makalah 26 teo

Upload: bbdroid

Post on 15-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pbl 26

TRANSCRIPT

Kata Pengantar

Metodologi Penelitian

Kerangka teori, kerangka konsep dan variabelAndreas Sudarmadi (10.2008.136)Claudia Merdiasi (10.2009.060)

D-2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana

Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510

E-mail: [email protected]

PENDAHULUANPenelitian adalah suatu usaha penyelidikan yang hati-hati dan secara teratur terhadap suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu kebenaran atau bukti kebenaran. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis dan logis. Pada penelitian kesehatan berorientasikan atau memfokuskan kegiatan pada masalah-masalah yang timbul dibidang kesehatan/kedokteran dan sistem kesehatan.Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu metode penelitian survei dan metode penelitian eksperimen. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian. Dalam survei penelitian dilakukan pada sebagian dari populasi ( sampel ), sedangkan penelitian eksperimen adalah peneliti melakukan percobaan terhadap variabel independennya. Langkah-langkah dalam penatalaksanaan survei yaitu menentukan tujuan penelitian, hipotesis, kerangka teori dan kerangka konsep, variabel, definisi operasional, desain penelitian, subjek penelitian, alat ukur, pengolahan data, kesimpulan dan laporan.1PEMBAHASAN

2.1Kerangka TeoriMenurut kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta, teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan asasasas, hukumhukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan; serta pendapat cara cara dan aturanaturan untuk melakukan sesuatu. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktorfaktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka Teori atau Kerangka Pikir atau Landasan Teori adalah kesimpulan dari Tinjauan Puskata yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Kerangka teori berisi prinsip-prinsip teori yang memengaruhi dalam pembahasan. Prinsip-prinsip teori itu berguna untuk membantu gambaran langkah dan arah kerja. Kerangka teori itu harus dapat menggambarkan tata kerja teori. Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil dan proposisi. Secara defenitif, teori harus berlandaskan fakta empiris karena tuijuan utamanya adalah menjelaskan dan memprediksikan kenyataan atau realitas. Suatu penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan si peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti.1,2,3Teori memberikan konstribusi terhadap penilitian antara lain:

teori meningkatkan keberhasilan penelitian karena teori dapat menghubungkan penemuan-penemuan yang nampaknya bebeda- beda kedalam suatu keseluruhan serta memperjelas proses-proses yang terjadi didalamnya.

Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan-hubungan yang diamati dalam suatu penelitian. Teori dapat memandu penelitian sehingga penelitian yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan.42.2Kerangka konsepDari hasil kerangka teori serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah yang bervariasi.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebuh harus dijabarkan ke vriabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur. Kerangka konsep penelitian ini di diperlukan agar memperoleh gmbaran secara jelas ke arah mana penelitian dapatberjalan, atau data apa yang dikumpulkaan.

Contoh: sehat adalah suatu konsep, isilah ini mengungkapkan sejumlah observasi tentang hal-hal atau gejala yangmencerminkan kerangka keragaman kondisi kesehatan seorang. Untuk mengetahui apakah seseoraang itu sehat atau tidak sehat maka pengukuran konsep sehat tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel, misalnya tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, kolesterol, gula darah dan sebagainya. Tekanan darah, denyut nadi, Hb dan sebagainya ini adalah variabel-varibel yang digunakan untuk mengukur atau mengoservasi apakah seorang tersebutsehat atau tidak sehat.

Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi keluarga misalnya harus melalui variabel tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluaraga dan sebagainya. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yangt ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan ke pada tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yang telah di sajikan dalam tinjauan kepustakaan sebelumnya. Dengan perkataan lain kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitia tersebut. Oleh sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisis hasil penelitian.1,4,52.3 Variabel penelitianVariabel didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lain. Yang dimaksud dengan variabel adalah karakteristik suatu subyek, bukan subyek atau bendanya sendiri. Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Misalnya badan, sosial, ekonomi, mahasiswa dan sebagainya.Selanjutnya konsep ini dapat diubah menjadi variabel dengan cara memusatkan aspek tertentu. Misalnya:

a. Badan (konsep) ( berat badan, tinggi badan (variabel)b. Mahasiswa ( konsep) ( jenis kelamin mahasiswa, umur mahasiswa, prestasi mahasiswa (variabel).

c. Darah (konsep) ( tekanan darah.1,5,6Berdasarkan sifatnya variabel dapat dibedakan menjadi:

a. variabel kontinu

variabel yang dapat ditentukan nilainya dengan jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas. Misalnya berat badan, tinggi badan, pendapatan dan sebagainya. Misalnya seorang anak mempunyai tinggi 1,47 meter dengan berat badan 54,25 kilogram.1,4b. variabel deskrit

konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal. Variabel ini sering juga dinyatakan sebagai kategori.jika mempunyai dua kategori dinamakan variabel dikotomi. Misalnya jenis kelamin, terdiri dari dari laki-laki atau perempuan. Status perkawinan, sudah menikah dan belum menikah. Jika ada lebih dari dua kategori disebut juga vriabel politomi. Tingkat pendidikan adalah variabel politomi, bisa SD, SMP, SMA, perguruan tinggi dan sebagainya. Jumlah anak hanya bisa: 3,4 atau 10. tidak mungkin ada jumlah anak 4,4 dan sebagainya.1,4,6Berdasarkan hubungan fungsional atau perannya variabel dibedakan menjadi:

1. Variabel tunggal

Variabel ini berdiri sendiri, tidak ada variabel lain yang mendampingi. Variabel tunggal seperti ini digunakan pada penelitian deskriptif sebagai contoh penelitian tentang lama rawat pasien post sectio di RS jakarta memiliki variabel tunggal yaitu lama hari rawat.12. Variabel bebas dan variabel tergantungYang dimaksud dengan variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain; variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas ini disebut sebagai variabel tergantung. Dengan perkataan lain independent variable merupakan variabel risiko atau sebab, dan dependent variable merupakan variabel akibat atau efek.Contoh:

1. pemberian obat A menyebabkan penurunan tekanan darah

2. perbedaan kadar kolesterol pada siswa lelaki dan perempuan.

Pada contoh pertama pemakaian obat A merupakan variabel bebas, sedangkan tekanan darah adalah variabel tergantung. Dalam contoh kedua, kadar kolesterol serum adalah variabel tergantung, sedangkan jenis kelamin merupakan variabel bebas.

Dalam hubungan antar-variabel perlu dipahami bahwa satu jenis variabel dapat berfungsi berbeda, bergantung kepada konteks penelitian. Misalnya dalam penelitian tentang faktor resiko terjadinya hipertensi, hipertensi merupakan variabel tergantung ( dengan variabel bebas atau risiko misalnya faktor keturunan, konsumsi garam, merokok,kegemukan, kebiasaan olahraga dan lain-lain). Akan tetapi dalam penelitian tentang penyebab kematian pada manula, hipertensi merupakan salah satu variabel bebas sedangkan variabel tergantung adalah kematian. Perlu ditekankan bahwa meskipun namanya variabel bebas -tergantung atau variabel prediktor-efek atau kausa outcome namun perlu diingat bahwa terdapatnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung tidak selalu merupakan hubungan sebab-akibat.53. Variabel perancu( confounding ) Variabel perancu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel antara. Identifikasi variabel perancu ini amat penting oleh karena bila tidak, ia dapat membawa kita kesimpulan yang salah misalnya disimpulkan tidak ada hubungan antar variabel padahal sebenarnnya hubungan tersebut tidak ada atau sebaliknya, disimpulkan tidak ada hubungan padahal sebenarnya hubungan tersebut ada. Variabel pengganggu dapat terjadi dengan dua cara yaitu membuat suatu perbedaan tersebut tidak ada atau menyembunyikan suatu perbedaan yang sebenarnya ada.

Sebagai contoh kita tinjau penelitian yang mencari hubungan antara kebiasaan minum kopi dan kejadian penyakit jantung koroner; peneliti ingin menguji hipotesis bahwa PJK lebih sering terjadi pada peminum kopi. Disini yang bertidak sebagai variabel bebas adalah kebiaaan minum kopi dan variabel tergantungnya adalah variabel perancu, oleh karena kebiasaan minum kopi berhubungan dengan kebiasaan merokok; perokok lebih sering minum kopi daripada bukan perokok.

Kebiasaan merokok diketahui berhubungn dengan PJK.

Jadi kebiasaan merokok memenuhi syarat sebagai perancu oleh karena ia mempunyai hubungan dengan kebiasaan minum kopi dengan kejadian PJK. Apabila kebiasaan merokok ini tidak diindentifikasi, mungkin akan ditemukan hubungan positif antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian PJK, misalnya diperoleh data bahwa subyek yang gemar minum kopi lebih banyak yang menderita PJK dibanding dengan subyek yang tidak gemar minum kopi dengan kejadian PJK, namun ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan PJK; perokok banyak yang minum kopi, jadi seolah-olah kebiasaan minum kopi berhubungan dengan kejadian PJK, namun ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan PJK; perokok banyak yang minum kopi, jadi seolah-olah kebiasaan minum kopi berhubungan dengan kejadian PJK.4,54. variabel intervening

Variabel ini berada ditengah antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas secara langsung dan sisi lain variabel ini mempengaruhi variabel terikat. Sebagai dan disisi lain variabel ini mempengaruhi variabel terikat. Sebagai contoh variabel ini pada penelitian tentang hubungan antara pola mkan dan kadar Hb ibu hamil dipengaruhi pola makannya dan kadar Hb akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.35. variabel pendahulu ( eksternus)Variabel ini ada atau terjadi mendahului dua variabel yang saling berhubungan tersebut menjadi tidak ada. Sebagai contoh dari sebuah penelitian di instalasi gawat darurat RS cipto mangunkusumo jakarta disimpulkan bahwa kejadian KPD lebih banyak terjadi pada primigravida dibandingkan multigravida. Benarkah demikian? Terkesan primigravida lebih beresiko dibangdingkan multigravida. Tetapi setelah dimasukkan variabel eksternus yaitu aktivitas sehari-hari. Hasilnya multigravida lebih berhati-hati dalam beraktivitas dibandingkan primigravida. Jadi yang berpengaruh besar pada kejadian KPD bukan status gravida tetapi bagaimana aktivitas sehari-hari dilakukan.1,36. variabel aktif

Variabel yang dimanipulaasi oleh peneliti dinamakan variabel aktif. Jika seorang peneliti memanipulasikan metode mengajar, cara menghukum, adalah variabel-variabel aktif, karena variabel ini dapat dimanipulasikan.

7. variabel atribut

Ada juga variabel-variabel yang tidak bisa dimanipulasikan. Variabel demikiandinamakan variabel atribut. Variabel-variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap dan sebagainya.4Ditinjau dari segi korelasi antar variabel dalam penelitian, terdapat beberapa bentuk korelasi antara lain:

1. Korelasi simetris, yaitu terjadi apabila antar dua variabel ada hubungan, tetapi tidak ada mekanisme saling mempengaruhi, masing-masing bersifat mandiri. Contohnya hubungan antara tinggi dan berat badan, merupakan variabel tergantung dari variabel bebas pertumbuhan.2. Korelasi asimetris, ialah korelasi antar dua variabel dengan satu variabel (bebas bersifat mempengaruhi varibel yang lain (terikat). Contoh: tingginya kadar lipoprotein berat jenis rendah (Low density lipoprotein) dalam darah akan mengakibatkan aterosklerosis.3. Korelasi timbal balik, korelasi antar dua variabel yang atar keduanya saling mempengaruhi. Contoh: korelasi antara malnutrisi dengan malabsorbsi. Malabsorbsi akan mengakibatkan malnutrisi, sementara malnutrisi mengakibatkan atropi selaput lendir usus yang mengakibatkan malabsorbsi.7Pada variabel dapat berskala kategorikal ( yang dibagi menjadi skala nominal dan ordinal) dan skala numerik ( yang dapat dibedakan menjadi skala interval dan rasio). Pembagian jenis variabel ini tidak hanya penting dalam proses melakukan pengukuran tetapi juga dalam analisis data.

1. Skala pengukuran pada variabel kategorikal ada dua yaitu skala nominal dan skala ordinal.

a) Skala NominalPengukuran paling lemah tingkatannya, terjadi apabila bilangan atau lambang-lambang-lambang lain digunakan untuk mengkalsifikasikan obyek pengamatan.

Misal : Jenis kelamin, hanya membedakan laki-laki dan perempuan tanpa melihat tingkatan atau urutan tertentu.4,5b) Skala OrdinalPengukuran ini tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (rangking). Jadi dari kelompok yang sudah ditentukan dapat diurutkan menurut besar kecilnya. Dengan kata lain, data skala ordina mempunyai urutan kategori yang bermakna, tetapi tidak ada jarak yang terukur diantara kategori.

Misal: Tingkat pendidikan.4,5,62. variabel dengan skala pengukuran numerik umumnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Skala pengukuran pada variabel numerik ada dua yaitu skala interval dan ratio.

a) Skala IntervalKalau di dalam skala ordinal kita hanya dapat menentukan urutan dari kelompok maka di dalam skala interval selain membagi objek menjadi kelompok tertentu dan dapat diurutkan juga dapat ditentukan jarak dari urutan kelompok tersebut dan tidak mempunyai titik nol absolut.

Misal: Suhu normal badan Andi biasanya 32 0C. Ketika dia menderita demam, suhu tubuhnya menjadi 37 0C. Berarti suhu Andi lebih panas 50C daripada suhu normal. Nol derajat celcius bukan 0 absolut, artinya walaupun nilainya 0 bukan berarti suhu menjadi normal, tetapi tetap ada nilainya. Tetapi jika suhu tubuh dalam skala Kelvin (0K), termasuk dalam skala rasio karena memiliki 0 absolut/mutlak.4,5b) Skala RasioDengan skala rasio kita dapat mengelompokkan data, kelompok itu pun dapat diurutkan dan jarak antara urutan pun dapat ditentukan. Selain itu, sifat lain untuk data dengan skala rasio kelompok tersebut dapat diperbandingkan (ratio). Hal ini disebabkan karena skala rasio mempunyai titik nol mutlak.

Misal : Usia Responden pada penelitian.1,4,5SKALA PENGUKURAN

KATEGORIKAL/KUALITATIF/DIKONTINYUNUMERIK/NON KATEGORIKAL/KUANTITATIF/KONTINYU

Nominal

Jenis kelamin

Golongan darah

Status Pernikahan

Agama

Kota

Rasio

Berat badan

Umur

Tinggi badan

Kadar gula darah

Kadar kolesterol

Lama tinggal di suatu kota

Ordinal

Tingkat pendidikan

Klasifikasi kadar kolesterol

Sikap

Tingkat Pengetahuan

Derajat Keganasan Kanker

Tingkat Kesembuhan

Interval

Suhu badan (oC)

Tingkat Kecerdasan (IQ)

Tabel 1. Skala pengukuran variabel2.4 Desain Penelitian Jenis penelitian surveyy yang biasa dikenal adalah suvey deskriptip yang disebut juga sebagai explanatory study atau studi menjelajah dan survey analitik atau explanatory study.

Survei Deskriptip

Survei ini diarahkan untuk menjelaskan atau menguraikan keadaan dalam suatu komunitas atau masyarakat. Misalnya, prevalensi karies gigi untuk golongan umur 8 tahun di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tahun 1999 adalah 60% dengan tingkat keparahan sedang. Disini ada informasi mengenai apa,dimana, dan kapan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau how.

Survei deskriptif umumnya digunakan untuk menelaah gejala atau masalah yang sedang hangat dialami, menelaah kasus yang ingin dijelskan secara tepat, melihat insidens atau prevalesni penyakit tertentu guna perencanaan program pelayanan kesehatan.

urutan langkap penelitian deskriptif adalah

1. Memilih masalah yang akan diteliti

2. Merumuskan dan membuat batasan masalah yang akan diteliti, dan berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi dan teori yang diapaki sebagai dasar menyusun konsep penelitian.

3. Merumuskan dan memilih alat ukur dan teknik pengumpulan data.

4. Menentukan kriteria atau kategori untuk klasifikasi data.

5. Mengadakan kalibrasi untuk menghindari bias antar-peneliti bila peneliti lebih dari satu orang, selanjutnya uji coba alat ukur dan keabsahan alat ukur tersebut.

6. Melaksanakan pengumpulan data.

7. mengolah dan menganalisis data.

8. menyimpulkan dan menjelaskan hasil penelitian dalam laporan penelitian

Survei yang bersifat analitik

survei ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana atau how dan mengapa atau wht karena penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapanya suatu keadaan. Misalnya, Mengapa masyarakat Kampung Ambon kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi di balai kesehatan Masyarakat FKUI? Mengapa anak-anak sekolah dasar negeri kebersihan giginya buruk? Di sini peneliti mencoba menjelaskan. Survey analitik terdiri atas:

a. Penelitian potong-lintang atau cross sectional study

Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor-faktor resiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau efeknya di observasi pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat diobservasi.

Bagan 1.1 Skema penelitian potong lintang

besar rasio prevalensi dengan potongan lintanng adalah :

(rumus Rp=)

angka rasio prevalensi memberi gambaran tentang prevalensi suatu penyakit di dalam populasi yang berkaitan dengan faktor risiko yang dipelajari atau yang timbul akibat faktor-faktor resiko tertentu.

Langkah-langkah penelitian potong lintang adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dengan memilah antara faktor resiko dan yang termasuk dampak serta faktor risiko yang tidak dipelajari dampaknya untuk mengendalikan pengaruhnya. Misalnya, antara variabel gizi anak, kebiasaan mengisap ibu jari, dan kebiasaan bernapas melalui mulut dihubungkan dengan prognati dan maloklusi gigi.

2. Setelah variabel teridentifikasi, dilakukan penelitian kembali untuk mengetahui apakah masih ada variabel luar yang mungkin berpengaruh atau berhubungan dengan variabel yang telah teridentifikasi. Juga diteliti apakah pengaruhnta dapat dikontrol. Bila tidak dapat dikontrol, model yang telah ditetapkan perlu dirancang ulang. selanjutnya apakah subyek penelitian sudah sesuai dengan tujuan penelitian ? apakah seluruh populasi diambil sebagai sampel atau hanya sebagian saja? apabila populasi terlalu besar, perlu dihitung besarnya sampel dengan rumus, antara lain:

Rumus ini untuk populasi besar, yaitu lebih dari 10.000 subyek penelitian.

pxq

apabila populasi subyek penelitian kurang dari 10.000 maka rumus yang dipakai :

3. Menetapkan subyek penelitian dengan memperhatikan atau mengusahakan variabilitas, yaitu dengan cara memaksimalkan variabilitas faktor resiko yang dipelajari dan meminimalkan variabilitas faktor resiko yang tidak dipelajari.

4. melaksanakan analisi hubungan atau perbedaan proporsi antar-kelompok hasil observasi.

keterbatasan penelitian potong lintang adalah :

1. Dibutuhkan subyek penelitian yang relatif besar atau banyak dengan asumsi variabel bebas yang berpengaruh cukup banyak.

2. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara tepat.

3. Faktor-faktor resiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan mempengaruhi hasil penelitian.

4. nilai prognosanya atau prediksinya lemah atau kurang tepat.

5. korelasi faktor resiko dengan dampaknya adalah paling lemah bila dibandingkan dengan rancangan penelitian yang lainnya.

6. kesimpulan hasil penelitian berkaitan dengan kekuatan rancangan yang disusun sangat berpengaruh, umumnya kekuatan rancangan yang baik adalah sekitar 40% artinya hanya sebesar 40% variabe bebas atau faktor resiko mampu menjelaskan variabel terikat atau dampak, sisanya yaitu 60% tidak mampu dijelaskan dengan model yang dibuat.

Rancangan penelitian kasus-kontrol

Rancangan penelitian ini ada yang menyebutnya sebagai studi retrospektif, meskipun istilah ini kurang tepat. Penelitian ini berusaha melihat ke belakang, yaitu data digali dari dampak (efeknya) atau akibat yang terjadi. Kemudia dari dampak tersebut ditelusuri variabel-variabel penyebabnya atau variabel yang mempengaruhinya. penelitian epidemiologi kasus kontrol ini hasil korelasinya lebih tajam dan mendalam bila dibandingkan dengan rancangan penelitian potong-lintang, sebab menggunakan subyek kontrol atau subyek dengan dampak positif dicarikan kontrolnya dan subyek dengan dampak negatif juga dicari kontrolnya. kemudia variabel penyebab atau yang berpengaruh ditelusuri lebih dulu, baru kemudian faktor resiko atau variabel yang berpengaruh diamati secara retrospektif.

keuntungan rancangan kasus kontrol dibanding rancangan potong lintang, kasus kontrol mempunyai kelebihan, yaitu variabel bebasnya atau faktor resiko dapat dibatasi, justru keterbatasan jumlah faktor risiko akan meningkatkan potensi rancangan. selain itu tingkat keabsahan rancangan kasus kontrol lebih tinggi, untuk mempelajari perkembangan atau etiologi penyakit. yang dimaksud dengan matching adalah pemilihan subyekkontrol dengan karakteristik semirip mungkin dengan kasus. hal ini penting untuk mengendalikan faktor resiko yang perlu dikendalikan misalnya karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan yang dapat atau dikehendaki untuk dikendalikan.

Tahap pertama :mengindentifikasi variable dependen (efek) dan variable-variabel independen (factor risiko) variable dependen : malnutrisi variable independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan. variable independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dsb. Tahap kedua :menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek penelitian di sini adalah pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini. Tahap ketiga :mengindentifikasikan kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi. Yang dimaksud kasus di sini adalah anak balita yang memenuhi criteria malnutrisi yang telah ditetapkan. Misalnya berat per umumnya kurang dari 75% standar Havard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan. Tahap keempat :pemilihan subjek sebagai control, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita mereka. Pemilihan control hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya cirri-ciri masyarakatnya, social ekonominya, letak geografis dsb. Pada kenyataannya memang sulit untuk memilih kelompok control yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar cirri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap mewakili. Tahap kelima: melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus (anak balita yang malnutrisi) itu diukur atau dinyatakan kepada ibunya dengan ,menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan makanan kepada anaknya.Recalldisini maksudnya menanyakan kepada ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita selama periode tertentu. Biasanya menggunakan metode 24 jam (24 hours recall). Tahap keenam: melakukan engolahan dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepadsa anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok control. Dari sini akan diperoleh bukti atau tidak adanya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.Kelebihan Rancangan PenelitianCase Controla. Adanya kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan kelompok controlb.Adanya pambatasan atau pengndalian factor resiko sehingga hasil penilitian lebih tajam disbanding dengan hasil rancangancross sectionalc.Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen ataucohortd. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis) Kekurangan Rancangan PenelitianCase Controla. Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,b. Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikanc. Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan.Penelitian kohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor resiko dengan efek (penyakit). Faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek yaitu penyakit atau salah satu indicator status kesehatan. Contoh klasik studi kohort adalah Framingham Heart Study.

Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey prospektif meskipun sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan dampak atau efek suatu penyakit.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan longitudinal ke depan, dengan mengkaji dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor risiko, kemudian dinamikanya diikuti atau diamati sehingga timbul suatu efek atau penyakit.

Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan subyek yang mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan faktor risiko negative (kelompok kontrol).Kelebihan penelitianKohort :

a.Dapat membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor risiko positif dan subyek dari kelompok control sejak awal penelitian.

b.Secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari waktu ke waktu.

c.Keseragaman observasi terhadap faktor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.

Kekurangan penelitianKohort :

a.Memerlukan waktu penelitian yang relative cukup lama.

b.Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit.

c.Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out sehingga mengurangi ketepatan dan kecukupan data untuk dianalisis.

d.Menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek yang diamati sampai terjadinya efek, menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek.

Contoh penelitian retrospektif kohort: penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa energy yang dihasilkan oleh video display terminal (VDTs) dimungkinkan dapat menybabkan keguguran secara spontan.referensi (Budiharto. metodologi penelitian kesehatan gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.h.1-47.)

2.5 Konsep Penelitian Tuberkulosis Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Definisi Konsep : 1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB Paru yang membedakan seseorang dengan lainnya, meliputi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan pengetahuan. 2. Motivasi adalah suatu perasaan, pikiran dan dorongan atau daya penggerak yang berasal dari dalam diri penderita TB Paru maupun yang berasal dari kekuatan di luar pribadi penderita yang menyebabkan kepatuhan berobat penderita TB Paru, meliputi : dukungan keluarga, peran PMO, dorongan petugas, dan rasa tanggung jawab. 3. Kepatuhan berobat penderita TB Paru adalah ketaatan penderita TB Paru dalam menelan obat pada tahap intensif sesuai jadwal yang ditentukan yaitu selama 2 bulan dan menaati segala nasihat dari petugas kesehatan.2.6 Usulan Penelitian TBC Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien TBC dalam meminum obat serta efektivitas dari PMO dan program wajib puskesmas di wilayah K. 2.7 Tuberkulosis

Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati, tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.

Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi). Keringat banyak malam hari, kedinginan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tuberkulosis menurut Alsagaff (2001) adalah adanya sumber infeksi (sering kontak dengan penderita), penurunan daya tahan tubuh (pasien infeksi HIV, pengguna obat-obat terlarang atau alkohol), faktor lingkungan (pemukiman yang penuh, kumuh), virulensi tinggi dan jumlah basil banyak (perilaku buang dahak sembarangan), faktor imunologis, faktor psikologis, dan kelompok sosio ekonomi rendah (nutrisi dan sebagainya).

Penatalaksanaan TBC meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penatalasanaan secara promotif yaitu Peningkatan kesehatan diberikan pada individu dan keluarga baik yang kontak dengan penderita TBC maupun tidak, adapun cara-cara untuk meningkatkan kesehatan terkait dengan TBC meliputi hal-hal : menghindari factor resiko, mengelola stress, menjaga kebersihan diri (Personal higiene), nutrisi yang seimbang, imunisasi, pemeriksaan rutin (laboratorium).

Pengetahuan penderita TBC dan keluarga pada tingkatan tahu adalah mengingat penyebab kambuhnya batuk, tertarik menjadi tahu setelah melihat iklan obat batuk dan dengan obat batuk tersebut gejala batuk bisa reda. Contoh dari pengetahuan tingkat kedua (memahami) adalah mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit TBC, ataupun penyakit lainya. Pengetahuan yang terkait pada aplikasi misalnya adalah seorang penderita atau keluarga yang mampu memilih berobat secara rutin ke puskesmas atau Balai Paru untuk pengobatan sakit TBC.

2.7.1 Epidemiologi Di Negara industri diseluruh dunia ,angka kesakitan dan kematian akibat penyakit TBC menunjukkan penurunan. Tetapi sejak tahun 1980an,grafik menetap dan meningkat di daerah dengna prevalensi HIV tinggi. Morbiditias tinggi biasanya terdapat pada kelompok masyarakat dengan social ekonomi rendah dan prevalensinya lebih tinggi pada daerah perkotaan daripada pedesaan.

Menurut hasil SKRT (survei kesehatan rumah tangga) tahun 1986 ,penyakit tuberculosis di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-3 dan menduduki urutan ke-10 penyakit terbanyak di masyarakat. SKRT tahun 1992 menunjukkan jumlah penderita penyakit tuberculosis semakin meningkat dan menyebabkan kematian terbanyak yaitu pada urutan kedua. Pada tahun 1999 di Jawa Tengah, penyakit tuberculosis menduduki urutan ke-6 dari 10 penyakit rawat jalan di rumah sakit, sedangkan menurut SURKERNAS 2001, TBC menempati urutan ke-3 penyebab kematian (9,4%).

WHO memperikrakan terjadi kasus TBC sebanyak 9 juta per tahun di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang per tahun.Dari seluruh kematian tersebut, 25% terjadi di Negara berkembang. Sebanyak 75% dari penderita berusia 15-50 tahun (usia produktif). WHO menduga kasus TBC di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan India. Prevalensi TBC secara pasti belum diketahui. Asumsi prevalensi BTA(+) di Indonesia adalah 130 per 100.000 penduduk. WHO menyatakan 22 negara dengan beban TBC tertinggi di dunia 50% nya berasal dari Negara Negara Afrika dan Asia serta Amerika. Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai merambah tidak hanya pada golongan social ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TBC sebesar adalah usia 25-34 tahun (23,67%). Gambaran di seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengna bertambahnya umur dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita laki laki lebih banyak daripada wanita. Laporan dari seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TBC BTA+ terdapat 43.249 laki-laki (56,79%) dan 32,936 perempuan(43,21%).1,2Anak yang pernah terinfeksi TBC mempunyai risio menderita penyakit ini sepanjang hidupnya sebesar 10%. Di Amerika Serikat dan Kanada, peningkatan TB pada anak berusia 0-4 tahun adalah 19%,sedangkan pada usia 5-15 tahun adalah 40%. Pada tahun 1998-2002 dari jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah Sakit Pusat Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun adalah penyandang TB dengan angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%) sedangkan untuk bayi