhana (2011), penanganan sirkulasi dilakukan dengan pemasangan IV line dengan kateter yang cukup besar, dianjurkan untuk pemasangan CVP untuk mempertahankan volume sirkulasi

Metode baxter

Menurut Moenadjat (2009), metode resusitasi ini mengacu pada pemberian cairan kristaloid dalam hal ini Ringer Laktat (karena mengandung elektrolit dengan komposisi yang lebih fisiologis dibandingkan dengan Natrium Klorida) dengan alasan; cairan saja sudah cukup untuk mengantikan cairan yang hilang (perpindahan ke jaringan interstisium), pemberian kristaloid adalah tindakan resusitasi yang paling fifiologis dan aman

11. Pencegahan InfeksiMenurut Moenadjat (2009), Infeksi luka yang berkembang menjadi sepsis menjadi

topik yang banyak dibahas dan merupakan penyebab kematian pada luka bakar. Konsekuensinya penggunaan antibiotika dalam penatalaksanaan luka bakar menjadi sesuatu kebutuhan yang mutlak. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi infeksi terdiri dari beberapa rangkaian, yaitu:

Tindakan aseptic

Yang dimaksud dengan tindakan aseptik adalah serangkaian perlakuan yang diterapkan dan mencerminkan upaya mencegah infeksi, dengan cara:

a. Mengupayakan ruang perawatan dalam kondisi aseptik. Hal ini diupayakan melalui beberapa cara termasuk desain ruangan yang memungkinkan ventilasi

Page 9: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

laminar berlangsung layaknya sebuah ruang operasi, penerapan sistem positive air preasure air filter, termasuk perawatan yang bertalian dengan proses desinfeksi ruangan, dll.

b. Linen dan bahan lain yang sterilc. Penggunaan perangkat khusus seperti baju (piyama), skort, topi, masker, alas-

kaki, pencucian tangan, penggunaan sarung tangan, dll. Hal ini mencerminkan perilaku petugas sebagai digariskan dalamgeneral precaution upaya mencegah infeksi .

Pencucian luka

Pencucian luka dilakukan menggunakan air yang disterilkan. Prinsipdilution is the best solution for pollution diterapkan.

a. Pencucian luka dikerjakan saat penderita masuk ke unit luka bakar (dalam delapan jam pertama) dan dilakukan satu sampai dua kali dalam sehari sebelum dilakukan nekrotomi dan debridement.

b. Tindakan nekrotomi dan debridement dilakukan bertujuan membuang eskar atau jaringan nekrosis maupun debris yang memicu respon inflamasi dan menghalangi proses penyembuhan luka karena berpotensi besar untuk berkembang menjadi fokus infeksi. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan. Yang dimaksud tindakan awal adalah dalam 3-4 hari pertama pasca trauma, saat konsistensi eskar masih padat dan belum mengalami lisis, eskar yang mengalami lisis memicu respon inflamasi sangat kuat dan sulit dilakukan. Pada prosedur ini, luka dicuci menggunakan larutan steril.

c. Perawatan pasca nekrotomi dan debridement, luka dicuci setiap kali penggantian balutan.

Eskarotomi,

Meskipun peninggian ekstrimitas dapat menurunkan edema, namun eskarotomi sering diperlukan. Eskarotomi adalah insisi pada jaringan parut yang menebal sehingga memungkinkan jaringan edematosa yang hidup di bawahnya melebar, dengan demikian memulihkan perfusi jaringan yang adekuat. Eskarotomi dibuat pada garis midlateral atau midmedial ekstrimitas yang terkait. Prosedur dilakukan di tempat tidur, dan tidak memerlukan anestesi lokal. Tempat eskarotomi ditutupi dengan agen topikal karena karena jaringan hidup terpajan, dan dipasang balutan tipis. Biasanya prosedur ini diperlukan hanya pada cedera yang terjadi lingkungan arus listrik bertegangan tinggi atau cedera hancur (Hudak, 1996).

Pemberian antibiotikPemberian antibiotik secara umum dibedakan atas tujuan a. Antibiotika profilaksis pada luka bakar

Secara umum yang dimaksud dengan pemberian antibiotik profilaksis adalah pemberian antibiotik sistemik bertujuan mencegah berkembangnya infeksi sebelum melakukan sayatan tindakan pembedahan atau prosedur invasif lainnya. Antibiotik

Page 10: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

diberikan melalui jalur intravena 30 menit sebelum tindakan untuk satu kali pemberian (single dose). Jenis antibiotik yang diberikan didasari atas pola bakteri yang didasari atas pola bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi di rumah sakit pada kurun waktu tertentu.

b. Antibiotika teraupetik pada luka bakar

Pemberian antibiotik sistemik yang ditujukan mengatasi infeksi yang timbul. Pemilihan jenis antibiotik dilakukan berdasarkan hasil kultur mikroorganisme penyebab infeksi dan memiliki sensitivitas terhadap mikroorganisme penyebab. Pemberiannya diberikan sesuai dosis lazim.

Amputasi

Menurut Hudak & Gallo (1996), Indikasi amputasi apabila terdapat

a. Cedera otot masifakibat elektric injury disertai mioglobin pada urin yang gagal berespon terhadap resusitasi cairan dan pemberian diuretic kuat serta manitol

b. Keropeng dengan perlemahan status vaskuler dengan nekrosis iskemik.c. Infeksi yang meluas hingga mengenai sebagian besar anggota gerak

12. DiagnosaKeperawatana. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permiabilitas

kapiler, peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, penurunan tekanan osmotic koloid kapiler, peningkatran kehilangan evaporative.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi saluran nafas atas; oedema laring & hipersekresi mukus.

c. Pertukaran gas yang berhubungan dengan cedera alveolar, keracunan karbon monoksida dan atau cedera inhalasi.

d. Perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan edema seluruh tubuh, jaringan avaskuler, penurunan haluaran jantung, dan hipovolemia.

e. Nyeri berhubungan dengan stimulasi terhadap sensor nyeri yang terpajan.f. Kerusukan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, edema.g. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, pertahanan

primer tidak adekuat.

Pengkajian Keperawatan

I. Identitas KlienNama: N Agama: -Usia: 32 tahun Alamat: -Jenis Kelamin: - Suku bangsa: - Diagnosa medis: luka bakar Tanggal Pengkajian: 8jam setelah kejadian

II. Keluhan Utama Kulit wajah, kedua lengan dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit

Page 11: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

III. Riwayat KesehatanRiwayat penyakit sekarang : P: api

Q: - R: kepala leher, ekstremita atas kanan,

ekstremitas bawah. S: - T: 8 jam sebelum ke RS

Riwayat penyakit dahulu : -Riwayat penyakit keluarga :

IV. Pola Fungsi KesehatanPola persepsi terhadap kesehatan : -Pola aktivitas dan latihan : - Pola istirahat dan tidur: -Pola nutrisi metabolic : -Pola eliminasi : -Pola kognitif perceptual : -Pola konsep diri : (Interpersonal) klien tidak punya masalah berhubungan

dengan orang lain, terlihat dari kehidupan klien sebagai pedagang(Intrapersonal) –

V. PemfisTTD: RR: 20x/mnt reguler TD: 100/80 Nadi: 112x/mnt Suhu: 36,3CPemfis: Wajah: Bulu hidung tidak terbakar, pada sisi kiri wajah tampak bula, bibir edema (+) Mata: kelopak mata atas kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka Luas luka: kepala leher 4%, ekstremitas atas kanan 4%, ekstremitas atas kiri 3%, ekstremitas bawah kanan 2%, genitalia (-) total = 13%Pemeriksaan lab: Hb 13, leuko 7800, Tb 200rb, laktat 2,7 mol. Urinalisis: sedimen (-). Leukosit: 1-2, sel epitel (+), leukosit 1-2 eritrosit 10-11Pemeriksaan Penunjang: Rutin: hb 13,3 g/dl. Hematokrit 40%. Leukosit 16700/ul. Trombosit 343000/ul. MCV 79fl MCH 27pg. MCHC 34g/dl. Lactate 2,7mmol/L. PT 10,8 s. Ptcontrol 12 s. APTT 30,8 s. APPT control 33,5 s. Berat jenis urin 1015. pH 5. Keton (+) Darah/Hb (+). Urobilinogen 0,2. Kimia darah : ureum 23 mg/dl. Creatinin 0,8 mg/dl. SGOT 21 u/l. SGPT 17u/l. albumin 3,6 gr/dl. GDS 105 mg/dl. Na 144 meq/l. K 4,3 meq/l. Cl 108 meq/l. AGD: pH 7,35. pCO2 35,2 mmhg. pO2 103,8 mmhg. SO2% 97. BE ect -6,1 mmol/l. Beb -4,6.

Page 12: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

SBC 20,6. HCO3 19,7 mmol/l. TCO2 20,7 mmol/l.

VI. TerapiIVFD: Hes 6% 12 tts/menit NaCl 3% 500 ml/24jamVitamin C 2x1gramScott emulsion 3x1CPeptamen 6x100mlOralit 2x200mlRawat luka dengan maduPethidin 1mg/kg/drip

VII. Analisa DataData yang menyimpang Etiologi Masalah KeperawatanDO: TD: 100/80 Nadi: 112x/mnt

DS: -

Peningkatan permeabilitas kapiler

Perpindahan natium H2O, protein dari intravaskuler ke ruang interstitial

Penurunan volume darah sirkulasi (hipotermia)

Syok

TD rendah

Resiko tinggi defisit volume cairan

DO: pada sisi kiri wajah tampak bula, bibir edema (+). kelopak mata atas kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka, kepala leher 4%, ekstremitas atas kanan 4%, ekstremitas atas kiri 3%, ekstremitas bawah kanan 2%,

DS: -

Api mengenai kulit

Kehilangan barier kulit

Resiko inflamasi

Kerusakan jaringan (kulit)

Kerusakan integritas kulit

VIII. NCP

No. Diagnosa keperawatan

Tujuan Intervensi keperawatan

Rasional

Page 13: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

1. Resiko tinggi defisit volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler

Kebutuhan cairan terpenuhi

Kaji tanda-tanda vital

Awasi haluaran urine dan berat jenis

Perkiraan drainase luka dan kehilangan cairan yang tak tampak

Timbang berat badan setiap hari

Selidiki perubahan mental

Memungkinkan infuse cairan cepat

Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (diuretic: manitil/osmotrol)

Mengetahui kondisi umum pasien

Secara umum, penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran

Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran urin

Pergantian cairan tergantung bb pertama dan perubahan selanjutnya

Penyimpangan kesadaran dapat mengindikasikan ketidakadekuatan volume sirkulasi/ penurunan perfusi serebral

Mempertahankan volume cairan

Diindikasikan untuk meningkatkan haluaran urine

2. Kerusakan integritas kulit b.d adanya kerusakan jaringan

Integritas kulit utuh yang ditandai dengan tidak adanya kemerahan, iritasi, nyeri, dan gatal.

 Kaji/catat ukuran,warna, kedalaman   luka, perhatikan   jaringan nekrotik dan kondisi sekitar Kulit

Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi

Berikan aktifitas terapeutik tepat untuk usia atau kondisi

Kolaborasi dengan

memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft.

Kain nilon /membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.

Membantu mengurangi

Page 14: Luka Bakar

Resume Kasus II (Luka Bakar/Combutcio)Zulfa Afifah (220110120040)

dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi dengan ahli gizi

konsentrasi rasa nyeri , memfokuskan kembali perhatian.

Guna mempercepat kesembuhan luka

Daftar Pustaka:

1. Anita muwarna, S. Kep. 2008. Keterampilan dasar praktek klinis keperawatan.

Fitramaya. Yogyakarta

2. Doengoes, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta :EGC

3. Engram,Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume

3.Jakarta:EGC