majalah online edisi 1/tahun 1/ juli 2012
DESCRIPTION
Majalah Online Kopi Sastra Edisi perdana.TRANSCRIPT
E d i s i 1 / Ta h u n I / J u l i 2 0 1 2
Cunong Nunuk Suraja
Chairil AnwarKhrisna Pabichara
Yusuf NugrahaJiwang Muhtadin
Altruis Jojo
Online
Nugraha A. Baesuni
Pekan Sastra Diksatrasia 2012
Bukan Musik BiasaUKM Seni dan Budaya UnpakMenulis
Vivi YuliantiWahyudimalamhari
Ilustrasi sampul depan: Topeng karya Wahyudimalamhari
Online
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Cunong Nunuk Suraja
Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra
WANGI
ULAS
TOKOH
LEGIT
LIMUN
TUNAS
Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Havid Yazid Al Gifari, Hermawan Boat, Nugraha A. Baesuni Editor: Arif Sufyan, Indri Guli, Sanghitam Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Tidy Yulistina Andriani. Perancang Grafis dan Tata Letak: Wahyudimalamhari Ilustrasi Gambar: Wahyufimalamhari, Linda Umamah, Doni Hyoujin. Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]
KOPI Sastra
@kopisastra
Khrisna Pabichara
Chairil Anwar
Pekan Sastra Diksatrasia 2012
UKM Seni dan Budaya Unpak
2
Yusuf Nugraha
Ujung SenjaWahyudimalamhari
Altruis JojoVivi Yulianti
Jiwang MuhtadinNugraha A. Baesuni
Forum Bukan Musik Biasa
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
KUASA MAKNA ATAS PUISI-PUISI TIGA PENYAIR MENGUAK SAPARDI DJOKO DAMONO
oleh Cunong Nunuk Suraja
AwalanDalam buku Seno Gumira Ajidarma (2008) Kentut Kosmopolitan dikatakan bahwa inilah celakanya hidup di dunia yang terbentuk oleh makna, kare n a d a lam pro se s pe mbe rmakn aan berlangsunglah pertarungan antar makna untuk menggapai kuasa. Sedangkan kuasa atas makna, tak lebih dan tak kurang adalah suatu kibul. Makna memang begitu pluralnya sehingga tiada satu pun kuasa atas makna dapat diterima sebagai penafsiran absolut.
. . . karena hegemoni makna sebetu lnya juga merupakan konstruksi bersama. Tidak datang hanya dari negara, tapi juga boleh para penerimanya, sehingga ketika administrasi kuasa berganti , sebenarnya tidak berarti konstruksi yang tercokolkan dalam internalisasi berpuluh tahun itu berganti.
Dalam hal memaknai kuasa m a k n a t e r s e b u t d a p a t menyangkut pada lawan makna homogenitas pada heterogenitas yang oleh Seno Gumira Ajidarma diisyaratkan sebagai bukan satu-satunya penyebab membedakan kebudayaan urban dengan kebudayaan tradisional yang
3
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
seolah-olah menjadi lebih mudah disiasati karena dalam homogenitas pun setiap anggota masyarakat tidak mungkin menjadi individu yang sama dan sebangun dengan lainnya, sehingga berbagai macam klasi f ikasi perbedaan masih mungkin dilakukan. Berangkat dari memaknai kuasa homogenitas dan heterogenitas dapat dihubungkan dengan tesis Nirwan Dewanto (2010) tetang puisi yang sangat mungkin kata-kata berjuang untuk tidak mengatakan apa-apa. Tetapi p u i s i m u s t a h i l m e n c a p a i kekosongan semacam itu, sebab kata terlanjur punya arti yang dibaku-bekukan oleh kamus dan wicara umum. Puisi, dengan begitu selalu menjaga tegangan antara arti dan kekosongan. Jika penyair tahu bahwa ia mustahil mencapai keadaan nirarti, nirrupa atau nirsuara, maka ia selalu terus memperlihatkan usaha ke arah sana – usaha yang mungkin sia-sia, tetapi y a n g b e l u m t e n t u t i d a k bermakna.Puisi adalah nyanyi sunyi, untuk mengutip judul kumpulan sajak Amir Hamzah. Sebuah paradoks: bahwa untuk mencapai sunyi, kita memerlukan nyanyi; atau, untuk bernyanyi, kita harus sedekat mungkin dengan sunyi. Kekosongan, atau kesunyian, adalah tujuan terjauh yang harus dicapai penyair, ketika bahasa selalu m e n j a d i p e n j a r a b a h a s a .
Ketika berhenti di sini, yakni pada sebuah sajak Sapardi Djoko Damono, kita mengerti ada yang telah musnah: beberapa patah kata yang segera dijemput angin begitu diucapkan dan tak sampai kepada siapa pun. ... kita menjalani sebuah paradoks dengan sukarela – yaitu mengerti tentang ketidakberartian: ada beberapa patah kata, siapa pun yang mengucapkannya, mungin 'ia' sendiri, mungkin mereka, mungkin kita, yang tak sampai ke siapa pun; namun kita juga mengerti bahwa anginlah yang menjemputnya. Tidak juga penting tentang apa isi kata-kata itu, juga ke mana beberapa patah kata itu pergi, tetapi, ia, juga kita, sepenuhnya paham, meski si ia tak menceritakan apa pun, misalnya saja lanskap apa yang dilihatnya di sini, atau apa pula perasaannya; bersama ia, kita maklum bahwa kata-kata mengelak dari beban arti, dari tangkapan siapa pun yang hendak menundukkannya sebaga alat komunikasi. Pada sisi lain Suminto A. Sayuti (2010) menandai bahwa elemen yang secara spontan bergegas keluar dari sudut paling rahasia dari personalitas diri tersebut menjatuhkan warna unik pada apa yang diciptakannya. Lanskap, deskripsi, pemetaan dan pilhan atmosfer puisi, kadang bahkan menjungkirbalikkan entensi sadarnya secara subtil. Tentu, juga menjungkirbalikkan intensi sadar
4
sadar dan persepsi kita sebagai pembaca. Penyair (Sapardi Djoko Damono) pun memil ih dan menetapkan suatu makna atau simbolisme, yang dalam sejumlah hal tidak serupa dengan gagasan kita, tetapi seringkali secara substansial, malah bertabrakan. Lebih jauh Sunu Warsono (2010) mengungkapkan bahwa dapat dipahami bahwa sajak imajis tidak bertolak dari atau tersusun berdasarkan ide atau gagasan tertentu yang telah jelas dalam benak si penyair sehingga kata-ka ta hanya had i r sebaga i kendaraan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau suatu tesis tertentu. Kata-kata yang muncul lebih sebagai unsur yang bersama-sama membentu imaji (gambar) y a n g u t u h .
Gambar itu pada dasarnya adalah dunia kata yang tersusun melalui kata-kata yang dipilih penyair. Dalam konteks itu, kata-kata lebih berperan sebagai pendukung pembaca dengan dunia kata atau dunia intusisi penyair. Hal ini didukung oleh pendapat Sapardi Djoko Damono (1983) bahwa kata-kata adalah segalanya dalam puisi. Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang m e n g h u b u n g k a n p e m b a c a dengan ide penyair, seperti peran kata-kata dalam bahasa sehari-hari dan prosa pada umumnya, t e t a p i s e k a l i g u s s e b a g a i pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intusisi penair. Meskipun peranannya sebagai penghubung tak bisa dilenyapkan, namun yang utama adalah sebagai obyek yang mendukung imaji. Hal inilah yang membedakannya dari kata-kata dalam bukan puisi. Tesis-tesis ini sangat berseberangan dengan kredo Sutardji Coulzum Bachri yang membebaskan kata dari beban makna, ide dan penjajahan pengertian dan dimaknai kata-kata boleh bebas ber jumpal i tan membelah dan bergabung semau-maunya.
“Hal ini didukung oleh pendapat Sapardi Djoko Damono (1983) bahwa k a t a - k a t a a d a l a h segalanya dalam puisi.”
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
5
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
MataJaman Sekumpulan Sajak Tiga Penyair Menguak Sapardi Djoko Damomo
Dengan kulit buku berwarna kelam besuasana mistis sosok tangan kiri menggengam buah apel berwarna hijau menyarankan sebuah ingatan akan bencana turunnya manusia pertama ke bumi dari sorga tetapi sosol tangan kanan menjulur melampaui margin buku dan muncul di kulit buku bagian belakang menggegam pangkal batang yang mungkin pedang, golok ataupun pentungan. Ketiga penyair yang sengaja menguak Sapardi Djoko Damono dalam lirik imajis dan berbekal runutan tradisi pantun yang tertemukan dalam nafas puisi Indonesia moderen telah dirintis Amir Hamzah, Chairil Anwar hingga ke tongkat estafet kepenyairan Afrizal Malna dan Joko Pinurbo, tercatat nama Budhi Setyawan, Jumari HS dan Sosiawan Leak yang berdomisili pada kota yang berbeda dan latar belakang kehidupan yang beragam. Buku Kumpulan Puisi MataJaman ini lahir tanpa angka tahun.
Berbekal keraguan titi mangsa kelahiran buku ini dari kawah penerbitan masih dirancukan lagi dengan tanpa titi mangsa pada puisi-puisi Budhi Setyawan kecuali beberapa puisi Sosiawan Leak y a n g t e r b e n t a n g a n t a r a 2004–2009 dan Jumari HS pada rentang 1999–2010. Dapat diduga buku ini terbit pada tahun 2011 atau 2012. Masa-masa yang cukup hinggar berbagai kelompok penyair memunculkan antologinya mulai dari Senandung Bandung, Radja dan Ratoe Ketjil, Negeri Poci hingga Puisi Mbeling 2012: Suara-s u a r a y a n g D i p i n g g i r k a n .
6
Sebuah gairah penciptaan yang dipicu semaraknya teknologi informatika dalam wujud pertemanan Facebook. Tak heran posisi tempat tinggal ketiga penyair ini juga di tiga kota. Ketiganya mencoba menguak Sapardi Djoko Damono yang telah dimitoskan sebagai penyair liris-imajis walaupun oleh Nirwan Dewanto (2010) diposisikan sebagai titik tengah diantara penyair Pujanggga Baru, Angkatan 45 dan penyair yang datang kemudian setelah tahun 2000. Tradisi syair yang bernama pantun dan yang dari barat dikenal dengan sebutan sonet(a) menjadi ciri pokok perkembangan puisi-puisi moderen Indonesia setelah perang dunia.
Dari ketiga penyair yang mencoba menguak mistei kepenyairan Sapardi Djoko Damono dengan gaya liris dan bentuk sonet(a) dan pantun-syair moderen, Budhi Setyawan yang paling setia dengan bentuk kwatrin yang dapat dilacak dari puisi Sapardi yang terkumpul pada Mata Jendela (2010)
TANGAN WAKTU
selalu terulur ia lewat jendelayang panjang dan menakutkanselagi engkau bekerja, atau mimpi puntanpa berkata suatu apa
bila saja kautanya: mau apaberarti terlalu jauh kau sudah terbawasebelum sungguh menjadi sadarbahwa sudah terlanjur terlantar
belum pernah ia minta izinmemutar jarum-jarum jam tuayang segera tergesa-gesa saja berdetaktanpa menoleh walau kauseru
selalu terulur ia lewat jendelayang makin keras dalam pengalamanmengarah padamu tambah tak tahumemegang leher bajumu
1959
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
7
Bandingkan dengan sajak Budhi Setyawan.
Di Luar Wilayah
kupu-kupu berlari mendaki perbukitan anginlembut jejaknya nampak di kening senjalampu berjalan sendiri di jalanandi antara hiruk pikuk jengkerik
kemasan manis dunia terlalu banyak menipusebab isi tak sesuai mereknyamenerkam letupan hasrat untuk menjajahwilayah di luar kehendak makhluk
cerita bersambung di bawah tekananudara dingin panas bergelayutankeringat semut mnempel di daun nilakehidupan sarat mengandung tanda baca
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Budhi Setyawan mencoba merunut kwatrin dengan pola sampiran pada pantun yang oleh Chairil Anwar sudah ditilik Nirwan Dewanto (2010) dengan mengambil bentuknya tapi diperluas bukan pada baris tetapi pada bait demi bait. Perhatikan bait pertama sajak Budhi Setyawan yang memotret alam dapat disama-sejajarkan sebagai sampiran dalam pantun demikian juga kecenderungan puisi Sapardi Djoko Damono yang tampaknya lebih disiplin menempatkan potretan alamnya sebagai sampiran.
selalu terulur ia lewat jendela
yang panjang dan menakutkan
selagi engkau bekerja, atau mimpi pun
tanpa berkata suatu apa
selalu terulur ia lewat jendela
yang makin keras dalam pengalaman
mengarah padamu tambah tak tahu
memegang leher bajumu
8
Sajak Budhi Setyawan yang lain dapat juga disandingkan di sini seperti Betapa Ku Takjub (h. 8), Pengejaran (16), Terbit Cahaya (h. 18), Yang Mengepung Kota (h. 23), Bulan Ikan (33), dan Sangkan Paran Puisi (38). Sisa sajak yang lain beragam bentuk dicova walau tak juga meninggalkan kesan lirik dan sampirab pantun pada bait-bait yang memotret keadaan situasai alam atau di luuar tuubuh penyair.
Perhatikan salah satu bentuk soneta dalam kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono Kolam (2009) berikut:
URAT DAUN
/1/ia pernah ingin sekali tahusiapa yang menyisipkan selembar daundi sela-sela halaman buku(yang penuh dengan catatan kaki)di antara halaman 89 dan 90yang sampai hari inibelum juga selesai dibaca
/2/ia pernah ingin sekali bertanyamengapa daun itu tetap hijaudan tidak hanya tinggal uratyang bentuknya mengingatkannyapada ambang pohon kehidupan
/3/ia pernah ingin sekali menutuptelingat dan mulutnya rapat-rapat
Bandingkan dengan soneta Jumari HS berikut:
DI ATAS PERAHU
Di atas perahu kecil Pada luasnya lautDi mataku ikan-ikan itu bersembahyangDan cakkrawala mentakbrkan asma Mu
Di angkasa,Camar-camar berlintasanOmbak pun berdebur di dadaDan pencarianku menemukan sayap malaikatMenerbangkan jiwa ini ke langit cinta
Di atas perahu kecilPada luasnya lautaku hanyyalah rintk gerimisDi musim kemarau: Menggelepar dalam rindu!Kudus, 2010
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
9
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Dengan pola soneta yang terbatasi pada 14 baris peyair yang mencoba mnguak kemiterian penciptaan soneta Sapardi Djoko Damono tergelincir pada baris ke limabelas seperti pada sajak Tembang Bagi Istri (h. 46), dan Hujan di Brunei (h. 52). dan sebuah puisi yang selintas nampak seperti hitungan soneta dengn 14 baris:
SAJAK BUAH KULDI
Kutemukan sisa tubuhmuDi antara kursi-kursi pejabat yang menjumawaDan aromanya begitu menyengat, mengundang tikus-tikusMengerumuni, lalu melahap tanpa peduli ketiaknyaMenciptakan mimpi buruk di negeri ini
Di mana-mana,Bahkan di hotel-hotel tubuhmuMembuat lapar dan hampir setiap orang mengunyahnyaDalam gairah, segairah kemarau panjangMembakar hutan-hutan pulau-pulau bahkan cintaSampai sungai mengalir gelisahSampai laut bergelombang dendam!
Kutemukan sisa tubuhmuAku termangu memandangi kekalahan-kekalahan!
Sesuatu yang menyaran dalam sajak ini hanyalah kesan tentang buah kuldi dengan ungkapan:Bahkan di hotel-hotel tubuhmuMembuat lapar dan hampir setiap orang mengunyahnya
Tetapi ungkapan ini terasa kering imaji yang dtimbulkan walau adda gaung tentang penciptaan dosa pertama manusia hingga terusir dari sorga. Lalu apa yang dicapai dengan: Aku termangu memandangi kekalahan-kekalahan!
Mampukah penyair kedua ini mengak ketokohan Sapardi Djoko Damono dalam bentuk-bentuk kreatif sonetanya? Ternyata penyair ini sudah m e n c o b a m e n s o n e t a k a n gagasannya walau kekuarang baris maupun kelebihan baris dari 14 blas yang disyaratkan sebagao soneta.
10
Penyair ketiga Sosiawan Leak adalah penyair yang mencoba menguak Sapardi Djoko Damono pada sisi puisi prosa lirisnya. Kemauan enyair bercerita menjadikan sajaknya tidak bernyanyi liris tetapi lebih memprosa bahkan seandainya dijadikan cerita pendek atau novel yang lebih terbuka rentang enginderaan imaji kreatifnya. Simak kutipan berikut:
PERTEMPURAN BAPAK IBU
sudah lama bapak an ibu bermusuhanmereka saling mengumpat di meja makandi hadapan ayam panggangikan bakar dan sayur mayur yang dibeli di jalananjuga buah-buahan import usai gajiansembunyi-sembunyimeeka saling tamparsaat berebut antri ke kamar mandilantas adu muut, adu bdan hingga gedabigan di kamarmeski tidak sedang bermesraan
sudah lama bapak dan ibu pisah ranjang saling mengarang keburukanbagi musuhnyasmbil menjaring simpati kamimemasang spanduk, poster dan panji-panjidi jalanan, perempatan dan gang-gangsamping kamarmengobral janji dimkoran dan televisisambil memberi ongkos jajan dan uang sekolah kamimeninabobolan dengan dongeng perdamaianmengajarkan budi pekertietika dan doa, sembari tetap bermusuhan
sudah lama bapak dan ibu melamar perceraiantapi tak pernah kesampaiansebab biayanya terabaikanoleh pajak listrik, telepon, air minum dan belanja harianhingga rumah, hanya jadi medan pertempurandan kami, cuma menjelma angkauntuk membilang kemenanganpelangi-mojosongo, solo2009
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
11
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Bandingkan dengan sajak Sapardi Djoko Damono yang menguat dalam karakterisasinya walau tak mengabaikan prosa liris dan imajisnya.
POHON BELIMBING
Sore ini kita berpapsan dengan pohon belimbing wuluh yang kita tanam di halaman rumah kita bebrapa tahun yang lalu, is sedang berjalan-jalan sendirian di trotoar. Jangan kausapa, nanti ia bangun dari tidurnya.
Kau pernah bilang ia tidak begitu nyaman sebenarnya di pekarangan kita yang tak terurus dengan baik, juga karena konon ia tidak disukai rumput di sekitarnya yang bosan menerima buahnya berjatuhan dan membusuk karena kau jarang memetiknya. Kau, kan, yang tak suka sayur asem?
Aku paham, cinta kita telah kausayur selama ini tanpa belimbing wuluh. Demi kamu, tau! Yang tak bisa kupahami adalah kenapa kau melrangku menyapa pohon itu ketika ia berpapasan dengan kita di jalan. Yang tak akan mungkin bisa kupahami adalah kenapa kau tega membiarkan pohon belimbing itu berjalan dalam tidur?
Kau, kan, yang pernah bilang bahwa pohon itu akan jadi tua juga akhirnya?
Tengoklah bagaimana Sapardi Djoko Damono mengadkmimaji dan gagasan pohon belimbing menjadi pertengaran suami istri seperti yang dilakukan Sosiawan Leak walau tak segaduh melempar-lemparkan perabotan rumah tanga dalam pertempuran dakam rumah sepasang suami istri yang bertengkar.
12
Simpulan
Ketiga penyair itu dengan jurus masing-masing telah menguak Sapardi Djoko Damono dalam tiga jurus lihai yang dikuasai secara mumpuni. Apalagi jika ketiganya tega mengulik misteri puisi Goenawan Mohamad yang juga mempunyai sisi lirik dalam warna yang beda bukan titik tengah perpuisian moderen Indonesia dari gerakanan pantun klasik Chairil Anwar yang termoderenkan dengan keleluasaan dalam membebaskan aturan beku-baku syair maupun pantun. Milik Goenawan tentu akan lebih rumit itu dijejaki kecuali melalu sajak-sajak Sosiawan Leak dan beberapa milik JumariHS maupun Budhi Setyawan.
Bogor, Mei ke 24, 2012
Cunong Nunuk Suraja lahir di Yogyakarta,9 Oktober 1951. Kini pengajar Intercultural Communication di FKIP - Universitas Ibn Khaldun Bogor. Menulis thesis tentang Puisi Digital untuk S2 di FIB-UI jurusan Susastra 2006. Karyanya yang pernah dipublikasikan: Bulak Sumur – Malioboro. (Antologi Puisi Bersama). 1975. Yogyakarta: Dema UGM, Lirik-lirik Kemenangan. (Antologi Puisi Indonesia). 1994. Yogayakarta:
Taman Budaya Propinsi DIY, Antologi Puisi Indonesia 1997. (Antologi Puisi Bersama). 1997. Bandung: Komunitas Sastra Indonesia dan Penerbit Angkasa Bandung, The American Poetry Annual. 1996. New York: The Amherst Society, The Lasting Joy, The national Library of Poetry. 1998. Owings Mills: The National Library of Poetry, The Chorus of the Soul, The International Library of Poetry. 2000. Owings Mills: The International Library of Poetry, Graffiti Gratitude. (Antologi Puisi Cyber). 2001. Bandung: Yayasan Multimedia Sastra dan Penerbit Angkasa Bandung, Pasar Kembang, Yogyakarta dalam sajak. (Antologi Puisi Bersama). 2001. Yogyakarta: Komunitas Sastra Indonesia Yogyakarta, Graffiti Imaji. (Kumpulan Cerpen Pendek). 2002. Jakarta: Yayasan Multimedia Sastra dan Penerbit Damar Warga, Les Cyberlettres (Antologi Puisi Cyberpunk). 2005. Jakarta: Yayasan Multimedia Sastra, Mekar di Bumi. (Visiografi Eka Budianta). 2006. Jakarta: Pustaka Alvabet, Jogja 5,9 Skala Richter (Antologi Seratus Puisi). 2006. Yogyakarta: Penerbit Bentang
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
13
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Sejak nama Dahlan Iskan resmi menjadi menteri BUMN (yaitu 19 Oktober 2011), banyak orang menaruh harapan besar padanya, terlebih karena integritas dan totalitasnya selama m e n j a d i d i r e k t u r u t a m a P L N . Selanjutnya, beragam tindakan Dahlan tiba-tiba menjadi sorotan media. Penampilannya yang nyeleneh dan tidak terlalu suka dengan formalitas, serta kepu tusan -kepu tusannya yang mengernyitkan dahi banyak orang; s e p e r t i t e n t a n g m e m b e r i k a n kompensasi pada pencipta tokoh Pak Raden, atau ketika pembukaan paksa g e r b a n g t o l S e m a n g g i , t e l a h menimbulkan tanggapan terbuka dari rakyat Indonesia.
Di antara beragam tanggapan tentang Dahlan Iskak, hadirlah sebuah novel berjudul 'Sepatu Dahlan'. Novel ini menceritakan kisah-kisah semasa muda Dahlan Iskan. Beragam perilaku kanak-kanak, mulai dari keluguan, keberanian, kenakalan, dan mimpi Dahlan ketika kecil sangat layak untuk kita nikmati dan telaah. Hadirnya novel ini seakan memberi jalan untuk pembaca, tentang baga imana ha rus menanggap i keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan Dahlan yang sering muncul di med ia , juga ten tunya sebaga i bagaimana kita menanggapi berbagai persoalan yang dimiliki negeri ini.
SEPATU DAHLAN
karya KHRISNA PABICHARA
“ D i a n t a r a b e r a g a m tanggapan tentang Dahlan Iskan, hadirlah sebuah novel berjudul 'Sepatu D a h l a n ' . N o v e l i n i menceritakan kisah-kisah semasa muda Dahlan Iskan. Beragam perilaku kanak-kanak, mulai dari keluguan, keberanian, kenakalan, dan mimpi Dahlan ketika kecil sangat layak untuk kita nikmati dan telaah.”
15
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Sekilas tentang penulis
Khrisna Pabicara, lelaki kelahiran Makassar ini mengaku, mulai serius dalam dunia penulisan sejak 2007. Meski begitu, baru pertama kali ia menerbitkan novel. Lalu, hasilnya? Ya, sehebat 'Sepatu Dahlan'. Buku 'Sepatu Dahlan' ini adalah buku ke-14 yang pernah diterbitkan Khrisna. Buku ini menjadi sangat penting bersamaan dengan pentingnya manufer-menufer yang di lakukan sang tokoh novel di dunia nyata.
'Sepatu Dahlan'
KHRISNA PABICHARA
Khrisna bukanlah orang baru dalam dunia kepenulisan nasional. Sebelumnya, ia lebih dikenal sebagai penulis cerpen dan puisi. Beberapa buku kumpulan cerpen dan kumpulan puisi telah ia terbitkan. Dalam sebuah wawancara kami bertanya tentang jenis tulisan apa yang paling disuka, Khrisna menjawab puisi. “Puisi membuat saya berpikir lima kali dibanding tulisan lain”, begitu katanya.
Khrisna mengaku, bahwa inspirasi yang memicu untuknya menulis dan terus menulis adalah Kakek. Sang Kakek diakuinya suka menulis dalam aksara Lontara Makassar, juga aksara arab tapi dalam bahasa Makassar. Setiap hari Sang Kakek menulis, lalu ia lagukan tulisannya setiap malam. “Dari kecil, sampai saya tamat SMP itu mendengarkan begitu setiap malam. Kakek menulis, lalu menyanyikannya. Dari situ saya bercita-cita menjadi penulis”. Cita-cita itu pun akhirnya terwujud sejak mulai serius menggeluti dunia kepenulisan pada tahun 2007.
Khrisna mengakui bahwa dunia kepenulisan di negeri ini memang cukup berkembang, apalagi sejak berkembangnya dunia sosial media seperti blog, facebook, dan twitter. Dari sana semakin banyak orang sudah menganggap bahwa menulis itu bukan sesuatu yang klasik apalagi sulit, meskipun kalau bicara kualitas masih banyak kekurangan, diantaranya masih banyak orang yang menganggap ragam cakap sama saja dengan ragam tulisan, padahal banyak aturan yang harus diperhatikan dalam menulis.
Sumber Foto: Google. Dari Endah Sulwesi
16
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Khrisna pun berpendapat bahwa kecintaan orang-orang terhadap media sosial memang diiringi kekurangan, yakni sedikit banyak telah mengurangi keinginan orang membaca literatur dalam kertas. “Hasilnya, kejernihan dan kecerdasan gramatikal pun tidak berkembang, karena orang-orang lebih senang membaca sesuatu yang ada di media sosial dengan kosakata yang terbatas. Terlepas dari semua itu, keinginan seseorang untuk menulis saja sudah sangat bagus” tegas Khrisna.
Ketika ditanya apa manfaat sastra saat ini bagi Negara, Khrisna mengaku tidak peduli. “Sebenarnya saya tidak peduli apa manfaat sastra bagi Negara. Karena saya melihat orang-orang yang saat ini menjadi penyelenggara Negara sepertinya mereka tidak membaca karya sastra, apalagi mengejawantahakan bacaan sastra ke dalam kehidupan sehari-hari. Sastra berguna bagi siapapun yang membacanya. Jadi, kalaupun ada penyelenggara Negara yang membaca sastra dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan sangat baik buat Negara ini. Misalnya saja, Pramudya Ananta Toer pernah menulis novel korupsi. Seandainya bacaan ini ditelaah dengan baik oleh penyelenggara Negara, tentu mereka akan malu” tegasnya panjang lebar. Hal ini patut kita akui. Sejalan dengan apa yang dikatakan Khrisna, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna mengungkapkan, 'sesuai dengan hakikatnya, sebagai sumber estetika dan etika, karya sastra tidak bisa digunakan secara langsung. Sebagai sumber estetika dan etika, karya sastra hanya bisa menyarankan'. Ketika saran-saran tidak pernah diterima maka inilah Indonesia jadinya. Meski begitu, tentu kita tentu harus terus berharap baik, berdoa dan berjuang untuk kesejahteraan Indonesia.
Perbincangan singkat dengan Khrisna Pabicara, penulis novel 'Sepatu Dahlan' telah memberikan banyak hal seputar pandangannya terhadap sastra dan sekitar kita. Pandangan serta ide-idenya dalam menghadapi hidup ini sungguh luar biasa, dan buku 'Sepatu Dahlan' adalah salah satu bahan bacaan yang wajib kita telaah serta ejawantahkan dalah kehidupan sehari-hari.
Kami melontarkan pertanyaan pamungkas pada siang menjelang sore kala itu; “Sampai kapan Pak Khrisna mau menulis?” Dengan tegas Khrisna menjawab, “Sampai mati”. (INQ/NAB)
Khrisna Pabichara 1bichara
17
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Chairil Anwar
Si Binatang Jalang
Nama Chairil Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Ketika menjadi penyiar radio Jepang di
Jakarta, Chairil Anwar jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil Anwar tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, namun bercerai pada akhir tahun 1948.
Vitalitas puitis Chairil Anwar tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil Anwar telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".
Sumber Foto: Google Image
18
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Selama hidupnya, Chairil Anwar telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil Anwar berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudulDeru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
Aku adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar, karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari Angkatan '45. Puisi ini pula yang menjadikan Chairil Anwar mendapat julukan Si Binatang Jalang. Aku memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", namun ia menyadari keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya.
19
AKU
Kalau sampai waktukuKumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kauTak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943Chairil Anwar
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
20
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil Anwar cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil Anwar mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.
Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil Anwar bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.
(WHY dari berbagai sumber)
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
21
Pasang Aksimu!
Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini
hanya Rp. 150.000,- untuk dua edisi berikutnya
silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
22
impunan mahas i swa Program Studi Pendidikan B a h a s a d a n S a s t r a Indonesia jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas P a k u a n B o g o r
menyelenggarakan Pekan Sastra D i k s a t r a s i a . K e g i a t a n i n i diselenggarakan sebagai ajang apresiasi sastra antar mahasiswa semester empat dan enam serta
mengenalkan sastra kepada para mahasiswa semester awal.
Diawalai dengan workshop dan konser puisi dengan Jose Rizal Manua sebagai pembicara pada workshop yang dilakukan pada Senin pagi 9 Juli 2012. Lalu Senin siang dilanjutkan dengan perilisan album Diksatrasia Musikalisasi Puisi dan buku Antologi Cinta Tertinggal Senja yang semuanya adalah karya mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan.
Acara dilanjutkan pada 11 sampai 12 Juli 2012 untuk perlombaan Gebyar Drama. Semua peserta adalah mahasiswa semester empat yang dikelompokan menjadi 10 lakon. Berikut adalah lakon yang dipentaskan: Datangnya Berita, Putri Dyah Pitaloka, Satru, Tak Ada Bintang Di Dadanya, Singgasana Yang Hilang, Panggil Aku Euis, Joko Kendil Mencari Cinta, Perguruan, Petruk Jadi Presiden, dan Fatmawati.
Pekan Sastra Diksatrasia 2012 FKIP Universitas Pakuan Bogor
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
23
13 sampai 14 Juli 2012 acara perlombaan Pementasan Kreasi Sastra diselenggarakan. Peserta pada lomba ini adalah seluruh mahasiswa semester enam Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang dibagi menjadi enam pementasan. Berikut adalah kreasi yang dipentaskan: Dal Del Dol, Syafaat Cinta, Reaktor, Jeng Menul, Mimpi Basah, dan Fatimah.
Acara yang disponsori Shopie Martin, Teater Karoeng, Majalah Online Kopi Sastra, Dapur Seni PBSI Unpak, dan tentunya Fakutlas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan ini diadakan setiap tahun. Program ini diadakan selain ajang apresiasi sastra antar mahasiswa, juga adalah sebagai tugas akhir mata kuliah Drama dan Kreasi Sastra.
Beriku adalah para pemenang perlombaan acara tersebut:Pemenang Pementasan Gebyar Drama:1. Panggil Aku Euis2. Perguruan3. Tak Ada Bintang Di Dadanya
Juara FavoritPetruk Jadi Presiden
Pemenang Pementasan Kreasi Sastra:1. Mimpi Basah2. Dal Del Dol3. Fatimah
Juara FavoritReaktor
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
24
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
UKM SENI & BUDAYA UNIVERSITAS PAKUAN
B e l u m l a m a i n i , tepatnya pada 2 juni 2012, UKM Seni dan budaya unpak mengadakan pameran serta pertunjukkan seni dalam puncak acara diklat peserta anggota baru. Hiburan yang disuguhkan sangat atraktif dan menarik. Mulai dari pameran kr iya, mural , beragam patung, bahkan penampilan freestyle bike dan teater on the street.
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni dan Budaya Universitas Pakuan, Bogor (lebih dikenal dengan USB), merupakan salah satu organisasi penyaluran minat dan bakat mahasiswa yang berorientasi kepada pengembangan seni dan budaya, khususnya budaya Indonesia. Sesuai namanya, -Unit Kegiatan Mahasiswa-, USB ini tentu dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang seni dan budaya. USB yang terbentuk pada Oktober 2002 ini memiliki lima departemen, yaitu: seni musik, Teater, fotografi dan jurnalistik, , penelusuran budaya dan seni rupa.
Tentang seni musik, USB fokus mengeksplorasi jenis musik etnik, karena itu alat musik yang dipakai kebanyakan terbuat dari bambu, seperti: angklung, karinding, s a l u a n g , d a n c i l e m p u n g .
Dari musik-musik bambu ini USB sering menjadi pengisi acara pada banyak kegiatan di Bogor, baik hiburan, semi-formal, bahkan acara formal. Biasanya USB diminta memainkan musik bambu atau Taklung (tatakolan dan angklung) untuk mengisi sesi kesenian dalam beragam acara.
Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak
25
Beragam kriya pun sering terpajang dalam pameran seni b a i k y a n g d i a d a k a n d i lingkungan kampus maupun luar kampus. Begitu pun penampilan teater sering menjadi pengisi acara dalam berbagai festival teater di Bogor.
Kontingen dari USB ini p u n b e b e r a p a k a l i m e m e n a n g k a n r a g a m perlombaan seni, seperti musik etnik, mural, dan Alimpaedo k a u l i n a n b u d a k l e m b u r (permainan anak kampung) yang diadakan di Sukabumi dan Bandung.
K e g i a t a n - k e g i a t a n seperti mipir Gunung Salak (penjelajahan mengitari kaki gunung salak), fun bike, serta penelusuran budaya ke situs dan kampung-kampung adat adalah agenda tahunan yang menjadi favorit.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak
Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak
26
Tempat-tempat seperti Kampung Budaya Sindang Barang Bogor, Kampung Baduy Banten, Kampung Naga Tasikmalaya adalah tempat yang sudah rutin disinggahi sebagai bagian dari pengenalan kekayaan budaya di Indonesia, khususnya kepada para anggota. Bahkan, pada bulan Juli ini, beberapa anggota USB akan melaksanakan penelusuran ke situs Gunung Padang Cianjur. “Awal Juli ini kami harus sudah mendapatkan pelajaran banyak dari Gunung Padang Cianjur. Penelusuran ini sangat penting bagi kami, dan pengetahuan tentang situs ini sangat penting bagi Indonesia”, Ungkap Fey, ketua USB Seni Budaya Universitas Pakuan periode 2012-2013. “Ini pengalaman pertama saya pergi ke situs itu, tapi yang ketiga untuk USB ini” tambah Clara, salah satu anggota.
Dalam hal fotografi, tak perlu diragukan lagi USB ini sangat giat memotret. Beragam kisah dan waktu, hal mewah maupun lumrah, bahkan segala hal yang tak berarti apa-apa bagi orang-orang selalu dapat diubah menjadi sebuah karya seni yang menakjubkan oleh USB ini. (IDG/HAL)
Nama : UKM Seni dan Budaya Universitas Pakuan, BogorBerdiri : Oktober 2002Kontak: [email protected]
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak
27
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
MUSIKALISASI PUISI DALAM PROSES
oleh Yusuf Nugraha
Musikalisasi menjadi trend tersendiri dalam wilayah
pengapresiasian puisi di samping dengan cara dideklamasikan atau
didramatisasikan. Bahkan ada sebagian apresiator memosisikan
musikalisasi puisi sebagai genre sastra baru di antara genre-genre yang
sudah diakui yaitu puisi, prosa, dan drama—alasan tersebut kurang
berterima karena musikalisasi puisi hanya bentuk lain mengapresiasi puisi.
Di sekolah, pembelajaran puisi dengan mengunakan metode
musikalisasi puisi semakin diminati siswa sehingga mereka lebih termotivasi
untuk mempelajari puisi. Walaupun demikian, masih banyak para apresiator
juga guru pembina di sekolah yang mempertanyakan konsep musikalisasi
puisi karena kurangnya referensi sedangkan pemahaman yang berkembang
semakin beragam. Apakah dalam pentransformasian puisi menjadi
musikalisasi puisi teks puisi yang harus lebih dulu ada dibandingkan dengan
komposisi musik ataukah sebaliknya? Demikian pula dalam penyajiannya,
apakah puisi hanya dibacakan dan musik mengiringi, puisi dinadakan
seluruhnya dengan iringan musik, ataukah puisi dibacakan sebagian dan
sebagian lagi dinadakan dengan iringan musik?
“ D i s e k o l a h ,
pembela jaran puis i
dengan mengunakan
metode musikalisasi
puisi semakin diminati
siswa sehingga mereka
lebih termotivasi untuk
mempelajari puisi.”
28
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Musikalisasi puisi bermakna
proses memusikalisasikan atau hal
menjadikan sesuatu dalam bentuk
musikal. Kata musikal berarti berkenaan
dengan musik; mempunyai alasan
musik; dan mempunyai rasa peka
terhadap musik. Dasar dari kedua kata
tersebut adalah musik yang bermakna
ilmu atau seni menyusun nada atau
suara diurutan kombinasi dan hubungan
temporal untuk menghasilkan komposisi
(suara) yang mempunyai kesatuan dan
keseimbangan; nada atau suara yang
disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung i rama, lagu, dan
keha rmon i san , t e ru tama yang
menggunakan alat-alat yang dapat
menghasilkan bunyi tersebut.
Berbeda dengan musik yang
merupakan seni yang bermediakan
bunyi. Puisi merupakan karya seni yang
bermediakan bahasa. Bahasa dalam
puisi lebih dipadatkan serta berirama
ketika dibacakan karena sudah
mengandung unsur musikalitas. Selain
itu puisi dibangun oleh unsur-unsur yang
saling berkaitan baik dari segi bahasa
maupun diluar bahasa sehingga
menimbulkan kesan dan suasana
tersendiri ketika diapresiasi.
Dari penggabungan
kata musikalisasi dan puisi
itulah istilah musikalisasi
puisi terbentuk dengan
memiliki makna sendiri yaitu
proses memusikalisasikan
atau hal menjadikan puisi
dalam bentuk musik. Istilah
mus ika l i sas i pu is i in i
menurut Andre S. Putra
Si regar—saat menjadi
pembicara pada ulang tahun
ke-2 Kelompok Musikalisasi
Puisi Saung Pangulinan
FKIP Universitas Pakuan
Bogor pada tanggal 15 Juli
2 0 0 6 — p e r t a m a k a l i
diberikan oleh orang Pusat
B a h a s a y a i t u B a p a k
Sumardi ketika menjadi
ketua penyelenggara lomba
musikalisasi puisi tingkat
SMA untuk pertama kalinya
pada tahun 1990. Yang pada
waktu itu istilahnya disebut
'Pemusikalan Puisi'.
29
Dalam artikelnya “Gadis Kecil dan
Musikalisasi Puisi” Soni Farid Maulana
berpendapat bahwa yang dimaksud
musikalisasi puisi adalah cara baca
puisi dengan seluruh tafsirnya yang
dilagukan oleh manusia dengan iringa
musik yang pas, yang senyawa dengan
isi puisi. Erland Basri berpendapat
bahwa musikalisasi puisi adalah puisi
yang dikemas dalam bentuk musikal
(berirama, kaya dengan bunyi-bunyian
berunsur musik) namun tidak lari dari
konteks puisinya sendiri, bahkan
merupakan upaya pendalaman dari
puisi yang dibawakan berdasarkan
pemahaman, penafsiran, serta ekspresi
diri terhadap puisi yang dibawakan.
Dengan demikian istilah musikalisasi
puisi lebih mengarah pada proses
mengeksplorasi kesan musikal yang
ada dalam puisi kemudian puisi
dinadakan dengan iringan musik tanpa
lepas dari keutuhan 'jasad' dan 'ruh'
puisinya.
Yang menjadi titik tolak
pertama dalam musikalisasi
puisi adalah teks puisi. Dalam
hal ini puisi-puisi yang akan
dimusikalisasikan adalah puisi
para sastrawan yang memang
s u d a h m e n d a p a t k a n
pengakuan masyarakat umum
sebagai puisi dengan segala
kredonya, bukan puisi karya
sendiri. Hal itu karena tujuan
utama dari musikalisasi puisi
a d a l a h u n t u k l e b i h
memasyarakatkan puisi. Jika
yang dimusikalisasikan adalah
puisi-puisi karya sendiri, tidak
ada bedanya dengan lagu atau
musik alternatif lainnya,
terkecuali jika puisi karya
sendiri dan memang sudah
diakui sebagai puisi oleh
u m u m k e m u d i a n
d i m u s i k a l i s a s i k a n o l e h
pengarangnya atau meminta
dimusikalisasikan kepada
orang lain.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
30
Dalam proses tranformasi puisi menjadi musikalisasi puisi, bukan komposisi
musik yang lebih dulu ada kemudian tinggal memasukan puisinya—literasi
musik—melainkan proses penafsiran puisi secara utuh kemudian bunyi
seperti apa yang harus dihadirkan atau studi bunyi--meminjam istilah Andrie
S. Putra Siregar. Dengan begitu komposisi musik yang dihadirkan tidak
hanya sekedar harmoni yang mengiri puisi yang dinadakan, tidak hanya
indah dan enak didengar, melainkan akan lebih memperkuat kesan puisi
yang ingin disampaikan. Jenis musiknya pun menjadi beragam, tidak
terbelenggu kepada standarisasi aliran dan alat musik tertentu.
Berikut ini coba ditawarkan tahapan-tahapan pentranformasian teks puisi
menjadi musikalisasi puisi. Langkah ini bukan rumus baku atau sejenis
sabda Tuhan yang selamanya harus dipatuhi. Boleh saja mengikuti
pendapat lain jika memang ada yang lebih rasional dan berterima.
Pertama, pemilihan puisi: yang harus diperhatikan dalam pemilihan
puisi adalah tidak semua puisi dapat dimusikalisasikan. Hal itu karena ada
puisi-puisi tertentu yang lebih bermakna jika dideklamasikan atau
didramatisasika. Hanya sekedar memberi contoh, misalnya sebagian besar
puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri atau pun puisi-puisi Afrizal Malna. Selain
itu, pilih puisi yang lebih dekat dengan diri karena dengan seperti itu kita akan
lebih termotivasi untuk mengapresiasinya.
Kedua, pemahaman puisi: pahami puisi secara menyeluruh, baik dari
sisi tekstual (jasad puisi) atau pun kontekstual (ruh puisi). Dari sisi tekstual,
pahami setiap kata-kata kemudian coba dibacakan dengan artikulasi yang
tepat, intonasi (tinggi-rendah, keras-lembut, cepat-lambat) yang pas dengan
penuh perasaan. Dari segi kontekstual, pahami isi puisi dengan
menghubungkan pada peristiwa yang terjadi. Jika perlu, ketahui latar
belakang pengarang dan kapan serta mengapa puisi itu ditulis.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
31
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
tafsirnya, coba hayati secara mendalam sehingga kita melebur dalam puisi
itu. Mainkan imajinasi seakan kita mengalami atau setidaknya merasakan
peristiwa yang terjadi.
Keempat, pemusikalan puisi: nadakan teks puisi dengan irama yang
sesuai, pemenggalan kata yang tepat, serta tempo yang teratur tanpa
lepas dari keutuhan isi puisi. Walau begitu, tidak semua teks puisi bagus
untuk dinadakan. Terkadang ada bagian-bagian tertentu yang lebih pas jika
dideklamasikan. Hadirkan bunyi-bunyi yang bisa menerjemahkan kesan
puisi, tetapi tidak melantur menjadi sebuah lagu yang sekedar indah
didengar dan menyimpang dari apa yang ingin disampaikan. .
Kelima, penyajian puisi: setelah proses pentranformasian selesai,
pengapresiasian puisi disajikan dalam bentuk tersendiri yaitu dengan
iringan musik. Yang harus diperjelas di sini, puisi bukan dideklamasikan
atau didramatisasikan dan musik hanya sebagai pengiring belaka,
melainkan puisi dinadakan. Andai pun ada bagian yang dideklamasikan,
bagian puisi tersebut memang lebih pas jika diperlakukan seperti itu. Jika
dalam proses penggarapannya dilakukan dengan jalan yang benar,
kemungkinan besar hasilnya pun akan jauh menyimpang dari kesesatan.
Ketiga, penghayatan puisi: setelah paham puisi dengan seluruh
Yusuf Nugraha, laki-laki kelahiran Bogor, Babakan Madang, 5
Mei 1981 ini kegiatan sehari-harinya adalah mengajar. Selain
itu, sarjana lulusan S1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas Pakuan ini aktif di kelompok
musikalisasi puisi Saung Pangulinan. Dalam kesendiriannya
pun dia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Karya yang
pernah ditulisnya adalah Sastra Sufistik, Kajian terhadap
Antologi Puisi Tarian Mabuk Allah karya Kuswaidi Syafiie, Perjalanan Adalah
Proses (Panduan Musikalisasi Puisi dan CD Musikalisasi Puisi, 2008) bersama
Saung Pangulinan. Saat ini, laki-laki berbintang taurus ini sedang merintis
membentuk komunitas budaya di BabakanMadang, Kab. Bogor.
32
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Pasang Aksimu!
Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini
hanya Rp. 150.000,- untuk dua edisi berikutnya
silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)
33
Ia terpuruk
Ia tertinggal
Ia terjebak
Dalam sebuah kesunyian
Ia teriak
Lalu terdiam
Dalam cahaya yang dimilikinyaHatiku hancur
menjadi buih
Menjadi milyaran titik
menciptakan sebuah pelangi
Hatiku hancur
menjadi pelangi
Menjadi garis-garis
berwarna-warni
Hatiku hancur
berwarna-warni
Menciptakan sebuah
pelangi api
Altruis jojo
Altruis jojo
Ia dan Malam Ini
Hatiku
Hujan,
Engkau menahan waktu
Engkau menawan aku
Hujan,
Aku menahan waktu
Aku menabung rindu
WaktuHujanAltruis jojo
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
34
Bergerak tak berirama
Tak pernah tahu nada
Melompat tak beraturan
Tak bisa dikendalikan
Menari
Berlari
Lalu meringkus hati
Aku adalah binatang yang terluka
Yang masuk kelantai dansa!
Aku Sendiri
Aku
Aku sendiri
Kemudian kupu-kupu itu mendekapku
Tanpa suara
Tanpa sedikitpun kata
Aku sendiri
Kupu-kupu itu kemudian pergi
Mengepakkan sayap-sayap kecilnya
Menuju ruang hampa
Aku sendiri
Tanpa suara
Tanpa kata
Tanpa dekapan
Dan tanpa kupu-kupu!
Aku sendiri
Altruis jojo
Altruis jojo
Altruis Jojo Lahir di Sukabumi, 10 Maret 1989. Hari-harinya diisi sebagai mahasiswa di Universitas Pakuan. Karyanya dimuat dalam Antologi Cinta Tertinggal Senja tahun 2012.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
35
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
kau melintas pada mataku
meski tanpa wajah
sebelum akhirnya
ramai orang-orang
menancapkan nisan
di dahiku
kemudian
hilang
pada iringan bising
klakson
dan hembusan
angin sore ini
Jakarta, 31 Mei 2011
Catatan Kecil di Simpang Jalan
hujan deras sore iniseperti luruh rinduyang kuhimpun dari terik harisatupersatusejak semula mata kita meneruskanjarak tanpa arahtanpa kau-aku mengenal "sudah" kemudian tak lagi kuhitung apa yangtak perlu diperhitungkanseperti halnya wajahmuyang menjadi langit tak terukurdi jantungku
Depok, 21 Oktober 2011
Hujan Sore ini Jiwang Muhtadin
Jiwang Muhtadin
36
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
mungkin aku lebih luput berterimakasihdaripada memakimupun para penyair bohong-bohongan, misalnya akulebih menganak-tirikanmu dibanding bulanatau lebih puas melihatmu lelah sebagai senja kau tahu, aku hanya butuh teduhteduh yang sederhanasesederhana burungburung yang nangkring di rantingtapi di sini kota, aku kira kau memakluminyateduh di sini adalah ada di kekakuan bangunandan aku amat takut pada teduh semacam ituyang semakin menjadikan mataku beku di sini ranting dicukupi sembarang pohonan yang renggangsinarmu yang mencoba menjarah sisa-sisa anginseperti menghempaskanku pada api pemanggang lidahku semakin akrab dengan sumpah serapahdan keluh kesahpujipuji hanya ketika menjelang malamdan selepasnyabegitulah penyair sundal sepertiku matahari, tubuhmu dicap dengan umpatan-umpatan garangapalagi di tempat gersang, di kotakumungkin tinggal para ibu yang menjemur pakaian basahyang akan tetap melihatmu dengan riangatau sepasang kekasih yang tengah bermesraansaat kau hendak terbenamsetelah itu mereka pun berlalu, ke dalam rumahdan kau akan kembali sendirian, mendengar kesah orang-orangberulang-ulang!
Jakarta, 17 Oktober 2011
Untuk Matahari Jiwang Muhtadin
37
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
3/
tinggallah tanak gelap
ampas dari matamu yang redup
melingkup
batasbatas sujud
berserak remah kata
yang basah
dari mimpi paling sepi
ada, tiada
kau dan aku
tinggallah nama
tak berwajah
merangkum sunyi
di baris ini
Jakarta, 13 September 2011
1/
tinggallah riak
sisa dari suaramu yang parau
dan lampau
yang buram kuterjemah
sebagai harokah binar fajar
pemecah
embun dimataku
2/
selaksa doa
yang menyelinap
ke bilik jantungmu
namaku senyap
melayat
denyut denyutnya
ada, tiada
kau dan aku
serupa butir debu
yang berdzikir
di pulau bisu
Baris Mimpi Sisa PagiJiwang Muhtadin
38
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Kau adalah puisi yang terpampang pada marka. Mengarahkan langkahku ke lumbung paling limbung. Dan jarum di dalam jerami segala kemungkinan adalah petunjuk jalan yang tak pernah berujung pada rumahmu.
Tak mudah bagiku menerjemahkan rambu-rambu darimu. Selalu tumbuh kata keliru. berkembang menjadi bimbang. Kemudian gugur di kaburnya bayang-bayang.
Jakarta, 23 Juni 2011
Catatan Kecil di Simpang Jalan 2
Jiwang Muhtadin
Jiwang Muhtadin, lahir di Jakarta, 4 Oktober
1989. Menyukai puisi dan musik rap. Alamat
blognya http://jiwang-muhtadin.blogspot.com
39
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Dalam amarah murka aku bertanya pada kebengisan
Adakah jalan kebatilan?
Bagaimana cara melaknat kedamaian
Adakah cara menistakan durjana
Oh...
Biarkan aku bertahta pada jalan, yang orang bilang jalan kelam
Tak apalah aku tenggelam
Toh... akal sehatku telah dibombardir oleh pekatnya dusta
Di sebrang jalan lurus aku seperti terkoyak lalu berkelok-kelok
Oh... Iblis bahagiakah dirimu?
Mungkin juga malaikat Atid sudah bosan menulis
Di sana malaikat Malik membuka pintu jauh sebelum
malaikat ISROFIL meniup sangkakala
Naudzubillah...
Inilah malapetaka
MalapetakaVivi Yulianti
40
Kemana perginya nalar
Mengapa masa hanya membidik lalu
Mengapa masa hanya merekam dulu
Mengapa masa hanya menyimpan lampau
Mengapa tidak kini dan nanti
Aku berada di perkara sulit
Tidak...! atas dasar trauma
Iya, atas dasar butuh
Tidak...! atas dasar rasio
Iya, atas dasar rasa
Enyah kau, enyah nalar bobrok...!
Dari satu panggung
Akulah peran antagonis itu
Yang disandiwarai oleh penyandra nalar
Dan Berharap masa sendu hanya gurauan belaka
Tuhan kumohon perbaiki nalarku
Agar rasa ini steril ke sedia kala
Nalar BobrokVivi Yulianti
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
41
Kelabu pekat hitam dan putih yang merona hanyalah kekelaman
yang menyekap ulu hatiku terasa ngilu
Kerinduan semakin menguasai nalarku memompa perasaan
yang bimbang saat ia menghilang tak hiasi kedua bola mataku
Duhai dirinya yang kubutuhkan
Kini tak berdalih dalam sebuah ruang antara hitam dan putih
Aku benar-benar terperosok dalam kehampaan
Tanpa sosoknya aku tetaplah mawar yang terpelanting tanpa
gundukan tanah dan berserahkan menancap di duri batangnya
sendiri
Sungguh bengis antara LARA dan ARAL yang tak tertepiskan
sekalipun waktu menghapus bayangnya
Aku ingin menjahit robekan luka yang menganga karena
terinpeksi kegalauan tak berdaya hadapi sekat hitam dan putih
diantara sebuah perbedaan
Aku hilang arah meronta dalam kepanikan apa gerangan baik2
saja karna aku disini kian terluka
Sekat Hitam dan PutihVivi Yulianti
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Sekat Hitam
42
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Di bawah ambang batas antara kesunyian dan kesenyapan
Aku tetaplah menjadi bakteri yang menyatu dalam aliran
darah pada jasadku sendiri
Aku ROH...! atau JASAD...!
Atau arwah yang gentayangan mencari kekalutan
badaniahnya sendiri
Aku ini RACUN...!
Meracuni setiap hembusan nafas yang terhempas dalam
kepanikan
Walau ketenangan memeluk jasadku rohku tetap tersergap
terhakimi kata yang menyakitkan
Dibawah batas suci dan dibawah endapan kekufuran
Aku tetap dalam ketidakberdaanku tanpa TUHAN
Di BawahVivi Yulianti
Vivi Yulianti lahir di Bogor dan beraktifitas
sebagai mahasiswi di Universitas Pakuan
Bogor.
43
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
REKOMENDASIJudul: #Fiksimini 140
Kumpulan Fiksimini @ FacebookPenyusun: Susy Ayu dan Kurniawan JunaedhiPenerbit : Kosa Kata Kita Terbit : Juni 2012
Buku ini menghimpun sebanyak lima ratus karya Fiksi 140 yang berasal dari program Fiksi 140 yang diadakan di Facebook. ditambah seratus karya fiksi140 yang ditulis khusus oleh para sastrawan Indonesia: Soni Farid Maulana, Joko Pinurbo, Slamet Riyadi Sabrani, Kurniawan Junaedhi, Yonne de Fretes, dan lain-lain.
Judul: Pengarang Tidak MatiPenulis: Maman S MahayanaPenerbit : Nuansa Cendikia BandungTerbit : Juli 2012
Buku ini dikemassajikan dengan semangat memberi apresiasi yang sepatutnya kepada pengarang atas olah kreativitas. Maka, bagian gerbang depan buku ini coba menawarkan pandangan tentang posisi pengarang dalam h u b u n g a n n y a d e n g a n t e k s y a n g d i has i l kannya dan pembaca yang memproduksi dan mereproduksi makna teks. Bagian ini sengaja pula melampirkan esai Michel Faucoult, “What is an Author?” dan Roland Barthes, “The Death of the Author” sekadar untuk mencermati secara langsung, apa dan bagaimana sesungguhnya pandangan kedua ilmuwan itu tentang pengarang-penulis.
44
Online
Ujung Senja
MenulisUlasan
Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Siapa yang tidak kenal dengan Chairil Anwar, Taufiq
Ismail, Andrea Hirata, William ? Ya,
mereka adalah penulis ternama. Karya-karya mereka diakui dunia.
Sempatkah berpikir untuk menjadi seorang penulis? Menulis
bukan sekadar hobi, menulis juga bisa menjadi profesi. Seorang
penulis bisa menjadi milyarder karena karyanya. Karya seorang penulis
tidak hanya akan mengubah hidup si pembaca, tapi juga mengubah
hidup si penulis itu sendiri. JK Rowling misalnya, berlatar belakang
orang miskin, lalu dia membuat dongeng Harry Potter yang
menjadikannya sebagai salah satu penulis terkaya.
Tapi pernahkah terpikir, apa sebenarnya menulis itu? Ya,
sebelum menjadi seorang penulis, baiknya kita pelajari terlebih dahulu
apa itu menulis. Pada kesempatan ini, saya akan membahas menulis
secara umum, baik menulis karya ilmiah atau pun menulis karya
nonilmiah.
Shakespeare, atau JK Rowling
Menulis
Sumber gambar: ramboeistblast.files.wordpress.com
oleh Wahyudimalamhari
Ulasan
46
APA ITU MENULIS?
Sesunggunnya menulis merupakan
kegiatan untuk melatih berpikir, berpikir kritis,
memudahkan daya tangkap atau persepsi,
memecahkan masalah-masalah yang
d i h a d a p i , m e n y u s u n u r u t a n b a g i
pengalaman, dan dapat membantu
menjelaskan ide, gagasan, atau pikiran
dalam bentuk lisan.
Tarigan (1994: 22) mengatakan bahwa
menulis ialah menurunkan atau menukiskan
l a m b a n g - l a m b a n g g r a f i k y a n g
menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami gambaran
grafik tersebut. Pengertian yang lebih dalam
lagi, menulis berarti menuangkan buah
pikiran ke dalam bentuk tulisan atau
menceritakan sesuatu kepada orang lain
melalui tulisan. Menulis juga bisa diartikan
sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan
yang dituangkan dalam bentuk tulisan,
seperti yang ditegaskan Roland Barthes
(1915-1980) dalam buku Creative Writing
yaitu untuk mengekspresikan yang tidak
terekspresikan.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
“Pengertian yang lebih dalam l a g i , m e n u l i s b e r a r t i m e n u a n g k a n buah pikiran ke d a l a m b e n t u k t u l i s a n a t a u m e n c e r i t a k a n sesuatu kepada o r a n g l a i n melalui tulisan.”
47
FUNGSI MENULIS
Menulis memiliki banyak fungsi. Seperti yang diungkapkan oleh
D'Angelo dalam Tarigan, (2008), pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan
adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting
bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam
berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan
menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi,
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi
pengalaman. Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak
jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan
mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-
kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual.
Tidak jauh berbeda dari pendapat D'Angelo, Sabarti Akhadiah
(dalam Hasani, 2005:3) mengungkapkan fungsi menulis sebagai
berikut:
1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya.
Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai mana
pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan
topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan
pengalamannya.
2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai
gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar,
menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta
untuk mengembangkan berbagai gagasan.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
48
3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai
informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis
dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai
fakta-fakta yang berhubungan.
4) Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara
sistematis serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan
demikian, penulis dapat memperjelas permasalahan yang semula
masih samar.
5) Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara
objektif.
6) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah
memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya
secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret.
7) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara
aktif.
8) Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan
sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
9) Dengan kegiatan menulis terencana, penulis membiasakan
berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.
Dapat disimpulkan fungsi dari menulis adalah sebagai
alat komunikasi tidak langsung yang dapat menggali kemampuan
seseorang tentang suatu top ik dengan cara ber la t ih
mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan terencana agar
dapat berbahasa dengan tertib dan teratur. Selain itu, menulis juga
dapat membantu seseorang memperdalam daya tangkap dan
membantu memecahkan masalah.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
49
MANFAAT MENULIS
Menulis tidak hanya memiliki
manfaat finansial, tapi banyak manfaat
lain yang bisa didapat dari menulis.
Manfaat menulis menurut Sabarti
Akhadiah (dalam Kartimi 2006: 5)
sebagai berikut:
1) Mengetahui potensi diri dengan
d a n k e m a m p u a n s e r t a
pengetahuan kita tentang topik
y a n g d i p i l i h . D e n g a n
mengembangkan topik itu kita
d ipaksa berp ik i r, mengga l i
pengetahuan, dan pengalaman
yang tersimpan dalam diri.
2) D e n g a n m e n g e m b a n g k a n
berbagai gagasan kita terpaksa
b e r n a l a r , m e n g h u b u n g -
hubungkan, dan membandingkan
fakta-fakta yang tidak pernah kita
lakukan kalau kita tidak menulis.
3) Lebih banyak menyerap, mencari,
ser ta menguasa i in formas i
sehubungan dengan topik yang
ditulis. Dengan demikian, kegiatan
menul is dapat memper luas
wawasan baik secara teoritis
maupun mengenai fakta-fakta yang
berhubungan.
4) M e n u l i s b e r a r t i
mengorganisasi gagasan
secara s is temat ik ser ta
mengungkapkan secara
tersurat. Dengan demikian,
setiap permasalahan yang
semula samar-samar dakan
menjadi lebih jelas.
5) Melalui tulisan, kita dapat
menjadi peninjau dan penilaian
gagasan kita secara obyektif
6) Lebih mudah memecahkan
m a s a l a h d e n g a n
menganal is isnya secara
tersurat dalam konteks yang
lebih konkrit.
7) Dengan menulis, kita menjadi
aktif berpikir sehingga kita
dapa t men jad i penemu
sekaligus pemecah masalah.
B u k a n h a n y a s e k e d a r
penerima informasi yang pasif.
8) Membiasakan kita berpikir dan
berbahasa secara tertib.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
50
Selain manfaat menulis
di atas, Hernowo (2004: 51)
mengungkapkan bahwa
menulis dapat digunakan
u n t u k m e n y i b a k a t a u
mengungkapkan diri. Dengan
menulis seseorang bukan
hanya akan menyehatkan fisik
dan mental tetapi juga dapat
mengena l i de ta i l -de ta i l
dirinya.
S e m u a b i s a
disimpulkan bahwa menulis
bermanfaat untuk mengetahui
kemampuan diri dengan aktif
berpikir dalam menuangkan
ide dan gagasan kedalam
sebuah tulisan, menambah
wawasan dan informasi,
menumbuhkan keberanian
dan kreativitas, dan yang pasti
bisa meningkatkan finansial
penulis.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
CIRI-CIRI TULISAN YANG BAIK
S e o r a n g p e n u l i s
mempunyai maksud dan tujuan
dalam tulisannya, yaitu agar
karyanya dapat diterima dan
dibaca oleh para pembaca. Agar
maksud dan tujuan bisa tercapai
dengan adanya respon dari
pembaca terhadap tulisannya,
sang penulis harus menyajikan
tulisan yang baik. Berikut ciri-ciri
tulisan yang baik menurut Adelstein
dan Pival:
1. T u l i s a n y a n g b a i k
mencerminkan kemampuan
penulis mempergunakan nada
yang serasi.
2. T u l i s a n y a n g b a i k
mencerminkan kemampuan
menulis menyusun bahan-
bahan yang tersedia menjadi
suatu keseluruhan yang utuh.
Sumber gambar: jaraway.multiply.com
51
3. T u l i s a n y a n g b a i k
mencerminkan kemampuan
penul is untuk menul is
dengan jelas dan tidak
samar-samar. Salah satu
caranya ya i tu dengan
memanfaatkan struktur
kalimat, bahasa, dan contoh-
contoh sehingga maknanya
s e s u a i d e n g a n y a n g
diinginkan oleh penulis.
4. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis
untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat para
pembaca terhadap pokok pembicaraan. Dalam hal ini
haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan frase
yang tidak perlu.
5. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis
untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama
serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi
naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan
yang tepat-guna atau penulisan efektif.
6. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis
dalam naskah atau manuskrip. Kemauan untuk
menggunakan ejaan dan tanda baca secara seksama,
memeriksa makna kata, hubungan ketatabahasaan
dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya
kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari
benar-benar bahwa hal seperti itu dapat memberi
akibat yang kurang baik terhadap karyanya.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Sumber foto: theactadiurna.files.wordpress.com
52
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Sedangkan menurut Mc. Mahan dan Day (dalam Tarigan, 2008: 6-
7), ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut:
1. Jujur artinya penulis tidak boleh memalsukan ide atau gagasan
2. Jelas artinya penulis tidak boleh membingungkan para pembaca
3. Singkat tidak memboroskan waktu para pembaca
4. Usahakan keanekaragaman, panjang kalimat yang beraneka
ragam, berkarya dengan penuh kegembiraan.
Maka, kita dapat menyimpulkan ciri-ciri tulisan yang baik adalah
tergantung kepada penulis, apakah mampu memanfaatkan struktur
kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai, serta mau
memeriksa kembali hasil tulisannya agar memenuhi kaidah bahasa.
Bahasa yang digunakan harus jelas, singkat namun padat, komunikatif,
dan penuh kejujuran.
Wahyudimalamhari adalah nama pena dari Wahyudi.
Lahir di Bogor, 5 April beberapa tahun lalu. Setelah
lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Pakuan
Bogor, ia melanjutkan studi di jurusan Administrasi
Pendidikan pada universitas yang sama, Saai ini
bekerja sebagai guru mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMK Binantara dan PT. Bintang
Pelajar.Sumber gambar: dokumen Wahyudimalamhari
53
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Ramadhan 1433 H
Online
Mengucapkan
Harta KarunNugraha A. Baesuni
Cerpen
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Seperti biasa, sore itu Mamun siapkan peralatan memancing. Ia meramu umpan kue nastar yang ditumbuk dan diberi sedikit air agar kental. Jika diperhatikan, umpan itu seperti kembali menjadi adonan kue sebelum dipanggang. Setelah dirasa mantap, Mamun pun beranjak pergi ke sungai.
Nugraha A. Baesuni
Harta Karun
“ P a g a w é a n t e h n g a n
nguseup weh nguseup, sia. Lainna
gawé, neangan duit, naon ké nu 1halal!”
2“Iyeu gé halal, Ma.”
“Ah, némbalan waé sia mah 3dibéjaan teh.”
Ibu Halimah mengomel
s e p e r t i b i a s a d a n M a m u n
melenggang pergi tak acuh seperti
b iasa. Dar i ha laman masih
terdengar sang Ibu mengomel dari
d a p u r , d a n M a m u n t e t a p
mengenakan sandalnya, lalu pergi
ke sungai.
Mamun berjalan ke arah
barat, arah menuju sungai.
Matahari menyinari wajah lusuh
dan tubuh tegapnya. Rambut
sebahu yang sudah beberapa
hari tak dikeramas terus berayun
selagi ia berjalan. Angin sore
menambah kencangnya ayunan
itu. Beberapa orang tetangga
yang ia lewati tak menyapa,
seperti halnya ia tak menyapa
siapa pun.
56
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Semua orang kampung tahu
bahwa Mamun lulusan sekolah
kejuruan. Tak tanggung-tanggung, ia
mengambil jurusan teknik mesin!
Wow! Nilai rapornya pun hebat.
Mamun lulus ujian sekolah dengan
nilai 'Baik'. Setelah lulus, ia
meng i r imkan su ra t l amaran
pekerjaan ke beberapa perusahaan
swasta. Perusahaan onderdil motor,
garmen, makanan siap saji, dan
beberapa perusahaan lain, hasilnya,
tak ada panggilan.
Beg i tu lah h idup jaman
sekarang, cari kerja susah. Kata
orang-orang tua di kampungku,
semua pekerjaan harus dilalui 4
dengan 3D: dulur, duit, dukun.
Nilai ijazah bagus, tapi tak
punya relasi di suatu perusahaan
atau instansi, sulit dapat kerja. Punya
relasi, tapi tak punya duit (pelicin),
percuma. Punya relasi, punya duit,
tapi tak minta doa dari dukun, juga
sulit.
Tiga hal itu pula yang selalu
dikeluhkan Bu Halimah pada Tuhan
dalam peraduannya. Ketika jengkel
luar biasa, ia salahkan takdir yang
telah mengetukkan palu dan
memutuskan bahwa miskin adalah
bayangan keluarganya seumur
hidup.
Sebenarnya Mamun punya
paman di Cirebon yang punya
bengkel rumahan. Ia juga ditawari
untuk kerja di bengkel itu. Tapi Ibu
Halimah tak mengizinkan karena
jarak antara Bogor dan Cirebon
terlalu jauh. Sementara di rumah, Ibu
Halimah hanya tinggal dengan
Mamun si anak tunggal, karena
suaminya telah meninggal. Sehari-
hari Bu Halimah menjual nasi uduk
untuk mencukupi kebutuhan dua
manusia di rumah itu.
Sebagai pengangguran yang
dianggap merepotkan, Mamun tak
pernah libur dari omelan Bu Halimah
setiap hari. Meski ia menutup telinga,
omelan sang ibu tetap menorobos
masuk dan memantul-mantul di
gendang telinganya. Satu-satunya
tempat yang paling tenang adalah
Curug Sapi, curug bagian dari Sungai
Cikeas. Sambil menunggu ikan
mencaplok umpannya. Di tempat itu
Mamun bisa berhayal sejauh
57
mungkin tanpa satu orang pun
pengganggu, termasuk sang ibu
yang bawel bukan main. Bila Mamun
pulang dengan hasil ikan cukup
banyak, biasanya untuk hari itu dan
esoknya sang Ibu libur mengomel.
***
Tali pancing Mamun ditarik.
Ada ikan yang memakan umpannya
lagi. Mamun sangat bersemangat
tapi juga begitu hati-hati.
“Kali ini harus dapat! Sudah
tujuh kali umpanku dimakan, belum
satu pun ikan kalah.”
Menjengkelkan memang.
Tapi, ah… apa boleh buat, kali ini ikan
lepas lagi.
Mamun lemparkan kail lagi.
Kali ini lemparannya ke arah jauh. Ia
simpan pancingnya di sela-sela batu.
Seperti biasa, sambil menunggu
umpan ditarik, ia sandarkan badan
pada batu besar di sampingnya.
Dengan kedua tangan membantali
kepala, ia pejamkan dua mata.
Sambil menunggu tarikan datang, ia
lemparkan pikirannya pada sebuah
kursi hitam di balik setir BMW S-
Class. Sedikit demi sedikit bibirnya
mulai melebar. Mamun senyum
sambil terpejam. Di kepalanya
sedang berputar film berjudul Mamun
Kaya Raya.
Ya, di kepalanya berputar film
Mamun Kaya Raya. Mengisahkan
tentang seorang lelaki muda,
rupawan, senang berbagi, peduli
pada sesama, dan tentunya tidak
sombong. Dialah seorang saudagar
muda, dialah Mamun.
Rumah gedongnya benar-
benar gedong. Dengan luas tanah
lima puluh ribu meter, gedong itu
ditumpu pilar-pilar besar dengan
ukiran Bali berwarna emas, lampu
gantung kristal pada setiap ruangan,
kusen dan perabot kayu Jati, juga
belasan lukisan seharga puluhan
juta. Isi kamarnya tidak ada yang
tahu, tidak ada seorang pun kecuali
Mamun sendiri. Tapi, kita tentu bisa
bilang kalau perabot isi kamarnya
pasti bernilai puluhan, bahkan
ratusan juta rupiah.
Tentu, tidak seluruh tanah itu
adalah rumah, karena empat per
l imanya adalah halaman. Ya,
halaman rumput hijau dengan tiang-
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
58
tiang lampu di sepanjang pedestrian,
ditemani pohon palem, sejumlah
pohon beringin, rambutan, pisang,
d a n t e n t u p o h o n d u r i a n
kegemarannya.
Ada juga kolam renang di
belakang rumah. Di sekitar kolam
renang, berjajar lima puluh tujuh
burung dalam sangkar: Ada tiga
burung merak hijau, tiga burung
kasuari, dua beo, dua jalak bali, dua
kakatua maluku, satu rajawali, lima
burung dara, tiga burung perkutut,
dan beberapa banyak burung yang
aku tak tahu namanya. Di sekitar itu
pula terawat bunga-bunga beragam
warna, mengisyaratkan betapa
pemilik rumah seorang yang cinta
kasih.
Garasinya cukup untuk
delapan mobil, tapi di garasi saat ini
hanya ada tujuh mobil: ada Peugeot
504, Mercedes SLR Mc Laren, BMW
318i, dua mobil Toyota, Lamborgini
Murchielago dan satu mobil Esemka,
satu mobil –BMW S-Class- tengah ia
kemudikan di jalan raya bersama
sang kekasih yang cantik bukan
main.
Tak ada yang Mamun ucapkan
pada kekasihnya dalam mobil.
Mamun percaya gadis itu setia, tak
mungkin selingkuh, apalagi pada
lelaki lebih miskin dan lebih payah.
Mamun percaya bahwa dirinyalah
yang paling diimpikan gadis itu. Di
samping kiri Mamun, sang gadis
d u d u k b e g i t u n y a m a n .
Pandangannya santai ke depan.
Sesekali dia melirik ke arah Mamun.
Senyumnya, ah, sangat manis.
Sudah cukup lama mereka
menjalin hubungan. Memang,
selama ini bukan hanya wanita itu
yang Mamun pacari, masih banyak
wanita lain yang begitu senang
berada di sampingnya. Muda, kaya
raya, digandrungi wanita, tentu
adalah impian setiap lelaki, dan
Mamunlah satu-satunya lelaki yang
terpenuhi semua impian itu. Yang
lebih menyenangkan dari romansa
Mamun ini, adalah para wanita yang
ia pacari semua setia dan rela
dimadu. Oh, indahnya. Beruntung
nian engkau, wahai Mamun.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
59
Kalau kau mau tahu dari mana
kekayaan yang Mamun miliki
sekarang, jawabnya dari memancing.
Mamun adalah pemancing ikan
terhebat di dunia. Ia memancing
dengan naluri sangat kuat. Saya
menduga keahlian ini semacam
mukjizat, karomah, atau ma'unah.
Tapi, karena mukjizat adalah karunia
Tuhan untuk nabi, sementara
karomah adalah karunia tuhan untuk
para wali, dan ma'unah adalah
karunia untuk orang saleh serta rajin
beribadah, maka mungkin keahlian 5
Mamun ini istidraj.
Semua berawal dari lomba
memancing ikan di kabupaten tiga
tahun lalu. Saat orang-orang
berlomba meracik umpan demi
memenangkan lomba, Mamun hanya
bermodalkan umpan nastar, tapi
dengan bismillah setiap sebelum
melemparkan kail. Hasilnya, tak
sampai satu menit umpannya
langsung disambar. Tak peduli
umpan apa, ikan selalu senang.
Mamun menjuarai lomba itu dan
memenangkan hadiah uang tunai
dua puluh juta rupiah. Tapi, itu baru
p e r m u l a a n , k a r e n a y a n g
menjadikannya kaya bukanlah lomba
itu, tapi petualangannya di laut sekitar
Pulau Seribu.
Ya, selain mendapat hadiah
dua puluh juta rupiah, Mamun juga
mendapat paket liburan memancing
di perairan Kepulauan Seribu.
Sebenarnya, Mamun saat itu tak
punya pengalaman soal memancing
di laut, tapi kalau itu hadiah, kenapa
harus ditolak? Tidak baik bukan
menolak pemberian orang lain.
Apalagi menolak hadiah.
Mamun pergi ke Pulau Seribu
dengan fasilitas akomodasi bersih;
antar jemput dari rumah ke lokasi
liburan, sewa kapal, plus penginapan
dan fasilitas makan. Tidak seru kita
menceritakan perjalanan ke sana,
karena semua panitia berambut
pendek dan berpakaian rapi, hanya
Mamun yang gondrong. Selain itu,
cara mereka berbincang terlalu kaku.
Setelah semalam beristirahat
di penginapan, pagi esoknya Mamun
mulai dimanjakan sensasi laut.
Sebenarnya bukan dimanjakan,
tetapi dimualkan, karena itu pertama
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
60
kalinya Mamun naik kapal, eh bukan,
tapi sampan. Ya, sampan. Perahu
kecil dari kayu. Eh, tidak, mereka
menyebutnya perahu cadik, karena
ada kayu-kayu penyeimbang di
kanan dan kiri kapal. Tapi, Mamun
saat itu lebih senang menyebut
perahu saja.
“ Ya s u d a h l a h , a p a p u n
namanya. Kalau mengapung dilaut
dan ditumpangi orang, itu namanya
perahu.” begitu kata Mamun
menanggapi penjelasan panitia soal
nama angkutan di laut tadi.
Da lam perahu , Mamun
ditemani seorang kru panitia dan
seorang nelayan tua. Baru beberapa
menit di laut, lelaki gondrong itu
sudah mual. Tiba-tiba kepalanya
sangat pening. Matanya kunang-
kunang. Ada yang salah dengan
kepala Mamun saat ini. Mamun rasa
harus segera memancing.
“Pak, bisa berhenti dulu ‘gak?”
“Hah, di sini, Bang? belum
sampai ke tengah masa berhenti?”
“Iya Bang, masa berhenti?
Kan saya dibayar supaya ngajak
keliling lautan di sini?” kata si Kakek.
“Saya mau mancing di sini.”
“Yah, jangan di sini kalau mau
mancing! Gak ada ikannya! Apalagi
jam segini.” cegah si kakek.
“Saya mau mancing di sini.
Firasat saya bilang kalau di sini
sekarang ada ikan.”
“Yeeee… Jangan di sini Bang,
nantilah saya bawa ke tempat yang
banyak ikannya.” tegas kakek.
“Saya mau di sini!!!!”
Perahu berhenti. Mamun
menyiapkan alat pancing. Yang
mengherankan saat itu, ternyata ia
memakai umpan kue nastar sisa
lomba. Dua orang dalam perahu itu
heran. Mana mungkin ikan laut
memakan umpan macam itu?
Jangankan dimakan, disentuh pun
tidak mungkin.
“Ini orang, sebenarnya siapa
sih?” tanya kakek kepada kru yang
menemani Mamun dengan agak
berbisik--Kru itu berambut cepak.
“ D i a p e m e n a n g l o m b a
mancing se-kabupaten Sukabumi,
Pak.”
“Masa sih? Apa belum pernah
mancing di laut ya?”
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
61
“Sepertinya sih belum.”
“Pasti belum. Masa mancing di
laut pake umpan begituan?”
“Saya juga heran, Pak.”
“Kenapa enggak dikasih tau?”
“Ah, ngapain juga ngasih tau?
Nanti juga dia kesel sendiri. Lagian
dia itu belagu, Pak. Biarin aja nanti
kesel sendiri”
Sampai di sini, pada kalimat
ini, Mamun menorah ke arah mereka.
Mamun melihat mereka berbisik.
“Pasti kalian ngomongin saya.
Iya kan?”
Dua lelaki itu tak menjawab.
Mungkin tak berani pada orang
gondrong seperti Mamun. Ya,
kebanyakan orang di negara kita
memang takut pada orang berambut
gondrong. Sialnya, ketakutan itu ada
k a r e n a k e b a n y a k a n o r a n g
menganggap orang gondrong itu
orang kriminal. Lucunya lagi, dulu,
salah satu presiden di negara kita
pernah membuat sebuah badan
intelejen pemberantas rambut
gondrong. Walah, apa jangan-jangan
mereka tidak lulus pelajaran sejarah
di SD? Bukankah para pendeta, para
cendikiawan serta kesatria zaman
Hindu selalu digambarkan dengan
rambut gondrong? Bedanya hanya
ikat kepala, itu saja! Jadi, kita bisa
menyangka kalau dua orang di
perahu itu nilai pelajaran sejarahnya
merah.
“Sudahlah, kalian lihat saja! Aku
dapat ikan atau tidak, lihat saja.
Oke?! Bismillah.”
Mamun lemparkan kailnya ke
tengah lautan. Tak sampai dua menit
menunggu, tali pancing nampak
kaku. Ya, ada sesuatu yang mengait.
Mungkinkah itu ikan? Karena
penasaran , Mamun menar i k
pancingnya. Tapi, ternyata berat
sekali, sangat berat. Mamun tak
kuasa menariknya. Dua orang tadi
hanya bisa melongo dengan
kelakuan Mamun, apalagi si kakek.
Dalam hatinya si kakek benar-benar
y a k i n k a l a u M a m u n b u k a n
pemancing professional. Nampak
jelas kalau tali pancingnya kaku tak
bergerak. Kalau yang didapatnya itu
ikan, pasti talinya sudah gerak-gerak
dibawa lari oleh ikan.
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
62
L a m a s e k a l i M a m u n
berusaha, hampir setengah jam, tapi
setelah itu si kakek dan lelaki
berkepala cepak kaget bukan main.
Mamun menarik tali pancingnya ke
atas. Ya, nampak dipermukaan kalau
ada sesuatu yang menyangkut,
besar, hitam, tak bergerak, tapi tali
pancingnya tidak putus.
“Jangan diam saja! Ambil!
Ambil!”
“Tapi itu bukan ikan bang!”
jawab si Cepak.
“Ambil! Aku bilang ambil!”
Si Cepak segera mengambil
benda itu. Ditariknya, dan sangat
berat, ya sangat berat. Si cepak tak
mampu mengangkatnya.
“Pak, bantu, Pak! Cepat, Pak!
Mmmmmhhhh….”
Si kakek membantu, tapi
m e r e k a m a s i h k e s u l i t a n
mengangkatnya. Mamun pun turun
tangan. Mereka bertiga menarik
benda itu. Perahu sampai bergoyang
hebat. Tak seimbang. Tapi, mereka
tak meyerah, apalagi Mamun, sangat
bersemangat. Mereka menarik
benda itu dan, Ah…. Akhirnya benda
itu terangkat sampai ke atas perahu.
“Huh… Berat banget ya?”
Si Cepak dan si Kakek
terduduk lemas. Sementara Mamun
hanya memandang diam benda itu,
sebuah tas.
“Hehe… pengalaman pertama
memancing di laut, dapat tas. Hihi.…”
M a m u n m e n e r t a w a k a n
dirinya. Dua lelaki tadi ikut tertawa.
Mereka menertawakan apa yang
baru saja mereka alami.
“ H e h e … h u h , G i m a n a
sekarang? Kita buang saja tas ini?”
tanya si Cepak.
“ Y e e … J a n g a n ! I n i
pengalaman saya. Jangan dibuang!”
“Terus isinya apa, Bang? Coba
lihat!”
“Hey... hey… Jangan!! Biar
aku saja yang lihat. Nanti kubuka di
kamar.”
“Haha… ya sudah. Abang
simpan saja buat kenang-kenangan.
Lagi pula kami tak peduli. Iya tidak,
Kek?! Haha.…”
“Ya, buat kenang-kenangan.
Haha…. Sudahlah, kita keliling-
keliling saja, tidak usah memancing
lagi. Ayo Kek, nyalakan mesinnya,
Kek!”
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
63
“Haha… iya, iya….”
“ D r o d o t d r o d o t d r o d o t …
dooootdooootdoooot….” perahu
berjalan kembali mengantar mereka
keliling-keliling lautan pulau seribu.
Mereka tak memancing. Hanya
berputar-putar dan tak sampai satu
jam. Kemudian mereka pulang ke
penginapan.
Sampai d i penginapan,
mereka bertiga menyimpan tas itu
tepat di samping tempat tidur kamar
Mamun. Kemudian si Cepak dan si
Kakek pergi.
“Paling juga isinya batu,
haha….” Kata si Kakek kepada si
Cepak sambil beranjak pergi.
“Biar saja dia bawa satu tas
batu, asli Pulau Seribu. Hahaha….”
Dua orang itu pergi. Mamun
mengunci pintu kamarnya, lalu
menghampiri tas berat itu sambil
senyum dan bertanya dalam hati,
“Apa ya isinya? Batu? Haha,”
Saat tas itu dibuka, tas hitam
berbahan parasit dan kulit buatan,
Mamun kaget bukan kepalang. Ya,
ternyata tas itu berisi tumpukan emas
sebesar penghapus papan tulis.
Emas murni, emas kuning,
keras, asli emas, ya, ini emas, emas
batangan, bertumpuk-tumpuk, satu
tas penuh. Luar biasa, Mamun dapat
harta karun tanpa diduga. Benda
berbentuk kotak dan tebal itu benar-
benar emas. Ya, ini harta karun. Ini
harta karun. “Hah! Emas… Emas…
Aku kaya! Aku kaya! Haha…. Aku
k a y a ! H a h a h a h a h a a k u
kayaaaaa….!!!!”
***
Ya, kisah liburan itulah yang
membuat Mamun begitu kaya raya.
Kekayaannya tak habis hingga kini,
hingga saat ia nampak keren dan
ganteng di balik stir BMW edisi
terbaru. Di sampingnya, di kursi
sebe lahnya, seorang wani ta
berambut panjang hitam, berkulit
putih mulus, berkacamata hitam,
berhidung mancung, dengan dagu
putih mulus lonjong bagai sepotong
telur ayam, serta dada bulat
menonjol, padat berisi, adalah
kekasihnya.
Wanita cantik itu memakai
kemeja putih tangan pendek. Bagian
bawah kemejanya menutupi sabuk
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
64
kecil yang mengencangkan celana
pendek yang dipakai. Celana itu
hanya menutupi setengah paha.
Setengah paha ke bawah sampai
betis, nampak putih mulus, tak
tertutupi apapun.
Wanita itu memandang lurus
ke depan dengan santai. Sesekali ia
melirik ke arah Mamun sambil
memberikan senyum yang begitu
manis. Meski tak ada satu pun kata
keluar dari mulut si cantik, raut
wajahnya mengisyaratkan kalau ia
sangat senang berada di sisi Mamun.
“Muuuun… Mamunnnnn.
Mamuuuuuun…. ” Seseo rang
memanggil, Mamun heran. Seperti
ada yang memanggil, tapi ia sedang
di dalam mobi l . Siapa yang
memanggil? Mamun melirik kursi
belakang, tak ada orang. Lirik ke
spion kanan dan kiri, tak ada orang.
Tak ada siapa pun dalam mobil selain
mereka berdua, yakni Mamun dan
wanita itu. Ah, tapi di mana gadis itu?
Di mana wanita cantik tadi? Tidak
ada! Wanita itu tiba-tiba hilang!
Hanya ada Mamun sendiri dalam
mobil.
“Mamun... Mamuuuuuun...
M u u u u n … M a m u n n n n n …
Mamuuuuuun….” Mamun makin
bingung. Tak ada orang, banyak
sekali suara orang memanggilnya.
Dari mana suara-suara itu datang?
“Muuuun. Mamunnnnn…
Mamuuuuuun….”
Tiba-tiba jalan raya menjadi
gelap. Ya, sangat gelap. Setir yang
sejak tadi ia pegang tiba-tiba hilang.
Mamun bingung. Keringat mulai
mengucur di dahinya. “Apa yang
terjadi? Di mana ini?” Mamun
bingung, takut.
Tiba-tiba Mamun kedinginan.
Terasa angin menggosok-gosok
lehernya. Seketika matanya terbuka.
Nampak di muka, dedaunan dari
pohon rambutan menghalangi
cahaya mentari yang semakin lemah.
Tetesan keringat di dahi terasa begitu
dingin. Mamun melirik kanan dan kiri,
bebatuan dan rumput-rumput liar.
Telinganya menangkap riak air. Dia
sadar, kalau ternyata ia sedang
memancing di kali Cikeas.
“Itu Mamun… itu….”
“Mana?”
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
65
“Itu, di pinggir kali.”
B e b e r a p a o r a n g p r i a
menghampirinya dengan langkah
cepat. Mamun masih bingung.
Kepalanya masih seperti benang
kusut.
“Mamun.. . Astagf i rul lah !
Pulang, lu! Rumah lu kebakaran tuh!”
“Apa sih ah? Ganggu orang
aja.”
“Serius! Emak lu meninggal,
Mun. Cepetan pulang!”
“Ngaco lu, ah!”
“Subhanal lah, rék naon
ngawadul aing? Geura balik sia!
Ditaréangan sia ku jelema salembur. 6
Karunya indung sia tu.!
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
“Astagfirulloh….” Mamun
mengambi l langkah ser ibu,
meninggalkan kailnya, berlari
menemui Ibu.
Sampai di rumah, Mamun
tak mampu berkata-kata, ia lupa
cara berkata. Sang Ibu sudah
terbaring di teras rumah tetangga,
ditutupi sarung batik panjang,
sudah tak bernyawa dan bau
hangus. Beberapa saksi bilang,
sempat terjadi ledakan di dapur.
Pasti sang Ibu sedangmenyalakan
kompor gasnya. Mamun mengutuk
diri atas kejadian itu. Biasanya dia
yang mengurus perapian sebelum
sang Ibu menggoreng apa pun.
Sumber foto: Google Image
66
Mamun hanya bisa menangis. Dalam tangisnya, lelaki gondrong itu
tahu kalau sang Ibu telah meninggalkannya. Tapi, saat itu ia belum sadar,
kalau ia semakin miskin.
Nanggewer, 2012
1. Mancing saja kerjamu, bukannya mencari pekerjaan, mencari uang, apa sajalah
yang halal”
2. “Ini juga halal, Mak”
3. “Ah, kamu diberi tahu malah melawan!”
4. Saudara/kenalan/relasi, uang, dukun
5. Karunia tuhan yang dimiliki seorang biasa, bahkan bukan orang saleh.
6. “Subhanallah, untuk apa saya bohong? Cepat pulang! Kau dicari orang
sekampung. Kasihan Ibumu!.”
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Nugraha A. BaesuniLahir di Bogor, 1990. Mahasiwa Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan Bogor. Aktif dalam berbagai Organisasi. Karyanya dimuat dalam Antologi Pohon Kopi 1 dan 2.
67
Forum Bukan
M u s i k B i a s a
diselenggarakan tiap
dua bulan sekali.
Tahun in i forum
t e r s e b u t
d i l a k s a n a k a n d i
Pendapa Wisma Seni Taman Budaya Surakarta Jawa Tengah yang
berlangsung tanggal 27 Mei 2012. Acara ini menampilkan komposisi bunyi
yang disajikan oleh Yurdika. Komponis asal Jogja yang menampilkan
karyanya Polusi Bunyi. Komposisi ini menghadirkan suara yang menyata-
nyayat kulit yaitu dari suara tutup panci yang digesekan-gesekan ke lantai
dan dipadukan dengan alat lain. Selain itu, Kelompok Tadulako asal Palu
yang mengusung musik Vokal Rego dan Lalove, Ruang dan Waktu karya
Ketut Sumerjana asal Bali yang menampilkan perpaduan synthesizer dan
gamelan Bali. Rangkaian pementasan tersebut ditutup oleh penapilan
Kumpulan Bunyi Sunya asal Jakarta yang mengusung tema Karuhun Baru
di Ruang Tamu menampilkan tiga
karyanya yaitu Trance karya
Tommy Setiawan, Batas Terbias
karya Didit Alamsyah, dan Turun
Padi karya S. Lawe Samagaha.
Seusai pementasan, dilaksanakan
diskusi dengan pembicara musisi
kontemporer Yasudah. (Doni D)
Forum Bukan Musik Biasa
Sumber foto: Doni Dartafian
Sumber foto: Doni Dartafian
Tadulako (Palu)
Kumpulan Bunyi Sunya (Jakarta)
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
68
Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online
Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya
(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke
[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra
Kami mengundang semua pembaca
Online
untuk memberi kritik dan saran
agar kami bisa lebih baik
Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan
berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.
D o n a s iKlik!
69