makalah analisis hubungan antara struktur, perilaku, dan...
TRANSCRIPT
![Page 1: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/1.jpg)
DISKUSI ILMIAH
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR, PERILAKU, DAN PERFORMANSI INDUSTRI DI
INDONESIA
MAMAN SETIAWAN
Laboratorium Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan Pengkajian
Ekonomi (LP3E) Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran
Bandung, 27 Januari 2006
![Page 2: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/2.jpg)
Kata Pengantar
Makalah ini disampaikan pada acara diskusi ilmiah yang diselenggarakan oleh
Laboratorium Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat dan Pengkajian Ekonomi (LP3E)
Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran pada tanggal 27 Januari 2006, bertempat di
LP3E Jl. Cimandiri. Adapun acara diskusi ini dihadiri oleh dosen perguruan tinggi negeri
dan swasta serta praktisi akademisi lainnya. Makalah ini berjudul “analisis hubungan
antara struktur, perilaku, dan performansi Industri”, membahas tentang organisasi industri
di Indonesia yang nantinya akan berhubungan dengan kebijakan pemerintah tentang
industri di Indonesia.
Dari hasil diskusi ilmiah ini nantinya diharapkan muncul sikap kritis dari para dosen-
dosen dan praktisi akademisi lainnya di dalam menyikapi berbagai fenomena ekonomi
yang terjadi. Akhir kata semoga tulisan ini bisa memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu ekonomi.
Bandung, Januari 2006
Maman Setiawan
![Page 3: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/3.jpg)
Abstract
This paper is an attempt to analyze the simultaneous relationship between structure,
conduct, and performance in Indonesian manufacturing. This research takes 84 group
samples from sub sector industry manufacturing non-oil and gas in Indonesia using ISIC
5 digit period 1996-2000. The method used is based on panel data analysis by using
three stage least square estimation. The result of this research show that there is a
simultaneous relationship between concentration, capital-labor ratio, and profit margin.
![Page 4: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/4.jpg)
I. Pendahuluan
Kebijakan ekonomi dan pembangunan terutama yang berkaitan dengan sektor
industri di Indonesia ditandai dengan beberapa peristiwa penting yang mengawalinya
(Pangestu, 2002). Sepanjang masa oil boom, kebijakan industri dan perdagangan
didasarkan pada substitusi impor dengan menggunakan tarif yang tinggi sehingga
mendorong adanya tingkat proteksi efektif yang tinggi pula. Persaingan usaha dibatasi,
dan ekonomi didominasi oleh perusahaan pemerintah dengan berbagai kebijakan
intervensinya, termasuk monopoli oleh pemerintah.
Pada pertengahan tahun 1980-an, harga minyak dunia jatuh, hal ini mendorong
pemerintah untuk melakukan liberalisasi perdagangan agar tercipta lingkungan yang
kompetitif tetapi komitmen yang kuat dari pemerintah baru terlaksana setelah penurunan
harga minyak yang sangat tajam pada tahun 1986. Pemerintah mengawali kebijakan
deregulasi dan liberalisasinya dengan merasionalisasi struktur tarif, menurunkan tingkat
tarif dan menghilangkan hambatan-hambatan masuk lainnya selain tarif (non-tariff
barriers), khususnya ijin-ijin impor dan monopoli impor (contohnya, baja dan plastik).
Latar belakang kebijakan di sektor industri ini khususnya pada sektor manufaktur
menyebabkan sektor industri manufaktur di Indonesia memiliki tingkat konsentrasi yang
cukup tinggi pada beberapa perusahaan (oligopolistik). Konsentrasi yang tinggi ini
menciptakan market power bagi perusahaan-perusahaan oligopolis sehingga nantinya
akan merugikan konsumen karena berhubungan dengan penetapan harga yang tidak
kompetitif oleh para oligopolis (Adji, 1996).
Kebijakan pemerintah yang diskriminatif dengan mengutamakan perusahaan-
perusahaan besar dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dimulai sejak perubahan
strategi industrialisasi yang beralih dari berorientasi substitusi impor (inward looking)
menjadi orientasi ekspor (outward looking), sehingga kebijakan pemerintah di sektor
industri maupun deregulasi yang digulirkan selama ini tidak mendukung terhadap
![Page 5: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/5.jpg)
penciptaan struktur pasar yang efisien, bahkan lebih cenderung terkonsentrasi mengarah
kepada struktur oligopoli dan monopoli. Kebijakan pemerintah yang diskriminatif ini
terutama terjadi pada sektor industri pengolahan (manufaktur) non migas (Pradiptyo,
1996:42-43).
1.1 Sektor Manufaktur di Indonesia
Sektor manufaktur di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak
pelita 1. Perkembangan ini terlihat nyata pada jenis industri skala besar. Hal ini menurut
Tambunan (1996) dikarenakan selama ini pemerintah lebih banyak menaruh perhatian
terhadap perkembangan industri-industri besar daripada unit-unit usaha kecil karena
kelompok industri ini dianggap sebagai motor penggerak utama proses industrialisasi,
khususnya perkembangan serta pertumbuhan output di sektor manufaktur di Indonesia.
Tabel 1.1 Peranan dan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Tahun 1990-1994
Sub Sektor 1990 1991 1992 1993 1994
Sumbangan terhadap PDB1) Industri Pengolahan Nonmigas Pengilangan Minyak Bumi Pengolahan Gas alam cair
16,17 1,83 1,90
17,21 1,67 2,07
18,41 1,66 1,69
19,34 1,68 1,29
21,19 1,52 1,19
Sektor Industri Pengolahan (Nilai dalam Triliun Rupiah)
18,89 (40,03)
20,69 (47,67)
21,76 (56,54)
22,30 (73,56)
23,90 (90,21)
Pertumbuhan Per tahun2) Industri Pengolahan Nonmigas Pengilangan Minyak Bumi Pengolahan Gas Alam Cair
12,97 10,07 9,56
10,86 2,14 6,33
10,96 5,77 5,18
11,59 -1,29 1,94
11,98 2,62 8,15
Sektor Industri Pengolahan (Nilai dalam Triliun Rupiah)
12,19 (19,86)
9,60 (22,26)
9,68 (24,59)
9,35 (26,96)
11,06 (81,69)
Sumber : laporan Perekonomian Indonesia, 1994.BPS Catatab : 1) dalam persen atas dasar harga yang berlaku 2) dalam persen atas dasar harga konstan tahun 1983,untuk data tahun 1994 atas dasar harga tahun 1993
Pada table 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat terus
dan mencapai pertumbuhan 12 persen tahun 1994 dengan sumbangan terhadap PDB
yang terus meningkat. Pada tahun 1990 sumbangan terhadap PDB sebesar 18,89 persen
kemudian meningkat menjadi 23,90 persen pada tahun 1994. Hal ini mengindikasikan
bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor industri yang sangat penting dalam
perekonomian nasional.
![Page 6: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/6.jpg)
Sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, industri manufaktur di Indonesia
tumbuh dengan laju 10 % setiap tahunnya, lebih besar dari pertumbuhan GDP yang
hanya 7,1 % per tahun. Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, laju pertumbuhan sektor
industri manufaktur menurun drastis menjadi hanya 3,8 % per tahun selama tahun 2000-
2003. Penurunan laju pertumbuhan sektor industri manufaktur tersebut terjadi pada
sektor-sektor industri yang padat sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas,
makanan, minuman dan tembakau, kayu dan produk dari kayu, serta kertas dan
percetakan.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Industri Manufaktur Indonesia Periode 1993-1997 dan 2000-2003
Sektor 1993
1997 2000 2003
Manufacturing Industries (Mfg) Petroleum & Gas
Petroleum Refinery Natural Gas
Mfg. Excl. Petroleum & Gas Food, Beverage, Tobacco Textile, Leather, Footwear Wood & Wood Products Paper Products Chemicals & Rubber Cement, Non-Metalic Iron & Basic steel Transport Eq. Mach. & App. Misc. Mfg Products
10.0 2.1 1.7 2.7
11.1 16.2 5.4 2.2
10.6 8.8
13.4 7.9 5.2 9.5
3.8 -3.8 -5.1 -1.9 4.7 2.4 5.1 1.0 2.6
11.7 9.6 -0.6 9.8
18.6 GDP 7.1 3.8
Sumber : CSIS, 2004
1.2 Struktur, Perilaku, dan Performansi Industri Manufaktur di Indonesia
Seperti dijelaskan sebelumnya, struktur industri di Indonesia dicirikan dengan
tingginya tingkat konsentrasi pada beberapa perusahaan (oligopolistik). Tingginya
konsentrasi di Indonesia disebabkan diantaranya oleh tindakan pemerintah. Kebijakan,
regulasi, dan intervensi pemerintah yang banyak memproteksi, mendorong dan
mengalokasikan rente ekonomi pada perusahaan tertentu. Dukungan pemerintah tersebut
![Page 7: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/7.jpg)
memperkuat posisi dan kontrol perusahaan terhadap pasar. Menurut Pradiptyo (1996),
pemerintah turut andil dalam menciptakan struktur industri yang oligopolistik/monopoli.
Berdasarkan SK Mendekop No. 75/kp/i/83, pemerintah melegitimasi keberadaan
asosiasi-asosiasi bagi para pengusaha dan pelaku bisnis sektor riil. Pada tahun 1980,
tercatat hanya ada satu jenis asosiasi yang didirikan, yaitu GKBI (Gabungan Koperasi
Batik Indonesia). Sejak penetapan kebijakan tersebut, pada tahun 1983 muncul 70
asosiasi baru. Jumlah asosiasi tersebut terus bertambah dan hingga tahun 1994, tercatat
377 asosiasi yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia.
Keberadaan asosiasi pada dasarnya memungkinkan bagi para pengusaha untuk
berkumpul dan membentuk kesepakatan pemasaran. Pada skala usaha kecil, asosiasi
sangat membantu pengembangan usaha tanpa mengakibatkan distorsi harga dan
kesejahteraan masyarakat yang signifikan. Permasalahan yang timbul, keberadaan
asosiasi di Indonesia, sebagian besar anggotanya adalah pengusaha besar, dengan
hegemoni dan kekuatan lobi mereka memanfaatkan asosiasi yang dianggotainya sebagai
sarana mengembangkan dan memantapkan pangsa pasar. Dengan demikian terjadi
praktek penetapan harga antar pengusaha dan keadaan tersebut justru malah
menimbulkan distorsi pasar. Jadi keberadaan asosiasi tersebut tidak lebih dari kartel
dagang yang merugikan konsumen dan produsen input.
Kebijakan pemerintah sejak tahun 1986 untuk menciptakan lingkungan yang lebih
kompetitif ini memiliki pengaruh yang sedikit terhadap penurunan konsentrasi
(Bird,1999). Walaupun konsentrasi di Indonesia tetap tinggi tetapi menunjukan
adanya trend penurunan pada periode 1975 – 1993 seperti pada tabel berikut :
![Page 8: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/8.jpg)
Tabel 1.3 Rata-rata Konsentrasi Industri Manufaktur di Indonesia Periode 1975 – 1993
Sumber : Bird (1999)
Walaupun menurut penelitian Bird di atas menunjukan bahwa adanya penurunan
konsentrasi, tetapi menurut Pradiptyo (1995), secara riil struktur pasar di sektor industri
cenderung semakin oligopolistik. Sebagai gambaran: pada tahun 1975 struktur pasar yang
relatif bersaing terdapat pada 76 subsektor industri (62,81%, berdasarkan klasifikasi lima
digit ISIC). Jumlah itu berkurang menjadi 64 subsektor (50,79%) pada tahun 1991. Di
lain pihak, struktur pasar yang oligopolistik bertambah cukup signifikan dari 37 sub
sektor (30,58%) menjadi 62 sub sektor (49,21%). Hal ini juga mengindikasikan bahwa
Tahun Rata-rata CR4 1973-1993
1975 63.6 1976 61.9 1977 61.5 1978 61.2 1979 60.0 1980 57.9 1981 57.5 1982 56.0 1983 54.5 1984 53.6 1985 52.6 1986 52.4 1987 52.3 1988 51.8 1989 52.1 1990 50.9 1991 51.8 1992 53.7 1993 53.5
% Change 1975-93 -10.1
![Page 9: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/9.jpg)
jumlah perusahaan di sektor industri yang tumbuh pesat selama kurun waktu 1975 – 1991
tidak cukup mampu menurunkan penguasaan pasar oleh perusahaan-perusahaan besar
dengan laju yang setara. Penurunan pangsa pasar perusahaan-perusahaan besar lebih
lamban dibandingkan dengan kenaikan jumlah perusahaan. Hal ini juga ditunjukan oleh
bukti bahwa selama periode 1996-2000 terjadi peningkatan rata-rata konsentrasi yang
disertai peningkatan rata-rata marjin keuntungan di sektor industri manufaktur.
Pada bulan April tahun 1998, pemerintah Indonesia dengan IMF melakukan
MOU (memorandum of understanding) di mana salah satu bagiannya memuat
persetujuan pemerintah untuk menerima draft undang-undang tentang persaingan usaha
dari DPR yang mulai dilaksanakan pada tahun 1999. Undang-undang ini diharapkan bisa
mengurangi tingkat konsentrasi yang tinggi di Indonesia. Kebijakan ini diharapkan bisa
membebaskan pasar dari segala kendala untuk masuk (barrier to entry) sehingga
membuka pasar terhadap perusahaan-perusahaan baru (Wigati dan Satriawan, 2002).
Upaya pemerintah untuk menciptakan struktur industri yang kompetitif ini ialah
bertujuan agar pasar menjadi lebih efisien sehingga akhirnya konsumen tidak dirugikan.
Lingkungan industri yang kompetitif akan memungkinkan keuntungan yang tinggi tidak
dinikmati oleh segelintir perusahaan saja sehingga kesejahteraan bersama bisa terwujud.
Struktur industri yang terkonsentrasi ini tentu saja akan mempengaruhi perilaku
dan performansi industri. Struktur industri yang cenderung terkonsentrasi akan
menyebabkan sumber daya terkonsentrasi pada beberapa perusahaan sehingga
performansi industri dipengaruhi secara dominan oleh perilaku segelintir perusahaan saja
(Kalirajan, 1993).
Tulisan ini berusaha menjabarkan hubungan antara struktur, perilaku, dan
performansi industri manufaktur di Indonesia selama periode 1996-2000. Penulis
beranggapan bahwa selama periode tersebut terjadi perubahan yang signifikan dari
struktur, perilaku, dan performansi industri sehubungan adanya krisis ekonomi dan
disahkannya UU anti monopoli pada tahun 1999 sehingga diharapkan bisa menjelaskan
dengan baik hubungan antara struktur, perilaku, dan performansi industri manufaktur di
Indonesia.
![Page 10: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/10.jpg)
II. Kerangka Teori dan Studi Literatur
Kajian tentang kebijakan industri tidak akan terlepas dari model struktur,
perilaku,dan performansi industri. Menurut Stigler (1968) dalam Lipszinsky dan Wilson
(2001), kajian tentang organisasi industri berhubungan dengan “ukuran struktur
perusahaan (satu atau banyak, “terkonsentrasi” atau tidak), penyebab-penyebab dari
ukuran struktur tersebut, dampak-dampak dari konsentrasi pada kompetisi, dampak-
dampak kompetisi pada harga-harga, investasi, inovasi, dan lain-lain”. Asumsi dari
pendekatan SCP ini ialah bahwa adanya keseimbangan, hubungan sebab akibat antara
struktur industri, perilaku perusahaan, dan performansi industri. Karena adanya asumsi
keseimbangan tersebut maka adanya hubungan langsung antara 2 variabel, misal
hubungan antara struktur dan performansi yang biasa diteliti lalu hubungan antara
perilaku dan struktur industri.
Structure Conduct Performance Concentration Firm Size Entry & Exit Condition Product Differentiation Vertical Integration
Policy Objectives Marketing Strategies Pricing Policies Research & Development
Profitability Efficiency Product Quality Technical Progress
Policy
Competition Policy Regulation
Gambar 2.1 The Structure – Conduct – Performance Paradigm
Kondisi penawaran dan permintaan dalam suatu industri akan mencirikan struktur suatu
industri. Kondisi penawaran meliputi penggunaan bahan baku, penggunaan teknologi,
dan elastisitas harga terhadap penawaran. Kondisi permintaaan meliputi ukuran industri,
elastisitas harga terhadap permintaaan, metode pembelian. Kondisi-kondisi tadi akan
mempengaruhi struktur industri. Struktur industri dalam pengertian penelitian ini ialah
struktur pasar (Lipczynski dan Wilson, 2001 p.2-8).
![Page 11: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/11.jpg)
Struktur pasar ialah karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat
kompetisi dan harga di dalam pasar. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi,
differensiasi produk, ukuran perusahaan, hambatan masuk, dan integrasi vertikal serta
diversifikasi (Lipczynski dan Wilson, 2001 p.7-8).
Diantara variabel-variabel struktur pasar, tingkat konsentrasi dan hambatan masuk
(barrier to entry) merupakan variabel struktur pasar yang sering diteliti. Variabel-
variabel struktur pasar ini akan membentuk struktur pasar itu sendiri. Pasar yang
memiliki konsentrasi yang tinggi dan memiliki hambatan masuk yang besar adalah pasar
yang berstruktur monopoli dan oligopoli. Sebaliknya pasar yang memiliki konsentrasi
rendah dan hambatan masuk yang kecil adalah pasar yang berstruktur persaingan.
Struktur pasar akan menentukan perilaku perusahaan dalam industri, kemudian perilaku
akan mempengaruhi kinerja/performansi perusahaan tersebut (Martin, 1988, p. 2-3).
Konsentrasi ialah jumlah para pembeli dan penjual yang mengindikasikan derajat
kompetisi potensial dalam suatu pasar. Tingkat konsentrasi bisa menunjukan jenis
struktur industri tertentu. Menurut Hasibuan (1994), pada umumnya pengukuran
konsentrasi lebih banyak dilakukan untuk derajat struktur oligopoli. Hal ini dikarenakan
struktur oligopoli merupakan bentuk campuran antara struktur persaingan sempurna
dengan monopoli. Dalam hal tertentu, yakni oligopoli yang menghasilkan barang yang
berdifferensiasi, struktur oligopoli (biasanya pada oligopoli ketat) dapat menjadi
monopoli. Di samping itu, ada lagi ciri lain, yakni perilaku yang terkoordinasi (kolusi),
sehingga terjadi struktur monopoli yang kolusif, sedangkan di pihak lain mereka
(perusahaan-perusahaan dalam industri oligopoli), dapat bersaing lebih keras
(non-kolusif).
Berdasarkan teori organisasi industri konvensional, ada sejumlah faktor sistematik
yang menyebabkan industri didominasi oleh beberapa perusahaan besar. Faktor-faktor
yang dianggap mempengaruhi tingkat konsentrasi itu ialah skala ekonomi, daur hidup
perusahaan atau industri, hambatan untuk masuk dan keluar pasar, inovasi, pertumbuhan
industri, merger, peraturan pemerintah, dan keberhasilan perusahaan dalam menerapkan
strategi harga dan non-harga. Dengan faktor-faktor yang sistematik tersebut
memungkinkan perusahaan-perusahaan besar mendapatkan keunggulan kompetitif
melalui peningkatan efisiensi dan penguasaan pangsa pasar.
![Page 12: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/12.jpg)
Perilaku (conduct) mengacu pada tindakan atau kebiasaan yang dilakukan
perusahaan-perusahaan pada suatu kondisi tertentu dan biasanya ditentukan oleh
karakteristik struktur industrinya (Lypczynski dan Wilson, 2001). Menurut Greer (1992),
perilaku ialah kebiasaan tentang apa yang dilakukan perusahaan terhadap harga-harga
mereka, tingkat produksi, produk-produk, promosi-promosi, dan variabel-variabel operasi
lainnya. Menurut Greer, perilaku bisa dibagi dua kategori yaitu kategori harga dan bukan
harga. Kategori bukan harga diantaranya advertising, pengepakan, kualitas produk, dan
lainnya.
The structure- conduct-performance paradigm pada gambar 2.1 di atas
menunjukan bahwa struktur bisa mempengaruhi kinerja/performansi dan perilaku
sebaliknya kinerja bisa mempengaruhi struktur. Kinerja/performansi ialah hasil kerja
yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku (Hasibuan,1993:17).
III. Metodologi dan Analisis
Variabel yang ingin dijelaskan dalam tulisan ini ialah struktur pasar yang diproksi
oleh tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), perilaku yang diproksi dengan
rasio modal terhadap tenaga kerja (CLR), dan performansi industri yang diproksi dengan
profit marjin (PCM) pada sektor industri manufaktur di indonesia. Tujuan utama dari
tulisan ini ialah untuk menentukan hubungan simultan antara struktur, perilaku, dan
performansi industri serta menganalisa pengaruh faktor-faktor lain. Penulis
mengembangkan model analisis sebagai berikut
Tingkat Keuntungan Tinggi
Konsentrasi Tinggi Hambatan Masuk New Entrants
Perilaku
Dekonsentrasi
Hambatan Keluar
Firm Exit Penurunan
![Page 13: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/13.jpg)
Profit/Loss
Gambar 2.2 Model Umum Hubungan Keseimbangan serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur,
Perilaku, dan Performansi Industri
Sedangkan model ekonometrika yang digunakan didasari oleh model SCP yang dibuat
Intriligator (1980) sebagai berikut :
Model 1 : Pengaruh Performansi dan Rasio Modal Terhadap Tenaga Kerja
terhadap Konsentrasi
CR4it = �t + �2 PCMit + �3 CORit + �4CLRit + e1it
Model 2 : Pengaruh Konsentrasi terhadap Marjin Laba
PCMit = αt + α2 CR4it + α3 CORit + α4 SIZEit + e2it
Model 3 : Pengaruh Konsentrasi terhadap Rasio Modal Tenaga kerja
CLRit = γt + γ2CR4it + γ3 SIZEit + γ4RWAGEit + e3it
Keterangan :
i = Jenis Industri 1,2,3,...
t = Tahun 1996,1997,...,2000
e = residual regresi
Variabel Endogen :
PCM = Marjin laba
CR4 = Rasio konsentrasi
CLR = Rasio antara modal terhadap tenaga kerja
Variabel Eksogen :
COR = Rasio antara modal terhadap output
SIZE = Ukuran pasar
RWAGE = Tingkat upah riil
![Page 14: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/14.jpg)
Dari ketiga persamaan bisa terlihat bahwa untuk menganalisis sistem persamaan di atas
tidak lagi bisa dengan metode sistem persamaan tunggal (OLS) karena adanya mutually,
jointly dependent or endogenous variabel (Gujarati, 1995). Akibat hubungan simultan
ini, setiap satu persamaan mengambil informasi dari persamaan lainnya.
Ketiga persamaan simultan di atas teridentifikasi exactly identified maka setelah
dilakukan pengujian terhadap asumsi regresi linier klasik serta hubungan antara residual
ketiga persamaan di atas, ternyata terdapat masalah contemporaneous correlation di
dalam sistem persamaan sehingga seluruh persamaan harus diestimasi oleh metode three
stage least square (Green, 2000). Selain itu tulisan ini akan mencoba melihat
heterogenitas variabel struktur, perilaku, dan performansi antar waktu dengan
menggunakan analisis data panel fixed effect model. Dipilih penggunaan analisis fixed
effect model ini dikarenakan model ini lebih baik dibandingkan model dengan common
dan random effect model jika berdasarkan pengujian F-test dan Hausman test.
3.1 Data
Analisis empirik akan dilakukan berdasarkan data industri yang tidak
dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Data tersebut berasal dari
survei tahunan yang meliputi jenis industri pengolahan non-migas terpilih sedang dan
besar yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 20 orang. Data yang akan digunakan ialah
data industri manufaktur ISIC (International Standard of Industrial Classification) digit
5, dalam rentang waktu tahun 1996 - 2000.
Populasi dalam penelitian ini ialah industri-industri pengolahan (manufaktur) non
migas sedang dan besar yang termasuk dalam kelompok lapangan usaha Indonesia
(KLUI/ISIC) 5 digit. Dalam laporan statistik Industri besar dan sedang yang dikeluarkan
oleh Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2001 terdapat 342 jenis industri besar dan
sedang migas dan non-migas dimulai dari kode 15111 sampai dengan 37200.
Adapun jenis industri yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini ialah jenis
industri pengolahan non-migas. Jumlah populasi industri pengolahan non-migas ialah
sebesar 336 jenis industri. Dalam statistik industri, menurut pembagian klasik
(pengelompokan menurut standar UNINDO (United Nation Industrial Development
![Page 15: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/15.jpg)
Programme) seluruh industri pengolahan Indonesia juga dapat dibagi atau dikelompokan
menurut jenis komoditas (barang) yang dihasilkan, yaitu industri barang konsumsi,
industri barang setengah jadi atau barang antara (intermediate goods) dan barang modal
(perlengkapan) (Soemirat Slamet, 1997:4).
Kemudian ada beberapa kriteria dalam penentuan sampel ini yaitu :
1. Pemilihan jenis industri dalam ISIC 5 digit yang akan dijadikan sampel harus
didasarkan pada kepentingan akan produk tersebut yaitu sub sektor industri yang
menghasilkan komoditas strategis (barang-barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak dan membantu pembangunan ekonomi) dan jenis komoditas yang dihasilkan
memberikan kontribusi terhadap inflasi. Kriteria ini pernah digunakan oleh penelitian
Bank Dunia mengenai harga distribusi oleh Anggito Abimanyu, dkk (Kelola No.
14/VI/1997).
2. Jenis industri yang akan dijadikan sampel harus jenis industri yang memiliki jumlah
perusahaan minimal 4 karena akan dilakukan pada masing-masing jenis industri
tersebut perhitungan rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar.
3. Produk dari industri tersebut harus secara luas di konsumsi atau merupakan input
penting dalam aktivitas sektor lain.
4. Jenis industri yang akan dijadikan sampel harus jenis industri yang memiliki data-
data yang lengkap sesuai dengan spesifikasi model.
Adapun pengelompokan industri berdasarkan skala usaha, Biro Pusat Statistik
(BPS) membedakannya menjadi 4 jenis berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha
tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang
digunakan, yaitu :
1. Industri besar : berpekerja 100 orang atau lebih
2. Industri sedang : berpekerja antara 20 sampai 99
3. Industri kecil : berpekerja antara 5 sampai 19 orang ; dan
4. Industri/kerajinan rumah tangga : berpekerja < 5 orang
Pada penelitian ini menggunakan jenis industri berskala besar dan sedang jenis industri
yang mempekerjakan di atas 20 orang.
![Page 16: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/16.jpg)
Tabel 2.1
Daftar Sampel Industri
ISIC CODE Nama Industri
311-312 313 314 321 322 324 332 342 361 364
1. Industri Barang-Barang Konsumsi Industri makanan Industri minuman Industri pengolahan tembakau dan rokok Industri tekstil Industri pakaian jadi Industri alas kaki Industri meubel dan perabot rumah tangga Industri percetakan dan penerbitan Industri porselin Industri pengolahan tanah liat
323 331 341 351 352 353 354 355 356 362 363 369 371 372
2. Industri Barang Antara ( Intermediate Goods ) Industri dari kulit, kecuali alas kaki Industri kayu kecuali meubel Industri kertas dan barang dari kertas Industri kimia Industri bahan kimia industri Industri Pengolahan minyak Industri hasill minyak dan batu bara Industri karet dan bahan dari karet Industri barang dari plastik Industri gelas dan barang dari gelas Industri semen dan kapur Industri barang galian bukan logam Industri logam dasar, besi dan baja Industri logam dasar bukan besi
381 382 383 384 385
3. Industri Barang Modal Industri barang logam Industri mesin kecuali mesin listrik Industri mesin listrik Industri transportasi/alat angkut Industri alat-alat ilmiah
Berdasarkan kelengkapan data-nya maka jumlah sampel yang akan digunakan ialah
sebanyak 84 sub sektor industri dari kelompok industri barang konsumsi, kelompok
![Page 17: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/17.jpg)
industri barang antara, dan kelompok industri barang modal dari sektor-sektor yang
ditunjukan pada tabel kelompok industri di atas.
3.2 Definisi Variabel
Tabel 2.2
Definisi Variabel
Variabel Definisi PCM CR4 CLR COR SIZE RWAGE
Marjin laba merupakan rasio antara nilai tambah setelah dikurangi biaya upah/gaji tenaga kerja dibagi dengan total outputnya Rasio gross output empat perusahaan terbesar terhadap total gross output industri Rasio modal tetap (perbaikan/penambahan, pembuatan atau perbaikan barang modal tetap) terhadap pengeluaran tenaga kerja (upah dan gaji) Rasio antara modal tetap (perbaikan/penambahan, pembuatan, perbaikan barang modal tetap) terhadap gross output industri. Ukuran perusahaan diukur dengan nilai output yang dibagi dengan indeks harga perdagangan besar kecuali minyak dan gas (dalam juta rupiah) Nilai upah dibagi indeks harga konsumen untuk mengetahui nilai upah riil (dalam juta rupiah)
3.3 Hasil Estimasi
Dari hasil estimasi dengan 3SLS maka terlihat bahwa masing-masing variabel
struktur, perilaku, dan performansi memiliki hubungan simultan yang signifikan. Pada
persamaan PCM, variabel struktur (CR4) berpengaruh secara positif dan signifikan pada
tingkat signifikansi 5 %. Pada persamaan CR4, variabel PCM berpengaruh secara negatif
pada tingkat signifkansi 5% dan variabel CLR berpengaruh positif dengan tingkat
signifikansi 1%. Sedangkan pada persamaan CLR, Variabel struktur (CR4) berpengaruh
secara positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 1 %.
![Page 18: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/18.jpg)
Tabel 3.1 Hasil Reresi Persamaan CR4
Variabel Dependen : CR4 Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PCM -0.831829 0.397337 -2.093511 ** COR -0.032246 0.139211 -0.231638 TS CLR 0.143481 0.054630 2.626425 ***
Fixed Effect 1996 0.542790 1997 0.565451 1998 0.653346 1999 0.748344 2000 0.724693
Adjusted R-squared 0.830125
Catatan : * signifikan pada α = 10 % **signifikan pada α = 5 % *** Signifikan pada α = 1 % TS = Tidak Signifikan
Dari tabel di atas terlihat bahwa tahun 1999 dan tahun 2000 merupakan tahun yang
memiliki rata-rata konsentrasi yang cukup tinggi (di atas 0,7) dibandingkan tahun-tahun
lainnya, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan kondisi riil di lapangan di mana rata-rata
tingkat konsentrasi industri meningkat setiap tahunnya pada periode tersebut.
Rata-rata CR4 Industri Manufaktur di Indonesia Periode 1996-2000
0.520.540.560.580.6
0.620.64
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Periode
Ras
io
CR4
Grafik 3.1
![Page 19: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/19.jpg)
Tabel 3.2 Hasil Regresi Persamaan PCM
Variabel Dependen : PCM Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CR4 0.192284 0.079266 2.425800 ** COR -0.078168 0.025655 -3.046940 *** SIZE 0.001566 0.000406 3.856764 ***
Fixed Effect 1996 0.096252 1997 0.101085 1998 0.103452 1999 0.143972 2000 0.122744
Adjusted R-squared 0.786489 Catatan : * signifikan pada α = 10 % **signifikan pada α = 5 %
*** Signifikan pada α = 1 % TS = Tidak Signifikan
Dari hasil regresi PCM juga juga bisa disimpulkan bahwa rata-rata profit marjin industri
pada tahun 1999 dan 2000 ternyata juga lebih besar dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, ceteris paribus. Hal ini konsisten dengan kenyataan di lapangan bahwa
PCM mengalami kenaikan secara terus menerus selama periode 1996-2000.
Rata-rata Profit Margin Industri Manufaktur di Indonesia Periode 1996-2000
00.050.1
0.150.2
0.250.3
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Periode
Ras
io
PCM
Grafik 3.2
![Page 20: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/20.jpg)
Tabel 3.3 Hasil Regresi Persamaan CLR
Variabel Dependen : CLR Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
CR4 5.578734 1.938791 2.877429 *** SIZE 0.012207 0.006537 1.867319 **
RWAGE -0.000181 0.001584 -0.114170 TS Fixed Effect
1996 -1.91916 1997 -2.01564 1998 -2.47377 1999 -2.89048 2000 -2.79952
Adjusted R-squared 0.520442 Catatan : * signifikan pada α = 10 % **signifikan pada α = 5 %
*** Signifikan pada α = 1 % TS = Tidak Signifikan
Hasil regresi CLR menunjukan bahwa pada tahun 1999 dan 2000 sektor industri
manufaktur memiliki nilai CLR yang rendah dibandingkan tahun sebelumnya, ceteris
paribus. Hal ini didukung dengan data di lapangan yang menunjukan bahwa nilai CLR
tahun 1999 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sejak krisis ekonomi tahun
1997, sektor industri manufaktur mengalami penurunan CLR hingga tahun 1999. CLR
tahun 2000 meningkat tetapi masih lebih kecil dibandingkan nilai CLR tahun-tahun
sebelumnya.
![Page 21: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/21.jpg)
Pergerakan Rasio Modal Terhadap Tenaga Kerja Industri manufaktur di Indonesia
Periode 1996-2000
0
0.5
1
1.5
1996 1997 1998 1999 2000
Tahun
Ras
io CLR
Grafik 3.3
Variabel CR4 berpengaruh secara positif pada PCM mencirikan bahwa semakin
tinggi konsentrasi industri maka akan semakin menguntungkan bagi industri tersebut
karena memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga. Menurut Arti D. Adji (1996),
Di Indonesia ada fakta empiris bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat
harga disesuaikan ke atas. Terdapat fenomena bahwa harga selalu bergerak secara paralel
dengan konsentrasi industri.
Variabel PCM berpengaruh secara negatif pada rasio konsentrasi (CR4)
mencirikan bahwa semakin tinggi tingkat keuntungan industri maka akan menarik
perusahaan lain untuk memasuki industri akibatnya konsentrasi industri menurun. Hal ini
juga menandakan kemampuan perusahaan pendatang (entrants) untuk bisa merebut
pangsa pasar dari perusahaan yang sudah ada (incumbents).
Rata-rata CR4 dan Profit Margin Industri Manufaktur di Indonesia Periode 1996-2000
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
Periode
Ras
io CR4
PCM
Grafik 3.4
![Page 22: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/22.jpg)
Variabel CLR berpengaruh secara positif pada rasio konsentrasi mencirikan
bahwa semakin tinggi rasio modal relatif terhadap tenaga kerja maka akan meningkatkan
konsentrasi industri. Peningkatan rasio modal terhadap tenaga kerja ini diduga sebagai
upaya perluasan pangsa pasar atau peningkatan kapasitas produksi untuk merebut pangsa
pasar dikarenakan ukuran pasar yang terus meningkat seperti tercermin pada grafik 3.5 di
bawah ini.
Rata-rata Ukuran Pasar (Size) Industri Manufaktur di Indonesia
9000000
10000000
11000000
1998 1999 2000
SIZE
Grafik 3.5
Tabel 3.4 Rata-rata CR4, Profit Marjin, dan Rasio Modal terhadap Tenaga Kerja
Industri Manufaktur di Indonesia Periode 1996-2000
Tahun CR4 PCM CLR
1996 0.540595 0.215595 1.255377
1997 0.552381 0.220238 1.207567
1998 0.606548 0.226667 1.010702
1999 0.609286 0.270595 0.616580
2000 0.629405 0.254048 0.827542
Variabel konsentrasi berpengaruh secara positif terhadap CLR mencirikan bahwa
semakin tinggi konsentrasi suatu industri maka perusahaan akan terus menambah
modalnya karena kemudahan akses terhadap sumber modal dan nilai retained earning
yang semakin tinggi sehingga mampu menambah atau mempertahankan pangsa pasarnya
(Gyan-baffour, 2000).
a. Faktor Lain yang mempengaruhi Rasio Konsentrasi Empat Perusahaan (CR4)
![Page 23: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/23.jpg)
Variabel COR tidak berpengaruh secara signifikan dan berhubungan negatif
dengan rasio konsentrasi. Hubungan negatif ini menunjukan bahwa rendahnya tingkat
efisiensi dan produktifitas industri akan menurunkan daya saing dibandingkan
pesaingnya sehingga menurunkan tingkat konsentrasi industri.
b. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Performansi (PCM)
Variabel intensitas modal (COR) memiliki hubungan yang signifikan dan negatif
dengan PCM. Semakin besar modal relatif terhadap jumlah output mengindikasikan suatu
industri tidak efisien atau kurang produktif sehingga akhirnya industri akan merugi
karena tidak memiliki daya saing di pasar.
Variabel ukuran pasar (SIZE) memiliki hubungan yang signifikan dan positif
dengan PCM mencirikan bahwa semakin besar ukuran pasar yang dimiliki industri maka
akan semakin menguntungkan bagi industri karena pasar penjualan produk akan semakin
besar.
C. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Rasio Modal terhadap Tenaga Kerja.
Variabel tingkat upah riil berpengaruh secara negatif pada rasio modal tenaga
kerja. Hubungan secara negatif ini mencirikan bahwa semakin tinggi tinggi tingkat upah
riilnya maka semakin rendah rasio modal terhadap tenaga kerja artinya dengan modal
yang tetap maka jumlah atau pengeluaran tenaga kerja akan bertambah.
Variabel ukuran pasar (SIZE) berhubungan secara positif dengan rasio modal
terhadap tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran pasar yang semakin
meningkat akan mendorong industri untuk meningkatkan kapasitas produksinya sehingga
akan meningkatkan pula komposisi modal relatif terhadap tenaga kerjanya.
VI. Kesimpulan
![Page 24: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/24.jpg)
Tulisan ini menyimpulkan bahwa adanya hubungan dua arah (simultan) dan saling
mempengaruhi antara konsentrasi, rasio modal terhadap tenaga kerja, dan marjin laba
pada industri manufaktur di Indonesia di mana didapat kesimpulan :
• Konsentrasi industri akan menurun sejalan dengan marjin laba industri yang semakin
meningkat karena dengan marjin laba industri yang semakin meningkat kemungkinan
akan menarik perusahaan-perusahaan baru untuk masuk pasar sehingga menurunkan
pangsa pasar perusahaan-perusahaan yang sudah terlebih dahulu ada di pasar
sehingga menurunkan konsentrasi industri.
• Semakin terkonsentrasi suatu industri maka akan menyebabkan semakin tingginya
pula marjin laba industri karena dengan semakin terkonsentrasinya suatu industri
kemungkinan adanya kemampuan beberapa perusahaan untuk mempengaruhi pasar
terutama masalah penetapan harga.
• Sejalan dengan meningkatnya rasio modal terhadap tenaga kerja industri maka akan
menyebabkan suatu industri yang semakin terkonsentrasi karena diduga adanya
kapasitas pasar yang semakin meningkat sebagai akibat peningkatan investasi modal.
• Semakin terkonsentrasi suatu industri maka rasio modal terhadap tenaga kerja industri
akan meningkat. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi industri maka akses
terhadap permodalan akan semakin mudah bagi perusahaan yang memiliki pangsa
pasar yang besar serta diperkirakan akan mampu memiliki retained earning yang
cukup besar.
Pengaruh Faktor-faktor Lain terhadap Variabel Struktur, Perilaku dan Performansi
Industri.
a. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Performansi ( PCM )
• Peningkatan intensitas modal (COR) akan menyebabkan penurunan marjin laba
artinya semakin tinggi intensitas modal maka marjin laba akan semakin rendah.
Tingkat intensitas modal yang tinggi menunjukan bahwa indutsri tersebut kurang
produktif atau kurang efisien.
• Ukuran pasar (Size) yang semakin tinggi akan bisa meningkatkan marjin laba dan
ukuran pasar yang semakin rendah akan bisa menurunkan marjin laba. Semakin luas
jangkauan pasar maka akan semakin banyak produk yang terserap oleh konsumen.
![Page 25: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/25.jpg)
b. Faktor Lain yang Mempengaruhi Rasio Konsentrasi Empat Perusahaan (CR4)
• Peningkatan intensitas modal (COR) akan menyebabkan penurunan konsentrasi di
Indonesia. Hal ini diduga industri yang bersangkutan tidak efisien sehingga tidak
memiliki daya saing.
c. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Rasio Modal terhadap Tenaga Kerja.
• Peningkatan jumlah upah riil baik akibat peningkatan upah atau juga peningkatan
jumlah tenaga kerja akan menurunkan rasio modal terhadap tenaga kerja karena
semakin besarnya pengeluaran tenaga kerja relatif terhadap pengeluaran modalnya.
• Komposisi modal terhadap tenaga kerja yang semakin meningkat bisa disebabkan
oleh ukuran pasar yang semakin meningkat. Hal ini terjadi karena untuk
mengimbangi ukuran pasar yang semakin meningkat diperlukan investasi modal
relatif terhadap tenaga kerja yang meningkat pula.
![Page 26: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/26.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Abimanyu, Anggito (1997), “Biaya Distribusi Komoditas Industri di Indonesia“, Kelola, No. 14/II/97.
2. Adji, D. Arti (1996), “Industrial Concentration and Price Adjusment : Indonesia
Case Study”, Kelola No. 12/V/96.
3. Arief, Sritua (1993), Metodology Penelitian Ekonomi, UIP, Jakarta.
4. Amess, Kevin dan Gourlay, Andrian (2000), “The Dynamic of UK Industrial Concentration 1993-1997“, Working Paper, Department of Economics, Loughborough University.
5. Bain, Joe S. (1951), “ Relation of Profit to Industry Concentration : American
Manufacturing 1936-40”, Quarterly Journal of Economics.
6. Baumol, W.J. (1967), Business, Behaviour, Value, and Growth, Harcourt Brace Jovanovich, New York.
7. Bird, Kelly (1999), “ Concentration in Indonesian Manufakturing Period 1975-
1993 “, BIES, Vol.35 No. 1.
8. Brown N. Annette (2001), “Does Market Structure matter? : New Evidence Using Exogenous Market Structure”, Site Working Paper 130.
9. Burgess, Gilles H. (1989), Industrial Organization, Second Edition, Prentice Hall
International, New Jersey-USA.
![Page 27: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/27.jpg)
10. Caves, R.E., dan Porter (1977), M.E., “From Entry Barriers to Mobility Barriers : conjectural decisions and contrived deterrence to new competition“, Quarterly Journal of Economics, Vol. 91 p. 241-62.
11. Chakravarty, Satya R. (1995), Issues In Industrial Economics, Avebury, England.
‘ 12. Comanor,William dan Thomas A.Wilson (1967),“Advertising, Market Structure,
and Performance”, the Review of Economics and Statistics, 49, p. 423-40.
13. Delome Jr, D. Charles, David R. Kamerschen, Peter G. Klein, dan Voeks Lisa (2002), “A Structure, Conduct, and Performance : A Simultaneus Equation Approach“, Applied Economics Vol. 34 Number 17/November 20, Routledge, Part of the Taylor & Francis Group.
14. Demsetz, H. (1973) , “ Industry Structure, Market Rivalry, and Public Policy “,
Journal of Law and Economics, Vol 16, P. 1-9.
15. Feeny, Simon, dan Mark Rogers (1999), “Market Share, Concentration, and Diversification in Firm Profitability“, Melbourne Institute Working Paper No. 20/99, Melbourne Institute of Applied Economic and Social Research.
16. Greene H. (2000), William, Econometric Analysis,Prentice Hall, New Jersey.
17. Greer F., Douglas (1992), Industrial Organization and Public Policy, MacMillian
Publishing.
18. Gujarati N., Damodar (1995), Basic Econometrics , McGraw-Hill.
19. Gyan-Baffour, George (2000), “Increasing Labor demand and Productivity Findings in Ghana“ , EAGER/PSGE Study, Howard University.
20. Hasibuan, Nurimansjah (1997), “Struktur Pasar dan Konglomerasi di
Indonesia”, agenda aksi liberalisasi ekonomi dan politik Indonesia “, PPM FE UII dan PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, h. 169-194.
21. Hasibuan, Nurimansjah (1993), Ekonomi Industri: Persaingan,Monopoli, dan
Regulasi , LP3ES, Jakarta.
22. Hay, D., dan D. Morris (1990), Industrial Economics and Organization : Theory and Evidence, 2nd Edition, Oxford University Press, Oxford.
23. Hill, Hal (1987), “ Concentration in Indonesia Manufacturing “, BIES Vol. 23
No. 23, pp. 71-00.
24. Intriligator, Michael (1980), Econometrics Models, Techniques, and Applications, Prentice-Hall Inc., New Delhi.
![Page 28: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/28.jpg)
25. Jaya, Wilhana K. (1993), Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur,
Perilaku, dan Kinerja Pasar , BPFE, Yogyakarta.
26. Kalirajan, K. P. (1993), “On the Simultaneity between Market Concentration and Profitability: The Case of a small – open developing country”, International Economic Journal Vol. 7 number 1.
27. Koutsoyiannis A. (1977), Modern Microeconomics, Second Edition, MacMillan,
London.
28. Kuncoro, Mudrajad (1996), “Struktur dan Kinerja Ekonomi Indonesia setelah 50 Tahun Indonesia Merdeka”, Jurnal Ekonomi UII, Vol 7, h. 2-14.
29. Kuncoro, Mudrajad dan Anggito Abimanyu (1995), “Struktur dan Kinerja
Industri dalam Era Deregulasi dan globalisasi”, Kelola No. 10/IV/95, h. 43-59
30. Lipczynsky, Jhon, dan John Wilson (2001), “Industrial Organization : An Analysis of Competitive Market “, Prentice Hall.
31. Martin, Stephen (1979), “ Advertising, Concentration, and Profitability :
Simultaneity Problem “, Bell Journal of Economics, Vol. 10, No. 2, P. 639-647.
32. Mason, Edward (1939), “Price and Production of Large-Scale Enterprise“, American Economic Review, Supplement, pp. 61-74
33. Miller, Richard A. (1967), “Marginal Concentration Ratio and Industrial Profit
Rate : Some Empirical Results of Oligopoly Behaviour”, Southern Economic Journal.
34. Orr, D. (1974), The Determinant of Entry : A Study of the Canadian
Manufacturing Industries, the Review of Economics and Statistics, Vol 56.
35. Pangestu, Mari, Haryo Aswicahyono, Titak Anas, and Dionisius Ardyanto (2002), “The Evolution of Competition Policy in Indonesia“, Review of Industrial Organization, Kluwer Academic.
36. Pradiptyo, Rinawan (1996), “Dampak Kebijakan Sektor Riil Terhadap Struktur
dan Kinerja Struktur Industri Indonesia Tahun 1980-1994“, Kelola No. 11/V/96, h. 34 – 52.
37. Pradiptyo, Rinawan dan Elan Satriawan (1996), “Mobil Nasional dan Strategi
Indutrialisasi kita”, Jurnal CIDES AFKAR Vol. 1, No. 1, h. 52-84.
![Page 29: Makalah Analisis Hubungan Antara Struktur, Perilaku, dan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/analisis_hubungan... · Kata Pengantar Makalah ini disampaikan pada acara](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042515/5a754bcc7f8b9a1b688c4826/html5/thumbnails/29.jpg)
38. Purnagunawan, Muhammad R. (2001), “Analisis Pengaruh Karakteristik Regional terhadap Efisiensi Teknis“, Tesis magister, Teknik dan Manajemen Industri ITB, Bandung.
39. Rozani, Iman (1997), “Korelasi antara Profitabilitas Industri Pengolahan
Komoditas Pertanian Penghasil Traded Goods dengan Tingkat Konsentrasi di Indonesia Tahun 1990”, publikasi FE-UI No. 0045/April/1997.
40. Samuelson, Paul A. dan William Nordhaus (1992), Mikro Ekonomi, Edisi 14,
Erlangga Jakarta.
41. Segal, Dan (1990), “A Multi-Product Cost Study of The U.S. Life Insurance Industry“, Working paper , Rotman Schoool of Management, University of Toronto.
42. Shepherd, William G. (1997), The Economics of Industrial Organization, Forth
Edition, Prentice Hall International, New Jersey.
43. Slamet, Soemirat (1997), “Pengembangan Industri dan Kemitraan“, Makalah Seminar Ekonomi Terkelola ISEI Cabang Bandung.
44. Statistik Industri Besar dan Sedang Tahun 1995-2000, BPS.
45. Stigler, G. (1968), The Organization of Industry, Irwin, Holmwood.
46. Surver Tahunan Perusahaan Industri Tahun 1995-2000, BPS.
47. Tabel Kesesuaian KBLI 2000 – KLUI 1990, BPS.
48. Wigati, Hening dan Elan Satriawan (2002), “Entry, Exit, dan Tingkat Konsentrasi
pada Industri Manufaktur di Indonesia, 1995 – 1997“, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 17 No. I.
49. Yeldan, Voyvoda, Metin Ozcan (2000), “On the Patterns of Trade Liberalization,
Oligopolistic Concentration and profitability : Reflections from Post-1980 Turkish Manufacturing”, Bilkent University Paper, Turkey.