magnetik-suseptibilitas magnetik
TRANSCRIPT
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 1/8
1
PEMETAAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK
TANAH LAPISAN ATAS DI KODYA SURAKARTA
MENGGUNAKAN BARTINGTON MS2
SEBAGAI INDIKATOR PENDEKATAN SEBARAN LOGAM
Yuli Triyanto
M 0203053Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Abstrak
Pertambahan jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu kontributor utama
pencemaran tanah karena sangat mungkin gas buang kendaraan bermotor mengandungpolutan berupa logam hasil pembakaran. Metode yang digunakan selama ini untuk
mengidentifikasi adanya polutan adalah metode kimia, biokimia. dan geokimia. Namun
metode-metode ini mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu metodegeofisika yang dikembangkan belum efektif untuk mengidentifikasi adanya suatu sebaran
logam. Untuk itu, dikembangkan metode magnetik batuan sebagai metode alternatif. Metode
magnetik batuan sering digunakan dalam kajian lingkungan dengan menggunakan perubahandan variasi sifat mineral magnetik dalam tanah, debu atau sedimen sebagai indikator dariproses yang terjadi di lingkungan. Dalam penelitian ini dikaji sifat-sifat magnetik dari tanah
lapisan atas di Kodya Surakarta. Metode magnetik berupa pemetaan nilai suseptibiltas
berdasarkan pengukuran secara in- situ dengan menggunakan Bartington MS2 sensor D dandikombinasikan dengan analisis laboratorium cuplikan tanah daerah survei dengan
menggunakan Bartington MS2 sensor W dengan menggunakan variasi temperatur. Hasil
penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara suseptibilitas magnetik dengan pola penggunaan lahan yang salah satunya dilihat dari intensitas kepadatan lalu lintas.
Pengukuran di dekat jalan raya menunjukkan nilai suseptibilitas magnetik yang lebih tinggi
dibanding pengukuran yang jauh dari jalan raya (pemukiman). Korelasi ini memungkinkan
digunakannya suseptibilitas magnetik sebagai indikator pendekatan sebaran logam di tanah
akibat gas buang kendaraan bermotor.
Kata Kunci: magnetik batuan, suseptibilitas, tanah lapisan atas, logam
I. PendahuluanKesadaran masyarakat akan hadirnya efek
gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar
saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak
seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta api, kapal terbang, dan kapal laut, kendaraan
bermotor saat ini maupun di kemudian hari akan
terus menjadi sumber yang dominan dari paparanlogam di perkotaan.
Dibandingkan dengan sumber stasionerseperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis prosespembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan
bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan
menghasilkan bahan pencemar pada kadar yanglebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik danoksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas
buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke
dalam lingkungan jalan raya yang lebih dekat
dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buangdari cerobong industri yang tinggi.
Emisi gas buang kendaraan bermotor juga
cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi
asam. Pengalaman di negara maju membuktikanbahwa kondisi seperti ini dapat menyebabkan
terlepasnya ikatan tanah atau sedimen dengan
beberapa mineral/ logam, sehingga logam tersebutdapat mencemari lingkungan.
Melonjaknya jumlah pemakai kendaraanbermotor di Solo diidentifikasikan menjadi sumberpolutan berupa paparan logam di tanah. Jumlah
kendaraan bermotor pada tahun 2004 di Kotamadya
Surakarta mencapai 202.036 kendaraan yang terdiridari sepeda motor, bus, mobil penumpang, danmobil barang. Kondisi lalu lintas Kota Surakarta
juga bisa digambarkan dengan melihat total arus
yang keluar masuk kota pada 18 jam efektif (jam06.00- 22.00 WIB) pada tiga belas koridor adalah
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 2/8
2
579.625 kendaraan atau rata- rata 32.201 kendaraan
per jam (Anonim, 2006).
Logam dalam batuan dan tanah bisa berupamineral magnetik yang apabila ditinjau dari sifat
magnetiknya, pada umumnya dikelompokkan
menjadi diamagnetik, paramagnetik danferromagnetik (termasuk ferimagnetik dan
antiferomagnetik). Namun demikian istilah mineral
magnetik biasanya digunakan bagi mineral yangtergolong ferromagnetik. Dalam batuan dan tanah(soils), mineral ferromagnetik umumnya berasal dari
keluarga besi-titanium oksida, sulfide-besi danhidrooksida besi (Satria Bijaksana, 2002).
Metode yang digunakan selama ini untuk
mengidentifikasi logam adalah metode kimia,
biokimia. dan geokimia. Namun metode-metode ini
mahal dan membutuhkan waktu yang lama.Sementara itu metode geofisika yang dikembangkanbelum efektif untuk mengidentifikasi adanya logam
dalam batuan/ tanah. Untuk itu, dikembangkanmetode magnetik batuan sebagai metode alternatif.
Metode magnetik batuan sering digunakan dalam
kajian lingkungan. Dengan menggunakan perubahandan variasi sifat mineral magnetik dalam tanah,
debu atau sedimen sebagai indikator dari prosesyang terjadi di lingkungan.
Mineral magnetik dapat didentifikasidengan serangkaian metode yang dikenal dengan
metode kemagnetan batuan (rock magnetic methods)
dan yang lazim digunakan adalah pengukuransuseptibilitas magnetik dengan cara pemetaansuseptibilitas magnetik pada tanah berdasarkan
parameter- parameter magnetik tanah.
Pengukuran susuptibilitas magnetik darisuatu sampel di alam terbuka akan memberikan
informasi tentang mineral yang terkandung di dalam
sampel tersebut. Pemetaan suseptibilitas magnetik tanah dapat dikaitkan dengan pemetaan sebaran
logam dengan asumsi tanah yang diteliti
mengandung logam yang berasal dari gas buangkendaraan bermotor.
Penelitian ini akan memetakan nilai
suseptibilitas magnetik dan mengidentifikasikansebaran logam di Kodya Surakarta dengan caramelakukan survei dan pengukuran secara in-situ
(pengukuran lansung) di lapangan dengan
Bartington MS2 sensor D sehingga diperoleh datayang dapat mewakili beberapa tempat untuk
dianalisis dan dibandingkan dengan hasilpengukuran cuplikan tanah di laboratorium denganBartington MS2 sensor W dengan menggunakan
variasi temperatur.
Hasil dari penelitian ini dapat dikaitkan
dengan beberapa kajian masalah lingkunganterutama masalah sebaran logam di tanah denganhipotesis apabila paparan logam disinyalir ada
dalam tanah maka dapat diidentifikasikan juga
masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan
lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas
kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya akan terpapar oleh bahan pencemar
berupa logam yang kadarnya cukup tinggi pula.
II. Metodologi PenelitianPenelitian mengenai nilai suseptibilitas
magnetik untuk analisis sebaran logam di KodyaSurakarta ini meliputi beberapa tahapan dan metode
penelitian, yaitu:II.1. Pemetaan Nilai suseptibilitas Magnetik
Pengambilan data adalah pengukuran nilai
suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas secara in-
situ (pengukuran langsung di lapangan) dengan
menggunakan Bartington MS2 sensor D. Pada setiaptitik dilakukan pengukuran tiga kali dan hasil yangdigunakan adalah nilai rata- rata dari ketiga nilai
tersebut. Data- data hasil pengukuran kemudiandiolah dengan menggunakan program Surfer v8
untuk mengetahui gambaran peta kontur nilai
suseptiblitas magnetik di Kodya Surakarta.
Gambar 2.1.Pengambilan data secara in- situ di lapangan
II.2. Pengujian cuplikan tanah di LaboratoriumPengujian di laboratorium untuk
mengetahui nilai temperatur Curie dapat digunakan
sebagai pembanding dengan hasil pengukuransecara in- situ dilakukan dengan menggunakan
seperangkat Bartington MS2 meter dengan sensorW yang diolah dengan software Geolabsoft v2.2.
Gambar 2.2. Bartington Susceptibility
Temperature SystemProsedur penelitiannya secara sistematis
terlihat pada diagram alir di bawah ini
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 3/8
3
Gambar 2.3. Prosedur penelitian
III. Hasil dan PembahasanPenelitian ini dilakukan untuk memetakan
nilai suseptibilitas magnetik tanah lapisan atassebagai bahan analisis sebaran logam di Kodya
Surakarta. Daerah survei dalam penelitian ini
meliputi area Kodya Surakarta dengan total luas44,04 Km
2.
Pemetaan dilakukan untuk mengetahui
sebaran suseptibilitas pada kedalaman tertentu. Datamapping diolah dengan sofware Surfer ver8 untuk mendapatkan peta kontur isosuseptibilitas. Kontur
isosuseptibilitas menampilkan adanya anomali padatitik-titik tertentu.
Satria Bijaksana (2002) menyatakan bahwadalam batuan dan tanah, mineral feromagnetik
umumnya berasal dari keluarga besi – titaniumoksida (magnetite, hematite, maghemite), sulfida-
besi (pyrite, pyrrhotite), dan hidro oksida besi
(goethite). Nilai suseptibilitas mineral magnetik iniditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Nilai Suseptibilitas Magnetik
Mineral Feromagnetik (Hunt dkk, 1995)
Mineral
Magnetik
Suseptibilitas
Magnetik (10-5
SI)
Magnetite 100.000-570.000
Hematite 50-4000Maghemite 200.000-250.000
Ilmenite 200-380.000
Pyrite 35-500
Pyrrhotite 320.000
Goethite 110-1200
Pengukuran secara in-situ menunjukkannilai suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas di
Kodya Surakarta berada pada rentang (9,6 - 974,7) x
10-5, yang berarti termasuk dalam rentang nilai
mineral feromagnetik.
Pada temperatur ruangan, hanya besi (Fe),nikel (Ni), kobalt (Co), dan gadolinum (Gd) sajalah
yang merupakan elemen feromagnetik, tetapi
beberapa elemen pada temperatur rendah danlogam-logam campuran (alloy) yang komponennya
tidak feromagnetik juga memperlihatkan efek- efek
feromagnetik (Allonso,1992). Berdasarkan hal inimaka pada peta isosuseptibilitas dapatdiinterprestasikan bahwa titik yang mempunyai nilai
suseptibilitas magnetik tinggi berarti tanahpermukaan di sekitar titik-titik tersebut mempunyaikandungan logam yang lebih tinggi dibandingkan
daerah sekitarnya.
Klasifikasi tinggi dalam penelitian ini
adalah daerah yang mempunyai nilai suseptibilitasmagnetik 900 x 10
-5- 950 x 10
-5. Daerah yang
mempunyai nilai suseptibilitas magnetik rendah
rentangnya adalah 0-50 x 10-5
. Sedangkan daerah
dengan nilai suseptibilitas 450 x 10
-5
- 500 x 10
-5
masuk kategori sedang.
Kombinasi dari pengukuran suseptibilitas
magnetik dapat membantu dalam mengidentifikasikondisi tanah di suatu daerah yang mempunyai
kandungan logam di dalamnya. Emisi kendaraan
bermotor diperkirakan sebagai sumber yangsignifikan dari polutan bahan magnetik/ logam
(Hoffman dkk, 1999). Berikut hasil pemetaan nilai
suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas di KodyaSurakarta yang diolah dengan perangkat lunak
Surfer v.8
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0
2
4
6
8
10
12
50
150
250
350
450
550
650
750
850
950
Ket: 1 satuan panjang = 500 m
Gambar 3.1. Peta Kontur nilai
suseptibilitas magnetik dari area survei di
Kodya SurakartaIndikasi bahwa sumber utama paparan
logam adalah kepadatan lalu lintas terlihat padapengukuran di daerah sekitar jalan utama dengan
kepadatan lalu lintas yang tinggi mempunyai nilaisuseptibilitas magnetik lebih besar daripada yang jauh dari jalan utama atau di sekitar daerah
pemukiman. Hal ini terlihat pada peta kontur
Pengukuran
Permukaan tanah Sampel tanah padakedalaman 0,1 m
Nilai Suseptibilitas
Magnetik
Nilai suseptibilitasmagnetik
Peta kontur Suseptibilitas
Magnetik
Analisis
Kesimpulan
P o s i s i y ( S a t u a n P a n j a n g )
Posisi x ( Satuan Panjang )
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 4/8
4
dimana terlihat adanya anomali dengan nilai
suseptibiltas magnetik tinggi ( warna merah) di
antaranya pada koordinat (3,3), (12,3), dan (13,7).Ini berarti di sekitar titik tersebut banyak terdapat
kandungan logam, hal ini ditunjukkan dengan nilai
suseptibilitas magnetik sebesar 947x 10-5
, 958 x 10-
5, 928,1 x 10-5.
Berdasarkan ploting titik pemetaan pada
Peta Wilayah Kodya Surakarta, koordinat (3,3) dan(12,3) adalah daerah di sekitar Jalan Slamet Riyadiyang merupakan ruas jalan terbesar di Kota
Surakarta dan termasuk kategori jalan utama,sehingga bisa dipastikan intensitas kendaraannyamemang sangat tinggi. Begitu pula dengan
koordinat (13,7) yang merupakan daerah pertigaan
ramai kendaraan bermotor pertemuan dua jalan
utama yaitu Jalan Jenderal Ahmad Yani dan JalanTentara Pelajar.
Secara keseluruhan ada 12 titik pengukuran
di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dengan nilaisuseptibilitas magnetik ditunjukkan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.2. Pemetaan Nilai Suseptibilitas
Magnetik di Jalan Slamet Riyadi
Koordinat (10-5)
(2,3) 808,6
(3,3) 947,2
(4,3) 872,3
(5,3) 737,3
(6,3) 333,8
(7,3) 246,3
(8,3) 712,9(9,3) 744,8
(10,3) 595,0
(11,3) 904,1
(12,3) 958,1
(13,3) 901,1
Terlihat bahwa sebaran nilai suseptibilitas
magnetik di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari 12titik koordinat pengambilan data secara in-situ mempunyai rentang nilai yang relatif tinggi pada 9
titik koordinat yaitu (712,9-958,1) x 10-5
. Nilai yangrelatif lebih rendah di temukan di tiga koordinat lain
sebesar 246,3 x 10-5; 333,8 x 10-5; dan 595,0 x 10-5.Ketika dicocokkan dengan kondisi saat pengambilan
data, ternyata lokasi pengukuran di tiga titik inidilakukan di taman kota yang terletak di sisi jalan,
sehingga ada pengaruh vegetasi (rerumputan taman)
terhadap nilai suseptibilitas magnetik yang terukur.Pengukuran di tiga titik di Jalan Slamet Riyadi ini
terpaksa dilakukan di areal taman karena secara
kondisi fisik tidak ada permukaan tanah yangterbuka akibat betonisasi di sebelah kiri dan kanan
Jalan Slamet Riyadi. Pengukuran 9 titik lain
dilakukan langsung di tanah permukaan di pinggir
jalan.
Anomali dengan nilai suseptibilitas yangrendah (warna hijau) di koordinat (1,4) dan (14,10)
yaitu di daerah Jalan Blewah Raya I dan Jalan
Madukoro yang merupakan daerah pemukimanpenduduk ataupun daerah dengan intensitas
kendaraan bermotor yang relatif lebih sedikit
semakin menguatkan bahwa gas buang kendaraanbermotor menjadi salah satu sumber polutan logam.
Dari pengukuran di Jalan Slamet Riyadi di
atas terlihat faktor vegetasi juga memberikankontribusi pada terukurnya nilai suseptibilitas padatanah permukaan. Sehingga pengukuran di tiga titik
koordinat di areal yang banyak vegetasinya ternyata
berbeda dibandingkan dengan 9 titik pengambilan
data yang lain dalam satu jalan yang sama intensitaskendaraannya. Hal ini juga terlihat pada peta konturisosuseptibilitas pada koordionat (7,2) yang
merupakan daerah Jalan Samanhudi ( pertigaandekat Tugu Lilin) yang termasuk kategori jalan raya
yang secara intensitas kendaraan bermotor daerah
ini bisa dikategorikan ramai. Namun kondisi disekitar jalan yang ditumbuhi pepohonan ternyata
berpengaruh pada sebaran logam yang ada, hal iniditunjukkan dengan nilai suseptibilitas yang hanya
berkisar pada nilai 37,95 x10-5
yang termasuk kategori rendah.
Tumbuhan dapat bertindak sebagai
pengeliminasi logam. Peran pada tumbuhan inidikenal sebagai fitoremidiasi. Tumbuhan dapatmengeliminasi logam berat melalui beberapa cara,
seperti (i) fitostabilisasi: tumbuhan menstabilkan
limbah di dalam tanah; (ii) fitostimulasi: akartanaman menstimulasi penghancuran limbah dengan
bantuan bakteri rhizosfer; (iii) fitodegradasi:
tanaman mendegradasi limbah; (iv) fito ekstrasi: jeringan tanaman, terutama dauan mangakumulasi
limbah; (v) fitovolatilisasi: limbah diubah menjadi
senyawa yang mudah menguap; serta (vi)
rhizofiltrasi: akar menyerap limbah dari air
(Kompas, 2004).
Namun berbeda dengan bakteri yang dapatmengubah tingkat oksidasi dan ordinasi logammenjadi kurang berbahaya, pada fitoremidiasi
sebagian logam yang diserap tetap dalam kondisi
membahayakan manusia, sehingga kayu ataupanenan lain dari tumbuhan tersebut harus
diperlakukan secara khusus karena tetapmengandung zat beracun, meskipun tingkatperacunan ini umumnya terbatas karena logam yang
tertahan di lapisan akar umumnya tidak berada
dalam kondisi dapat diserap makhluk hidup. Namun
yang terpenting dengan adanya tumbuhan ini dapatmencegah paparan langsung logam ke tubuhmanusia.
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 5/8
5
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Endang Purwanti (2002) terkait pemetaan nilai
suseptibilitas magnetik dan identifikasi bahanmagnetik di daerah Ngoresan, Jebres, Surakarta
menyarankan adanya penelitian tambahan dengan
metode pencuplikan tanah untuk dilakukanpenelitian suseptibilitas magnetik tanah di
laboratorium dengan menggunakan variasi
temperatur.Berpijak dari pemikiran ini, sampel yang
diperoleh dari titik-titik yang mempunyai nilai
suseptibilitas ekstrim (tinggi, sedang, dan rendah)berdasarkan pengukuran in-situ di lapangankemudian diuji dengan Bartington Susceptibility
Temperatur System yang diolah dengan software
Geolabsoft v2.2. sehingga diperoleh grafik
hubungan antara suseptibilitas magnetik ( ) dan
temperatur (T) seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.2 sampai dengan 3.4. Dengan masing-
masing kategori diambil tiga titik sampel.
Sampel-sampel tersebut kemudiandikelompokkan berdasarkan lokasinya, yaitu
kategori jalan utama, jalan raya, dan pemukimanuntuk mengetahui korelasi antara kepadatan lalu
lintas dengan sebaran logam yang ada berdasarkan
identifikasi nilai suseptibilitas magnetiknya.
1.Kategori Jalan Utamaa. Sampel 1 (Pertigaan Taman Ganesha, Jln.
Tentara Pelajar)
Gambar 3.2 (a). Grafik vs T
untuk sampel I
b. Sampel V (Jln. Slamet Riyadi; pertigaan
depan Pabrik Jamu Air Mancur)
Gambar 3.2 (b). Grafik vs T
untuk sampel V c. Sampel VI ( Jln. Sutan Syahrir)
Gambar 3.2 (c). Grafik vs T
untuk sampel VI
d. Sampel IX (Jln. Slamet Riyadi; sebelahtimur pertigaan Nonongan)
Gambar 3.2 (d). Grafik vs T
untuk sampel IX
Gambar 3.2. Grafik vs T untuk sampel
kategori jalan utama
S u s
e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 6/8
6
2.Kategori Jalan Rayaa.Sampel II (Depan AUB, Jln.
Martawalanda Maramis)
Gambar 3.3 (a). Grafik vs T
untuk sampel II
b. Sampel VII (Jln. Samanhudi)
Gambar 3.3 (b). Grafik vs T
untuk sampel VII
c. Sampel VIII ( Jln. Kebangkitan Nasional)
Gambar 3.3 (c). Grafik vs T
untuk sampel VIII
Gambar 3.3. Grafik vs T untuk sampel
kategori jalan raya
3. Kategori Pemukimana. Sampel III (Jln. Madukoro)
Gambar 3.4 (a). Grafik vs T
untuk sampel IIIb. Sampel IV (Jln. Blewah Raya I)
Gambar 3.4 (b). Grafik vs T
untuk sampel IV
Gambar 3.4. Grafik vs T untuk sampel
kategori pemukiman
Sampel yang termasuk kategori mempunyai
nilai suseptibilitas magnetik tinggi berdasarkan
pemetaan dengan proram Surfer ver8 adalah sampel
I, V, dan IX. Sampel dengan suseptibilitas rendahadalah sampel III, IV, danVII. Sedangkan sampel
yang dimasukkan dalam kategori nilai suseptibilitasmagnetik medium (sedang) adalah sampel II, VI,dan VIII.
Grafik pada gambar 3.2-3.4 di atas
menunjukkan sifat hubungan antara kenaikan suhu
sampel ( sumbu x ) terhadap nilai suseptibilitasmagnetik sampel (sumbu Y). Setelah mengalami
proses pemanasan sehingga suhu perlahan- lahanmulai naik, suseptibilitas magnetik sampel jugamengalami kenaikan. Hubungan antara pengaruh
suhu yang diberikan dengan nilai suseptibilitas yang
diperoleh adalah linier. Artinya, seiring dengannaiknya variasi suhu yang diberikan maka nilai
suseptibilitas magnetik yang didapat jugamengalami kenaikan.
Akan tetapi hubungan linier ini tidak bertahan seterusnya, dapat dilihat pada gambar 3.2-
3.4 bahwa sampel tanah mengalami perubahan yang
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
S u s e p t i b i l i
t a s
Temperatur (0C)
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
S u
s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 7/8
7
sangat mencolok setelah suhu sampel mencapai
suhu tertentu. Pada suhu tersebut nilai suseptibilitas
magnetik mencapai nilai maksimum, kemudiansetelah suhu melewati suhu tersebut nilai
suseptibilitas magnetik turun. Suhu transisi ini
disebut suhu Curie. Pemanasan yang terus dilakukan pada
sampel di atas suhu Curie menyebabkan grafik yang
diperoleh adalah penurunan nilai suseptibilitasmagnetik pada variasi kenaikan suhu yangdiberikan. Hal ini sesuai dengan karakteristik bahan
paramagnetik, bahwa suseptibilitas magnetik bahanparamanetik akan mengalami penurunan jika suhudinaikkan.
Pada suhu di bawah suhu Curie perilaku
magnetik dari bahan ferromagnetik adalah
kompleks. Dari penelitian ini diperolehsuseptibilitas magnetik sampel tanah sebelummencapai suhu Curie berkisar antara 35 sampai 600.
Pada penelitian ini sampel tanahmenunjukkan kenaikan suseptibilitas magnetik
secara perlahan seiring dengan naiknya suhu.
Setelah mencapai suhu Curie suseptibilitasmagnetik bahan ferromagnetik akan mengalami
penurunan seiring dengan naiknya suhu. Hal ini jugaterlihat pada gambar 3.2 sampai 3.4, grafik yang
diperoleh dalam penelitian ini.Penurunan ini disebabkan karena pada suhu
di atas suhu Curie bahan ferromagnetik berubah
menjadi paramagnetik.Penelitian Agus Sugianto (2005) terkait
penentuan suhu Curie logam berupa sampel nikel
juga menghasilkan grafik yang serupa, dengan suhu
Curie nikel hasil penelitian antara 300
o
C sampai406oC.
Gambar 3.5. Grafik vs T untuk sampel nikel
(Agus Sugianto, 2005) Secara teori, suhu Curie untuk beberapa
logam yang bersifat feromagnetik ditunjukkan tabeldi bawah ini
Tabel 3.3. Suhu Curie Bahan Feromagnetik
(Blake More, 1985)
Bahan Suhu Curie (oC)
Fe 770
Co 1122
Ni 358
Gd 16
Dy -188
Sedangkan suhu Curie masing-masing
sampel tanah hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Suhu Curie Sampel Tanah Hasil
Penelitian
Sampel Suhu Curie (oC)
I 300
II 270
III 200
IV 260
V 275
VI 270
VII 250VIII 265
IX 250
Dari tabel 3.4 dapat dilihat bahwa suhu
Curie sampel tanah yang diperoleh dari penelitianantara 200
oC sampai 300
oC.
Diperolehnya grafik dari sampel tanah
(Gambar 3.2-3.4) yang mempunyai karakteristik yang sama dengan grafik pengujian sampel Ni yangdilakukan oleh Agus Sugianto (2005) pada gambar
3.5 menunjukan bahwa dalam sampel tanah lapisan
atas yang diambil di area survey Kodya Surakartamengandung paparan logam di dalamnya. Di
samping itu terlihatnya korelasi antara kepadatanlalu lintas dengan nilai suseptibilitas magnetik hasilpenelitian pada peta isosuseptibilitas serta
terukurnya nilai suhu Curie sampel tanah menjadi
indikator bahwa pengukuran suseptibilitas magnetik dengan menggunakan Bartington MS2 meter dapat
digunakan sebagai pendekatan dalam mendeteksi
adanya paparan logam dalam tanah lapisan atas diKodya Surakarta.
IV. Kesimpulan dan Saran
IV.1. KesimpulanBerdasarkan pembahasan data hasil
penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:1. Pengukuran suseptibilitas magnetik dapat
digunakan sebagai metode dalam
mendeteksi sebaran logam;
2. Pengukuran di dekat jalan utamamempunyai nilai suseptibilitas magnetik
lebih tinggi dari pada yang jauh dari jalanutama (pemukiman) menunjukkankandungan logam yang tinggi sebagai
S u s e p t i b i l i t a s
Temperatur (0C)
5/8/2018 magnetik-suseptibilitas magnetik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/magnetik-suseptibilitas-magnetik 8/8
8
indikasi bahwa sumber utama polusi tanah
adalah efek gas buang kendaraan bermotor;
3. Temperatur Curie logam yang diperolehdalam penelitian antara 200
oC sampai
300oC.
IV.2. SaranDari hasil penelitian yang telah dilakukan
saran yang dapat diberikan adalah memperbanyak
pengambilan sampel tanah dari beberapa area yangberbeda dalam satu titik sampel untuk memperolehdata yang lebih mewakili karakteristik titik yang
diteliti tersebut. Hal ini disebabkan adanyakemungkinan intensitas logam berat yang berbeda-beda dalam satu titik yang mencakup satu luasan
daerah tertentu.
V. Daftar PustakaAlonso, M., Finn, E.J.,1992: Physics, Addison-Wesley
Anonim, 2006 : Proposal Peningkatan Pelayanan
Angkutan Umum di Kodya Surakarta, Pemkot
Surakarta
Endang Purwanti, 2002: Analisis Suseptibilitas Magnetik pada Tanah Menggunakan Bartington
MS2 Meter di Ngoresan Jebres Surakarta, Skripsi,Fisika, FMIPA UNS, Surakarta
Hoffman, V., Knab, M., Appel, E.,1999: Magnetic
Susceptibility Mapping of Roadside Pollution,Journal of Geochemical Exploration, vol 66, Hal
313-326
Satria Bijaksana, 2002: Analisa Mineral Magnetik
dalam Masalah Lingkungan , Jurnal Geofísika, Edisi
2002, No 1, Hal 19- 27