luka tusuk

13
LUKA TUSUK I. PENDAHULUAN Setiap bentuk kekerasan yang dapat menyebabkan luka pada seseorang dari aspek medikolegal disebut cedera.Sementara itu luka adalah kerusakan atau kehilangan kontinuitas jaringan tubuh akibat cedera. Menurut tipe cedera penyebabnya luka dikelompokkan menjadi luka mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api), luka fisik (luka bakar, frosbite, luka listrik, luka akibat petir, sinar x, bahan radioaktif, dan lain- lain), dan luka kimiawi (asam, basa, logam berat korosif 1,2 . Luka akibat gaya mekanistik benda berpermukaan tumpul berbentuk luka memar, luka lecet, dan luka robek. Sedangkan luka iris, luka tusuk, dan luka bacok merupakan kelompok luka akibat benda tajam. Tulisan ini akan membahas perlukaan akibat benda tajam khususnya luka iris dan luka tusuk. Perlukaan benda tajam ditandai oleh bentuk yang beraturan, tepi luka rata,tidak ada jembatan jaringan (tissue bridging), dan dasar luka berbentuk titik atau garis 2,3,4,5 . Studi oleh sebuah pusat trauma selama 11 tahun (1994-2005) melaporkan mortalitas akibat kekerasan benda tajam (terutama luka tusuk) mencapai 11%, dibanding luka tembak (56%), terjatuh (11%), dan 1

Upload: danniel-jourdan-nyola

Post on 27-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Luka Tusuk

LUKA TUSUK

I. PENDAHULUAN

Setiap bentuk kekerasan yang dapat menyebabkan luka pada seseorang

dari aspek medikolegal disebut cedera.Sementara itu luka adalah kerusakan atau

kehilangan kontinuitas jaringan tubuh akibat cedera. Menurut tipe cedera

penyebabnya luka dikelompokkan menjadi luka mekanik (benda tajam, tumpul,

dan senjata api), luka fisik (luka bakar, frosbite, luka listrik, luka akibat petir,

sinar x, bahan radioaktif, dan lain-lain), dan luka kimiawi (asam, basa, logam

berat korosif1,2.

Luka akibat gaya mekanistik benda berpermukaan tumpul berbentuk

luka memar, luka lecet, dan luka robek. Sedangkan luka iris, luka tusuk, dan luka

bacok merupakan kelompok luka akibat benda tajam. Tulisan ini akan membahas

perlukaan akibat benda tajam khususnya luka iris dan luka tusuk. Perlukaan benda

tajam ditandai oleh bentuk yang beraturan, tepi luka rata,tidak ada jembatan

jaringan (tissue bridging), dan dasar luka berbentuk titik atau garis2,3,4,5.

Studi oleh sebuah pusat trauma selama 11 tahun (1994-2005) melaporkan

mortalitas akibat kekerasan benda tajam (terutama luka tusuk) mencapai 11%,

dibanding luka tembak (56%), terjatuh (11%), dan kecelakaan lalu lintas (9%).

Studi Center for Disease Controlterhadap 16 negara bagian (di Amerika Serikat)

menunjukkan bahwa sekitar 1,7% kasus bunuh diri menggunakan benda tajam

(selainnya menggunakan senjata api 51,3%, gantung diri/strangulasi/sufokasi

22,1%, dan menenggak racun 18,4%). Pada kasus pembunuhan, 12,1%

merupakan akibat kekerasan benda tajam, 65,8% akibat kekerasan senjata api, dan

4,6% akibat kekerasan benda tumpul3.

Adanya luka memastikan tindak kekerasan telah terjadi.Sebaliknya

kekerasan tidak selalu harus menimbulkan bekas atau luka. Kenyataan tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bila luas permukaan tubuh yang

bersentuhan dengan benda cukup besar maka tekanan yang dihasilkan berpotensi

lebih kecil menimbulkan luka, demikian pula sebaliknya. Seiring berjalannya

1

Page 2: Luka Tusuk

waktu maka suatu luka akan mengalami penyembuhan dan tidak ditemukan saat

pemeriksaan1.

Dalam menghadapi kasus perlukaan, dokter akan bertindak selaku klinisi

yang bertugas memberikan pertolongan medis sekaligus sebagai petugas forensik

yang sewaktu-waktu dapat dimintai keterangannya baik secara tertulis maupun

lisan. Dari segi medikolegal, orientasi pemeriksaan perlukaan adalah membantu

rekonstruksi peristiwa dan menentukan derajat keparahan luka.Pemeriksaan yang

kadang dianggap tidak perlu untuk tujuan terapi misalnya lokasi luka, tepi luka

dan sebagainya sebaliknya penting secara medikolegal. Derajat keparahan luka

sendiri memiliki konsekuensi pidana yang berbeda bagi pelakunya1,6.

II. LUKA TUSUK

II.1. Definisi

Luka tusuk adalah luka akibat benda berujung runcing atau tajam yang

ditusukkan dengan arah tegak lurus atau hampir tegak lurus permukaan kulit.Luka

tusuk ditimbulkan umumnya oleh pisau dapur. Benda lain dengan ujung runcing

atau tajam misalnya garpu, gunting, obeng, anak panah, pecahan kaca, pensil,

pulpen, dan sebagainya juga dapat menyebabkan luka tusuk3,7.

Gambar 1. Luka tusuk dengan pisau bermata satu (dikutip dari kepustakaan no. 7)

II.2. Karakteristik Luka Tusuk

2

Page 3: Luka Tusuk

Bentuk dan ukuran luka tusuk bergantung pada model benda tajam

penusuknya, arah penusukan, gerakan pisau selama penusukan, gerakan individu,

serta tegangan dan regangan kulit yang ditusuk7,9.

Ciri utama luka tusuk dibanding luka akibat benda tajam lainnya adalah

kedalamannya melebihi panjangnya. Besarnya gaya yang dibutuhkan untuk

melukai jaringan bergantung pada ketajaman ujung benda. Semakin runcing dan

tajam ujung benda maka perforasi jaringan semakin mudah terjadi. Sekali kulit

mengalami berhasil tertusuk maka bilah pisau akan lebih mudah terdorong lebih

dalam sepanjang tidak terhalang oleh struktur keras. Sehingga tidak berarti bahwa

pisau yang tertancap seluruhnya membutuhkan gaya yang lebih besar. Secara

klinis, kedalaman tusukan akan membedakan keparahan luka khususnya potensi

kerusakan struktur internal tubuhmisalnya jantung, hati, atau pembuluh darah

besar 7,9.

Gambar 2.Mengukur panjang luka tusuk A. sebelum dirapatkan. B. setelah

dirapatkan (dikutip dari no. 10)

Panjang luka tusuk bisa saja lebih pendek, lebih panjang atau sama

dengan lebar pisau. Bila pisau yang menembus kulit ditarik pada arah sisi

tajamnya maka pisau akan mengiris jaringan yang dilewatinya, sehingga luka

akan meluas. Sebaliknya, elastisitas kulit akan mengubah dimensi luka beberapa

milimeter lebih pendek dibanding lebar pisau penyebabnya7.

3

Page 4: Luka Tusuk

Gambar 3. Luka tusuk multipel menggunakan gunting (dikutip dari kepustakaan

no. 7)

Ketajaman benda penusuk akan membedakan kerapian dan regularitas

tepi luka dan ada atau tidaknya memar dan abrasi di sekitarnya.Luka tusuk yang

sejajar dengan garis Langer menghasilkan celah yang sempit, sebaliknya luka

tampak menganga bila melintang garis tersebut7.

Pisau bermata dua akan menghasilkan dua tepi luka yang runcing.

Sebaliknya pisau bermata satu akan menghasilkan sebuah tepi luka yang runcing

dan sebuah tepi luka tumpul. Akan tetapi banyak luka bertepi runcing bilateral

ternyata disebabkan oleh pisau bermata satu, penjelasannya adalah dua tepi

runcing dibentuk ketika sisi tajam pisau menembus kulit sementara sisi tumpulnya

tidak berkontak dengan kulit, atau salah satu sisi runcing terbentuk saat pisau

ditarik keluar, sisi tajamnya menyenggol bagian tersebut1,2,7.

Gambar 4. Luka tusuk oleh pisau bermata satu (kanan) dan pisau bermata dua

(kiri) (dikutip dari kepustakaan no. 7)

4

Page 5: Luka Tusuk

Bentuk luka yang ireguler kemungkinan disebabkan oleh gerakan korban

ketika ditusuk, atau perubahan arah masuk dan keluar pisau itu sendiri ketika

ditarik.Bentuk khas juga ditemukan pada penusukan dengan benda selain pisau.

Penusukan menggunakan garpu akan menampilkan sejumlah luka tusuk dalam

kluster bergantung pada jumplah gigi garpu. Penusukan dengan pensil, pulpen,

tongkat bola sodok yang telah dipatahkan, biasanya dilakukan di leher. Penusukan

dengan gunting pada posisi tertutup akan menimbulkan luka linear dengan abrasi

di sekelilingnya. Penusukan dengan obeng juga memilki ciri khusus yaitu bentuk

sirkuler dengan tepi abrasi7.

Gambar 5. Luka akibat tusukan garpu (dikutip dari kepustakaan no. 7)

III.3. Cara Kematian Pada Luka Tusuk

Umumnya kematian pada luka tusuk terjadi karena pembunuhan.Pada

pembunuhan ditemukan luka multipel yang tersebar pada lokasi berdekatan.Luka

yang tidak berpenetrasi dalam umumnya tidak berbahaya.sebaliknya luka yang

mengenai dada dan perut seringkali mengancam jiwa. Kematian umumnya terjadi

akibat kegagalan sirkulasi7,8.

5

Page 6: Luka Tusuk

Bunuh diri dengan luka tusuk relatif jarang. Ketika individu memutuskan

bunuh diri maka pakaian yang dikenakan akan disibakkan untuk memaparkan

lokasi yang akan mereka tusuk. Luka tusuk pada bunuh diri ukuran dan

kedalamannya bervariasi dan biasanya terletak di dada tengah atau agak ke

kiri.Terkadang ditemukan luka percobaan. Pada beberapa kasus seringkali

ditemukan pisaunya masih tetancap pada tubuh korban7,10.

III. MEKANISME KEMATIANSecara umum luka iris tidak terlalu berbahaya dibanding luka tusuk,

kecuali mengenai arteri-arteri utama di tungkai atau leher, maka dapat

menyebabkan kematian segera8.

Gambar 6. Luka tusuk yang mengenai jantung (dikutip dari kepustakaan no. 10)

Luka iris dan luka tusuk merupakan cedera berkecepatan rendah, dan

konsekuensinya terbatas pada jalur luka.Jalur luka harus di eksplorasi untuk

menentukan penyebab kematian berdasarkan lokasi luka dan perdarahan yang

terjadi. Mekanisme kematian akibat kedua luka tersebut meliputi syok akibat

perdarahan masif, embolisme udara (biasanya pada luka yang melibatkan struktur

leher, trakea, atau arteri vertebralis), tamponade jantung, hemothoraks,

pneumothoraks, cedera medulla spinalis, atau komplikasi lanjutan misalnya

infeksi, komplikasi pembedahan, dan sebagainya.2,10

6

Page 7: Luka Tusuk

IV. ASPEK MEDIKOLEGAL

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka

akibat kekerasan pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan

kejelasan terhadap jenis luka apakah yang ditemui, jenis kekerasan atau senjata

apakah yang menyebabkan luka, dan bagaimanakah kualifikasi dari luka itu1,5.

Pengertian kualifikasi luka di sini semata-mata pengertian ilmu

kedokteran forensik, yang hanya baru dipahami setelah mempelajari pasal-pasal

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang bersangkutan dengan

penganiayaan, terutama pasal 315 dan pasal 352 dan tentang arti beberapa istilah

yang dipakai dalam kitab undang-undang dalam pasal 901.

Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulansebuah VeR

perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka.Dari aspek hukum, VeR

dikatakan baik apabila substansiyang terdapat dalam VeR tersebut dapat

memenuhi delikrumusan dalam KUHP.Penentuan derajat luka sangattergantung

pada latar belakang individual dokter sepertipengalaman, keterampilan,

keikutsertaan dalam pendidikankedokteran berkelanjutan dan sebagainya.Suatu

perlukaan dapat menimbulkan dampak padakorban dari segi fisik, psikis, sosial

dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka

panjang.Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim

dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harusdijatuhkan sesuai dengan

rasa keadilan.Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaanyang terdiri

dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbedayaitu penganiayaan ringan

(pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun 8

bulan),dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidanamaksimum 5

tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP

untuk penganiayaan ringan,pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal

352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat.Setiap

kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga pasaltersebut.Untuk hal tersebut

seorang dokter yang memeriksacedera harus menyimpulkan dengan menggunakan

bahasaawam, termasuk pasal mana kecederaan korban yang

bersangkutan.Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimanadiatur

7

Page 8: Luka Tusuk

dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakanbahwa “penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakitatau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

ataupencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan”.Jadibila luka pada seorang

korban diharapkan dapat sembuhsempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau

komplikasinya,maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori

tersebut.Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan(sedang) sebagaimana

diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit.

Sehingga bila kitamemeriksa seorang korban dan didapati “penyakit”

akibatkekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke dalamkategori tersebut1,2,6.

Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan

luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika

perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun. Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90

KUHP secara limitatif.Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati

salah satu luka sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban

tersebut dimasukkan dalam kategori tersebut. Luka berat menurut pasal 90 KUHP

adalah : jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; tidak mampu terus-menerus

untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; kehilangan salah satu

panca indera, mendapat cacat berat (verminking); menderita sakit lumpuh;

terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; atau gugur atau matinya

kandungan seorang perempuan6.

Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi

istilah tersebut tidak boleh dicantumkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi

dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apa pun. Sebagai misalnya luka lecet

yang akan sembuh sendiri dalam satu-dua hari secara sempurna dan tidak

mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya sangat berarti dari kacamata hukum2,5.

8