makalah apresiasi karya sastra anak secara reseptif

35
APRESIASI KARYA SASTRA ANAK SECARA RESEPTIF Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD Dosen Pengampu : Drs. Suwandi, M. Pd Disusun oleh : 1. Asri Wiji Astuti (1401414059) 2. Nurhidayah Rahmawati (1401414427) 3. Laili Arifah Ahnis (1401414069) 4. Dely Rahmawati (1401414276) 5. Moch Yusuf Mabruri (1401414290) 6. Tegar Maulana Prasetyo (1401414301) Rombel : 1B JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: universitas-negeri-semarang

Post on 19-Aug-2015

160 views

Category:

Education


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

APRESIASI KARYA SASTRA ANAK SECARA RESEPTIF

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SDDosen Pengampu : Drs. Suwandi, M. Pd

Disusun oleh :1. Asri Wiji Astuti (1401414059)2. Nurhidayah Rahmawati (1401414427)3. Laili Arifah Ahnis (1401414069)4. Dely Rahmawati (1401414276)5. Moch Yusuf Mabruri (1401414290)6. Tegar Maulana Prasetyo (1401414301)

Rombel : 1B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014

Page 2: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Page 3: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua rahmat serta hidayah-

Nya yang telah dilimpahkan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan

harapan dan tepat pada waktunya. Makalah kami ini berjudul “APRESIASI KARYA SASTRA

ANAK SECARA RESEPTIF”.

Makalah ini membahas tentang pengertian apresiasi sastra anak, manfaat apresiasi sastra anak,

jenis dan contoh sastra anak, serta cirri-ciri sastra anak. Diharapkan makalah ini dapat menambah

ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Apresiasi karya sastra anak sehingga membantu serta

bermanfaat bagi semua Mahasiswa dan Dosen dalam proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami harapkan

kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Tegal, Desember 2014

                                                                                   Penyusun

                                                                                   Kelompok 6

Page 4: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A.  Pengertian apresiasi sastra anak-anak

B. Tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak-anak

C.  Jenis dan contoh sastra anak

D. Ciri-ciri sastra anak.

BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan

B.   Saran

Daftar Pustaka

Page 5: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGIstilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan,

penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate" yang berarti

menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi. Dengan

demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan

pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu

kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian,

penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta

sastra.

Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa

pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang akan

berkontribusi pada 4 tujuan, yakni pencarian kesenangan pada buku,

menginterprestasikan bacaan sastra, mengembangkan kesadaran bersastra, dan

mengembangkan apresiasi.

Pembelajaran sastra di SD adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya

sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang

akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak

adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat

menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam

kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak

bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai

pedoman tingkah laku dalam kehidupan.

Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak

sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan

atas tiga hal, yaitu sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, sastra anak

yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia,dan sastra anak

yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri.

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media

Page 6: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi

anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan

kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan

keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak

merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika

dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin

sehingga menuntun kecerdasan emosinya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi apresiasi sastra anak-anak?

2. Apakah tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak-anak?

3. Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif?

4. Apa saja jenis dan contoh sastra anak?

5. Bagaimana ciri-ciri sastra anak?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Menjelaskan definisi apresiasi sastra anak-anak.

2. Menjelaskan tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak-anak.

3. Menjelaskan maksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif.

4. Mengemukakan jenis dan contoh sastra anak-anak.

5. Menjelaskan cirri-ciri sastra anak.

Page 7: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN APRESIASI SASTRA ANAK-ANAK

Untuk mehamai apresiasi sastra anak-anak perlu dipahamai dengan baik kata apresiasi dan sastra

anak-anak. Apresiasi berasal dari bahasa Latin “apreciatio” yang berarti “mengindahkan” atau

menghargai”. Berarti secara harpiah apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra.

Munculnya penghargaan terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari adanya pengetahuan

tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan penajaman kognitif di bidang sastra, serta

pengalaman keterampilan bersastra, baik secara reseptif maupun secara produktif . Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Disick yang menyatakan bahwa “aspek apresiasi yang berkaitan dengan

sikap penghargaan atau nilai berada pada domain afektif merupakan tingkatan terakhir yang

dapat dicapai...pencapaiannya memerlukan waktu yang sangat panjang serta prosesnya

berlangsung terus setelah pendidikan formal berakhir” (dalam Wardani, 1981:1)

Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan

dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan

anak-anak. Pramuki (2000) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa,

puisi, drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-sifat, dan

perkembangan anak-anak.

Sedang menurut Solchan dkk (1994:225) membagi pengertian sastra anak-anak atas dua bagian,

yakni sebagai berikut. Pertama “sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang

usianya remaja atau dewasa yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan

kepribadian anak.” Kedua “sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang

usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan

kepribadian anak.”

Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan

isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah

dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang

berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak?

Page 8: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

Untuk menjawab pertanyaan tersebut lebih dahulu kita pahami pengertian apresasi sastra

menurut S.Effendi (1980:24) bahwa apresiasi sastra adalah “suatu kegiatan menggauli sastra

dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, pengehargaan, kepekaan pikiran kritis, dan

kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.”

Pendapat S.Effendi tersebut sejalan dengan Squire dan Taba (dalam Aminuddin, 1987:34) yang

menyatakan bahwa “apresiasi sastra mengandung tiga unsur inti: (a) aspek kognitif, (b) aspek

emotif, (c) aspek evaluatif”. Aspek kognitif sejalan pengertian, aspek emotif sejalan dengan

kepekaan perasaan, aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran perasaan dan

penghargaan yang positif. Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan

pikiran kritis, dan kepekaan perasaan? Pertama, pengertian berkaitan dengan pemahaman tentang

teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-unsur instrinsik prosa, dan lain-lain.

Kedua, penghargaan berkaitan dengan sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra

memiliki nilai-nilai positif yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat

kehidupan individual-sosial. Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan

memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang dikandung suatu

karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama dan menyeluruh. Adapun kepekaan

perasaan berkaitan dengan kemampuan menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang

terkandung dalam karya sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan

tokoh, perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, persaan takut, kecewa, dan

kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang tergambar pada ekspresi wajah,

gestur tubuh dan atau intonasi pada saat pembacaan karya sastra tertentu.

Berdasar pengertian yang dikemukakan oleh S. Effendi, dapatlah kita mengatakan bahwa

apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga

tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi

anak terhadap karya sastra anak-anak.

Page 9: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

B. TINGKATAN DAN MANFAAT APRESIASI SASTRA ANAK-ANAK

Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam

empat tingkatan sebagai berikut.

1. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra

serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping

sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai

bentuk.

2. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh

pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau

mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.

3. Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta

sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi

sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi

dalam berbagai kegiatan sastra.

4. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa

seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk

puisi, prosa atau drama.

Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan apresiasi sastra atas lima

tingkatan, yakni sebagai berikut:

1. Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi, menonton drama,

mendengarkan cerita.

2. Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu

karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang

terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.

3. Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung

dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya,

baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.

4. Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu

ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk

prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi

karya sastra dan argumen-tasinya secara tepat.

Page 10: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

5. Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi

sasatra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan,

6. Tingkatan apresiasi yang dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak sekedar

menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk dihayati dan diamalkan

oleh peserta didik dalam kehidupannya.

Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S. (dalamWardani,1981)

mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a) melatih keempat keterampilan berbahasa, (b)

menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama,

kebudayaan, dsb, (c) membantu mengembangkan pribadi, (d) membantu pembentukan watak, (e)

member kenyamanan, (f) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.

Hal tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat apresiasi sastra,

yakni:

1. nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman

yang dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan,

menyajikan pengalaman yang bersifat emosional;

2. Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran

membaca, meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap

sastra.

Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat (1) mengembangkan

imajinasi, (2) mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, (3) meningkatkan

keterampilan membaca-menulis yang akan diuraikan secara singkat.

a. Mengembangkan Imajinasi

Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah terbentuknya kemampuan siswa yang

kreatif. Untuk menjadi kreatif, salah satu aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi

yang memadai.

Akhadiah (1992:3) menyatakan bahwa “sesungguhnya hanya dapat menjadi kreatif jika siswa

memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan Huck (1987) bahwa mengapresiasi

sastra dapat mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk

membayangkan (dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya)

berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (dalam KBBI, 1994:372).

Page 11: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

Mengapa apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa?

Karena dalam bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa

kekangan aturan yang kaku. Kebebasan itu bukan berarti sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak

berakar pada dunia nyata yang bersifat logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian

orang yang bergelut dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya selalu ada

unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi bentuk. Misalnya, karya Sutan Takdir

Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, dan seniman lainnya.

b. Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan

Melalu pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat diperoleh yang kelak bisa

berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang kemanusian sekaligus berkaitan dengan

pembentukan watak dan pribadi yang baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya

dalam puisi POT oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman

kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas,

generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/

Sudah itu mati” jika kita cermati dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita untuk

memperbanyak amal saleh, agar kita dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi-Nya, tidak

sederajat binatang atau lebih rendah lagi.

c. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa.

Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa,

berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran

dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan bahwa siswa yang

menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa

kata dan pemahaman isi bacaan dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra

sebagai bahan bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997).

Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis dengan memanfaatkan karya

sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina (1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa

anak kelas tiga SD yang diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan

kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3) mengungkapkan bahwa di

negara-negara maju pembelajaran apresiasi sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca

dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya komponen

Page 12: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran sastra dipadukan antara membaca,

dan menulis .

C. MAKSUD DENGAN APRESIASI SASTRA ANAK-ANAK SECARA RESEPTIFApresiasi sastra anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap

karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan

cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama.

Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara

reseptif, diantaranya sebagai berikut:

(1)   Pendekatan Emotif

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu

menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu, baik dari

segi bentuk maupun dari segi isi. Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa

pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang

mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan

penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan  isi atau gagasan yang lucu

atau menarik.

(2)   Pendekatan Didaktis

Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat,

pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah

pembaca. Aminuddin (2004: 47) mengemukakan bahwa pendekatan didaktis adalah suatu

pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun

sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun

agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.

(3)   Pendekatan Analitis

Aminuddin (2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis merupakan pendekatan yang

berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap

pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk

keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Namun

demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus

selengkap seperti yang dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah dapat

mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat

Page 13: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau saling bertentangan, serta

mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.

Aminudin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar,

alur, penokohan dan titik pandang, dan gaya.

D. JENIS DAN CONTOH SASTRA ANAK-ANAKSastra anak-anak (kompas, 2005) membagi sastra anak-anak ke dalam beberapa jenis, yakni:

fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisonal, dan komik. Pembagian tersebut sejalan dengan Framuki

(2000) bahwa sastra anak-anak yang bersifat imajinatif dapat dibagi atas tiga macam yakni puisi,

prosa, dan drama. Berdasarkan pendapat tersebut sastra anak-anak dapat dibagi atas tiga macam

sebagai berikut

1. Puisi

Apa yang dimaksud dengan puisi? Sudjiman (dalam Nadeak:1985:7) menyatakan bawa

“puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta

penyusunan larik dan bait. Pengertian tersebut relatif sejalan dengan pengertian puisi

yang dikemukakan oleh Ralph Waldo Emmerson bahwa “puisi adalah mengajarkan

sebanyak-banyaknya dengan kata-kata yang sesedikit-dikitnya”. Berbeda dengan

pendapat Mattew Arnold yang melihat dari segi keindahan pendendangannya bahwa

bahwa “puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif dan paling efektif

mendendangkan sesuatu” (dalam Situmorang: 1981:9). Berdasarkan pengertian tersebut

dapatlha dikatakan bahwa puisi merupakan karya sastra yang berbentuk untaian bait demi

bait yang relatif memperhatikan irama dan rima sehingga sungguh indah dan efektif

didendangkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan bentuk karya sastra

lainnya.

Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam. Waluyo (1987)

mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang

hendak disampaikan , terbagi atas: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif, yakni

sebagai berikut.

a. Puisi naratif

Puisi naratif adalah puisi isinya berupa cerita. Penyair menyampaikan gagasanya

dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalamnya tergambar ada pelaku yang

berkisah, misalnya:

Page 14: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

DESAKUOleh Nurfikri

HaguSebuah nama selalu merduDi telingakuSetiap waktuAlammuNyiurmuPantaimuMemanggil daku selaluUntuk tidak jauhDari sisimuDi pagi dan siangKuberangkat dan pulang dari sekolahBersama teman-temankulewat jalan berbelokDinaungi pepohonan rindangKarena itu aku bertekadAkan selalu memeliharamuAkan selalu mengingatmuSampai akhir hayat( Dikutip dalam Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)

b. Puisi lirk

Adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan cara tidak bercerita.

Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan terhadap seseorang, misalnya puisi

berikut.

R.A. Kartini Engkau pendekar bangsa Pahlawan wanita Indonesia Egkau korbankan jiwa an raga Engkau lahir di Istana Tiada kurang satu apa pun Tapi kau tak terlena Melihhat kaummu menderita Raden Ajeng Kartini Engkau laksana obor Oikireanmu menerang hati Engkalah pelopor (Herni Maya Sari, klas V SD O42 Balikpapan)

Page 15: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

c. Puisi deskriptif

Adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya dengan cara melukis-kan

sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa, pengalaman menarik yang pernah

dialaminya. Misalnya puisi yang menggambarkan keindahan alam berikut:

ALAM YANG INDAH Oleh Lenny Ch.M.Sungguh indah alam Ciptaan Tuhan Hewan, Burung, ikan Tumbuh-tumbuhan Bintang dan bulan Segenap tata surya Memuji Tuhan Tuhanku menjaga Sejagad raya Burung Margasatwa Cukup makannya Ajar aku, Tuhan Buka mataku Belajar dari alam Melihatmu

2. Prosa

Apakah prosa sama dengan puisi? Tentu prosa dengan puisi jauh berbeda bentuknya!

Surana (1984:105) mengemukakan pengertian prosa sebagai berikut. Bentuk karangan

sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-kalimat yang jelas pula

runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-

kelompok yang merupakan alinea-alinea. Pengertian prosa yang dikemukakan oleh

Surana di atas saling melengkapi dengan pengertian prosa fiksi atau narasi yang

digambarkan oleh Aminuddin (2004:66) sebagai berikut:

Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan

pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil

imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita. Berdasarkan kedua pengertian di

atas dapatlah kita mengatakan bawa prosa fiksi anak-anak adalah karya sastra yang tidak

dibuat atas ragkaian bait demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf

dengan merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur pristiwa,

pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara imajinatif. Cullinan (1989)

Page 16: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

menyebutkan beberapa jenis prosa fiksi, antara lain: (1) prosa fiksi sains, (2) prosa fiksi

realistik, (3) prosa fiksi imajinatif

a. Prosa fiksi sains

Prosa fiksi sains adalah cerita fiksi yang disusun dengan menekanan pada isi yang

ingin disampaikan. Isi yang disampaikan berupa ilmu pengetahuan (sains) atau

bersifat faktual . Namun demikian isi yang bersifat faktual tersebut disusun dalam

bentuk cerita fiksi dengan cara menentukan pelaku, latar, dan alur. Tujuannya untuk

menarik minat dan perhatian siswa sehingga mereka merasa tidak sulit memahami isi

dan pesan yang ingin disampaikan pengarang. Contohnya sebagai berikut:

Mendengarkan Penyuluhan tentang Penyakit Demam Berdarah

Pada siang hari itu pendopo balai Desa Makmur dipenuhi oleh warga. Mereka

diundang untuk mendengarkan penyuluhan tentang penanggulangan penyakit demam

berdaarah dari Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten. Penyuluhan in diberikan karena

beberapa hari yang lalu di Desa Makmur Jaya terkena wabah penyakit demam

berdarah. Tepat pada pukul 13.00 Dokter Surya yang diberi tugas penyuluhan oleh

Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten telah datang. Beliau daang bersama beberapa

petugas yang lain. Setelah beristirahat sebentar, Dokter Surya pun segera memberikan

penyuluhannya. Menurut Dokter Surya, penyakit demam berdarah itu disebabkan

oleh virus yang ditularkan leh nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk itu hidup dan

berkembang biak di dalam rumah dan di sekitarnya. Tidak jarang, nyamuk ini

dijumpai pula di sekolah. Nyamuk ini mencari mangsa pada pagi sampai siang hari.

Terdapat beberapa tanda yang dapat kita kenali dari orang yang terkena penyakit

mematikan ini. Pertama, selama 2-7 hari panas badan pen-derita meninggi. Kedua,

nyeri perut terutama di bagian uluhati. Ketiga, pendarahan berupa bintik-bintik merah

pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, bahkan berak darah. Pertolongan

pertama yang dapat dilakukan kepada orang yang terkena penyakit demam berdarah

adalah dengan memberikan minuman sebanyak-banyaknya. Minuman itu dapat

berupa air masak, susu, atau air teh. Untuk menurunkan panas badan, penderita dapat

diberi obat penurun panas, selain itu, penderita dapat dibantu dengan kompres dengan

menggunakan kain basah yang telah direndam di air es. Setelah itu itu barulah

penderita dibawa ke puskesmas/RSU. Penyakit demam berdarah dapat dicegah dapat

Page 17: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

dicegah dengan dua cara. Cara pertama adalah melenyapkan tempat berkembang

biaknya nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk ini biasanya berkembang biak di dalam

maupun di luar rumah. Di dalam rumah, misalnya di bak mandi, tempayan, vas

bunga, atau di tempat minuman burung. Di luar rumah naymuk ini berkembang biak

di tangki penampungan air, kaleng potongan bambu, dan sebagainya Cara kedua

adalah dengan menghambat masuknya nyamuk ke rumah. Cara ini dapat dilakukan

dengan memasang kawat kasa pada lubang ventilasi. Dengan cara ini, nyamuk tidak

akan dapat masuk ke rumah. Nyamuk ini dapat dicegah agar tidak masuk ke rumah

dengan cara mem-berikan penerangan yang cukup di dalam kamar kita. Nyamuk

biasanya senang tinggal di tempat gelap. Para warga tanpak tertarik akan semua

penjelasan yang diberikan Dokter Surya. Setelah mendengarkan penyuluhan itu

mereka berjanji akan selalu berusaha hidup lebih bersih lagi. Mereka ingin hidup

sehat. Mereka ingin terbebas dari penyakit demam berdarah. (Anonim Dalam Aku

Cinta Bahasa Indonesia,V, 1997)

b. Prosa fiksi realistik

Adalah cerita yang disusun dengan tujuan menyampaikan sesuatu yang mengandung

nilai-nilai kehidupan yang logis, baik berkaitan dengan etika, moral, relegius, dan

nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut diungkap melalui prosedur “bercerita” dengan

menentukan tema, latar, alur,penokohan, sudat pandang, dan amanat yang ingin

disampaikan. Peristiwa demi peristiwa yang disampaikan bukan merupakan fakta atau

kejadian yang sesungguhnya melainkan peristiwa yang bersifat fiktif (seolah-olah

pernah terjadi). Dikatakan realistik karena isi atau tema cerita tersebut diangkat dari

kehidupan sehari-hari; ada kemungkinan hal tersebut terjadi dalam kenyataan sehari

meskipun pelaku tempat, dan waktu kejadian berbeda. Misalnya, cerita berikut.

Musim Layang Membawa Berkah

Ni Wayan Margiani

Kupercepat lariku begitu melihat begitu kulihat layang-layangku putus. Tak perduli

kakiku penuh lumpur. Aku terus berlari di pematang sawah, sambil melihat ke atas.

Semua semak tidak luput dari perhatianku, tetapi layang-layangku tidak kutemukan

juga. Dengan lemas aku berjalan menuju rumahku. Sebagian besar anak di

kampungku lebih suka membeli layang-layang di pasar/walaupun ada juga yang

Page 18: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

membuat sendiri. Wah... sekarang saya harus membuat layang-layang sendiri, aku

tidak mau merepotkan ibu lagi. Panggilan ibu itu menandakan harus segera menyabit

rumput untuk sapiku. Aku menganggukkan kepala. Sambil menyabit rumput aku

memikirkan cara membuat layang-layang. Setelah memberi makan sapi, aku sibuk

dengan bambu, plastik, dan benang. Ya aku akan buat layang-layang ssendiri.

Uangnya dari sisa jajanku kemarin.

“Bill, banyak sekali layang-layangnya?” Minta satu buat aku, ya?” adikku yang

paling kecil, wayan datang mendekat. “Ya nanti Bill buatkan satu untukmu,” jawabku

pada adikku. Begitu layang-layang telah siap aku langsung pergi ke sawah. Disitu

tempanku biasa main layang-layangan. Melihat aku, Made langsung mendekati, “Tut,

layang-layang itu mau kamu jual, ya? Aku beli satu, ya?” Aku juga, Tut. Aku beli dua

buat aku dan adikku,” kata Bagus tidak mau kalahh. Teman-teman yang lain juga

mengerumuniku..

“Layng-layang ini masing- asing kujual seribu rupiah. Kalian boleh pilih sendiri.”,

kataku. Wow, luar biasa! Layang-layangmku laris manis. Setelah itu, aku terima

banyak pesanan. Jadi, aku bisa membeli buku-0buku sendiri. Sisanya aku tabung. Ini

berarti menghemat pengeluaran ibu dan bapak. Musim layang-layang kali ini benar-

benar membawa berkah buatku. (Dalam Aku Mampu Berbahasa Indonesia, V,

Kastam Syamsi, dkk 2004)

c. Prosa fiksi imajinatif (folkrole)

Adalah cerita yang di dalamnya menyajikan rangkaian perstiwa yang pelaku-

pelakunya hanya ada dunia dalam dunia imajinasi pengarang; tidak ada dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya raksasa pemakan manusia dan burung garuda

raksasa, dalam cerita Bugis diistilahkan dengan nenepakande dan kuajang. Cerita

seperti ini hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan bagi anak-anak yang

suka dongeng dengan pelaku raksasa atau binatang (fabel), misalnya dongeng Tanah

Sang Raksasa, Kepel Iwe-Iwel, Kancil yang Cerdik, dan sebagainya.

Tanah Sang Raksasa

Raksasa Bargawa menerima sahabatnya di dalam guanya. Sahabat raksasa Bargawa

adalah seorang manusia , laki-laki muda bernama Arya. Pemuda Arya dan raksasa

Bargawa sudah lama bersahabat. Mereka saling menyukai satu dengan yang lain.

Page 19: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

“Aku sengaja mengundangmu hari ini, Arya,” kata Raksasa Bargawa. Matanya yang

lebar berkejap-kejap, giginya yang tajam dan runcing tampak mengkilap ketika ia

ketawa. “Untuk berbicara tentang tanah milikmu ini, bukan?” tanya Arya. “Benar!”

Raksasa Bargawa mengangguk. Rambutnya yang keriting panjang beriap-riap pada

waktu itu menggerakkan kepalanya...

(Dikutip Dalam Aku Cinta bahasa Indonsia, IV A. 2004)

3. Drama

Bagaiamana dengan drama? Samakah dengan prosa atau berbeda ? Surana (1984)

memberikan jawaban bahwa “drama adalah karangan prosa atau puisi berupa dialog dan

keterangan laku untuk dipertunjukkan di atas pentas.” Pengertian tersebut sejalan dengan

pengertian drama yang disampaikan oleh Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan

cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan

menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.” Jadi, drama merupakan salah

satu karya sastra yang dipakai sebagai medium pengungkapan gagasan atau perasaan

melalui serangkain dialog antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk

dibacakan secara estetis melainkan untuk dipertunjukkan . Misalnya

TAS SEKOLAH RARA

Tokoh : Rara, Yayang, Alisia, dan Ibu

Di halaman rumah Yayang terlihat Rara, Yayang, Alisia mengenakan seragam Sekolahh,

mengendong tas masing-masing

Yayang : “Ra, terima kasi ya! (memberikan buku), Nanti kalau ada yang baru kita tukar

baca lagi

Rara : (memasukan buku ke tasnya) Iya, Aku pulang dulu ya!

Alisia : “Ra, kamu tak punya tas lagi, ya! Yang sudah robek begini masih kamu pakai

(menepuk tas rara). (Rara dan Yayang terkejut)

Yayang : “Lis!”

Rara : “Yo saya pulang duluan ya! (tak meladeni pertanyaan Alisia)

Alisia : “Aku juga pulang, yu. Sampai besok!

Yayang : “Ya dadaa!

(Rara dan Alisia meninggalkan pentas, ibu masuk).

Ibu : “Eh, mamam sudah pulang.

Page 20: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

Yayang : “Iya, Ma! (mencium tangan ibunya)

............................................

(Dikutip dari Karya Mien Rumini dalam Pend. KeterampilanBerbahasa oleh Djago

Tarigan dkk, 2001)

E. CIRI-CIRI SASTRA ANAK

1. Ciri-ciri Puisi Anak-anak

Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi di SD, menurut Rusyana (Dalam

Nadeak, 1985:62) adalah:

(a) isi sajak harus merupakan pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf

perkembangan jiwa anak,

(b) sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak,

(c) sajak itu harus memiliki keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan

kata yang nyata, permainan bunyi, dan lain-lain,

(d) perbendaharaan kata yang sesuai dengan dunia anak.

Sedangkan menurut Sutawijaya, dkk (1992) pusi yang diberikan kepada anak sebagai bahan

pembelajaran apresiasi sastra puisi di SD hendaknya memiliki ciri sebagai berikut:

(1) Ciri keterbacaan

Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal

oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat dipahami oleh anak.

Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan

(tersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplisit.

(2) Ciri kesesuaian

Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak Sekolah Dasar menyukai puisi

yang membicarakan kehidupan sehari-hari, petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.

Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya, anak yang berada di

lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan untuk dipelajari

adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang

dijadikan bahan ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau.

Page 21: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

2. Ciri-ciri cerita anak

Bagaimana dengan ciri prosa anak-anak dan contohnya? Cerita yang diberikan kepada

anak sebagai bahan ajar di SD hendaknya cerita memiliki ciri-ciri: bahasa yang

sederhana, pilihan kata yang dapat dipahami, sesuai dengan kegemaran dan

perkembangan usia anak, dan lingkungan yang relevan dengan dunia anak misalnya pada

musim panen dipilih cerita yang berkaitan dengankehidupan petani. Hasyim (1981)

mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak sebagai bahan belajar di

Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri sebagai berikut.

(a) Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.

(b) Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada tahap

pertama (kelas 1-3 SD) , bacaan untuk anak laki-laki dan wanita dapat disamakan.

Untuk selanjutnya ( kelas 4-6 SD) secara berangsur-angsur akan kelihatan bahwa

anak laki-laki lebih menyenangi cerita petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan

anak wanita lebih menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.

(c) Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi mengutamakan

pendidikan moral dan pembentukan watak.

Apa yang dikemukakan oleh Hasyim sejalan dengan Pramuki (2000) bahwa hendaknya

cerita yang diberikan kepada anak adalah cerita yang sesua dengan tingkat perkembangan

usia anak-anak, yakni: usia 6-9 tahun lebih menyenangi cerita yang bertema kehidupan

sehari-hari sampai termasuk dongeng hewan dan cerita lucu, usia 9-12 tahun menyukai

cerita yang bertema tentang kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realistis, cerita

fantastis, dan cerita petualangan.

Adapun ciri-ciri yang lebih spesifik dikemukakan oleh Cullinan (1987) bahwa bahan

cerita yang diberikan kepada anak SD hendaknya memiliki ciri-ciri:

(1) latar cerita dikenal oleh anak, yakni cerita yang dipelajari berlatarkan lingkungan

yang mereka temui dalam permainan sehari-hari,

(2) alurnya bersifat tunggal dan maju karena mudah dipahami anak, bukan plot majemuk

dan beralur maju-mundur atau sorot balik

Page 22: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

(3) pelaku utama cerita adalah dari kalangan anak-anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang

dan karakterpelaku dilukiskan secara konkret sehingga mudah dipahami oleh anak dan

sesuai perkembangan moral anak,

(4) tema cerita sederhana dan sesuia tingkat perkembangan individua-sosial anak seperti

kejujuran, patuh pada orangtua, benci pada kebohongan dan sebagainya,

(5) amanat atau pesan cerita dapat membantu siswa memahami dan menyadari perbedaan

sikap yang baik dan tidak baik serta nilai-nilai positif yang dapat membentuk kepribadian

dirinya

(6) bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh anak; kosa katanya dipahami dan

struktur kalimatnya sederhana. Apakah semua kosa kata dalam cerita harus dipahami

anak? Pertanyaan itu mungkin Anda ajukan setelah mencermati uraian di atas. Kosa kata

dalam cerita tidak mutlak harus dipahami semua oleh anak. Boleh saja cerita itu di

dalamnya ada satu atau dua kata yang kurang diketahui artinya oleh anak. Fungsinya

adalah menjadi sarana penambah perbendaharaan kosa kata anak.

3. Cirri-ciri drama anak

Pembelajaran sastra yang berkaitan dengan drama di sekolah dasar hendaknya

menggunakan bacaan drama anak-anak. Bagaimana ciri drama anak-anak? Drama anak-

anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi bahasanya, tema, pesannya.

Yang berbeda adalah dari segi dialog yang sederhana dan jumlah adegan yang tidak

terlalu panjang dan berbelit.

Page 23: Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANApresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra anak-anak

sehingga muncul pengertian, ketepatan dan ketelitian pemahaman, kepekaan perasaan dan

penghargaan yang baik dalam diri anak terhadap sastra anak-anak. Apresiasi sastra anak

mempunyai manfaat diantaranya : melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan

tentang pengalaman hidup manusia, membantu mengembangkan pribadi membentuk watak,

memberi kenyamanan meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981).

Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan,

penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi maupun

prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan

drama. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif

diantaranya adalah pendekatan Emotif, pendekatan Didaktis, dan pendekatan Analitis.

B. SARAN

Penulis berharap pendidik dapat menggunakan dan menghasilkan sebuah apesiasi karya sastra

anak-anak secara reseptif  agar anak-anak mendapatkan pembelajaran tentang sastra sesuai

dengan porsinya dan lebih meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak dalam dunia sastra.

Daftar pustaka1. https://plus.google.com/116376703237911756669/posts/KiG47nNxnMu 2. http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/

Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_7.pdf3. http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/

Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_8.pdf4. file:///E:/KULIAH/Dwi%20Restiyanti%27s%20Blog%20%20Apresiasi%20Sastra

%20Anak%20Secara%20Reseptif%20dan%20Produktif.htm