makalah anjal

21
MAKALAH SISTEM HUKUM DI INDONESIA “Kondisi dan Solusi Hukum di Indonesia” Nama: Swisara Tulus Widodo NIM: 14.341 0029 FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO TAHUN 2014

Upload: jita-olisa

Post on 11-Nov-2015

243 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

MAKALAHSISTEM HUKUM DI INDONESIAKondisi dan Solusi Hukum di Indonesia

Nama: Swisara Tulus WidodoNIM: 14.341 0029

FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIKJURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARAUNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGOTAHUN 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahSemua phenomena politik ditafsirkan dalam rangka tujuan dan pedoman dan patokan ini. Teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan-hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi kepuasan perorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju ke suatu struktur masyarakat politik yang stabil dan dinamis. Untuk keperluan itu teori-teori politik semacam ini memperjuangkan suatu kode etik atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan politik. Fungsi utama dari teori-teori politik ini ialah mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai-nilai itu.

Serangkaian konsep dalam bentuk preposisi yang saling berkaitan, yang memberi gambaran sistematis tentang suatu gejala disebut teori yang juga merupakan abstraksi pemikiran dari fenomena politik yang kompleks menjadi sederhana dan dapat menjelaskan fenomena politik yang terjadi. Dalam menyusun sebuah generalisasi itu teori selalu memakai konsep-konsep. Konsep itu lahir dalam pikiran manusai dan karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dan karakteristik dari Anak Jalanan ?2. Apa saja faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan ?3. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap perilaku sosial anak jalanan ?4. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh anak jalanan ?5. Bagaimanakah solusi dan peran pemerintah dalam menangani permasalahan anak jalanan?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Anak JalananIstilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan berbeda-beda untuk setiap tempat, misalnya di Columbia mereka disebut gamin (urchin atau melarat) dan chinces (kutu kasur), marginais (criminal atau marjinal) di Rio, pajaros frutero (perampok kecil) di Peru, polillas (ngrengat) di Bolivia, resistoleros (perampok kecil) di Honduras, Bui Doi (anak dekil) di Vietnam, saligoman (anak menjijikkan) di Rwanda. Istilah-istilah itu sebenarnya menggambarkan bagaimana posisi anak-anak jalanan ini dalam masyarakat.Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli. Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya. Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak dan pengais sampah. Tidak jarang menghadapi resiko kecelakaan lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur jalanan, khususnya seks bebas dan penyalahgunaan obat.Menurut Soedijar (1989) dalam studynya menyatakan bahwa anak jalanan adalah anak usia antara 7 sampai 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempet umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan dirinya sendiri. Menurut Putranto dalam Agustin (2002) dalam studi kualitatifnya mendefinisikan anak jalanan sebagai anak berusia 6 sampai 15 tahun yang tidak bersekolah lagi dan tidak tinggal bersama orang tua mereka, dan bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan tempat-tempat umum. Dalam penjelasan salah satu buku anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok:1) Children on the streetYakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orangtua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.2) Children of the streetYakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalankan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekwensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab biasanya kekerasan atau lari dari rumah.3) Children from family of the streetYakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Meski anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lai dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai walau secara kwantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.Karakteristik anak jalanan terbagi dua yaitu:a) Ciri fisika. Warna kulit kusamb. Rambut kemerahanc. Kebanyakan berbadan kurusd. Pakaian tidak terurusb) Ciri psikisa. Mobilitas tinggib. Acuh tak uacuhc. Penuh curigad. Sangat sensistif berwatak keras e. Kreativef. Semangat hidup tinggig. Berani tanggung resikoh. Mandiri2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Anak JalananKehadiran anak jalanan merupakan sesuatu yang sangat dilematis. keberadaan anak jalanan tentunya mempunyai latar belakang dan motivasi yang berbeda, salah satu motivasi mereka menjadi anak jalanan karena tekanan sosial ekonomi orang tuanya yang tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari, kemudian berangkat dari keinginan untuk membantu orang tua mereka, maka mereka melakukan pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki, ada pula anak jalanan yang melakukan pekerjaan tersebut demi mendapatkan uang untuk biaya hidupnya.Tiga tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan :1. Tingkat mikro (immediate cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya;2. Tingkat messo (underlying causes), yaitu faktor yang ada di masyarakat;3. Tingkat makro (basic cause), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.

Pada tingkat mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluarga yang berkaitan tetapi juga bisa berdiri sendiri, yakni :a) Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.b) Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga/tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial.

Pada tingkat messo (masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi meliputi :a) Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah asset untuk membantu peningkatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah.b) Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak mengikuti kebiasaan itu.c) Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal.

Pada tingkat makro (struktur masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah :a) Ekonomi adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan keahlian, mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi.b) Pendidikan adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teksis yang birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar.c) Belum beragamnya unsur-unsur pemerintahan yang memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah (security approach/pendekatan keamanan).2.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Sosial Anak JalananPerilaku anak jalanan selalu berada dalam situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial bahkan nyawa mereka. melalui stimulasi tindakan kekerasan terus menerus, terbentuk sebuah nilai-nilai baru yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk mempertahakan hidup. Ketika memasuki usia dewasa, kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku kekerasan dan eksploitasi terhadap anak-anak jalanan lainnya. Disamping itu anak jalanan dengan keunikan kerangka budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda dengan anak yang normal. komunikasi intra budaya anak jalanan dapat menjelaskan tentang proses, pola, perilaku, gaya, dan bahasa yang digunakan mereka. aspek-aspek tersbut tampak manakala berkomunikasi sesama teman, keluarga, petugas keamanan dan ketertiban, pengurus rumah singgah, dan lembaga pemerintah.Anak jalanan yang sudah terbiasa dalam lingkungan rumah singgah dan anak jalanan yang liar, memiliki perilaku yang berbeda dan komunikasi yang berbeda. Perilaku komunikasi interpersonal sendiri berlangsung dalam situasi; memaksa, otoritatif, konflik, mengganggu (teasing), membiarkan (bebas), sukarela, dan rayuan. Komunikasi interpersonal melalui pesan verbal dan nonverbal, secara spesifik disesuaikan dengan kepentingan dalam menjalankan aktivitas di jalanan. Pesan verbal mayoritas berupa istilah/kata; yang berhubungan dengan kekerasan/konflik, panggilan khas (sebutan) kepada orang atau konteks jalanan, aktivitas jalanan dan pekerjaan. Pesan nonverbal yang disampaikan berbentuk: gestural, intonasi suara, mimik muka (facial), artifaktual, isyarat bunyi, pakaian (fashion), penataan pakaian/asesoris (grooming) dan penampilan (manner). Anak jalanan memaknai peran diri dalam keluarga dan masyarakat, sebagai inidividu yang mandiri (tanggung jawab pada diri dan keluarga), otonom (berusaha melepasakan ketergantungan), dan individu yang berusaha memiliki relasi sosial dalam konteks di jalanan.Konstruksi makna peran diri itu sendiri dibangun secara kreatif dan dinamis di dalam interaksi sosial anak dengan orang-orang dalam lingkungan jalanan. Selanjutnya, hasil interaksi sosial anak-anak dengan orang-orang dalam lingkungannya membentuk konstruksi makna secara subyektif dan obyektif tentang orang dewasa, aturan dan prinsip-prinsip yang berkembang dalam konteks jalanan.Dengan demikian, perilaku sosial anak jalanan dengan masyarakat tidak baik, karena perubahan sikap, cara komunikasi yang kasar, memaksa, brutal, tata cara bicara yang buruk, gaya bahasa, pakaian yang tidak rapi, rambut yang di warnai membuat masyarakat tidak senang dengan anak jalanan.2.4 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Anak JalananDengan maraknya para anak jalanan yang berada di tempat tempat umum akan menimbulkan banyak sekali masalah sosial di tengah kehidupan bermasyarakat, di antaranya :1. Masalah lingkungan (tata ruang).Anak jalanan yang liar pada umumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap,tinggal di wilayah yang sebenarnya dilarang dijadikan tempat tinggal, seperti : taman-taman, bawah jembatan dan pingiran kali. Oleh karena, itu mereka di kota besar sangat mengangu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan kota.2. Masalah kependudukanAnak jalanan yang hidupnya berkeliaran di jalan jalan dan tempat umum, kebanyakan tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat di kelurahan (RT/RW) setempat dan sebagian besar dari mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan perkawinan yang sah.3. Masalah keamanan dan ketertibanMaraknya anak jalanan di suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan sosial, mengganggu keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.4. Masalah kriminalitasMemang tak dapat kita sangkal banyak sekali faktor penyebab dari kriminallitas yang di lakukan oleh para anak jalanan di tempat keramaian mulai dari pencurian, kekerasan hingga pelecehan seksual sangat kerap terjadi.2.5 Solusi dan Peran Pemerintah Dalam Menangani Permasalahan Anak Jalanan1. Program Perlindungan Anak Penyediaan dan atau pemberian pelayanan-pelayanan sosial dasar bagi anak, utamanya yang berasal dari keluarga miskin sehingga hak-hak mereka dapat terpenuhi.2. Program Rumah Singgah Program Rumah Singgah kepada anak-anak jalanan merupakan pemberian kesempatan anak untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal belajar dan bermain sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal dan selaras fisik maupun psikis3. Program Pelatihan dan Pemberian Bantuan Modal Usaha bagi Anak Jalanan Program ini bertujuan untuk memberi latihan dasar keterampilan bagi anak jalanan dengan tujuan agar anak mampu melakukan usaha ekonomis produktif, misalnya home industri.4. Pemberian Layanan Pendidikan GratisProgram ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu membebaskan biaya sekolah bagi anak jalanan di sekolah-sekolah formal yang ditunjuk dan memberikan layanan pendidikan model seperti Perpustakaan Keliling di mana guru yang mendatangi tempat-tempat yang biasanya digunakan anak-anak jalanan untuk berkumpul serta memberikan materi pelajaran di tempat tersebut5. Optimalisasi program GNOTA (Gerakan Nasional orang tua asuh) GNOTA (Gerakan Nasional orang tua asuh) yang berdiri pada tanggal 29 Mei 1996 yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas anak sebagai aset penerus bangsa disamping meminimalkan kemiskinan secara komprehensif dan menyeluruh, juga memiliki misi mengembangkan dan meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab masyarakat terhadap masa depan anak bangsa.peranan GN-OTA ini dalam Prokesra MPMK dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah menuntaskan keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera. Sedangkan yang kedua adalah pemberdayaan keluarga masa depan. Untuk memaksimalkan fungsinya diperlukan kerja keras untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa dari ancaman putus sekolah. Dana Boss Bantuan untuk biaya operasional anak-anak dari keluarga tidak mampu meliputi pengadaan buku-buku paket dan bantuan pembiayaan pendidikan yang manfaatnya adalah untuk mengurangi biaya pendidikan yang dikeluarkan siswa.6. Upaya lain yang dapat dilakukan dalam mencegah berkembangnya masalah maupun untuk mengatasi masalah anak putus sekolah tersebut adalah untuk mengembalikan mereka ke sekolah. Program pemerintah yang dapat memperkecil resiko tersebut yang telah dilaksanakan adalah Bantuan tunai melalui program PKH agar para keluarga miskin mau kembali menyekolahkan anak- anaknya.7. Mengembangkan sistem sosial yang responsif dapat dilakukan dengan cara memberdayakan masyarakat.8. Upaya penanganan masalah kemiskinan dapat dilakukan dengan cara penyediaan fasilitas umum dan sosial kepada masyarakat kurang mampu, program penyelamatan, program penciptaan lapangan kerja, program pemberdayaan, jaminan sosial dan program beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga yang tidak mampu

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bebeberapa hal, diantaranya:1. Pengertian anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.2. Faktor-faktor penyebab munculnya gelandangan yaitu, Masalah kemiskinan, Masalah pendidikan, Masalah keterampilan kerja, dan masalah sosial budaya(rendahnya harga diri, sikap pasrah pada nasib serta kebebasan dan kesenangan).3. Perilaku sosial anak jalanan dengan masyarakat tidak baik, karena perubahan sikap, cara komunikasi yang kasar, memaksa, brutal, tata cara bicara yang buruk, gaya bahasa, pakaian yang tidak rapi, rambut yang di warnai membuat masyarakat tidak senang dengan anak.4. Dengan maraknya para anak jalanan yang berada di tempat tempat umum akan menimbulkan banyak sekali masalah sosial di tengah kehidupan bermasyarakat, di antaranya berdampak pada masalah lingkungan, kependudukan, keamanan dan ketertiban, serta kriminalitas.5. Adapun solusi dan peran pemerintah dalam menangani permasalahan anak jalanan, diantaranya yaitu melalui program perlindungan anak, program rumah singgah, program pelatihan dan pemberian bantuan modal usaha bagi anak jalanan, pemberian layanan pendidikan gratis, serta optimalisasi program GNOTA (Gerakan Nasional orang tua asuh) 3.2 Saran Untuk menyelesaikan masalah anak jalanan, kita berharap bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk membebaskan mereka dari kemiskinan. kemiskinan jangan dipakai sebagai kambing hitam, tetapi kemiskinan struktural, tindakan-tindakan Negara yang harus melindungi mereka baik itu di jalanan, melindungi mereka dari hak-hak mereka mendapat akses pendidikan dan sebagainya.Kami menghimbau kepada pemerintah agar memperhatikan anak jalanan dengan memberikan bimbingan bukan dengan penangkapan secara keras, karena bagaimana pun juga mereka adalah anak bangsa yang mempunyai hak untuk mendapatkan hidup layak serta pendidikan dan perhatian, karena kami yakin jika mereka di berikan kesempatan untuk mendapat pendidikan dan perekonomian yang baik tentunya kelak mereka dapat mengaharumkan nama Negara dan bangsa dan juga dapat mengurangi permasalahan sosial yangt erjadi di Indonesia saat ini. Kami juga menghimbau kepada keluarga agar dapat memberikan pola asuh yang baik,sehingga tidak mendorong anak-anak penerus bangsa terjerumus di dalam kehidupan sosial yang menyimpang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kartono, K. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.2. Moleong, LJ. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.3. Rosdakarya.Polit, Denise F. 2003. Nursing Research, Principles and Methods. New Jersey: Lrancott Williams and Wilxins.4. Sallahuddin, Odi .2000. Anak Jalanan Perempuan. Semarang: Yayasan Setara.5. Ali, Marpuji, dkk. (1990).Gelandangan di Kertasura. Surakarta: Monografi 3 Lembaga Penelitian Universitas Muhamadiyah.6. Alkostar, Artidjo. 1984. Advokasi Anak Jalanan. Jakarta: Rajawali.7. Baharsjah, M.Sc, Prof. Dr.Ir. Justika S. 1999. Menuju Masyarakat yang Berketahanan Sosial. Jakarta : Departemen Sosial RI.8. www. google. com