makalah
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Kontraksi Otot
Otot rangka berbentuk silindris dengan tebal antara 10 – 40 µm dengan panjang dapat mencapi 40 mm
serta mengandung ratusan nukleus. Oleh karena itu sel otot rangka biasa disebut serabut otot. Serabut otot
memeiliki banyak nukleus yang disebabkan oleh fusi mononukleat mioblas pada embrio.
Gambar 3.6. Penampang otot
Penampang melintang serabut otot terlihat seperti kabel yang tersusun dari banyak sekali serabut halus
berbentuk silindris yang disebut dengan myofibril. Miofibril dipisahkan satu sama lain oleh oleh suatu sistem
membran yang mengandung mitokondria, lipid droplet dan granula glikogen.Setiap myofibril mengandung unit
kontarktil yang berulang yang disebut dengan sarkomer. Setiap sarkomer tersusun dengan pola khas pita dan garis
yang meperlihatkan gambaran gelap terang (lurik). Pengamat pada serabut otot yang diwarnai dengan
menggunakan mikroskop elektron pola overlapping pada sebagian dari dua tipe filament yang berbeda, yang disebut
dengan filament tipis dan tebal. Setiap sarkomer memanjang dari garis Z sampai garis Z berikutnya dengan
beberapa daerah pita gelap dan terang, seperti terlihat pada gambar di bawah.
Gambar 3.7 Struktur sarkomer
Sarkomer memiliki sepasang pita terang, I band, yang berada di sebelah luar yang mengapit daerah yang
lebih gelap, A band, di mana A band mengapit H zone yang berwarna lebih terang. Pada bagian tengah H zone
terdapat garis M (M line). I band mengandung filament tipis sedangkan A band mengandung filament tebal. Bagian
luar daerah A dan H saling tumpang tindih dan mengandung kedua macam filamen. Penampang melintang pada
daerah yang saling tumpang tindih memperlihatkan bahwa filamen tipis tersusun heksagonal mengelilingi setiap
filamen tebal di mana setiap filamen tipis terletak di antara dua filamen tebal.
Gambar 3.7 Skema susunan filamen tebal dan filamen tipis
MODEL SLIDING FILAMENT
Semua otot rangka melakukan kontarksi dengan memendek. Unit kontraksi (pemendekan) adalah
sarkomer, yang menyebabkan pemebdekan seluruh otot. Petunjuk penting yang mendasari mekanisme kontraksi
otot adalah pola gelap terang dari sarkomer pada berbagai tahap proses kontraksi. Pada satu serabut otot yang
memendek, A band relative memiliki panjang yang tetap, sedangkan H band dan I band mengalami pemendekan
kemudian tampak menyatu. Pada saat pemendekan terjadi Z line tampak saling berdekatan serta semakin
berdekatan dengan ujung luar dari A band hingga tampak berhubungan satu sama lain.
Berdasarkan pengamatan di atas, dua kelompok peneliti Inggris, Andrew Huxley dan R. Niedergerke serta
Hugh Huxley dan Jean Jason mengajukan model untuk kontraksi otot. Menurut mereka, kontarksi otot tidak
disebabkan oleh pemendekan filamen tetapi sebih disebabkan oleh sliding satu sama lain. Sliding filamen tipis pada
sentral sarkomer dalam pengamatan menunjukkan menjadi penyebab peningkatan daerah yang saling tumpang
tindaih antar filamen dan menyebabkan pemendekan I dan H band.
Gambar 3.8 Skema model sliding filemen pada kontarksi otot
Komposisi dan susunan miofilamen
Filamen tipis dari sarkomer terutama mengandung aktin sedangkan filamen tebal mengandung miosin.
Protein lainyang banyak erdapat dalam serabut otot adalah titin, suatu molekul yang memiliki berat lebih dari 3 juta
dalton dan memiliki panjang lebih dari 1 µm serta merupakan protein terbesar yang pernah diamati. Titin berasal dari
M line dan memanjang sepanjang filamen miosin menuju ke A band dan berakhir pada Z line.
Gambar 3.9 Skema protein penyusun filamen
Selain aktin, filamen tipis mengandung dua protein lain yaitu tropomisin dan troponin. Tropomiosin
merupakan suatu molekul yang panjangnya bisa mencapai 40 nm, sedangkan troponon suatu protein yang
berbentuk globular yang tersusun atas 3 subunit. Setiap filemen tebal tersusun atas beberapa ratu molekul miosin
besama sejumlah kecil protein lain. Filamen tebal memiliki polaritas yang berlawanan dan terdapat pada bagian
tengan sarkomer yang berhubungan pada M line (lihat pada gambar di atas). Pusat dari filamen disusun oleh ekor
molekul miosin yang letaknya berlawanan arah dengan daerah kepala.
Otot Lurik
Satuan otot kerangka (skelet) umumnya disebut “serabut” (fibers) dan bukan sel. Bentuk
serabut silindris dan memiliki banyak inti sel yang terletak di tepi, berbatasan dengan sarkolema.
Pada manusia panjang serabut berkisar antara 3-4 cm, sedangkan pada hewan dapat mencapai 12
cm. Diameter berkisar antara 10-150µ. Bentuk panjang dan diameter serabut otot kerangka
tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a. Jenis hewan (spesies)
b. Keadaan gizi (state of nutrition)
c. Umur, jenis kelamin dan cara kerja hewan yang bersangkutan.
Berikut bangun histologi otot lurik :
a. Sarkolema
Pengamatan dengan mikroskop cahaya tampak sebagai selaput tipis dan tembus cahaya
(transparan), tetapi dengan mikroskop elektron tampak adanya selaput ganda (double membran),
yakni selaput luar setebal 40 Angstrom, ruang antara setebal 20 Angstrom, dan selaput dalam
setebal 40 Angstrom
Selaput luar mirip membran basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput dalam
(plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum
sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan alkali. Serabut-serabut otot
kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot primer disebut fasikulus, yang dibalut
oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam fasikulus
yaitu: serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast dan miosatelit.
b. Sarkoplasma
Sarkoplasma (Cytoplasmic matrix) mengandung:
i. Organoida, antara lain mitokondria (sarcosomes), ribosom, apparatus golgi, myofibril,
retikulum endoplasma
ii. Paraplasma, antara lain lipid, glikogen, dan myoglobin.
Selain itu terdapat pula enzim sitokrom oksidatif. Mitokondria terdapat berbatasan dengan
sarkolema dan dekat inti di antara myofibril. Sarkoplasmik retikulum bersifat agranuler (Smooth
ER.), karena ribosom pada otot kerangka terdapat bebas dari matriks. Sisterna pada sarkolasmik
retikulum terjalin pararel dengan myofibril, yang pada interval tertentu membentuk pertemuan
dengan jalinan transversal, disebut triade. Penelitian pada otot salamander (Amblistoma
punctatum), triade ini terdapat mengitari garis Z (Zwischenschreibe). Pada hewan lain dan
manusia tiap sarkomer memiliki dua triade di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I
(isotrop). Organoida ini berfungsi menyalurkan impuls dari permukaan otot kerangka ke dalam
serabut yang lebih dalam letaknya.
c. Myofibril
Dengan mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki bagian cerah (cakram I) dan gelap
(caktam A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia). Inilah yang
memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun otot jantung.
Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap myofibril
memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.
Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Filament Miosin
Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan panjangnya 1,5
µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. Filamen ini tersusun pararel dan berenang
bebas dalam matriks. Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari myosin adalah
sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini
digunakan untuk kontraksi.
2. Filamen Aktin
Panjangnya 1µ dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z. Bagian tengahnya
langsing dan elastis. Filamen ini membentuk cakram I, meskipun sebagian masuk ke dalam
cakram A. Aktin dan myosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet.
Pada sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan H bahkan garis
M.
a. Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc berupa garis tipis dan gelap yang membagi
cakram I sama rata. Daerah antara dua garis Z disebut “sarkomer” yang panjangnya sekitar 1,5µ.
b. Garis H (Helleschreibe)
Terdapat dalam cakram A. Merupakan bagian agak cerah di kanan-kiri garis M, yang bebas dari
unsur aktin.
c. Garis M (Mittelschreibe)
Terdapat di tengah-tengah cakram A, suatu garis yang disusun oleh bagian tengah filamen myosin
yang menebal.
Jadi dalam 1 sarkomer terdapat garis-garis Z-I-A-H-M-H-A-I-Z (tepatnya interval antara 2
garis Z, 1 pita A, dan ½ dari 2 garis I).
3. Inti
Dalam satu serabut otot kerangka terdapat banyak inti, dapat ratusan. Pada mamalia bentuk
inti memanjang, terletak langsung di bawah sarkolema pada otot pucat, sedangkan pada otot
merah letaknya lebih dalam lagi.
Secara umum pada mamalia posisi inti di tepi, tetapi pada insekta dan vertebrata tingkat
rendah posisi inti terletak di tengah, seperti halnya otot jantung..
Susunan Otot Lurik :
Susunan serabut otot kerangka dalam membentuk muskulus ditunjang oleh jaringan ikat.
Tiap serabur dikelilingi oleh endomisium, suatu jaringan ikat halus dengan serabut retikuler dan
kapiler. Sejumlah serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat pekat dengan banyak serabut kolagen
disebut fasikulus , sedangkan pembungkusnya disebut perimisium. Di luar perimisium diisi oleh
jaringan ikat longgar yang memberikan kelonggaran bagi vasikulus untuk bergerak. Beberapa
fasikulus bergabung membentuk muskulus dan dibalut oleh jaringan ikat pekat disebut
epimisium, sedangkan fasia terdapat disekitarnya.
Sebelum otot bertaut pada bungkul tulang baik pada origo dan lebih-lebih pada insersio,
terdapat tendon. Di daerah peralihan antara otot dan tendon endomisium, perimisium berangsur-
angsur menebal untuk kemudian membentuk serabut tendon. Pada daerah peralihan ini terdapat
tendon spindle yang memiliki ujung saraf.
C. Kontraksi dan Relaksasi Otot
Filamen aktin biasanya berhubungan dengan myosin yang mana bertanggung jawab untuk
berbagai pergerakan sel. Myosin adalah prototipe dari penggerak molekuler - sebuah protein
yang mengubah energi kimia dalam bentuk ATP menjadi energi gerak yang menghasilkan
kekuatan dan pergerakan. Kebanyakan pergerakan umumnya adalah kontraksi otot yang
memberi model untuk memahami interaksi aktin dan myosin dan aktivitas penggerak dari
molekul myosin. Bagaimanapun juga, interaksi aktin dan myosin tidak hanya bertanggung jawab
pada kontraksi otot tetapi juga untuk berbagai pergerakan sel non otot termasuk pembelahan sel.
Sehingga interaksi diataranya memerankan peran yang penting di biologi sel. Lebih jauh,
sitoskeleton aktin bertanggung jawab untuk pergerakan lambat sel menyeberangi permukaan
yang terlihat digerakkan secara langsung oleh polimerisasi aktin dengan baik oleh intreaksi aktin
- myosin.
Sel otot merupakan sel yang terspesialisasi untuk satu tugas, kontraksi dan spesialisasi ini
berada dalam struktur dan fungsi yang membentuk otot, prototipe untuk mempelajari pergerakan
pada tingkat sel dan molekuler. Terdapat 3 jenis otot pada vertebrata yaitu : otot rangka yang
berperan untuk semua pergerakan yang sadar. Otot jantung yang memompa darah dari jantung
serta otot polos yang berperan untuk pergerakan yang tak sadar dari organ seperti lambung,
intestine, uterus dan pembuluh darah. Pada otot rangka dan jantung elemen kontraktil
sitoskeleton terdapat pada susunan teratur yang memunculkan pola karakteristik dari garis yang
berseling. Berikut adalah karakterisasi struktur pada otot rangka :
Otot rangka diikat oleh serabut otot yang merupakan sel tunggal yang besar yang dibentuk
dari penggabungan banyak sel tunggal selama perkembangannya. Kebanyakan pada sitoplasma
terdiri dari myofibril yang merupakan serabut silindris dari 2 tipe filamen : filamen tebal myosin
(d = 15 nm) dan filamen tipis aktin (d = 7 nm). Setiap myofibril diatur sebagai ikatan unit
kontraktil yang disebut sarkomer yang berperan pada kenampakan garis dari otot rangka dan
jantung.
Sarkomer terdiri dari beberapa daerah yang dapat terlihat secara jelas menggunakan
mikroskop elektron. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z. Di dalam tiap sarkomer, daerah gelap
(disebut daerah A karena mereka anisotropik ketika dilihat dengan cahaya terpolarisasi)
berseling dengan daerah terang (disebut daerah I karena isotropik). Daerah-daerah ini
berhubungan dengan kehadiran atau ketidakhadiran filamen myosin. Daerah I hanya terdiri dari
filamen yang tipis : aktin. Sedangkan daerah A terdiri dari filamen yang tebal : myosin. Filamen
myosin dan aktin tumpang tindih di daerah tepi dari daerah A, sedangkan daerah tengah (disebut
zona H) hanya terdiri dari myosin. Filamen aktin diikat pada ujung positifnya pada garis Z yang
termasuk penghubung protein α-actinin. Filamen myosin terjangkar pada garis M di bagian
tengah sarkomer.
Penambahan 2 protein (titin dan nebulin) juga berkontribusi pada struktur sarkomer dan
stabilitasnya. Titin adalah protein yang besar dan molekul titin tunggal memanjang dari garis M
sampai garis Z. Molekul titin yang panjang diduga menyerupai pegas yang menjaga filamen
myosin tetap berada di pusat sarkomer dan memelihara tegangan yang membuat otot akan
menyentak jika terlalu panjang. Filamen nebulin berhubungan dengan aktin dan diduga untuk
meregulasi kumpulan filamen aktin dengan bertindak sebgai pembatas yang menentukan
panjangnya.
2. Mekanisme Kontraksi Otot
Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama
kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley
dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z
menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir
tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser melewati
satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona H. Kontraksi otot
dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan myosin yang menghasilkan
pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin
ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.
Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah jenis protein yang besar yang
terdiri dari dua rantai berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. Setiap ikatan gelap terdiri
atas gugus kepala globuler dan ujung α-heliks yang panjang. Ujung α-heliks dari dua rantai berat
yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur gulungan untuk membentuk dimer dan
dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher tiap gugus kepala untuk membentuk
molekul myosin yang komplet.
Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul myosin yang berhubungan dalam
pergiliran pararel disusun oleh interaksi diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin
mengikat aktin membentuk jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat bahwa
orientasi molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer. Polaritas
filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin dan myosin
adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin memindahkan gugus
kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif. Pergerakan ini mengegeser filamen
aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis M, memendekkan sarkomer dan menyebabkan
kontraksi otot. Penambahan ikatan aktin, kepala myosin mengikat dan kemudian menghidrolisis
ATP yang menyediakan energi untuk menggerakkan pergeseran filamen. Pengubahan energi
kimia untuk pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin akibat pengikatan ATP. Model
ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan siklus yang berulang pada interaksi
diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus, perubahan bentuk pada myosin
mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang filamen aktin.
Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya diketahui, model yang diterima
secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin diturunkan dari penelitian in vitro tentang
pergerakan myosin di sepanjang filamen aktin dan dari determinasi struktur 3 dimensi myosin.
Siklus dimulai dari myosin (tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP
memisahkan kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan
bentuk di myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada ikatan
terang yang bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala myosin sekitar 5
nm. Produk hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin yang disebut “posisi teracung”.
Kepala myosin kemudian mengikat kembali filamen aktin pada posisi baru, menyebabakan
pelepasan ADP + Pi yang menggerakkannya.
Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat
digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut :
a. Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP
dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah mendapatkan
energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi.
b. Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan
menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.
c. Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan. Peristiwa ini
diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar pada kepala
myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik aktin sekitar 10
nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan kekuatan (power stroke).
Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan dengan kompleks aktin-
myosin.
d. Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosin-ATP.
e. Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan demikian aktin
akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung pada
pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin. Jadi, hidrolisis ATP digunakan untuk
menggerakkan siklus tersebut dengan cara cetusan kekuatan yang sebenarnya berupa perubahan
bentuk kepala S1 yang terjadi setelah pelepasan ADP.
Kontraksi otot rangka digerakkan oleh impuls syaraf yang merangsang pelepasan Ca2+ dari
retikulum sarkoplasmik (jaringan khusus membran internal yang mirip dengan retikulum
endoplasma yang menyimpan ion Ca2+ dengan konsentrasi yang tinggi). Ketika impuls syaraf
mencapai ujung syaraf yang berhubungan dengan sel otot, maka rangsang itu akan
menggerakkan vesikel sinap yang berisi neurotransmitter dalam hal ini Asetilcholin. Vesikel
sinap akan menempel pada membran prasinap untuk selanjutnya membuka dan melepaskan
neurotransmitter di celah sinap. Asetilcholin akan menempel pada reseptor postsinap sehingga
rmenyebabkan reseptor terbuka dan ion-ion yang berada di daerah celah sinap akan masuk.
Sarkolemma pun akan mengalami depolarisasi yaitu suatu keadaan dimana bagian luar dari sel
otot akan bermuatan negatif dan bagian dalam akan bermuatan positif. Depolarisasi ini
mengakibatkan adanya potensial aksi yang menjalar dengan cepat menuju pelipatan membran, T
tubules, yang memanjang ke dalam membran plasma di sekitar myofibril. Potensial aksi akan
memberi sinyal pada kanal Ca2+ di retikulum sarkoplasmik untuk membuka sehingga ion-ion
Ca2+ akan berpindah dari retikulum sarkoplasmik menuju sitoplasma sel otot (sarkoplasma).
Pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik meningkatkan konsentrasi Ca2+ di sitosol kira-kira
dari 10-7 menjadi 10-5 M. Berikut kerja retikulum sarkoplasma mengatur kadar ion Ca2+
intraselular dalam otot rangka :
Keadaan istirahat tercapai karena ion Ca2+ dipompakan ke dalam retikulum sarkoplasma
lewat kerja sistem pengangkutan aktif yang dinamakan Ca2+ ATPase yang memulai relaksasi.
Retikulum sarkoplasma merupakan jalinan kantong membran yang halus. Di dalam tretikulum
sarkoplasma, ion Ca2+ terikat pada protein pengikat Ca2+ yang spesifik yang disebut
kalsekuestrin. Sarkomer dikelilingi oleh membran yang dapat tereksitasi (sistem tubulus T) yang
tersusun dari saluran transversal (T) yang berhubungan erat dengan retikulum sarkoplasma.
Ketika membran sarkomer tereksitasi oleh impuls syaraf, sinyal yang ditimbulkan
disalurkan ke dalam sistem tubulus T dan saluran pelepasan ion Ca2+ dalam retikulum
sarkoplasma di sekitarnya akan membuka dengan cepat serta melepaskan ion Ca2+ ke dalam
sarkoplasma dari retikulum sarkoplasma. Konsentrasi ion Ca2+ dalam sarkoplasma meningkat
dengan cepat hingga 10-5 mol/L. Tempat pengikatan Ca2+ pada TpC dalam filamen tipis dengan
cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC- 4 Ca2+ berinteraksi dengan TpI dan TpT untuk
mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi, tropomyosin ini hanya keluar dari jalannya
atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala myosin ADP-Pi dapat berinteraksi dengan F aktin
untuk mengawali siklus kontraksi.
Peningkatan konsentrasi ion Ca2+ memberi sinyal kontraksi otot melalui gerakan prekursor
protein yang terikat pada filamen aktin : tropomyosin dan troponin. Tropomyosin adalah protein
serabut yang terikat di sepanjang alur filamen aktin. Pada otot lurik, tiap molekul tropomyosin
terikat pada troponin yang merupakan komplek 3 polipeptida: troponin C (mengikat Ca2+),
troponin I (inhibitor), dan troponin T (mengikat tropomyosin). Ketika konsentrasi Ca2+ rendah,
kompleks troponin dengan tropomyosin menghalangi kontraksi aktin dan myosin sehingga otot
tidak berkontraksi. Pada konsentrasi ion Ca2+ tinggi, Ca2+ terikat pada troponin C menggeser
posisi kompleks dengan mengganti posisi inhibisi dan mengakibatkan proses kontraksi terjadi.
3. Mekanisme Relaksasi Otot.
Komplek troponin tampak unik pada otot lurik dan terdiri atas 3 polipeptida. Troponin
pada otot lurik terdiri atas troponin T (TpT), troponin I (TpI) dan troponin C (TpC). Mekanisme
pengaturan konsentrasi Ca2+ pada otot lurik dan otot jantung berdasarkan aktin yang bekerja.
Pada otot lurik tidak terdapat control kontraksi kecuali system tropomiosin-troponin terdapat
bersama-sama dengan filament aktin dan myosin.
TpI mencegah pengikatan kepala myosin dengan tapak pelekat F-aktin melalui perubahan
bentuk F-aktin via molekul tropomiosin ke dalam posisi yang melintangi langsung tapak
pengikatan kepala myosin pada F-aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan enzim
ATPase myosin yang diperantarai pengikatan kepala myosin pada Faktin. Dengan cara demikian
TpI menghalangi siklus kontraksi tahap 2. Peristiwa ini menjelaskan keadaan terhambat yang
ditemukan pada otot lurik pada keadaan relaksasi. Relaksasi terjadi apabila :
a. Penghentian rangsangan saraf membiarkan sarkolema sel untuk menghidupkan kembali polaritas
dan menerima kembali permeabilitasnya. Bila membrane terpolarisasi lagi, ion yang masuk ke
sarkoplas secara aktif diangkut kembali ke dalam gelembung reticulum sarkoplasmik sehingga
konsentrasi Ca2+ dalam sarkoplasma menurun hingga di bawah 10 mol/L. Pengangkutan Ca2+
sebagai akibat pelepasannya kembali Ca2+ ke reticulum sarkoplasma oleh ATPase.
b. TpC•4 Ca2+ kehilangan Ca2+, troponin lewat interaksinya dengan tropomiosin menghambat
interaksi dengan kepala myosin F-aktin selanjutnya
c. Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F-aktin. Dengan demikian, ion Ca2+
mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosentrik yang diperantarai di dalam otot TpC,
TpI, TpT, tropomiosin dan F-aktin. Penurunan konsentrasi ATP dalam sarkoplasma mempunyai
2 efek utama yaitu pompa Ca2+ di reticulum sarkoplasma berhenti mempertahankan konsentrasi
Ca2+ yang rendah di dalam sarkoplasma sehingga interaksi antara myosin dengan F-aktin akan
ditingkatkan. Serta pelepasan kepala myosin dari Faktin akan bergantung pada ATP tidak dapat
terjadi dan kontraktur akan terbentuk.
4. Ion Ca2+ Memerankan Peranan Sentral Dalam Pengaturan Kontraksi Otot.
a. Pengaturan berdasarkan aktin (terdapat dalam otot lurik)
Pengaturan berdasarkan aktin terdapat pada otot rangka serta jantung vertebrata yang memiliki
corak yang sama, lurik. Satu-satunya faktor yang potensial untuk membatasi proses pengaturan
dalam siklus kontraksi otot kemungkinan adalah ATP. Sistem otot rangka dihambat pada saat
istirahat; penghambatan ini dihilangkan untuk mengaktifkan kontraksi. Faktor penghambat otot
lurik adalah sistem troponin yang terikat dengan tropomyosin dan F aktin dalam filamen tipis.
Dalam otot lurik tidak terdapat kontrol kontraksi kecuali sistem troponin-tropomyosin terdapat
bersama-sama dengan filamen aktin dan myosin. Tropomyosin terletak di sepanjang alur F aktin
dan 3 buah kompleks troponin yaitu TpT, TpC, dan TpI. TpI mencegah ikatan kepala myosin
dengan tempat pelekatan F aktin melalui perubahan bentuk F aktin via molekul tropomyosin atau
hanya melalui pengguliran tropomyosin ke dalam posisi yang merintangi langsung tempat
melekatnya kepala myosin pada F aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan enzim
ATPase myosin yang terjadi dengan perantaraan pengikatan kepala myosin pada F aktin. Dengan
cara demikian, sistem TpI menghalangi siklus kontraksi.
b. Pengaturan berdasarkan myosin (terdapat dalam otot polos)
Otot polos mempunyai struktur molekuler yang serupa dengan struktur molekuler otot lurik
kendati sarkomernya tidak segaris. Otot polos mengandung molekul α-aktinin dan tropomyosin
sebagaiman halnya otot lurik. Otot polos tidak memiliki sistem troponin dan rantai ringan
myosin otot polos berbeda dengan otot lurik. Sekalipun begitu, kontraksi otot polos juga diatur
oleh ion Ca2+. Berikut mekanisme kontraksi pada otot polos:
i. Fosforilasi rantai tipis-p myosin memulai kontraksi otot polos
Myosin otot polos mengandung rantai ringan-p yang mencegah pengikatan kepala myosin pada F
aktin. Rantai tipis-p harus mengalami fosforilasi dahulu sebelum memungkinkan pengaktifan
myosinATPase oleh F aktin. Kemudian aktivitas ATPase akan menyebabkan hidrolisis ATP.
Fosfat pada rantai ringan myosin dapat membentuk khelasi dengfan ion Ca2+ yang terikat pada
kompleks tropomyosin-TpC-aktin sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan
jembatan silang antara kepala myosin dengan aktin. Fosforilasi rantai ringan-p memulai siklus
kontraksi pelekatan-pelepasan pada otot polos.
ii. Enzim kinase rantai myosin diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ dan kemudian melakukan
fosforilasi rantai tipis-p.
Sarkoplasma otot polos mengandung enzim kinase rantai ringan myosin yang bergantung
kalsium. Aktivasi ion Ca2+ pada enzim kinase rantai ringan memerlukan pengikatan kalmodulin
Ca2+. Enzim kinase rantai ringan yang diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ melakukan fosforilasi
rantai ringan-p yang kemudian akan berhenti menghambat interaksi myosin-F aktin. Siklus
kontraksi kemudian dimulai.