makalah 5

29
DAFTAR ISI Daftar Isi 1 BAB I : Pendahuluan 2 BAB II : Laporan Kasus 3 BAB III : Pembahasan 3.1 Informasi Pasien 5 3.2 Alur Berpikir Pengkajian Masalah dan Anamnesis 7 3.3 Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan 11 3.4 Ringkasan Penemuan 11 3.5 Diagnosis 13 3.6 Diagnosis banding 13 3.7 Rencana Penatalaksanaan 14 3.8 Prognosis 15 1

Upload: heidiangelika

Post on 30-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

me

TRANSCRIPT

Page 1: makalah 5

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

BAB I : Pendahuluan 2

BAB II : Laporan Kasus 3

BAB III : Pembahasan

3.1 Informasi Pasien 5

3.2 Alur Berpikir Pengkajian Masalah dan Anamnesis 7

3.3 Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan 11

3.4 Ringkasan Penemuan 11

3.5 Diagnosis 13

3.6 Diagnosis banding 13

3.7 Rencana Penatalaksanaan 14

3.8 Prognosis 15

BAB IV : Tinjauan Pustaka

4.1 Gangguan panik 16

4.2 Gangguan anxietas fobik 17

BAB V : Kesimpulan 20

Daftar Pustaka 21

1

Page 2: makalah 5

BAB I

PENDAHULUAN

Diskusi kasus keempat Modul Organ Mental Emosional berjudul

“GangguanPanik” terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dilaksanakan pada hari Kamis,

16 Mei 2013 pukul 13.00 – 15.00 WIB diketuaio lehRyan Fernandi dan sekretaris Nadya

Zahra, serta tutor dr. Hartanto Gondoyuwono, Sp.KJ, AR., bertempat di Ruang 708B

lantai 7 Fakultas Kedokteran Trisakti. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sesi kedua yang

jatuh pada hari Senin, 20 Mei 2013 pukul 08.00 – 10.00 WIB dengan diketuai oleh Runy

OctaviantyP ongsitanan dan sekretaris Vanessa Modi Alverina, yang juga ditutorkan oleh

dr. Hartanto Gondoyuwono, Sp.KJ, AR., bertempat di Ruang 708B lantai 7 Fakultas

Kedokteran Trisakti.

Berikut merupakan soal serta pembahasan yang mencakup; anamnesis, status

mental, pemeriksaanfisik, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, hingga kepada

prognosis pasien tersebut dijabarkan secara sistematis.

2

Page 3: makalah 5

BAB II

LAPORAN KASUS

Sesi I

Skenario 1

Seorang laki-laki Tn. J umur 45 tahun, dosen perguruan tinggi swasta mengeluh

tiba-tiba nyeri dada, merasa sesak, jantung berdebar-debar, cemas, rasa kesemutan,

keringat dingin dan kadang disertai pusing

Skenario 2

Sebenarnya keluhan semacam itu sudah dialami Tn. J sejak 6 bulan yang lalu.

Semula ia berobat ke dokter ahli penyakit dalam, namun tidak ditemukan kelainan

apapun, termasuk pada jantungnya. Tn. J menjadi penasaran, karena dokter mengatakan

kondisi fisiknya sehat-sehat saja, sementara ia merasakan sakit yang begitu berat seperti

serangan jantung.

Skenario 3

Dengan keluhan fisik yang dialaminya mengakibatkan aktivitas sehari-hari

sebagai dosen agak terganggu. Bila tiba-tiba keluhan fisik itu muncul saat ia mengajar di

kelas, maka seketika itu pula ia menjadi kebingungan dan timbul rasa takut. Selanjutnya

ia hanya bisa duduk dan melanjutkan kuliah sambil duduk.

Selama keluhan fisik berlangsung biasanya timbul perasaan takut mati, takut

kehilangan kendali. Biasanya kejadian itu berlangsung beberapa menit dan terkadang satu

jam. Timbul kekuatiran mengalami serangan yang sama sehingga mengakibatkan rasa

tidak nyaman, kuatir dan waswas. Diluar serangan Tn. J relative tenang dan beraktifitas

seperti biasa.

3

Page 4: makalah 5

Sesi 2

Skenario 1

Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan:

Hb 14%, Leukosit 6500/mm, Trombosit 200.000/mm3, Hitung jenis leukosit: batang

12%, segmen 50%, limfosit 37%, monosit 1%, Cholesterol total 200 mg/dL, HDL 50

mg/dL, Trigliserid 187 mg/dL, ureum 30 mg%, Kreatinin 0,97 mg%, Asamurat 4,4 mg%.

Urine: tak ada kelainan.

Foto thorax: tidak ditemukan kelainan pada jantung dan paru

EKG: normal

Skenario 2

Tn. J merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Ia seorang yang serba rapi, serba

teratur dan terjadwal. Ia memiliki banyak teman dan aktif dalam organisasi. Ia sudah

menikah dan mempunyai 3 orang anak dan hidup berkecukupan.

Ny. Ira, ibunda Tn. J pernah mengalami keluhan yang sama. Bahkan kondisinya

lebih parah. Berawal dari suatu kondisi fisik yang terjadi secara tiba-tiba saat ia sedang

berbelanja sendiri di supermarket, berupa sesak napas, seperti tercekik dan jantung

berdebar-debar kencang. Semula nyonya Ira mengira ia terkena serangan jantung. Ia

menjadi takut bila harus berada di tengah keramaian tanpa ada orang yang dikenalnya

membantu. Selanjutnya bila ingin bepergian ia meminta anaknya untuk menemani.

Lebih nyaman baginya berada dalam rumah di tengah-temgah orang yang dikenalnya

dengan baik.

Skenario 3

Sebenarnya Tn. J sangat kaget ketika diminta berkonsultasi ke Bagian Psikiatri. Ia

merasa dirinya secara psikologis sehat, kecuali keluhan fisik. Dokter juga mengingatkan

tentang pola hidup sehat, seperti mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok (6

batang sehari). Demikian dengan kebiasaan minum kopi atau minuman berenergi yang

porsinya meningkat bila sedang menyelesaikan tugas hingga larutm alam. Sudah lama

juga ia tidak berolahraga jalan kaki

4

Page 5: makalah 5

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 INFORMASI LENGKAP PASIEN

Identitas pasien :

Nama : Tn.J

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Pendidikan : -

Agama : -

Suku Bangsa : -

Pekerjaan : Dosen

Status Pernikahan : Menikah

Datang diantar oleh : -

ANAMNESIS

Riwayat Psikiatri

Dari anamnesis didapatkan :

Keluhan Utama :

Tiba – tiba nyeri dada, merasa sesak, jantung berdebar – debar, cemas, rasa kesemuatan , keringat

dingin dan kadang disertai pusing

Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluhan semacam itu sudah dialami sejak 6 bulan yang lalu

Berobat ke dokter ahli penyakit dalam, namun tidak ditemukan kelainan apapun,

termasuk pada jantungnya

Keluhan fisik yang dialaminya mengakibatkan aktivitas sehari-hari sebagai dosen agak

terganggu

Bila tiba-tiba keluhan fisik itu muncul saat ia mengajar di kelas, maka

seketika itu pula ia menjadi kebingungan dan timbul rasa takut,

selanjutnya ia hanya bisa duduk dan melanjutkan kuliah sambil duduk.

Timbul perasaan takut mati, takut kehilangan kendali, biasanya kejadian

itu berlangsung beberapa menit dan terkadang satu jam, timbul kekuatiran

5

Page 6: makalah 5

mengalami serangan yang sama sehingga mengakibatkan rasa tidak

nyaman, kuatir dan waswas

Riwayat Kehidupan Pribadi :

Ia seorang yang serba rapi, serba teratur dan terjadwal.

Ia memiliki banyak teman dan aktif dalam organisasi.

Ia sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak dan hidup berkecukupan.

Riwayat Keluarga :

Tn. J merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara

Ny. Ira, ibunda Tn. J pernah mengalami keluhan yang sama. Bahkan

kondisinya lebih parah. Berawal dari suatu kondisi fisik yang terjadi

secara tiba-tiba saat ia sedang berbelanja sendiri di supermarket, berupa

sesak napas, seperti tercekik dan jantung berdebar-debar kencang. Semula

nyonya Ira mengira ia terkena serangan jantung. Ia menjadi takut bila

harus berada di tengah keramaian tanpa ada orang yang dikenalnya

membantu. Selanjutnya bila ingin bepergian ia meminta anaknya untuk

menemani. Lebih nyaman baginya berada dalam rumah di tengah-temgah

orang yang dikenalnya dengan baik.

3.2 ALUR BERPIKIR P ENGKAJIAN MASALAH DISERTAI ANAMNESIS

TAMBAHAN

Daftar masalah Identifikasi masalahMengeluh tiba – tiba nyeri dada, merasa

sesak, jantung berdebar – debar, cemas,

rasa kesemutan, keringat dingin dan

Kelainan organik: angina pectoris, asthma,

alergi

6

Page 7: makalah 5

kadang disertai pusing Kelainan psikis: gangguan anxietas fobik,

gangguan panik, gangguan cemas

menyeluruh

Anamnesis Tambahan

- Apakah ada keluhan lainnya seperti demam, mual, muntah?

- Gejala-gejala tersebut muncul sejak kapan?

- Apakah yang dapat memperberat dan memperingan gejala tersebut?

- Apakah gejala tersebut timbul ketika sedang melakukan aktifitas berat?

- Apakah pasien sedang mempunyai masalah yang serius?

- Bagaimana sifat dari nyeri dadanya? Apakah nyeri tersebut menyalar ke bagian tubuh yang lain?

- Apakah pasien sudah ke dokter sebelumnya? Atau apakah pasien meminum obat untuk mengatasi

gejal-gejala tersebut? Jika iya, jenis obat yang diminum oleh pasien?

- Berapa lama frekuensi nyeri dada tersebut timbul?

- Dibagian mana saja rasa kesemutan yang pasien rasakan?

- Apakah sebelumnya pernah terjadi hal yang sama

Keluhan sudah dialami sejak 6 bulan yang

lalu

Berobat ke dokter ahli penyakit dalam,

namun tidak ditemukan kelainan apapun

termasuk pada jantungnya

Keluhan sudah berlangsung kronis dan

terjadi berulang kali

Tidak ada kelainan organik yang mendasari

keluhan pasien → mengarah ke kelainan

psikis

Anamnesis Tambahan

- Adakah faktor-faktor tertentu yang mencetuskan terjadinya gejala?

- Frekuensi keluhan yang timbul dalam seminggu terjadi berapa kali?

- Pemeriksaan tambahan apa sajakah yang telah dilakukan oleh pasien?

- Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung?

- Apakah pasien memahami benar mengenai penyakit jantung?

- Apakah pasien sudah pernah ke psikiatri sebelumnya?

- Apakah gejala-gejala tersebut mengganggu kehidupan pasien?

- Apakah pasien sering mengalami kesulitan tidur?

- Apakah pasien telah melakukan second opinion ke dokter lain? Jika iya, bagaimana hasilnya?

- Selama timbulnya gejala, bagaimana cara pasien untuk meringankan gejala tersebut?

7

Page 8: makalah 5

- Bagaimana perasaan pasien jika keluhan tersebut muncul?

Akibat keluhan fisiknya aktifitas sehari –

hari pasien sebagai dosen agak terganggu,

bila tiba – tiba keluhan fisik itu muncul saat

ia mengajar di kelas, maka seketika itu pula

ia menjadi kebingunan dan timbul rasa

takut. Selanjutnya ia hanya bisa duduk dan

melanjutkan kuliah sambil dudukm timbul

perasaan takut mati, takut kehilangan

kendali, berlangsung beberapa menit dan

terkadang satu jam, kuatir mengalami

serangan yang sama sehingga

mengakibatkan rasa tidak nyaman, kuatir

dan waswas

Gangguan anxietas fobik, gangguan panik,

gangguan cemas menyeluruh

Ibunda pasien pernah mengalami keluhan

yang sama, bahkan kondisinya lebih parah

(berawal dari suatu kondisi fisik yang

terjadi secara tiba – tiba saat sedang

berbelanja sendiri di supermarket, berupa

sesak napas, seperti tercekik dan jantung

berdebar – debar kencang, menjadi takut

bila harus berada ditengah keramaian tanpa

ada orang yang dikenalnya membantu,

selanjutnya bila ingin berpergian aia

meminta anaknya untuk menemani, lebih

nyaman baginya berada dalam rumah

ditengah – tengah orang yang dikenalnya

baik)

Ibunda pasien mengalami gangguan

anxietas fobik → agorafobia

Ada faktor genetik yang mendasari keluhan

pasien

Anamnesis tambahan

Riwayat Penyakit Sekarang

8

Page 9: makalah 5

- Kapan terakhir kali timbul keluhan?

- Apakah keluahan-keluhan yang dirasa semakin hari semakin memberat?

- Apakah dengan keluhan-keluhan tersebut membuat perubahan pada sikap atau kepribadian

pasien?

- Apakah akhir-akhir ini pasien sering merasakan kecemasan yang berlebih?

- Selama keluhan timbul, obat apa yang diminum pasien?

- Bagaiman frekuensi nyeri kepalanya? Dan apakah nyeri kepala tersebut hanya setengah bagian

kepala saja?

Riwayat Penyakit Dahulu

- Apakah pasien mempunyai penyakit hipertensi atau jantung?

- Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami trauma?

- Apakah sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit? Jika iya, karena apa?

Riwayat Prenatal dan Perinatal

- Apakah pasien lahir normal atau cukup bulan?

- Apakah terdapat masalah kehamilan dan persalinan ibu pasien?

- Bagaimana keadaan emosional dan fisik ibu saat pasien lahir?

- Bagaimana interaksi antara pasien dan ibu pasien ketika balita?

- Apakah terdapat penyakit psikiatris pada orang tua yang mempengaruhi interaksi oarngtua-anak?

- Apakah ada orang lain yang merawat pasien selain ibu pasien?

- Apakah pasien menunjukan kecemasan akan perpisahan atau kecemasan terhadap orang asing

yang berlebih selama periode awal?

- Bagaimana hubungan antara saudara kandung sejak masih kecil?

- Bagaimana kepribadian pasien sejak kecil? Apakah pemalu, sering menarik diri, senang belajar,

overaktif?

- Bagaiman riwayat tumbuh kembang pasien seperti berjalan, berbicara, perkembangan bahasa,

motorik, dan sebagainya?

- Apakah pasien mendapat ASI yang cukup?

Riwayat Kehidupan Pasien

- Apakah pasien telah menikah dan mempunyai anak?

- Bagaimana hubungan pasien dengan orang tua, istri dan keluarga pasien?

- Apakah pasien senang bergaul?

- Bagaimana hubungan pasien dengan masyarakat dan lingkungan?

- Apakah pasien merokok, alcohol atau memakai obat-obatan?

- Bagaimana kehidupan beragama pasien?

- Bagaimana kepribadian pasien selama ini? Apakah pasien merasakan perubahan kepribadian?

9

Page 10: makalah 5

- Bagaimana riwayat pendidikan pasien?

- Apakah akhir-akhir ini terdapat masalah pada rumah tangga pasien atau pekerjaan?

- Apakah sebelumnya pasien pernah bekerja ditempat lain?

- Apakah pasien mempunyai masalah ekonomi?

- Apakah pasien pernah terlibat masalah hukum sebelumnya?

- Apakah pasien tinggal bersama orangtua atau mertua?

- Apakah pasien sering menceritakan masalah yang dihadapinya pada seseorang seperti ibu pasien

misalnya?

- Bagaimana pola asuh orang tua sejak pasien kecil?

- Bagaimana sikap keluarga terhadap keluhan-keluhan yang terjadi pada pasien?

Riwayat Keluarga

- Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi?

- Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit jantung?

- Apakah ada keluarga yang mempunyai riwayat gangguan jiwa? Jika ada, apakah tinggal bersama

pasien? Bagaimana hubungannya dengan pasien? Apakah sering berinteraksi?

Riwayat Pengobatan

- Jenis obat-obatan yang sering dikonsumsi oleh pasien? Apakah meringankan gejala-gejala pada

pasien?

- Apakah pasien mempunyai alergi terhadap obat-obatan tertentu?

3.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUTAN

Hb 14%, leukosit 6.500/mm3, trombosit

200.000/mm3, hitung jenis leukosit: batang

12%, segmen 50%, limfosit 37%, monosit

1%, kolesterol total 200mg/dl, HDL

50mg/dl, Trigliserida 187mg/dl, ureum

30mg%, kreatinin 0,97mg%, asam urat

4,4mg%

Urine tidak ada kelainan

Foto thorax tidak ditemukan kelainan pada

jantung dan paru

Dari hasil pemeriksaan laboratorium

ditemukan adanya peningkatan dari

neutrofil batang, penurunan dari monosit,

peningkatan dari trigliserid dan untuk

hasilnya masih dalam batas normal,

sehingga disimpulkan bahwa tidak adanya

kelainan organik yang mendasari keluhan

pasien

10

Page 11: makalah 5

EKG normal

3.4 RINGKASAN TEMUAN

Pasien Tn. J 45 tahun, seorang dosen perguruan tinggi, datang dengan keluhan tiba-

tiba nyeri dada, merasa sesak, jantung berdebar-debar, cemas, rasa kesemutan, keringat

dingin dan kadang disertai pusing. Kelainan seperti dapat dijumpai pada pasien asthma,

angina pectoris, atau merupaka reaksi suatu alergi. Selain pada kelainan organik, dapat

juga ditemukan pada pasien dengan kelainan psikis misalnya seperti pada gangguan

anxietas.

Pada anamnesis lebih lanjut diketahui keluhan – keluhan yang diderita Tn. J sudah

dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien sudah berobat ke dokter spesialis

penyakit dalam namun dinyatakan bahwa pasien tidak memiliki kelainan fisik, termasuk

kelainan pada jantungnya walaupun pasien mengatakan dia merasa seperti terkena

serangan jantung. Serangan seperti ini dinyatakan oleh Tn. J muncul ketika beliau

mengajar di depan kelas. Seketika pasien menjadi kebingungan dan ketakutan, bahkan

ada perasaan takut mati dan serangan berlangsung beberapa menit sampai satu jam. Di

luar serangan pasien dapat beraktifitas dengan tenang, Hal ini menunjukkan ketakutan

pasien hanya timbul apabila berada di depan banyak orang, terdapat ketegangan yang

menimbulkan kecemasan yang berlebihan seperti fobia.

Beberapa pemeriksaaan penunjang yang dilakukan pada pasien seperti pemeriksaan

laboratotium darah, urin, foto thorax dan EKG menunjukkan tidak ada kelainan yang

berarti yang dapat menimbulkan keluhan seperti yang dikatakan pasien, hanya didapatkan

kadar trigliserid yang meningkat. Hasil pemeriksaan penunjang menjauhkan

kemungkinan kelainan organik sehingga anamnesis mengenai riwayat kehidupan pasien

perlu ditanyakan lebih lanjut karena pertimbangan kelainan psikis yang mungkin

seseungguhnya diderita pasien.

Dari riwayat kehidupan pribadi pasien diketahui bahwa pasien anak ke 3 dari 5

bersaudara. Ibu pasien ternyata pernah memiliki riwayat keluhan yang sama yaitu

gangguan anxietas, pada ibu pasien yang timbul ketika berada di keramaian. Beliau lebih

memilih tinggal di rumah atau apabila berpergian harus ditemani. Keadaan ibu pasien

yang memiliki gangguan anxietas dapat diadaptasi oleh pasien itu sendiri sehingga seperti

11

Page 12: makalah 5

stereotipik pada keadaan tertentu, seperti keluhan – keluhan pasien yang timbul saat ia

mengajar. Pasien memiliki kebiasaan merokok 6 batang per hari, minum kopi dan

minuman berenergi saat bekerja hingga larut malam, dan pasien jarang berolahraga.

Meskipun demikian, kemungkinan keluhan fisik yang timbul pada pasien lebih

dititikberatkan karena manifestasi dari kelainan psikologis dibanding kelainan organik,

walaupun pasien sesungguhanya merasa baik – baik saja secara jiwa namun tidak secara

fisik.

3.5 DIAGNOSIS

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan psikiatris, status mental, dan pemeriksaan

lebih lanjut. Diagnosis kerja kelompok kami adalah fobia sosial karena sudah memenuhi

kriteria diagnostik fobia sosial dari edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual

of Mental Disorders (DSM-IV-TR).

Diagnosis multiaksial dapat dituliskan sebagai berikut:

Aksis I : F40.1 Fobia sosial

Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III : Hipertrigliserida dan neutrofilia batang

Aksis IV : Tidak ada diagnosis

Aksis V : GAF = 75 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

3.6 DIAGNOSIS BANDING

Agoraphobia

Pada pasien dengan agoraphobia secara kaku akan menghindari situasi yang

dalam situasi tersebut sulit untuk didapatkan bantuan. Mereka lebih memilih ditemani

anggota keluarga atau teman di tempat-tempat ramai, seperti jalan yang ramai, toko yang

ramai, ruang tertutup (seperti terowongan, jembatan, lift), serta kendaraan tertutup

(seperti kereta api bawah tanah, bus, dan pesawat). Pasien dapat berkeras untuk ditemani

setiap waktu saat mereka meninggalkan rumah. Pasien yang mengalami gangguan parah

dapat menolak untuk meninggalkan rumah.

12

Page 13: makalah 5

Gangguan ansietas menyeluruh

Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas, ketegangan motoric,

hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif. Ansietas berlebihannya dapat mengganggu

aspek kehidupan lain. Ketegangan motoric paling sering tampak sebagai gemetar,

gelisah, dan sakit kepala. Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai napas

pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal. Kesiagaan

kognitif terlihat dengan adanya iritabilitas dan mudah terkejut.

3.7 RENCANA PENATALAKSANAAN

Suatu kombinasi pharmacotherapy dan psikoterapi pada umumnya diberikan untuk orang

dengan fobia sosial :

Farmakoterapi

Obat yang efektif untuk pengobatan fobia sosial meliputi: (1) selective serotonin

reuptake inhibitor (SSRI), (2) benzodiazepin, (3) venlafaxine (Effexor), dan (4) buspirone

(BuSpar). Kebanyakan dokter menganggap SSRI pilihan pengobatan lini pertama untuk

pasien dengan fobia sosial umum. Benzodiazepin alprazolam (Xanax) dan clonazepam

(Klonopin) juga berkhasiat dalam fobia sosial baik umum maupun spesifik. Buspirone

telah menunjukkan efek aditif bila digunakan untuk pengobatan tambahan dengan SSRI.

Dalam kasus yang parah, pengobatan fobia sosial berhasil dengan MAOIs

ireversibel seperti phenelzine (Nardil) dan inhibitor reversibel monoamine oxidase seperti

moclobemide (Aurorix) dan brofaromine (Consonar) (yang tidak tersedia di Amerika

Serikat) telah dilaporkan. Dosis terapi dari berbagai phenelzine 45-90 mg per hari,

dengan tingkat respons mulai dari 50 hingga 70 persen, dan sekitar 5 sampai 6 minggu

diperlukan untuk menilai khasiat.

Pengobatan fobia sosial yang terkait dengan performance situation sering

melibatkan penggunaan antagonis reseptor β-adrenergik sesaat sebelum paparan stimulus

fobia. Dua senyawa yang paling banyak digunakan adalah atenolol (Tenormin), 50

sampai 100 mg setiap pagi atau 1 jam sebelum kerja, dan propranolol (20 sampai 40 mg).

Pilihan lain adalah relatif short- atau intermediated-acting benzodiazepine, seperti

lorazepam atau alprazolam. Kognitif, perilaku, dan teknik eksposur juga berguna.

13

Page 14: makalah 5

Dapat juga dilakukan pentalaksanaan dengan psikoterapi. Adapun psikoterapi

yang digunakan pada pasien ini, adalah :

Tingkah laku

Psikoterapi tingkah laku, seperti desensitisasi berangsur-angsur, mungkin

bermanfaat terhadap fobia sosial. Teknik ini melibatkan pasien secara berangsur-angsur

untuk berada pada situasi yang secara normal menyebabkan kecemasan. Dengan

penguasaan situasi tanpa kecemasan, pasien secepatnya mampu mentolelir situasi yang

sebelumnya membuat cemas.

Kognitif

Terapi berorientasi pada pengertian yang mendalam sudah membuktikan

bermanfaat fobia sosial. Individu dengan fobia sosial sering mempunyai penyimpangan

kognitif penting berhubungan dengan orang lain.

3.8 PROGNOSIS

Berdasarkan keluhan pasien, anamnesis tambahan, pemeriksaan yang dilakukan, dan diagnosis

yang ditegakan, maka kelompok kami menyimpulkan prognosis pasien ini, yaitu :

- ad vitam : ad bonam

Kemungkinan pasien tidak mengalami gangguan organ yang serius, karena berdasarkan

pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang berarti, maka dapat dikatakan kualitas hidup pasien masih

baik.

- ad functionam : ad bonam

Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang didapat, maka kami dapat menentukan

prognosis pasien masih baik. Walaupun terdapat beberapa peningkatan hasil laboratorium, namun fungsi

organ pasien masih dalam batas normal, dan tidak terdapat keluhan yang berat pada pasien.

- ad sanationam : dubia ad bonam

Pada pasien ini kekambuhan dapat terjadi lagi. Namun dapat dicegah dengan penatalaksanaan

yang kompeten, baik melalui pengobatan secara farmakologis ataupun psikoterapi. Gangguan panik dan

fobia yang dialami dapat dihilangkan secara bertahap.

14

Page 15: makalah 5

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 GANGGUAN PANIK [1]

Seperti yang kita ketahui, pedoman untuk menegakan diagnosis suatu penyakit

kejiwaan di dapatkan dari kriteria menurut PPDGJ-III atau menurut DSM – IV TR.

Terdapat beberapa perbedaan dalam menegakan diagnosis menurut kriteria tersebut.

Berikut akan dijelaskan pedoman kriteria- kriteria tersebut.

Kriteria diagnostik gangguan panik :

Menurut PPDGJ-III[2,3] Menurut DSM – IV TR[3,4]

Gangguan yang esensial adalah adanya

serangan anxietas berat (panik) yang

berulang, yang tidak terbatas pada adanya

situasi tertentu atau pun suatu rangkaian

kejadian, dank arena itu tidak terduga.

Gejala yang dominan bervariasi pada

masing-masing orang, tetapi terdapat gejala

paling lazim, yaitu :

1. Onset mendadak dalam bentuk

palpitasi

2. Nyeri dada

3. Peraaan tercekik

4. Pusing kepala

5. Depersonalisasi

6. Derealisasi

Secara sekunder timbul rasa takut mati,

kehilangan kendali ataupun menjadi gila.

Untuk diagnosis pasti beberapa serangan

Suatu periode tertentu adanya rasa takut

yang hebat atau perasaan tidak nyaman,

dimana empat (atau lebih) gejala berikut ini

terjadi secara mendadak dan mencapai

puncaknya dalam 10 menit:

1. Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau denyut jantung meningkat

2. Berkeringat3. Gemetar atau bergoncang4. Sesak nafas atau tertahan5. Perasaan tercekik6. Nyeri dada atau perasaan tidak

nyaman7. Mual atau gangguan abdominal8. Pusing, bergoyang, melayang atau

pingsan9. Derealisasi (perasaan tidak realistis)

atau depersonalisasi (merasa terlepas dari diri sendiri)

10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila

15

Page 16: makalah 5

berat dari anxietas otonomik harus terjadi

dalam periode kira-kira satu bulan :

a. pada keadaan dimana sebenarnya

secara objektif tidak ada bahaya

b. tidak terbatas hanya pada situasi yang

telah diketahui atau yang dapat diduga

sebelumnya

c. dengan keadaan yang relative bebas

dari gejala anxietas dalam periode

antara serangan-serangan panik

(meskipun lazim juga anxietas

antisipatorik)

termasuk : serangan panik (panic attack)

keadaan panik (panic state)

11. Takut mati12. Parastesia (rasa kebas atau geli)13. Kedinginan atau perasaan panas

4.2 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK [1]

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang

ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa

traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar

ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya

dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Menurut DSM – IV TR,

terdapat beberapa kriteria fobia, yaitu :

a. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditandai oleh adanya atau

antisipasi dari suatu objek atau situasi spesifik (misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian,

binatang, mendapat suntikan, melihat darah)

b. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan segera, dapat berupa

serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau dipredisposisi oleh situasi

c. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan

d. Situasi fobik ini dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan

yang jelas

16

Page 17: makalah 5

e. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara bermakna

menganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik) atau aktivitas social atau hubungan

dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia

f. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan

g. Kecemasan, serangan panic, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan objek atau situasi

spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan obsesif-

kompulsi,gangguan stress pasca trauma, gangguan cemas perpisahan, fobia social, gangguan panik

dengan agorfobia, atau agorfobia tanpa riwayat gangguan panik

Fobia dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yang akan dibahas lebih mendalam

adalah kriteria diagnosis fobia sosial menurut PPDGJ-III dan DSM – IV TR, yaitu :

Menurut PPDGJ-III[2,3] Menurut DSM – IV TR[3,4]

Fobia sosial sering kali mulai pada usia remaja dan terpusat pada rasa takut diperhatikan oleh orang lain dalam kelompok yang relatif kecil (berlawanan dengan orang banyak), yang menjurus kepada penghindaran terhadap situasi sosial. Fobia sosial frekuensinya kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita. Gambarannya dapat sangat jelas (misalnya, hanya terbatas pada makan di tempat umum, atau berbicara di depan umum, atau menghadapi jenis kelamin lain), atau dapat pula kabur (diffus), yang mencakup hampir semua situasi sosial di luar lingkungan keluarga. Fobia sosial biasanya disertai dengan harga diri yang rendah dan takut akan kritik. Dapat juga tercetus sebagai keluhan malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang air kecil, dan kadang-kadang individu bersangkutan merasa yakin bahwa salah satu dari manifestasi gejala sekunder dari anxietas ini merupakan masalah utamanya; dalam hal demikian gejalanya dapat berkembang menjadi serangan panik. Kecenderungan menghindar sering kali tampak jelas dan

a.) ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak dengan cara (atau menunjukan gejala kecemasan) yang akan menghinakan atau memalukan.

b.) pemaparan dengan situasi sosial yang di takuti hampir selalu mencetuskan kecemasan, dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau di predisposisi oleh situasi

c.) orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan

d.) situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalu di hadapi adalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas

e.) penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang

17

Page 18: makalah 5

dalam keadaan ekstrem dapat menjurus ke isolasi sosial yang total.

Pedoman DiagnostikSemua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk suatu diagnosis pasti:

(a) gejala-gejala psikologis, perilaku

atau otonomik hams merupakan

manifestasi primer dari anxietas dan bukan

sekunder dari gejala lain seperti waham

atau pikiran obsesif;

(b) anxietas hams hanya terbatas atau

menonjol pada situasi sosial tertentu saja;

dan

(c) penghindaran dari situasi fobik harus

merupakan gambaran yang menonjol.

ditakuti secara bermakna menganggu rutinitas normal, fungsi perkerjaan (atau akademik), atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia

f.) pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan

g.) kecemasan atau penghindaraan fobik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau situasi kondisi medis umum dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia, gangguan cemas perpisahan, gangguan dismorfik tubuh, gangguan perkembangan pervasif atay gangguan skizoid)

h.) jika terdapat suatu kondisi media umum atau gangguan mental lain, ketakutan dalam kriteria A adalah tidak berhubungan dengannya, misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit parkinson atau memperlihatkan perilaku makan abnormal pada anoreksia nervosa atau bulimia nervosa

BAB V

KESIMPULAN

18

Page 19: makalah 5

Pasien adalah Tn. J umur 45 tahun, dosen perguruan tinggi swastadatang dengan

keluhan tiba-tiba nyeri dada, merasa sesak, jantung berdebar-debar, cemas, rasa

kesemutan, keringat dingin dan kadang disertai pusing. Keluhan seperti ini sudah dialami

pasien sejak 6 bulan lalu.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan psikiatris, status mental, dan pemeriksaan

lebih lanjut. Diagnosis kerja kelompok kami adalah fobia sosial karena sudah memenuhi

kriteria diagnostik fobia sosial dari edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual

of Mental Disorders (DSM-IV-TR).

Penatalaksaan pada pasien adalah dengan kombinasi farmakoterapi dan

psikoterapi.[5] Obat yang efektif untuk pengobatan fobia sosial meliputi: (1) selective

serotonin reuptake inhibitor (SSRI), (2) benzodiazepin, (3) venlafaxine (Effexor), dan (4)

buspirone (BuSpar). Pada pasien ini diberi obat golongan SSRI sebagai lini pertama

untuk pasien dengan fobia sosial umum. Psikoterapi pada pasien ini dapat dilakukan

terapi tingkah laku dan terapi kognitif.

Berdasarkan keluhan pasien, anamnesis tambahan, pemeriksaan yang dilakukan,

dan diagnosis yang ditegakkan maka kelompok kami menyimpulkan prognosis pasien ini

adalah baik. Dikatakan baik karena tidak ditemukan gangguan organ yang berarti dan

fungsi organ pasien masih dalam batas normal dan dengan penatalaksanaan yang baik

dan tepat fobia yang dialami dapat dihilangkan secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku

19

Page 20: makalah 5

Kedokteran EGC; 2012. p.233-47

2. Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III)

3. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri. I Made Wiguna editor.

Tanggerang: Binarupa Aksara. 2010.p.32-55

4. American Psychiatry Association. Diagnostic and Stastistical Manual of Mental

Disorders, 4thed (DSM-IV). 1994.

5. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;

2002.

20