makala h

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Metabolisme adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat -zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya. Metabolisme juga dapat diartikan sebagai proses pengolahan (pembentukan dan penguraian “Katabolisme dan Anabolisme” ) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Kelainan Metabolisme adalah keadaan tubuh yang tidak mampu menjalankan proses metabolisme karena sesuatu dan lain hal. Yang paling berpengaruh bisa atau ketidak bisaan tubuh ialah disebabkan oleh kelainan tidak memiliki suatu enzim yang diperlukan untuk membantu metabolisme. Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme. Kelainan metabolisme yang terjadi diantaranya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Dan pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu contoh kelainan metabolisme yaitu diabetes dan obesitas, penyebabnya, gejala-gejalanya dan cara pengobatan dari masing-masing kelainan metabolisme ini. 1

Upload: cintia-pebri

Post on 29-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hhh

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangMetabolisme adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat -zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya. Metabolisme juga dapat diartikan sebagai proses pengolahan (pembentukan dan penguraian Katabolisme dan Anabolisme ) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.Kelainan Metabolisme adalah keadaan tubuh yang tidak mampu menjalankan proses metabolisme karena sesuatu dan lain hal. Yang paling berpengaruh bisa atau ketidak bisaan tubuh ialah disebabkan oleh kelainan tidak memiliki suatu enzim yang diperlukan untuk membantu metabolisme. Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme.Kelainan metabolisme yang terjadi diantaranya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Dan pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu contoh kelainan metabolisme yaitu diabetes dan obesitas, penyebabnya, gejala-gejalanya dan cara pengobatan dari masing-masing kelainan metabolisme ini.

B. Rumusan MasalahPermasalahan yang akan dibahas dari masalah ini diantranya yaitu:1. Apa itu yang dimaksud dengan metabolisme?2. Apa saja prose metabolisme?3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme?4. Apa saja gangguan metabolisme dan bagaimana cara pengobatannya?C. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk dapat mengetahui:1. Pengertian metabolisme2. Proses metabolisme di dalam tubuh3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja metabolisme4. Gangguan metabolisme dan cara pengobatannya

D. ManfaatSetelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang 1. Pengertian metabolisme2. Proses metabolisme di dalam tubuh3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja metabolisme4. Gangguan metabolisme dan cara pengobatannya

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian MetabolismeMetabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu metabole yang berarti perubahan, dapat kita katakan bahwa makhluk hidup mendapat, mengolah dan mengubah suatu zat melalui proses kimiawi untuk mempertahankan hidupnya.Metabolisme adalah suatu proses kimiawi (pembentukan dan penguraian) zat -zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya. Proses ini terjadi pada setiap jaringan sel tubuh setiap makhluk hidup.B. Jenis-Jenis MetabolismeMetabolisme memiliki dua arah lintasan metabolik, yaitu :a. Katabolisme yang merupakan penguraian suatu zat menjadi partikel yang lebih kecil untuk dijadikan energy (melepaskan energi).b. Anabolisme yang merupakan reaksi untuk merangkai senyawa organic dari molekul molekul tertentu agar dapat diserap oleh tubuh (membutuhkan energi).

C. Proses MetabolismeDidalam tubuh terjadi 3 proses metabolisme utama yaitu :

a. Metabolisme KarbohidratPada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis (penguraian dengan menggunakan molekul air). Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.Ketika makanan dikunyah, makanan akan bercampur dengan air liur yang mengandung enzim ptialin (suatua-amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut). Enzim ini menghidrolisis pati (salah satu polisakarida) menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil yang terdiri dari tiga sampai sembilan molekul glukosa. Makanan berada di mulut hanya dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis pada saat makanan ditelan.Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dalam mulut untuk dipecah oleh ptialin menjadi maltosa, tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus selama satu jam setalah makanan memasuki lambung, yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang disekresikan oleh lambung. Selanjutnya aktivitas ptialin dari air liur dihambat oleh zat asam yang disekresikan oleh lambung. Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang tidak aktif saat pH medium turun di bawah 4,0.Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua belas jari), makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas. Pati yang belum di pecah akan dicerna oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas.Sekresi pankreas ini mengandung -amilase yang fungsinya sama dengan -amilase pada air liur, yaitu memcah pati menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Namun, pati pada umumnya hampir sepenuhnya di ubah menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewatilambung.Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa, fruktosa, glaktosa, manosa dan monosakarida lainnya. Senyawa-senyawa tersebut kemudian diabsorpsi melalui dinding usus dan dibawa ke hati oleh darah.Glukosa sebagai salah satu hasil dari pemecahan pati akan mengalami daur proses di dalam hati, yaitu:a) Pertama, glukosa akan beredar bersama aliran darah untuk memenuhi kebutuhan energi sel-sel tubuh.b) Kedua, jika di dalam hati terdapat kelebihan glukosa (gula darah), glukosa akan di ubah menjadi glikogen (gula otot) dengan bantuan hormon insulin dan secara otomatis akan menjaga keseimbangan gula darah. Glikogen di simpan di dalam hati, jika sewaktu-waktu dibutuhkan,glikogen di ubah kembali menjadi glukosa dengan bantuan hormon adrenaline.

b. Metabolisme ProteinProtein dalam makanan hampir sebagian besar berasal dari daging dan sayur-sayuran. Protein dicerna di lambung oleh enzimpepsin, yang aktif pada pH 2-3 (suasana asam).Pepsin mampu mencerna semua jenis protein yang berada dalam makanan. Salah satu hal terpenting dari penceranaan yang dilakukan pepsin adalah kemampuannya untuk mencerna kolagen. Kolagenmerupakan bahan dasar utama jaringan ikat pada kulit dan tulang rawan.Pepsin memulai proses pencernaan protein. Proses pencernaan yang dilakukan pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein total. Pemecahan protein ini merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai polipeptida.Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus. Ketika protein meninggalkan lambung, biasanya protein dalam bentuk proteosa, pepton, dan polipeptida besar. Setelah memasuki usus, produk-produk yang telah dipecah sebagian besar akan bercampur dengan enzim pankreas di bawah pengaruh enzim proteolitik, seperti tripsin, kimotripsin, dan peptidase. Baik tripsin maupun kimotripsin memecah molekul protein menjadi polipeptida kecil. Peptidase kemudian akan melepaskan asam-asam amino.Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu penyerapan melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil sintesis asam amino dalam sel. Asam amino yang disintesis dalam sel maupun yang dihasilkan dari proses penguraian protein dalam hati dibawa oleh darah untuk digunakan di dalam jaringan. Dalam hal ini, hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah.Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh, melainkan akan dirombak di dalam hati menjadi senyawa yang mengandungunsurN, seperti NH3(amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida), serta senyawa yang tidak mengandung unsur N. Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis menjadi urea. Pembentukan urea berlangsung di dalam hati karena hanya sel-sel hati yang dapat menghasilkanenzim arginase. Urea yang dihasilkan tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga diangkut bersama zat-zat lainnya menuju ginjal lalu dikeluarkan melalui urin. Sebaliknya, senyawa yang tidak mengandung unsur N akan disintesis kembali menjadi bahan baku karbohidrat dan lemak, sehingga dapat di oksidasi di dalam tubuh untuk menghasilkan energi.

c. Metabolisme LemakPencernaan lemak tidak terjadi dimulut dan lambung karena di tempat tersebut tidak terdapat enzim lipase yang dapat menghidrolisis atau memecah lemak. Pencernaan lemak terjadi di dalam usus, karena usus mengandung enzim lipase.Lemak keluar dari lambung masuk ke dalam usus sehingga merangsang hormon kolesistokinin. Hormon kolesistokinin menyebabkan kantung empedu berkontraksi sehingga mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum(usus dua belaas jari). Empedu mengandung garam empedu yang memegang peranan penting dalam mengemulsikan lemak. Emulsi lemak merupakan pemecahan lemak yang berukuran besar menjadi butiran lemak yang berukuran lebih kecil. Ukuran lemak yang lebih kecil (trigliserida) yang teremulsi akan memudahkan hidrolisis lemak oleh lipase yang dihasilkan dari pankreas. Lipase pankreas akan menghidrolisis lemak teremulsi menjadi campuran asam lemak dan monogliserida (gliserida tunggal). Pengeluaran cairan pankreas dirancang oleh hormon sekretin yang berperan dalam meningkatkan jumlah elektrolit (senyawa penghantar listrik) dan cairan pankreas, serta pankreoenzim yang berperan untuk merangsang pengeluaran enzim-enzim dalam cairan pankreas.Absorpsi hasil pencernaan lemak sebagian besar (70%) terjadi di usus halus. Pada waktu asam lemak dan monogliserida di absorpsi melalui sel-sel mukosa pada dinding usus, keduanya di ubah kembali menjadi lemak (trigliserida) dengan bentuk partikel-partikel kecil (jaringan lemak). Saat dibutuhkan, timbunan lemak tersebut akan diangkut menuju hati.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Metabolismea. Ukuran Tubuh. Seseorang yang mempunyai tubuh lebih besar biasanya mempunyai Basal Metabolisme Rate atau BMR yang besar. Hal ini disebabkan oleh organ internal yang lebih besar serta volume cairan yang diperlukan juga disesuaikan dengan kondisi tubuh. Manusia yang lebih tinggi memiliki permukaan kulit yang lebih besar sehingga tubuh mereka harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu yang tetap. Orang gemuk proses metabolismenya lebih tinggib. UsiaSemakin bertambahnya usia, maka tingkat metabolisme semakin menurun. Hal ini dikarenakan hilangnya sebagian jaringan otot serta perubahan hormonal dan neurologis. Sebaliknya, ketika bayi dan anak-anak memasuki masa pertumbuhan, semakin cepat pula proses metabolismenya. Usia remaja dan dewasa terjadi peningkatan metabolisme tubuh dan menurun setelah usia lanjutc. Jenis KelaminPerbedaan jenis kelamin juga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam proses metabolisme. Seorang pria biasanya memiliki postur tubuh yang lebih besar dari wanita, sehingga pada umumnya mereka memiliki proses metabolisme yang lebih cepat. d. IklimSalah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi proses metabolisme adalah cuaca. Apabila cuaca terlalu dingin atau panas, maka tubuh akan bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu normalnya sehingga tingkat metabolisme juga lebih meningkat.e. AktivitasSalah satu bentuk kegiatan fisik yang dapat mempengaruhi proses metabolisme adalah olahraga. Apabila dilakukan secara teratur dapat meningkatkan massa otot dan mendorong tubuh untuk membakar lemak lebih cepat, bahkan pada saat beristirahat. Pekerja berat kecepatan metabolismenya tinggi.

E. Gangguan MetabolismeGangguan metabolisme dapat saja terjadi. Timbul gangguan metabolisme disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya terjadi karena adanya kelainan faktor genetik dan penyakit. Secara umum, kelainan genetik ini jarang diderita. Perbandingan gangguan metabolisme genetik di dunia hanya 10:1. Sebaliknya, gangguan metabolisme karena penyakit justru hampir banyak ditemui dalam banyak kasus.diantaranya:

1) Diabetes Militusa. Pengertian Diabetes MilitusDiabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA 2005). Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).Diabetes adalah penyakit metabolik sebagai akibat kurang insulin baik karenadisfungsi pankreas (pankreas tidakmampu memproduksi insulin) ataupundisfungsi insulin absolute (pancreas masihmampu memproduksi insulin tapi tidak aktif).

b. Klasifikasi Diabetes MillitusKlasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut juvenile diabetes, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di atas 45 tahun disebut sebagai adult diabetes. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak pertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya. Pada tahun 1968, ADA (American Diabetes Association) mengajukan rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan istilah-istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemicalatau Latent Diabetes dan Overt Diabetesuntuk pengklasifikasiannya. Pada tahun 1965 WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. Pada tahun 1980 WHO mengemukakan klasifikasi baru diabetes melitus memperkuat rekomendasi National Diabetes Data Group pada tahun 1979 yang mengajukan 2 tipe utama diabetes melitus, yaitu"InsulinDependent Diabetes Mellitus" (IDDM)disebut juga Diabetes Melitus Tipe 1 dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) yang disebut juga Diabetes Melitus Tipe 2. Pada tahun 1985 WHO mengajukan revisi klasifikasi dan tidak lagi menggunakan terminologi DM Tipe 1 dan 2, namun tetap mempertahankan istilah "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM)dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM), walaupun ternyata dalam publikasi-publikasi WHO selanjutnya istilah DM Tipe 1 dan 2 tetap muncul. Berdasarkan klasifikasi tersebut yang akan dipilih diabetes militus berdasarkan klasifikasi DM Tipe 1 dan 2.

c. Diabetes Mellitus Tipe 1Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase). ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM Tipe 1. Hampir 90% penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh non-diabetik, frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu, keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM Tipe 1. ICCA tidak spesifik untuk sel-sel pulau Langerhans saja, tetapi juga dapat dikenali oleh sel-sel lain yang terdapat di pulau Langerhans. Sebagaimana diketahui, pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel , sel dan sel . Sel-sel memproduksi insulin, sel-sel memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel memproduksi 14hormon somatostatin. Namun demikian, nampaknya serangan otoimun secara selektif menghancurkan sel-sel . Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa tingginya titer ICCA di dalam tubuh penderita DM Tipe 1 justru merupakan respons terhadap kerusakan sel-sel yang terjadi, jadi lebih merupakan akibat, bukan penyebab terjadinya kerusakan sel-sel pulau Langerhans. Apakah merupakan penyebab atau akibat, namun titer ICCA makin lama makin menurun sejalan dengan perjalanan penyakit. Otoantibodi terhadap antigen permukaan sel atau Islet Cell Surface Antibodies (ICSA) ditemukan pada sekitar 80% penderita DM Tipe 1. Sama seperti ICCA, titer ICSA juga makin menurun sejalan dengan lamanya waktu. Beberapa penderita DM Tipe 2 ditemukan positif ICSA. Otoantibodi terhadap enzim glutamat dekarboksilase (GAD) ditemukan pada hampir 80% pasien yang baru didiagnosis sebagai positif menderita DM Tipe 1. Sebagaimana halnya ICCA dan ICSA, titer antibodi anti-GAD juga makin lama makin menurun sejalan dengan perjalanan penyakit. Keberadaan antibodi anti-GAD merupakan prediktor kuat untuk DM Tipe 1, terutama pada populasi risiko tinggi. Disamping ketiga otoantibodi yang sudah dijelaskan di atas, ada beberapa otoantibodi lain yang sudah diidentifikasikan, antara lain IAA (AntiInsulin Antibody). IAA ditemukan pada sekitar 40% anak-anak yang menderita DM Tipe 1. IAA bahkan sudah dapat dideteksi dalam darah pasien sebelum onset terapi insulin. Destruksi otoimun dari sel-sel pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel kelenjar pankreas pada penderita DM Tipe 1 juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM Tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi, sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM Tipe 1 mengalami 15ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapat terapi insulin. Apabila diberikan terapi somatostatin untuk menekan sekresi glukagon, maka akan terjadi penekanan terhadap kenaikan kadar gula dan badan keton. Salah satu masalah jangka panjang pada penderita DM Tipe 1 adalah rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang dapat berakibat fatal pada penderita DM Tipe 1 yang sedang mendapat terapi insulin. Walaupun defisiensi sekresi insulin merupakan masalah utama pada DM Tipe 1, namun pada penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat terjadi penurunan kemampuan sel-sel sasaran untuk merespons terapi insulin yang diberikan. Ada beberapa mekanisme biokimia yang dapat menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya adalah, defisiensi insulin menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah sebagai akibat dari lipolisis yang tak terkendali di jaringan adiposa. Asam lemak bebas di dalam darah akan menekan metabolisme glukosa di jaringan-jaringan perifer seperti misalnya di jaringan otot rangka, dengan perkataan lain akan menurunkan penggunaan glukosa oleh tubuh. Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi dari beberapa gen yang diperlukan sel-sel sasaran untuk merespons insulin secara normal, misalnya gen glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein transporter yang membantu transpor glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di jaringan adiposa.

d. Diabetes Mellitus Tipe 2Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1, terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin. Disamping resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat juga timbul gangguan gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel langerhans secara autoimun sebagaimana terjadi pada DM tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula suatu defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuve-manuver teurapetik yang mengurangi hiperglikemia tersebut (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).Tanda-tandanya adalah hiperglikemia (glukosa dalamdarah tinggi ) ataupun glukosuria( glokusa dalam urin). Tanda-tanda lain diantaranya yaitu:a. Poliurie : Banyak kencingb. Polidipsi : Banyak minumc. Polifagia : Banyak makand. Sering semutan pada ujung kaki dan tangane. Luka tidak sembuhf. Penurunan berat badan

e. Penyebab Diabetes MellitusOrang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus adalah : 1) Usia diatas 45 tahun Pada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun, hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak menerima insulin. 2) Obesitas atau kegemukan Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat memicu munculnya Diabetes Mellitus. 3) Pola makan Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim. 4) Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga Sekitar 15-20 % penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus) mempunyai riwayat keluarga Diabetes Mellitus, sedangkan IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus) sebanyak 57% berasal dari keluarga Diabetes Mellitus. 5) Kurangnya berolahraga atau beraktivitas Olahraga dapat dilakukan 3-5 kali seminggu, kurang berolahraga dapat menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus (Waspadji, 2002).f. Pengobatan Diabetes MelitusUntuk pengobatan diabetes mellitus menggunakan obat Hipoglikemik oral yang digolongkan sebagai beikut:1. Insulin

a) Terapi InsulinTerapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral. b) Pengendalian Terapi InsulinPada prinsipnya, sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh untuk menstabilkan kadar gula darah. Apabila kadar gula di dalam darah tinggi, sekresi insulin akan meningkat. Sebaliknya, apabila kadar gula darah rendah, maka sekresi insulin juga akan menurun. Dalam keadaan normal, kadar gula darah di bawah 80 mg/dl akan menyebabkan sekresi insulin menjadi sangat rendah. Stimulasi sekresi insulin oleh peningkatan kadar glukosa darah berlangsung secara bifasik. Fase 1 akan mencapai puncak setelah 2-4 menit dan masa kerja pendek, sedangkan mula kerja (onset)fase 2 berlangsung lebih lambat, namun dengan lama kerja (durasi) yang lebih lama pula. Disamping kadar gula darah dan hormon-hormon saluran cerna, ada beberapa faktor lain yang juga dapat menjadi pemicu sekresi insulin, antara lain kadar asam lemak, benda keton dan asam amino di dalam darah, kadar hormon-hormon kelenjar pankreas lainnya, serta neurotransmiter otonom. Kadar asam lemak, benda keton dan asam amino yang tinggi di dalam darah akan meningkatkan sekresi insulin. Dalam keadaan stres, yaitu keadaan dimana terjadi perangsangan syaraf simpatoadrenal, hormon epinefrin bukan hanya meninggikan kadar glukosa darah dengan memacu glikogenolisis, melainkan juga menghambat penggunaan glukosa di sel-sel otot, jaringan lemak dan sel-sel lain yang penyerapan glukosanya dipengaruhi insulin. Dengan demikian, glukosa darah akan lebih banyak tersedia untuk metabolisme otak, yang penyerapan glukosanya tidak bergantung pada insulin. Dalam keadaan stres, sel-sel otot terutama menggunakan asam lemak sebagai sumber energi, dan epinefrin memang menyebabkan mobilisasi asam lemak dari jaringan.c) Mekanisme Kerja Insulin Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel pankreas akan langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya. Disamping fungsinya membantu transport glukosa masuk ke dalam sel, insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral.insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan jaringan tubuh. d) Prinsip Terapi Insulin Indikasi1. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel-sel kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak ada 2. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah 3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke 4. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah. 5. Ketoasidosis diabetik 6. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan sindroma hiperglikemia 7. hiperosmolar non-ketotik. 8. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin. 9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat 10. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO

Cara Pemberian :Sediaan insulin saat ini tersedia dalam bentuk obat suntik yang umumnya dikemas dalam bentuk vial. Kecuali dinyatakan lain, penyuntikan dilakukan subkutan (di bawah kulit). Lokasi penyuntikan yang disarankan ditunjukan pada gambar 4 disamping ini. Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal. Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen, diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas dan bokong. Bila disuntikkan secara intramuskular dalam, maka penyerapan akan terjadi lebih cepat, dan masa`kerjanya menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa kerja. Selain dalam bentuk obat suntik, saat ini juga tersedia insulin dalam bentuk pompa (insulin pump) atau jet injector, sebuah alat yang akan menyemprotkan larutan insulin ke dalam kulit. Sediaan insulin untuk disuntikkan atau ditransfusikan langsung ke dalam vena juga tersedia untuk penggunaan di klinik. Penelitian untuk menemukan bentuk baru sediaan insulin yang lebih mudah diaplikasikan saat ini sedang giat dilakukan. Diharapkan suatu saat nanti dapat ditemukan sediaan insulin per oral atau per nasal.

e) Penggolongan Sediaan Insulin Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin reguler 2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting) 3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat 4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin) Keterangan dan contoh sediaan untuk masing-masing kelompok disajikan dalam tabel 6 (IONI, 2000 dan Soegondo, 1995b).

2. Obat Hipoglikemik Oral(1) Penggolongan Obat Hipoglikemik OralBerdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:a. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemikoral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunanfenilalanin).b. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas selterhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dantiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulinsecara lebih efektif.c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor -glukosidase yangbekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untukmengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia).Disebut juga starch-blocker.

(a) Golongan SulfonilureaMerupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid. Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans pankreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya. Pada penderita dengan kerusakan sel-sel Langerhans kelenjar pancreas, pemberian obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonilurea menghambat degradasi insulin oleh hati. Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70-90%).Efek sampingObat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringandanfrekuensinya rendah, antara lain gangguan salura ncerna (mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala) dan gangguan susunan syaraf pusat (vertigo, bingung, ataksiadan lain sebagainya). Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulosistosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali.

Interaksi ObatObat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemiasewaktupemberian obat-obat hipoglikemiksulfon ilurea antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin, steroidaanabolik, fenfluramin, danklofibrat.

PeringatandanKontraindikasiHati-hati pada pasien usia lanjut, wanitahamil, pasien dengan gangguan fungsi hati, dan atau gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan untuk pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat digunakan glikuidon, gliklazida, atautol butamida yang kerjanya singkat. Wanita hamil danmenyusui, porfiria, danketoasi dosis merupakan kontraindikasi bagi sulfonilurea. Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes yuvenil, penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes mellitus berat. Obat-obat golongan sulfonylurea cenderung meningkatkan berat badan.

(b) Golongan Meglitinida dan Turunan FenilalaninObat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat hipoglikemik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan sulfonilurea. Kedua golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya.

(c) Golongan BiguanidaObat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati (hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Satu satunya senyawa biguanida yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.

Efek SampingEfek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare, dan dapat menyebabkan asidosislaktat.

KontraIndikasiSediaan biguanida tidak boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongesif dan wanita hamil.Pada keadaan gawat juga sebaiknya tidak diberikan biguanida.

(d) GolonganTiazolidindion (TZD)Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPAR (peroxisome proliferator activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin.Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan kecepatan glikoneogenesis.

(e) Golongan Inhibitor -GlukosidaseSenyawa-senyawa inhibitor -glukosidase bekerja menghambat enzim alfa glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim -glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita diabetes. Senyawa inhibitor -glukosidase juga menghambat enzim -amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus. Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan dosis 150-600 mg/hari. Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu.Obat-obat inhibitor -glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan.Efek SampingEfek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini umumnya diberikan dengandosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untukmemberikannya bersama suap pertama setiap kali makan.

(f) Terapi KombinasiPada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau OHO dengan insulin.Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida.Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemikoral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

(2) Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral(a) Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secarabertahap.(b) Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-obat tersebut.(c) Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksiobat.(d) Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah menggunakan obat oral golonganlain, bilagagallagi, baru pertimbangkan untuk beralih pada insulin.(e) Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia, oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut usia.Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderit

2) Obesitasa. Definisi ObesitasObesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal.

b. Tipe-Tipe Obesitas1) Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuha) Obesitas tipe buah apel (Apple Shape) Tipe seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid),b) Obesitas tipe buah pear (Gynoid) Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.c) Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah) Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.2) Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak a) Obesitas Tipe HyperplastikObesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.b) Obesitas Tipe HypertropikObesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.c) Obesitas Tipe Hyperplastik Dan HypertropikObesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.Tabel Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)BMIKlasifikasi

< 18.5Berat badan di bawah normal

18.524.9Normal

25.029.9Normal tinggi

30.034.9Obesitas tingkat 1

35.039.9Obesitas tingkat 2

40.0Obesitas tingkat 3

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.

BMI = Dengan rumus:

Dimana b adalah berat badan dalam satuan metric kilogram dan t adalah tinggi badan dalam meter.

c. Gejala ObesitasPenimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

d. Penyebab ObesitasObesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara lain adalah:1) Internala) GenetikSeperti kondisi medis lainnya, obesitas adalah perpaduan antara genetik dan lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat. Polimorfisme dalam variasi gen mengontrol nafsu makan dan metabolisme menjadi predisposisi obesitas ketika adanya kalorui yang cukup.Prader-Willi Syndrome Selain itu, obesitas terjadi pada penderita Sindrom Prader-Willi adalah penyakit genetic yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu kelahiran. Mutasi gen terjadi pada kromosom ke 15 yang mengatur nafsu makan. Sindrom ini dikenali sebagai gen penyebab obesitas pada anak kecil. Symptoms yang timbul akibat sindrom ini disebabkan oleh disfungsi hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah mengatur rasa lapar.Jenis kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel lain. Oleh karena wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh kesempatan yang lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih berisiko mengalami obesitas.b) Kelainan Endokrin HipotiroidismeHipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormone tiroid sesuai kebutuhan tubuh. Oleh karena itu, apabila hormone tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, pertumbuhan akan terganggu. Hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh. Terganggunya produksi hormon ini dapat mempengaruhi metabolisme, perkembangan otak, pernafasan, system jantung dan saraf, temperature tubuh, kekuatan otot, kulit, sirkulasi menstruasi pada wanita, berat badan, dan tingkat kolesterol. Produksi hormone tiroid diatur oleh hormone TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi hormone tiroid, yaitu triidotironin (T3) dan tiroksin (T4). Apabila dalam darah terdapat sedikit hormone tiroid tersebut, maka kadar TSH akan meningkat untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi hormone tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah telah cukup atau bahkan lebih banyak terdapat hormone tiroid, kadar TSH akan menurun. Sekresi TSH diatur oleh hormone hipotalamus, yaitu TRH. Penurunan respons hipofisis terhadap TRH sangat jarang terjadi. Yang terjadi pada hipotiroidisme adalah kadar TSH meningkat akibat dari fungsi kelenjar tiroid yang menurun. Selain itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kelenjar hipofisis tidak bekerja dengan normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat menyebabkan produksi TSH terganggu dan akibatnya kelenjar tiroid pun akan terganggu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotiroidisme menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Hipotiroidisme menyebabkan kecepatan metabolisme karbohidrat dan lemak menurun. Hal ini akan menyebabkan obesitas. Hipotiroidisme yang berat disebut Miksedema. Sindrom CushingSindrom Cushing disebabkan karena kadar cortisol berlebih. Hipotalamus mensekresikan CRH (Coticotropin releasing hormone) ke hipofisis. CRH menyebabkan hipofisis mensekresi ACTH (Adrenocorticotropin hormone) yang menstimulus kelenjar adrenal menghasilkan cortisol ke dalam darah. Tanda-tanda dan keluhan yang terjadi antara lain obesitas di bagian atas tubuh, wajah membulat, kulit terluka dengan mudah, lemah tulang, mentruasi tidak teratur pada wanita, dan infertilitas pada pria. Kelainan pada HipotalamusPusat makan dan kenyang, yang mengatur rasa lapar dan kenyang, terdapat pada hipotalamus. Pusat kenyang berfungsi menghambat pusat makan, begitu pula sebaliknya. Yang mengatur semua hal tersebut adalah polipeptida. Polipeptida tersebut antara lain adalah neuropeptida Y dan Leptin. Neuropeptida Y meningkatkan nafsu makan sedangkan leptin menurunkan nafsu makan dan meningkatkan konsumsi energi.Obesitas terjadi apabila leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen reseptor leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada jaringan adipose coklat. Kemungkinan lainnya adalah terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek dalam mekanisme yang diaktifkan oleh gen manusia. Leptin menyebabkan peningkatan liplisis dan penurunan lipogenesis. Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.2) Eksternala) Gaya hidup atau tingkah lakuKemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas. Mengonsumsi makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada umumnya berkalori tinggi.b) Lingkungan dan faktor lainObesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh terhadap kebiasaan makanya. Selain itu, factor ststus sosial dan ekonomi sangat memengaruhi. Pada masyarakat menengah ke bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus dihindari.e. AkibatObesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki) .Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit .Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relative lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak .Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:1) Penyakit Jantung Koroner2) Arthritis (Sakit Sendi)3) Tekanan Darah Tinggi4) Diabetes Melitus5) Gangguan Pernapasan6) Stroke7) Vena Varikos

f. Penanggulangan1) Diet. Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi, ialah 1520 kalori/kg.bb.,dengan komposisi 20% protein, 65% karbohidrat dan 15% lemak, komposisi tersebut mirip dengan komposisi diet B1 dari Askandar. Diet yang tak lazim misalnya diet hanya dengan protein saja (tiger diet), diet tidak makan nasi sama sekali, pada saat sekarang ini tidak sesuai lagi.2) Olah Raga. Di samping mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi tubuh lebih segar dan dapat menambah estetika. Olah raga dimaksudkan agar jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah kalori yang masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan metabolisme. 3) Pembedahan.Operasi jejuno-ileal by-passdilakukan memotong sebagian usus halus yang menyerap makanan, tetapi resikonya cukup besar sehingga hal tersebut harus dilakukan dengan indikasi yang cukup kuat, yaitu apabila obesitas tak dapat diobati dengan tindakan konservatif. Operasi pengambilan jaringan lemak (adipektomi), lebih cenderung bersifat estetika.

4) Obat-anti obesitasObat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan. Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat badan. Secara umum cara kerja obat anti-obesitas ini adalah melalui pengaturan keseimbangan energi yang diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon.Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan berat badan atau mencegah peningkatan berat badan (obesitas) diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Menekan nafsu makanObat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat, yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).b) Mengurangi penyerapan makananDitemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna salah satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat dikurangi. c) Meningkatkan metabolisme tubuh Metabolisme tubuh ditingkatkan melalui peningkatan pembakaran kalori menjadi energy di dalam tubuh. Energi dapat dibakar dengan melakukan aktifitas fisik atau merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan melakukan perubahan pada sistem saraf simpatik.

(1) Jenis-Jenis Obat Anti-ObesitasObat-obat anti-obesitas yang beredar dipasaran dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:(a) Golongan nonadrenergikContoh golongan obat nonadrnergik diantaranya yaitu amfetamin (tidak diijinkan, fentermin (meningkatkan pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol(b) Golongan serotonergik Obat ini bekerja meningkatkan pelepasan serotonin dan menginhibisi reuptake-nya dan fluoksetin.(c) Campuran noradrenergic dan serotonergikContoh obat golongan noradrenergic dan serotonergik yaitu sibutramin, yang bekerja dengan cara menghinhibisi reuptake serotonin dan NE.(d) Gastrointestinal lipase inhibitorContoh obat golongan Gastrointestinal lipase inhibitor yaitu orlistat yang bekerja dengan cara menginhibisi lipase lambung dan pankreas.Obat-obat anti-obesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah pengggolongan obat berdasarkan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya semakin bahaya untuk disalahgunakan.Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDANama GenerikNama DagangDEA ScheduleLama PenggunaanDisetujui

OrlistatXenicalTidak adaJangka panjang1999

SibutraminMeridiaIVJangka panjang1997

DietilpropionTenuateIVJangka pendek1973

FenterminAdipex, IonaminIVJangka pendek1973

FendimetrazinBontril, Prelu-2IIIJangka pendek1961

BenzfetaminDIldrexIIIJangka pendek1960

Dari beberapa obat-obat obesitas diatas yang paling aman digunakan adalah orlistat karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang berarti kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan untuk jangka panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun.Sedangkan dietilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obesitas dalam dosis besar (lebih dari 75 mg sehari) ternyata dapat menyebabkan peningkatang kejadian stroke. Karena itu indikasi obat ini untuk obesitas telah ditarik, dan hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg sehari sebagai dekongestan. Selain itu, untuk fentermine telah ditarik sebagai obat anti-obesitas karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung.Obat obesitas yang diijinkan untuk digunakan di Indonesia ialah campuran golongan noradrenergic dan golongan serotonergik yaitu sibutramin, dan golongan gastrointestinal lipase inhibitor, yaitu orlistat. Sehingga dalam makalah ini hanya akan disajikan obat-obat yang diijinkan untuk digunakan di Indonesia yaitu Orlistat dan Sibutramin.

1. Orlistat (Xenical)(a) Pengerian Orlistat

Orlistat merupakan obat anti-obesitas golongan Gastrointestinal lipase inhibitor yang digunakan dalam pengobatan kelebihan berat badan (BMI 28). Obat ini merupakan oba anti obesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu makan, tetapi bekerja secara lokal dengan cara menghambat enzim lipase saluran cerna. Dengan cara kerja sebagai penghambat lemak tersebut, maka 30% dari lemak yang dikonsumsi tidak dapat diserap dan diekskresikan dalam tinja. Dengan demikian, terjadi pengurangan penyerapan kalori yang akan menghasilkan penurunan berat badan secara signifikan.

(b) Rumus Stukutur dari OrlistatOrlistat termasuk dalam turunan hidrogenasi dari lipstatin yang diproduksi oleh bakteriStreptococcus toxytricini. Senyawa ini bersifat sangat lipofilik dan merupakan penghambat potensial untuk sebagian besar enzim lipase mamalia. Lipase dibutuhkan untuk menghidrolisis trigliserida dari makanan menjadi asam lemak bebas yang bisa diserap. Dalam intestinal, orlistat secara ireversibel menghambat enzim lipase melalui ikatan kovalen dengan residu serine pada sisi aktif.Rumus struktur dari orlistat dan lipstatin adalah sebagai berikut:

(c) Mekanisme kerja Orlistat

Lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang mengandung satu molekul monogliserida dan 2 molekul asam lemak bebas. Sebagian besar proses pencernaan lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil, duodenum yang benyak mengandung cairan pankreatik dimana reaksi ezimatik akan berlangsung. Di sini, lemak akan diemulsifikasi (dipecah menjadi butiran-butiran kecil) membentuk tiny fat globules yang berdiameter 200 nm sampai 5000 nm.

Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus, monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu dengan garam empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan, guna mempercepat penyerapan hasil-hasil pencernaan. Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang disebut lacteal, untuk kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke dalam sistem sirkulasi.Orlistat bekerja secara lokal di saluran cerna dengan cara menghambat kerja enzim lipase dan mencegah 30% penyerapan lemak. Orlistat mempunyai struktur molekul unik yang akan mengikat bagian aktif dari enzim lipase dan menghambat aktivitasnya. Dengan demikian, enzim ini tidak dapat memecah trigliserida menjadi komponen penyusunnya maka 30% lemak tidak dapat dicerna dan diserap. Sedangkan, sebanyak proporsi yang signifikan dari sisa asupan lemak yang tidak tercerna dan tidak terabsorpsi akan melewati saluran pencernaan dalam keadaan tidak berubah. Sedangkan 70% lemak tetap dapat mengalami penyerapan secara normal, hal ini penting guna memastikan kelarutan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Dengan cara kerja yang lokal (non sistemik) ini, orlistat tidak menimbulkan efek samping terhadap sistem saraf pusat dan kardiovaskular seperti pada golongan appetite supresant.Dengan rata-rata 40% asupan lemak dari asupan total energi per hari, walaupun angka yang direkomendasikan adalah 30% per hari. Orlistat dosis 120 mg tiga kali sehari dapat mengurangi penyerapan lemak sebesar kurang lebih 30%. Dengan menghambat penyerapan lemak tersebut, akan terjadi defisit kalori secara nyata, namun demikian, zat-zat gizi lain yang larut dalam lemak tetap akan diserap - guna memastikan kecukupan zat-zat gizi tersebut bagi tubuh.Studi pada orang yang beratnya normal dan pasien obesitas menunjukkan bahwa ekskresi melalui feses dari obat yang tidak diserap adalah merupakan cara eliminasi utama. Hampir 97 % dari dosis obat yang diberikan akan diekskresi melalui feses dan 83%nya dalam bentuk orlistat yang tidak terurai. Ekskresi ginjal kumulatif dari total orlistat adalah < 2% dari dosis. Waktu untuk mencapai ekskresi lengkap (feses dan kemih) adalah 3 - 5 hari. Ekskresi orlistat tampaknya serupa antara orang yang mempunyai berat normal dan obesitas. Orlistat, M1 dan M3 juga diekskresi melalui empeduBerkurangnya jumlah lemak yang diserap,secara efektif dapat mengurangi masukan energi, sehingga penurunan berat badan secara nyata dapat dicapai.

(d) DosisDosis umum penggunan orlistat adalah 27 mg 3 kali sehari, 60 mg atau 120 mg. Orlistat yang berbentuk kapsul atau tablet kunyah ini baik digunakan segera sebelum, selama atau setelah 1 jam setelah makan. Namun, penggunaan orlistat ini dapat dikurangi apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung lemak. Pemberian dosis ini bersamaan dengan makanan yang mengandung sekitar 15 gram lemak.

(e) Efek samping Dengan menggunakan orlistat, hingga 30% lemak yang dimakan tidak akan diserap oleh tubuh, hal ini lah yang kemudian dapat menyebabkan beberapa efek samping dari pemberian orlistat.Efek samping Orlistat umumnya pada saluran cerna dan berkaitan dengan efek farmakologi obat dalam mencegah absorpsi lemak. Kejadian yang umum ditemukan adalah bercak berminyak, flatus bersama dengan kotoran, terdesak buang air besar, feses berlemak/berminyak, evakuasi minyak, meningkatnya defekasi dan inkontinensia fekalis. Kejadian ini meningkat dengan makin tingginya kandungan lemak dalam diet. Pasien harus diberitahu akan kemungkinan terjadinya efek pada saluran cerna dan apa yang perlu dilakukan seperti memperbaiki diet terutama persentase kandungan lemak. Konsumsi makanan rendah lemak akan mengurangi kemungkinan mengalami efek samping saluran cerna dan ini akan membantu pasien memonitor dan mengatur asupan lemaknya. Efek samping ini umumnya ringan dan bersifat sementara. Efek saluran cerna terjadi pada permulaan pengobatan (dalam 3 bulan) dan umumnya pasien hanya mengalamai satu kali saja. Efek samping yang seringkali dialami pasien yang mendapat Orlistat adalah sakit perut/ketidaknyamanan, kembung, feses cair atau lunak, nyeri rektum/tidak nyaman, gangguan gigi atau gusi. Kejadian lain yang amat jarang ditemukan adalah: infeksi saluran napas atas, infeksi saluran napas bawah; influenza; nyeri kepala; iregularitasi menstruasi; cemas; keletihan; infeksi saluran kemih. Mengkonsumsi orlistat dalam waktu yang terlalu lama dapat mengakibatkan kurang gizi dan kolesterol rendah. Oleh sebab itu, bila berat badan telah tercapai ideal, hentikan mengkonsumsi Orlistat secara rutin. Sehingga penggunaan Orlistat ini digunakan bila perlu saja, yaitu ketika sudah tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Gunakan Xenical bila perlu saja, yakni tatkala mengkonsumsi makanan berlemak.

(f) IndikasiOrislat bersama-sama dengan diet rendah kalori diindikasikan untuk pengobatan pasien-pasien obesitas dengan indeks massa tubuh (BMI) lebih besar atau sama dengan 30 kg/m2, atau pasien dengan berat badan berlebih (BMI >28 kg/m2 dengan faktor risiko penyerta seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi atau triglycerides.Pengobatan dengan orlistat sebaiknya hanya dimulai jika sebelumnya usaha penurunan berat badan dengan melakukan diet berhasil mengurangi berat badan sedikitnya 2,5 kg dalam 4 minggu berturut-turut. Pengobatan dengan orlistat sebaiknya dihentikan setelah 12 minggu jika pasien tidak dapat mencapai penurunan berat sedikitnya 5% dari berat badan saat memulai pengobatan.

(g) Kontra-indikasiPemberian orlistat ini tidak dianjurkan untuk pasien dengan keadan-keadaan dibawah ini :a. Sindrom malabsoprsi kronikb. Kolestatisc. Ibu yang hamil dn menyusuid. Penderita hipersensitif terhadap orlistat atau zat-zat lain yang ada dalam kapsul

(h) Interaksi Pada studi farmakokinetik tidak didapatkan interaksi dengan alkohol, digoksin, metformin, nifedipin, kontraseptif oral, fenitoin, statin ataupun warfarin. Bagimanapun, orlistat meningkatkan bioavailabilitas (konsentrasi plasma meningkat sekitar 30%) dan khasiat menurunkan lipid dari Pravastatin.Penurunan absorpsi vitamin D, E dan beta karoten telah diamati pada pemberian bersama Orlistat. Jika pemberian suplemen multivitamin dianjurkan, maka sebaiknya diberikan sedikitnya dua jam setelah pemberian Orlistat atau pada saat menjelang tidur.Pada studi klinis selama 2 tahun, kadar vitamin-vitamin pada kebanyak pasien tersebut tetap berada dalam batas normal. Karena ketiadaan data mengenai interaksi farmakokinetik, pemberian olistat bersamaan dengan Fibrates, Acarbose, Biguanides, atau obat-obatan anoreksia tidak dianjurkan. Bila Warfarin atau antikoagulan lain diberikan bersama-sama dengan orlistat (dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang), maka nilai INR harus dimonitor.

2. Sibutramine(a) Pengertian SibutramineSibutramine adalah pembantu diet. Sibutramine bekerja dengan cara mengatur zat kimia dalam pusat nafsu makan dalam otak untuk menyebabkan penurunan kelaparan atau keinginan makanan sementara.Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan neurotransmiter di otak, yaitu menghambat re-uptake serotonin dannorepinefrin.Namun obat ini harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.

(b) Rumus struktur Sibutramine

Sibutramine hydrochloride merupakan golongan obat keras yang digunakan dalam pengobatan obesitas, dimana obat ini hanya dapat diperoleh dan digunakan berdasarkan resep dokter.Namun kenyataannya, obat ini banyak ditemukan dijual bebas di pasaran.Sibutramine direkomendasikan untuk pasien obesitas dengan index massa tubuh 30 kg/m2, atau 27 kg/m2 untuk pasien dengan resiko diabetes, dislipidemia, dan hipertensi

(c) Mekanisme ReaksiSibutramin hydrochloride menghambat reuptake noradrenaline dan serotonin oleh sel saraf setelah kedua neurotransmitter ini menyampaikan pesandiantaraselsaraf yang ada di otak.dihambatnya reuptake membuat kedua neurotransmitter ini bebas menjelajah di otak. Saat itulah keduanya menghasilkan perasaan penuh (kenyang) pada pasien sehingga mengurangi keinginan untuk makan.Obat ini terbukti menurunkan asupan makanan dan meningkatkan thermogenesis.Secara invivo, sibutramine bekerja melalui 2 metabolit aktif yaitu M1 dan M2. Efikasinya untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan telah ditunjukkan pada beberapa penelitian klinis.

(d) FarmakokinetikaSibutramine diabsorpsi cepat di saluran gastroinestinal (77%). Sibutramin terdistribusi luas kejaringan terutama di hati dan ginjal.Metabolit M1 dan M2 terikat sebanyak 94% pada protein plasma sedangkan sibutramine terikat 97% pada protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa volume distribusi (Vd) sibutramin, metabolit M1 dan M2 kecil didalam tubuh. Sibutramin mengalami first pass metabolisme di hatiolehsitokrom P450 isoenzim CYP3A4 mengahasilkan dua metabolitaktif, M1 dan M2. Kedua metabolit ini selanjutnya mengalami konjugasi dan hidroksilasi menjadi metabolitinaktif, yaitu M5 dan M6. T1/2 eliminasi sibutramin adalah 1 jam , Metabolite: M1 : 14 jam, M2 : 16 jam. T maks sibutramin 1,2 jam, Metabolit : M1dan M2 : 3-4 jam. Sibutramin dan metabolitny adieksresikan terutama lewat urine (77%) dan feses.

(e) Efek sampingEfek samping yang dapat timbul dari penggunaan sibutramin meliputi peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung berdebar), peningkatan tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu makan, konstipasi, mulut kering, gangguan pada alat perasa, vasodilatasi, insomnia, pusing, paraaesthesia, berkeringat dan lain-lain. Sakit kepala, isomnia, konstipasi, migrain, depresi, hipertensi, takikardia, mulut kering. Kebanyakan terjadi selama 4 minggu pertama terapi, tingkat keparahan dan frekuensi berkurang seiring waktu. Hentikan pengobatan jika berat badan dapat kembali 3 kg. Awasi tekanan darah dan detak jantung sesering mungkin: setiap 2 minggu selama 2 bulan, kemudian lakukan tiap bulan. Penggunaan Sibutramin Hidroklorida dalam dosis tinggiBerisiko meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan penggunanya sulit tidur sehingga senyawa kimia itu tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan oleh orang yang mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia dan stroke.

(f) InteraksiJika digunakan bersamaan dengan obat-obat yang mekanisme kerjanya menghambat oksidasi monoamine (MAOIs, sepertiselegiline), sibutramine hydrochloride secara klinis akan menghasilkan interaksi yang bermakna karena meningkatkan resiko serotonin syndrome. Selain itu, penggunaan sibutramine bersamaan dengan obat-obat penghambat CYP3A4 seperti ketokonazol dan eritromisin dapat meningkatkan kadar sibutramine dalam plasma.

(g) IndikasiUntuk mengobati obesitas yang mungkin berhubungan dengan diabetes, kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi.

(h) Kontraindikasi Pasien berumur dibawah 18 tahun Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan seperti : bulimia nervosa, anorexia nervosa, depresiserius Pasien dengan riwayat predisposition to drug atau alcohol abuse Hipersensitivitas Pengobatan bersamaan dengan MAO inhibitor, antidepressant Hipertensi yang tidak dikontrol, pulmonary hypertension Mengalami kerusakan katup jantung, jantung koroner, gagal jantung kongestif, aritmiaserius, infarkmiokard Stroke atau transient ischemic attack (TIA) Hipertiroidisme., glaucoma, Seizure disorders , pembesaran kelenjar prostat dan retensi urin, pheochromocytoma Wanita hamil dan menyusui (Pregnancy Risk Factor C)

(i) DosisDosis awal: 10 mg 1 kali sehari tiap pagi melalui mulut (per oral). Dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 15 mg per hari melalui mulur (per oral).Setelah 4 minggu berat badan menurun < 2 kg atau 5 kg dalam 3 bulan, berarti 10 mg dapat ditoleransi dengan baik.

(j) PerluPengawasanDokterObat ini merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit kardiovaskuler.Sedangkan orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) memiliki resiko yang sangat besar untuk menderita penyakit kardiovaskuler.Oleh karena itu sangat perlu dilakukan konsultasi mengenai riwayat penyakit pasien dengan Dokter sebelum memilih menggunakan sibutramine hydrochloride.Sibutramine hydrochloride menghasilkan 2 metabolitaktif yang mekanisme kerjanya sama dengan senyawa induknya yaitu sibutramine hydrochloride. Hal ini dapat meningkatkan toksisitas dari obat tersebut jika dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak dikontrol.Sibutramine hydrochloride merupakan obat golonganan oreksansia yang berdaya menekan nafsu makan secara efektif selama 4 sampai 6 minggu namun setelah digunakan 3 sampai 6 bulan efeknya akan sangat berkurang akibat terjadinya toleransi. Jika terjaditoleransi, maka ketika dilakukan peningkatan dosis (menjadi 15 mg , maksimal selama 1 tahun) perlu pengawasan ketat dari dokter untuk menghindari efek samping obat.Efek samping sibutramine hydrochloride antara lain :meningkatkan debar jantung dan hipertensi, maka frekuensi jantung dan tensi darah perlu dimonitor selama 3 bulanpertama.Resiko lain mengkonsumsi obat-obat diet tanpa pengawasan dokter adalah :membuat tubuh lemas dan system kekebalan tubuh menurun karena jarang makan (tetapi tidak merasa lapar), jantung berdebar-debar, dehidrasi, sulit tidur, diare, penurunan tekanan darah, nyeri kepala, dan gula darah menurun drastis. Namun, resiko yang timbul padas etiap orang tidak sama, karena itu konsumsi obat-obat diet harus di bawah pengawasan dokter.Sibutramine hydrochloride sebenarnya direkomendasikan oleh Food Drug Association (FDA) sebagai obat pilihan dalam terapi obesitas, namun penggunaannya harus diawasi dan dikontrol serta diikuti dengan olahraga teratur dan diet.

44