mae
TRANSCRIPT
TEORI GEOSENTRIS dan
TEORI HELIOSENTRIS
PAPERDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Irawan, S.Pd., M.Hum
Disusun Oleh
Marnita Geptia Sari 1152070041
Siti Nopi Rahayu 1152070071
Kelas/Semester: B/IV
PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017 M/1437 H
ABSTRAK
Perkembangan pengetahuan dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selalu menjadi
hal yang menarik, kemajuan ilmu ini seolah memiliki daya tarik tersendiri untuk dapat
memikat manusia agar terus menggelutinya. Dalam arti luas IPA menampilkan salah satu
kemajuan pengetahuan manusia atas gejala-gejala alam, kebenaran yang terungkap dalam
pengkajian fenomena-fenomena alam memberikan sumbangsi terbesar dalam mendukung
kemajuan teknologi yang dapat kita nikmati sekarang. Namun, ketika kita menengok
sejarah perkembangan sains, terdapat paham otoritas. Pengetahuan yang diperoleh
melalui otoritas ini biasanya tidak mengalami uji kebenaran lagi, serta kurang diterima
dengan baik sebagai suatu kebenaran oleh kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang
didasarkan pada otoritas ini termasuk dalam filsafat sekuler. Akan tetapi seiring
perkembangan zaman dan kemajuan dalam berpikir secara ilmiah, otoritas dalam IPA
tidaklah relevan dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan suatu pembenaran.
IPA memiliki ruang lingkup yang luas dan tidak hanya memiliki arti ilmu yang
mempelajari gejala alam, akan tetapi juga merupakan pengetahuan praktis dalam usaha
menemukan suatu kebenaran (Gie Liang, 1991). Maka dari itu penelitian ini bertujuan
agar karya penelitian atau temuan Islam bisa digunakan sebagai sumber belajar IPA di
Madrasah. Sains merupakan suatu kebijakan yang diambil para ilmuwan untuk
menyelidiki dan memahami fenomena-fenomena yang membutuhkan proses dalam usaha
pencarian kebenaran. Proses ini melibatkan serangkaian kegiatan dengan metode
saintifik.
Bumi adalah tempat manusia berpijak yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan kita oleh karena itu tidak aneh bila ilmu tentang bumi berkembang sejak dulu
kala. Pada buku materi IPA kelas VII BSE teori tentang Tata Surya merupakan gerak
benda-benda angkasa sebagaimana Matahari, bulan, planet-planet, dan bintang-bintang
nampak bergerak dalam lingkaran-lingkaran di sekitar garis yang menghubungkan Bumi
dengan Polaris. Pergerakan ini menyebabkan semua benda-benda angkasa, kecuali
bintang-bintang di langit utara terbit di timur dan terbenam di barat.
Filsafat Pendidikan 1 | 5
Teori geosentris adalah teori yang menyatakan bahwa yang menjadi pusat dari
tata surya adalah bumi, berdasarkan dari makna secara bahasapun demikian. Kata
geosentris berasal dari kata geo yang berarti bumi dan centre yang berarti pusat. Dalam
sistem ini, Bumi dianggap telah diam pada sumbunya, dengan lima planet yaitu bulan,
Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, dan Sartunus bergerak mengitarinya.
Pemahaman ini terus bertahan sampai diterjemahkan ke banyak bahasa salah satunya
diterjemahkan ke bahasa arab yang kemudian dipelajari oleh ilmuan-ilmuan muslim
disana. Sekitar tahun 150 M, di Alexandria hiduplah seorang astronom Mesir bernama
Ptolomeus. Ia merupakan peneliti ahli dan menjadi popular karena ensiklopedia yang
disusunnya pada buku berjudul Almagest, yang berisi semua pengetahuan sains dari dunia
kuno. Selain memberikan satu-satunya catatan catalog bintang Hipparchus, buku ini juga
menimpulkan pandangan klasik bumi sebagai pusat alam semesta. Konsep ini dikenal
dengan konsep alam semesta Ptolomeus.
Tokoh fisikawan Muslim yang dijuluki oleh Sarton sebagai the greatest students
of optics of all times (Sarton, 1952) ini menggugat tafsiran Ptolemeus terhadap langit-
langit sebagai bentuk-bentuk geometris abstrak belaka. Kemuddian Al-Battani pada abad
ke-10 M telah sampai pada upaya mengkoreksi dan mengkritik konsep-konsep dasar
sistem astronomi Ptolemeuszz, kemuddian dia merenovasi astronomi Ptolemus yang
statis menjadi astronomi dinamis sehingga karya-karyanya masih dikutip oleh para
astronom terkemuka Eropa sampai abad ke-18 M.
Tokoh lainnya seperti al-Biruni pada abad ke-11 telah mengajukan untuk pertama
kalinya dalam dunia astronomi mengenai gerak bumi mengelilingi matahari, dan telah
membahas pula kemungkinan rotasi bumi di sekeliling sumbunya. Prestasi al-Biruni ini
berarti telah mendahului Copernicus lima abad sebelumnya (Nasr, 1968; Ajram, 1992).
Puncak perkembangan astronomi Muslim tercapai pada era Nashiruddin al-Thusi pada
abad ke-13 M. Ilmuwan universal ini (ahli matematika, teologi, filsafat, etika, fisika,
astronomi) mendirikan observatorium di Maragha, yang menurut Nasr, menjadi jembatan
penghubung perkembangan astronomi Islam dengan astronomi Eropa.
Akhirnya ilmuan muslim yang paling fenomena Nashiruddin al-Thusi pada abad
ke-13M mendirikan observatorium di Maragha, observatorium ini memiliki instrumen-
Filsafat Pendidikan 2 | 5
instrumen astronomis yang sangat maju dan lengkap pada masanya, dan menjadi pusat
ilmdiah yang masyhur di kalangan sarjana di Timur dan Barat. Al-Thusi mengajukan
model planet yang baru, yang non-Ptolemeusz. Salah satu temuan ilmdiahnya diabadikan
hingga sekarang dengan istilah Tusi couple (pasangan Tusi). Teori yang dimaksud adalah
Teori Heliosentris yang kita kenal sekarang.
Teori ini dipopulerkan oleh Nicolas Copernicus, seorang astronom asal Polandia.
Heliosentris meyakini bahwa matahari adalah pusat tata surya dan benda langit lain
berputar mengelilingi matahari. Pengakuan pandangan ini diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Galileo alilei tentang mekanika gerak planet dan yang terakhir
Johannes Kepler menghasilkan 3 hukum kepler yang berkaitan dengan peredaran planet
di tata surya.
Copernicus mengungkapkan pandangannya melalui karyanya yaitu De
Revolutionibus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit) pada
abad ke-15, yang melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan
pembuktdian-pembuktdiannya. Untuk menghindari kontroversi yang terjadi di pihak
gereja maka pada kata pengantar buku ini Copernikus menyampaiakan bahwa buku ini
hanya merupakan pemaparan model tata surya secara matematis.
Dalam buku itu Copernicus mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya,
bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semuanya
berputar mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para pendahulunya, dia membuat
perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet mengelilingi matahari
dan pada karyanta ini juga dia masih menyebutkan bahwa lintasan planet-planet itu
berbentuk bulat. Copernicus juga menyampaikan keberatannya tentang posisi merkurius
dan venus pada pandangan geosentris.
Pada abad III M, ada seorang pengembara India yang menyerahkan sebuah data
astronomi dengan judul Shindind atau sidhanta kepada kerajaan islam di bagdad,
kemudian buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh al-fazari, sehingga tidak
mengherankan jika sekitar aba IX M (300 tahun setelah wafatnya Nabi), Negara-negara
islam telah memiliki kebudayaan dan pengetahuan yang tiinggi. Banyak ilmuwan dengan
Filsafat Pendidikan 3 | 5
hasil karyanya yang gemilang tertumpuk di perpustakaan-perpustakaan Negara islam
termasuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi.
Babak astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad VI SM yang berpendapat
bahwa bumi berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama ada seorang ilmuwan yang
mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat (Phytagoras). Akan tetapi terobosan terpenting
pertama dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad kemudian. Dia
mengemukakan bahwa bumi berbentuk bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti
ilmiah. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya ini adalah bumi, sementara bumi
selalu dalam keadaan tenang, tidak bergerak, dan tidak berputar. Pandangan ini disebut
dengan teori geosentris.
Terobosan kedua hampir dilakukan oleh Aristarcus pada abad III SM jika dia
mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarcus tidak hanya berpendapat bahwa bumi
bukanlah pusat alam semesta (geosentris). Akan tetapi dia juga menyatakan bahwa bumi
berputar dan beredar mengelilingin matahari yang merupakan pusat gerak langit
(heliosentris). Inilah awal munculnya teori heliosentris. Sehingga orang pertama kali
mengekemukakan Teori Heliosentris sebenarnya adalah Aristarcus. Akan tetapi pada
masa itu pendapat dari Aristarchus tidak mendapatkan respon dari pihak gereja, yang
mana pada masa itu gerejalah yang memiliki wewenang tertinggi dalam pemerintahan.
Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju, namun yang
perlu dicatat adalah bahwa pandangan terhadap alam secara umum masih mengikuti
pandangan geosentris. Di abad yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap
bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu Raihan Al-Biruni. Ia
merupakan orang yang pertama kali menolak teori ptolomeus. Sekitar abad XIV juga
muncul tokoh islam yang merombak habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia adalah Ibnu
Shatir dalam bukunya yang berjudul “Nihayat al-Sulfi Tashih al-Ushul”
Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori ptolomeus, namun
sebenarnya Copernicus membuka sejarah baru dengan mengekemukakan bahwa planet
dan bintang mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran (Heliosentris). Mulai abad
inilah teori Heliosentris diterima oleh masyarakat dunia. Walaupun sejak Copernicus
mengekemukakan pandangan heliosentrisnya muncul dua aliran, yaitu aliran Ptolomeus Filsafat Pendidikan 4 | 5
(Geosentris) dan aliran Copernicus (Heliosentris). Namun teori Heliosentris senantiasa
berkebang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya tokoh-tokoh
pendukung teori ini, yaitu Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Sir Isac Newton dengan
penemuan-penemuanya.
Ilmu Astronomi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan
ilmu atronomi yang begitu signifikan dirasakan oleh umat manusia sedunia, sebut saja
orang barat menikmatinya dengan pengetahuan kompleks tentang benda langit, di
samping itu mereka juga menikmati indah menjelajah luar angkasa terbang sesuka hati,
lebih dari itu umat muslim juga memanfaatkan ilmu astronomi sebagai wasilah utuk
menunaikan kewajiban mereka, dengan ilmu ini mereka dapat mengetahui arah kiblat di
suatu tempat, kapan masuknya awal waktu shalat, awal bulan qamariah, dan gerhana.
Melihat begitu pentingnya ilmu ini, membuat perhatian banyak orang untuk
mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang perkembangan ilmu astronomi. Karena dengan
mengkaji perkembangan ilmu astronomi ini kita akan mengenal siapa pencetus dan apa
teorinya tentang astronomi, yang secara tidak langsung akan membuat kita termotivasi
dengan para ilmuwan yang mengembangkan disiplin ilmu ini, bahkan ke depan nanti kita
dapat memprediksikan bagaimana perkembangan dan pengaruh ilmu astronomi di masa
mendatang.
Galileo Galilei ilmuan yang menggunakan teropong bintang untuk melihat ke
angkasa dan mebenarkan konsep heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus.
Sehingga mereka sepakat secara kolektif menolak Konsep Geosentris yang telah diyakini
oleh kalangan nasrani saat itu. Sejak saat itulah dimulainya pengembangan dan penemuan
ilmiah dengan berlandaskan metode ilmiah sebagai paradigma sains. Melalui
pengambilan konsep yang ditempuh berdasarkan metode ilmiah yang telah disetujui
bersama oleh para ilmuan menunjukkan bahwa sains dalam IPA merupakan hasil
kesepakatan secara kolektif diantara para ilmuan.
Filsafat Pendidikan 5 | 5