macapat (maskumambang).rtf

Download Macapat (maskumambang).rtf

If you can't read please download the document

Upload: pipin-tri-kurniawati

Post on 04-Jan-2016

339 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

nurulhilal

http://nurulhilal.wordpress.com/2009/03/07/tembang-macapat/Bagi orang yang ingin menggeluti kesenian tradisional terlebih dahulu harus dapat menguasai tembang Macapat. Hal ini penting, karena tanpa menguasai tembang Macapat sulitlah orang menggeluti kesenian tradisional Jawa, seperti : Karawitan, Wayang Kulit, Ande-ande Lumut, Brambangan, apa lagi Langen Mandra Wanara. Sebab tembang Macapat merupakan unsur baku dan induk (babon) kesenian tradisional Jawa. Oleh karena itu, apabila ingin menggeluti salah satu kesenian tradisional Jawa, sebaiknya rajin mengikuti Macapatan.MACAPAT MERUPAKAN UNSUR BAKU BERBAGAI JENIS KESENIANDengan menggeluti seni Karawitan orang mudah menguasai Unsur baku ngeng-nya suatu gending, menguasai tembang gerongan maupun sindenannya, bawa-swaranya dan lain sebagainya. Tembang-tembang yang baku itu adalah Macapat, baik Kinanthi, Asmaradana ataupun Dhandhanggula dan sebagainya. Demikian pula apabila kita mencermati seni pedalangan (wayang kulit), disamping ada suluk dan odo-odo ada pula unsur baku lainnya, yaitu : tembang macapat untuk gerongan dan isian gara-gara serta adanya wejangan orang tua kepada satria.Terlebih dahulu lagi dalam kesenian ketoprak. Para pemain baku harus dapat menguasai tembang macapat yang biasanya diiringi dengan gamelan. Disamping itu harus terampil melagukan dan cekatan mengarang tembang Asmaradana, Kinanthi, Pucung dan lain-lain untuk bage-binage atau gandrung. Demikian pula dalam pentas kesenian tradisional lainnya : Jatilan, Wayang Orang, Slawatan Jawi (Montro, Genjring, Mondreng dan lain-lain), Srandul, Brambangan dan sebagainya. Tembang Macapat merupakan unsur baku, lebih-lebih dalam Langen Mandra Wanara dan sejenisnya (Langentaya, Purbawanara, Langendriya dan lain-lain).Tanpa menguasai tembang Macapat, diharapakan untuk tidak ikut berperan, karena ketrampilan nembang macapat merupakan darah daging pemain Langen Mandra Wanara.DARI MACAPATANKesenian tradisional Langen Mandra Wanara dan, sejenisnya berinduk dari Macapatan. Semula adalah pagelaran Macapatan di Ndalem Mangkubumen, di kawasan Kraton Yogyakarta, dengan membaca Serat Rama. Sungguh sangat mengasyikkan, dengan diadakan pembagian kerja. Yang membaca tembang berisi jalan cerita ada sendiri. Yang membaca uacapan-ucapan Prabu Rama, Dewi Sinta, Lesmana, Anoman, Prabu Rahwana, Kumbakarna, Trijata dan sebagainya, masing-masing ada dhapukan-nya sendiri, penari sekaligus melantunkan tembang, tetapi karena dari duduk lesehan (bersila di tikar), maka menarinya dengan jongkok (Jengkeng), dilengkapi adegan perang dan sebagainya dan diiringi gamelan, maka jadilah kesenian Langen Mandrawanara. Apabila dilakukan dengan berdiri dinamakan Langendriya atau Langendriyan. Ada lagi : Langentaya, Purbawanara dan sebagainya, Jelaslah, disampaing menjadi unsur baku, tembang Macapat ternyata juga menjadi induk (babon) kesenian tradisional Jawa.MENGARANG MACAPATYang baku dalam Macapatan adalah orang karangan yang sudah adadengan lagu atau cengkok tembang yang sesuai dengsn watak isi ceritanya. Tembang Dhadhanggula misalnya, mempunyai cengkok lagu bermacam-macam (ada sekitar 20 lagu) seperti : Pasowanan, Kanyut, Baranglaya, Liksuling, Palaran, Kentar, Banjet, Manten Anyar, Semarangan, Turulare, Majasih, Sedyaasih, Rencasih, Pangajabsih, Tlutur, Banyumasan dan lain-lain. Setelah ditembangkan, isi bacaan tersebut diperbincangkan dalam sarasehan untuk mendalami maknanya. Demikian yang terjadi dalam Macapatan. Namun disamping itu, ada juga Macapatan yang memberi kesempatan kepada para warganya untuk mengarang cakepan (syair) dari Macapat. Untuk mengarang Macapat ini, agar sastra Macapat itu baik bahkan mendekati sempurna, maka karangan harus memenuhi 9 syarat yaitu : 1. guru gatra, 2. guru lagu, 3. guru wilangan , 4. pedhotan, 5. sasmita, 6. purwakanthi, 7. sengkalan, 8. sandiasma, dan 9. Sesuai dengan watak tembang.Memang, cakepan tembang Macapat yang baik itu memenuhi 9 syarat, namun minimal 3 syarat suatu karangan yaitu : (guru gatra : jumlah baris, guru lagu : jatuhnya vokal a, i, o, e, u tiap akhir baris ; dan guru wilangan : jumlah suku kata tiap barisnya) sudah dapat ditembangkan, walau kurang luwes dan kurang indah.Tembang Macapat yang semula hanya 9, berkembang menjadi 11, dan sekarang sudah bertambah menjadi 15 buah. Dibawah ini diperkenalkan 15 tembang macapat masing-masing dengan : guru gatra, guru wilangan dan guru lagunya, berikut watak dan sasmita yang menandai tembang tersebut. Diurutkan dari guru gatra (jumlah barisnya) paling sedikit (4 gatra) sampai yang terbanyak (10 gatra).1. Maskumambang 4 gatra : 12-i, 6-a, 8-i, 8-a. Sedih, terharu, iba, prihatin (kumambang, kentir, ngambang).2. Pucung 4 gatra : 12-u (4-u dan 8-u), 6-a, 8-i, 12-i. Jenaka, humor, seenaknya, main-main (bapak pucung, kluwak, cung).3. Megatruh 5 gatra : 12-u, 8-i, 8-u, 8-i, 8-o. Sedih, terharu, prihatin, menyesal (pegat, pegatan, pisah, pedhot).4. Gambuh 5 gatra : 7-u, 10-u, 8-i, 8-u, 8-o. Jelas, terang-terangan, serba sesuai, setuju (embuh, jumbuh, rujuk).5. Balabak 6 gatra : 12-a, 3-e, 12-a, 3-e, 12-a, 3-e. Bercanda main-main (bak, blabak).6. Wirangrong 6 gatra : 8-i, 8-o, 10-u, 6-i, 7-a, 8-a. Berwibawa, mrabu (wirang, rong, mrebawani, mrambu).7. Mijil 6 gatra : 10-i, 6-o, 10-e, 10-i, 6-i, 6-u. Mendidik, terharu, ngelangut (wijil, wiyos, keluar).8. Kinanthi 6 gatra : 8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i. Mendidik, gembira, rukun, cinta (kanthi, kanthen asta, gandheng, renteng).9. Durma 7 gatra : 12-a, 7-i, 6-a, 7-a, 8-i, 5-a, 7-i. Bersemangat, marah, bertempur (mundur, dur).10. Asmaradana 7 gatra : 8-i, 8-a, 8-e, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a. Prihatin, sedih, cinta (asmara, kasmaran, kingkin).11. Jurudemung 7 gatra : 8-a, 8-u, 8-u, 8-a, 8-u, 8-a, 8-u. Memikat, menyenangkan (demung, kijuru, mung).12. Pangkur 7 gatra : 8-a, 11-i, 8-u, 7-a, 12-u, 8-a, 8-i. Gagah, perwira, bersemangat, marah (kur, mungkur, yuda kenaka, yuda).13. Girisa 8 gatra : 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a. Wanti-wanti, himbauan seriua (giris, ris).14. Sinom 9 gatra : 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, 12-a. Lincah, berwibawa, merabu (anom, taruna, sri nata, mudha).15. Dhadhanggula 10 gatra : 10-i, 10-a, 8-e, 7-u, 9-i, 7-a, 6-a, 8-a, 12-i, 7-a. Gembira, luwes, pengharapan, bersahabat (manis, sarkara/gula, sinarka, memanise).

Wb/jv/Tembang/Macapat/MaskumambangFrom Wikimedia Incubator< Wb | jv | Tembang | MacapatJump to: navigation, searchMaskumambang iku tembang macapat kang dadi pralambang jaman wong lanang lagi mrambat dewasa, ing mangsa nalika seka bocah nuju dadi manungsa kang katon ing tengahing bebrayan. Tembung maskumambang iku sesambungan antarane emas lan kumambang. Ana kang nganggep yen Maskumambang iku tembange wong lanang, dene yen wadon iku Kinanthi. Watak tembang iki, umume isine kaya wong kang lagi sambat lara, ketula-tula, lan sengsara.[edit] MetrumSaben pada (bait), tembang maskumambang ana patang gatra (baris).12-i6 -a8 -i8 -a

[edit] TuladhaGereng-gereng Gathotkaca sru anangisSambat mlas arsaLuhnya marawayan miliGung tinamng astanira

Tembang Macapat - Maskumambang

Ida Ratu Paduka kang Sanggeng Langit Mugi priksanana Hamba ngaturken pejati Canang sari lan daksina Ya Tuhan Engkau yang turun dari langit Perhatikanlah hamba untuk saat ini Hamba menghaturkan pejati canang Sari dan Daksina Banten suciSadaya pan Sanpun prabi Nyimbrama Paduka Ingayab Dewa lan Dewi Murub mincar cahyanira Semua Banten Suci sekarang telah tertata semogalah engkau datang ya tuhanku Dan kami menyembrama paduka Yang teriring oleh dewa dan dewi Dalam cahaya kegelapan yang turun dari langit

Bathara Narada10-07-2008, 12:35 PMDiambil dari blog sebelah :

Tembang macapat merupakan tembang yang konon berasal dari kata mocone papat papat (membacanya empat empat), didalam tembang Macapat tersebut dibagi menjadi beberapa jenis nama tembang yang menyiratkan sandi didalam nama jenis tembang macapat tersebut, berbagai tafsir nama nama jenis tembang macapat ternyata sangat beragam, mungkin hal ini sangat tergantung dari kemampuan daya tafsir dari penafsir arti nama tembang tembang tersebut. dan sepertinya terpengaruh dari pergolakan sejarah dari budaya yang berada di tanah jawa. Berbagai tafsir atas nama nama jenis tembang Macapat yang dapat saya kumpulkan sebagai berikut :

1. Maskumambang

memvisualisasikan jabang bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya, masih belum kelihatan jenis kelaminnya (bisa lelaki atau perempuan), kumambang mengandung arti hidupnya mengabang didalam perut ibunda nya

2. Mijil

artinya sebuah kelahiran dari dalam perut ibunda nya, sudah jelas terlihat jenis kelaminnya.

3. Kinanthi

berasal dari kata kanthi atau tuntunan yang berarti di tuntun supaya bisa berjalan dalam kehidupan di alam dunia.

4. Sinom

berarti kanoman (kemudaan/usia muda), berarti adalah waktu luang pada masa muda untuk menimba ilmu sebanyak banyaknya

5. Asmaradana

berarti perasaan asmara/cinta, perasaan saling menyukai yang sudah menjadi kodrat ilahi (perasaan lelaki dan perempuan)

6. Gambuh

berasala dari kata jumbuh/sarujuk (cocok) yang berarti sudah cocok kemudian dipertemukan antara pria dan wanita yang sudah memiliki perasaan asmara, agar menjadikan sebuah pernikahan.

7. Dhandhanggula

menggambarkan hidup orang tersebut sedang merasa senang senang nya, apa yang dicita citakan bisa tercapai, bisa memiliki keluarga, mempunyai keturunan, hidup berkecukupan untuk sekeluarga. Sebab itu dia merasa bergemira hatinya, bisa disebut lagu dandhanggula

8. Durma

berasal dari kata darma/weweh (berdarma/memberikan sumbangan). Bila orang sudah merasa berkecukupan maka kemudian timbul rasa welas asihnya kepada sesama yang sedang ada masalah, sebab itu kemudian tibul persaan iba dan ingin memberikan sumbangan kepada semua, sebab itu memang sudah menjadi watak manusia yang ingin selalu berderma akibat dari welas asih hatinya.

9. Pangkur

pangkur berasal dari kata mungkur (mundur) yang berarti sudah memundurkan semua hawa napsunya, yang dipikirkan hanya berdarma kepada sesama mahluk

10.Megatruh

berasal dari kata megat roh (melepaskan roh), roh atau nyawa sudah lepas dari badan jasadnya sebab sudah waktunya kembali ke tempat yang telah digariskan oleh Hyang Maha Kuasa

11.Pocung / Pucung

kalau sudah menjadi lelayon(mayat) badan jasad kemudian di pocong sebelum dikubur

1. Maskumambang

Lagu Maskumambang berkumandangDinyanyikan oleh dayang-dayangMenghibur putri yang sedang mengandungAgar jabang bayi lahir beruntung

2. Mijil

Lagu Mijil dinyanyikan untuk sang PutriSewaktu melahirkan sang bayiSebagai hiburan mengalami nyeriYang diderita hanya oleh dirinya sendiri

3. Kinanti

Lagu Kinanti dilagukan karena cintaKepada bayi yang mulai mengenal duniaSecara perlahan mengenali Ibu dan BapaMengharap cinta kasih yang mesra dari berdua

3. Sinom

Lagu Sinom dinyanyikan anak sudah muda beliaMembukakan mata akan kehidupan dunia yang nyataBerkenalan dengan teman dan sanak saudaraMempersiapkan diri mengarungi kehidupan didunia

4. Asmarandana

Lagu Asmarandana dinaynyikan dikala anak menjadi dewasaMemilih kawan hidup untuk selamanyaDidasarkan kasih sayang dan cinta mesraDalam menuju ke jenjang Rumah Tangga

5. Gambuh

Lagu Gambuh berkumandang diudaraMengiringi keputusan untuk mempersunting sang daraDengan meminang pilihan hati dengan gembiraSebagai pelambang kesucian hati dan rasa cinta

6. Durmo

Lagu Durmo kembali dinyanyikanSewaktu kedua mempelai naik kepelaminanTanda akan syahnya suatu perkawinanSaatnya keduanya menguatkan tali ikatan

7. Dandanggula

Lagu Dandanggula adalah berikutnyaCobaan dalam saling memberi jiwa ragaMemberi tanpa mengharap imbalannyaSebagai bukti akan kuatnya dalam bercinta

8. Girisa

Lagu Girisa menempati tempat istimewaKadang terasa risi dan cemas didalam dadaApakah betul-betul anaku bahagiaApakah terpenuhi kebutuhan hidupnya

9. Pangkur

Lagu Pangkur diciptakan untuk manusiaYang telah mengalami hidup secukupnya diduniaYang terbuka mata, hidup ini tidak mengumpulkan dunia sajaSuatu waktu akan ditinggalkan juga

10. Megatruh

Lagu Megatruh mengelu-elukan kedatangan MalaikatDimana saat jiwa akan diangkatDimana raga ditinggalkan untuk dirawatOleh sekalian keluarga dan kerabat

11. Pucung

Lagu Pucung dinyanyikan sebagai tandaSupaya jenazah dimandikan menurut AgamaDibungkus kain kafan dari kaki ke ujung kepalaTanda bahwa pulang itu tidak membawa apa-apa

12. Wirangrong

Lagu Wirangrong adalah lagu penutupUsailah masa hidupWirang artinya mengerti atau tahu cara hidupRong artinya lubang kubur dimana hidup ditutup

--- ana candhake / bersambung ---

.sumber dari warunge mbahe (http://permenkaretmolor.multiply.com/journal/item/204)

Bathara Narada10-07-2008, 12:37 PMsambungan dari tulisan pertama

Penamaan Metrum Macapat

Dalam beberapa teori sastra jawa terdapat nama-nama jenis tembang macapat, kadang didapati bahwa jumlah metrumnya tidak sama. Perbedaan jumlah itu berkaitan dengan dimasukannya beberapa tembang tengahan dan tembang gede ke tembang macapat. Namun demikian nama metrum macapat sesuai dengan jenis tembangnya terdiri dari, Pucung, Mijil, Durma, Kinanthi, Asmaradhana, Pangkur, Sinom, Gambuh, Balabak, Jurudemung, Wirangrong dan Girisa. Penamaan kelimabelas metrum macapat di jabarkan oleh Laginem melelui beberapa sumber baik itu secara etmologi serta keterangan lainnya, kesemuanya dipaparkan berikut ini,

1). Pangkur

Pangkur berasal dari nama punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum dalam piagam-piagam berbahasa jawa kuno. Dalam Serat Purwaukara, Pangkur diberiarti buntut atau ekor. Oleh karena itu Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat tut pungkur berarti mengekor dan tut wuntat berarti mengikuti.

2). Maskumambang

Maskumambang berasal dari kata mas dan kumambang. Mas dari kata Premas yaitu punggawa dalam upacara Shaministis. Kumambang dari kata Kambang dengan sisipan um. Kambang dari kata Ka- dan Ambang. Kambang selain berarti terapung, juga berarti Kamwang atau kembang. Ambang ada kaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang atau mengidung. Dengan demikian, Maskumambang dapat diberi arti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga. Dalam Serat Purwaukara, Maskumambang diberi arti Ulam Toya yang berari ikan air tawar, sehingga kadang-kadang di isyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.

3). Sinom

Sinom ada hubungannya dengan kata Sinoman, yaitu perkumpulan para pemuda untuk membantu orang punya hajat. Pendapat lain menyatakan bahwa Sinom ada kaitannya dengan upacara-upacara bagi anak-anak muada zaman dahulu. Dalam Serat Purwaukara, Sinom diberi arti seskaring rambut yang berarti anak rambut. Selain itu, Sinom juga diartikan daun muda sehingga kadang-kadang diberi isyarat dengan lukisan daun muda.

4). Asmarandana

Asmaradana berasal dari kata Asmara dan Dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api. Nama Asmaradana berkaitan denga peristiwa hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara, Smarandana diberi arti remen ing paweweh, berarti suka memberi.

5). Dhangdhanggula

Dandhanggula diambil dari nama kata raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.

6). Durma

Durma dari kata jawa klasik yang berarti harimau. Sesuai dengan arti itu, tembang Durma berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana seram.

7). Mijil

Mijil berarti keluar. Selain itu , Mijil ada hubungannya dengan Wijil yang bersinonim dengan lawang atau pintu. Kata Lawang juga berarti nama sejenis tumbuh-tumbuhan yang bunganya berbau wangi. Bunga tumbuh-tumbuhan itu dalam bahasa latin disebut heritiera littoralis.

8). Kinanthi

Kinanthi berarti bergandengan, teman, nama zat atau benda , nam bunga. Sesuai arti itu, tembang Kinanthi berwatak atau biasa digunakan dalam suasana mesra dan senang.

9). Gambuh

Gambuh berarti ronggeng, tahu, terbiasa, nama tetumbuhan. Berkenaan dengan hal itu, tembang Gambuh berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana tidak ragu-ragu.

10). Wirangrong

Wirangrong berarti trenyuh (sedih), nelangsa (penuh derita), kapirangu (ragu-ragu),. Namun dalam teks sastra, Wirangrong digunakan dalam suasana berwibawa.

11). Jurudemung

Jurudemung berasal dari kata juru yang berarti tukang, penabuh, dan demung yang berarti nama sebuah perlengkapan gamelan. Dengan demikian, Jurudemung dapat berarti penabuh gamelan. Dalam Serat Purwaukara, Jurudemung diberi arti lelinggir kang landep atau sanding (pisau) yang tajam.

12). Girisa

Girisa berarti arik (tenang), wedi (takut), giris (ngeri). Girisa yang berasal dari bahasa Sansekerta, Girica adalah nama dewa Siwa yang bertahta di gunung atau dewa gunung, sehingga disebut Hyang Girinata. Dalam Serat Purwaukara, Girisa diberi arti boten sarwa wegah, bermakna tidak serba enggan, sehingga mempunyai watak selalu ingat.

13). Pucung

Pucung adalah nama biji kepayang, yang dalam bahasa latin disebut Pengium edule. Dalam Serat Purwaukara, Pucung berarti kudhuping gegodhongan (kuncup dedaunan) yang biasanya tampak segar. Ucapan cung dalam Pucung cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat lucu, yang menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Sehingga tembang Pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

14). Megatruh

Megatruh berasal dari awalan am, pega dan ruh. Pegat berarti putus, tamat, pisah, cerai. Dan ruh berarti roh. Dalam Serat Purwaukara, Megatruh diberi arti mbucal kan sarwa ala (membuang yang serba jelek). Pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau pamegat yang berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli, guru agama. Dengan demikian, Megatruh berarti petugas yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.

15). Balabak,

Balabak dalam Serat Purwaukara diberi arti kasilap atau terbenam. Apabila dihubungkan dengan kata bala dan baka, Balabak dapat berarti pasukan atau kelompok burung Bangau. Apabila terbang, pasukan burung Bangau tampak santai. Oleh karena itu tembang Balabak berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

Kemudian mana yang benar? Saya kembalikan kepada pemahaman dan kebijaksanaan para pembaca artikel ini

sumber dari warunge mbahe (http://permenkaretmolor.multiply.com/journal/item/204)