makalah aqidah
TRANSCRIPT
Tugas Kelompok
TUGAS MAKALAH AQIDAH AHKLAK
MEMAHAMI TAUHID
KELOMPOK QANAAH
Nama Kelompok: 1. AINUL MARDIA
2. WIRA WARDIATI RAMADHANI TAHIR
3. NURJANNAH
4. MUSDALIFA
Kelas : XII IPA 1
MAN 1 BARAKA
KABUPATEN ENREKANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan mengenai tauhid merupakan salah satu hal yang paling penting dalam agama
islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang
tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah. Kalimat Tauhid atau
lebih dikanal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah Thayyibah (Laailaahaillallah)
begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan
kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah Aqidah menjadi sesuatu yang
terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis dengan
persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang
menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk masalah keberagamaan, sehingga
kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah
umat Islam, dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya akan menyadarkan
kita semua akan pentingnya peran agama islam sebagai penuntun yang tidak mengatur urusan
ukhrawi saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang menjadikan 'aqidah
sebagai landasan berfikirnya.
Dalam hal ini kita akan membahas landasan umum dari tauhid menurut islam sehingga
kita dapat memahami tauhid yang sebenarnya. Ini dapat meningkatkan keimanan kita serta dapat
beribadah sesuai dengan tuntunan yang seharusnya sebagai ummat islam.
B. Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat yang dapat kita ambil dari makalah tentang tauhid ini
yakni :
1. Agar kita dapat memahami tentang makna serta istilah lain dari tauhid
2. Agar pemahaman kita tentang macam-macam dari tauhid dapat lebih mendalam.
3. Semoga ciri-ciri tauhid dapat kita ketahui dari diri pribadi seorang muslim serta
hikmah tauhid bagi seorang muslim dapat dipahami dengan jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid Dan Istilah-Istilah Lainnya
Tauhid
Tauhid merupakan suatu pengetahuan yang bersifat kesaksian, keyakinan dan keimanan
manusia terhadap keesaan tuhan dengan segala sifat kesempurnaan dan keesaannya.
Menurut aqidah Islam, konsepsi tentang ketuhanan disebut Tauhid, sedangkan ilmu yang
membahas disebut ilmu Tauhid. Ilmu tauhid adalah ilmu tentang ke Maha esaan tuhan. Menurut
Osman Rabily ajaran islam tentang ke Maha esaan tuhan adalah sebagai berikut:
a) Allah maha esa dalam zat-Nya, kemaha esaan Allah dalam zat-Nya dapat dirumuskan
dengan kata-kata bahwa zat Allah tidak sama dan tidak dapat dibandingkan dengan
apapun juga. Keyakinan kepada zat Allah yang maha esa eperti ia mempunyai
konsekuensi. Konsekuensinya adalah bagi umat islam yang memiliki aqidah demikian,
setiap atau segala sesuatu yang dapat ditangkap dengan panca indra mempunyai
bentuk tertentu, tunduk pada ruang dan waktu, hidup memerlukan makanan dan
minuman seperti manusia biasa mengalami sakit dan mati, lenyap dan musnah, bagi
orang muslim bukanlah Allah tuhan yang Maha esa.
b) Allah maha esa dalam sifat-sifatnya, kemaha esaan Allah dalam sifat-sifatnya ini
mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada
yang menyamainya. Sifat-sifat Allah itu banyak dan tidak dapat diperkirakan, dari al-
Quran dapat diketahui 99 sifat tuhan yang biasanya disebut asmaul husna.
c) Allah maha esa dalm perbuatan-perbuatan-Nya. Pernyataan ini mengandung arti
bahwa kita meyakini tuhan yang maha esa tiada bertara dalam melakukan sesuatu,
sehingga hanya dialah yang dapat menciptakan alam semesta ini. Konekuensi
keyakinan bahwa Allah maha esa dalam berbuat bahwa seorang muslim tidak boleh
mengagumi perbuatan-perbuatan manusia, baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kolektivitas tidak boleh dijadikan objek pemujaan apalagi kalau disembah.
d) Allah maha esa dala wujud-Nya. Ini berarti bahwa wujud Allah lai dari alam semesta.
Ia tidak dapat disamakan dan dirupakan dengan apapun juga. Eksistensi-Nya wajib
karena itu disebut wajibul wujud. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa hanya
Allahlah yang abadi dan wajib eksistensi atau wujudnya. Selain dari dia, semuanya
mumkinul wujud artinya boleh (mungkin) ada, boleh (mungkin) tiada seperti
eksistensi manusia dan seluruh alam semesta ini yang pada waktunya pasti akan mati
atau hancur binasa.
e) Allah maha esa dalam menerima ibadah. Ini berarti bahwa hanya Allah sajalah yang
berhak disembah dan menerima ibadah. Konsekuensi keyakinan ini adalah hanya
dialah Allah yang wajib kita sembah, hanya kepadanya pula seluruh shalat, dan
ibadah yang kita lakukan kita niatkan dan kita persembahkan.
f) Allah maha esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia artinya bila seorang hendak
menyampaikan maksud, permohonan atau keinginannya langsunglah sampaikan
kepadanya, kepada Allah sendiri tanpa perantara atau media apapun namanya.
Konsekuensi keyakinan ini adalah setiap muslim tidak memerlukan orang lain di dunia
ini dalam menyampaikan hajat dan hasrat kepada Allah.
g) Allah maha esa dalam memberi hukum. Ini berarti bahwa Allah adalah satu-satunya
pemberi hukum yang tertinggi. Ia memberi hukum kepada alam yang selama ini kita
kenal dengan sebutan hukum Archimedes, Boyle, lavoiser, hukum relativitas,
thermodynamic dan sebagainya . konsekuensi keyakinan seperti ini adalah setiap
muslim wajib percaya pada adanya hukum hukum alam baik alam fisik maupun alam
psikis dan spiritual yang terdapat dalam kehidupan baik kehidupan individual maupun
kehidupan sosial.
Disamping itu istilah-istilah lain yang relevan dengan pembahasan tauhid ialah
pembahasan mengenai ilmu kalam sebab ilmu kalam ini di dalamnya membahas masalah-
masalah ilmu ketuhanan. Secara bahasa kalam berarti pembicaraan yakni pembicaraan yang
bernalar dengan menggunakan logika. Oleh karena itu ciri utama dari ilmu kalam adalah
rasionalitas dan logika.
Menurut Muhammad Abduh ilmu kalam membicarakan tentang wujud Allah SWT sifa-
sifat wajib yang mesti ada padanya dan sifat-sifat yang mustahijl atau tidak mungkin ada
padanya,dan juga membicarakan tentang rasul-rasul Allah yang telah ditetapkannya dan sifat-
sifat yang mesti ada padanya dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya. Sedangkan
menurut Ibnu Kaldun ilmu kalam adalah ilmu ysng beralasan-alasan mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf
dan As-sunah.
Ilmu kalam juga sering disebut dengan istilah teologi, yaitu ilmu yang membicarakan
tentang tuhan atau disebut dengan ilmu ketuhanan. Namun berbeda dengan teologi agama
Kristen, teologi islam bersifat hitegratif artinya bahwa teologi islam memandang haterdapat
persamaaan yaitu dakekat tuhan hanyalah tunggal, satu dan tidak mempunyai sekutu yang
lainnya sehingga dilihat dari sudut tuhan seua ciptaan yang beraeka ragam dunia ini, alam
semesta dan seisinya yang menciptakan hanya tuhan yang satu semua manusia pada hakekatnya
diciptakan oleh tuhan yang satu, meskipun masing-masing manusia menyebutnya berlainan,
sesuai dengan keanekaragaman agama, sejarah dan bahasa.
Dari beberapa istilah yang digunakan seperti aqidah, tauhid ilmu kalam dan teologi
terdapat persamaan yaitu dalam objek yang menjadi pembicaraan atau pembahasan yaitu sama-
sama membicarakan tentang Allah, tuhan yang maha esa segala sesuatu tentang tuhan disebut
dengan ketuhanan.
B. Macam-Macam Tauhid
Menurut mutakallimin tauhid dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya sebagai
berikut:
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah berasal dari salah satu nama Allah Ar-Rabb, yang memiliki
beberapa makna pemeliharaan, pengasuh, penolonh, pendamai dan pelindung. Sedangkan
secara syari Tauhid Rububiyyah yaitu keyakinan yang pasti bahwa Allah SWT adalah
tuhan segala sesuatu, penguasanya, pencipta segala sesuatu, hanya dia pengatur alam
semesta dan tidak ada sekutu baginya. Hanya dialah satu-satunya yang maha suci, yang
menciptakan, mengatur dan mengendalikan seluruh perkara bagi seluruh mahkluk.
Syaikul islam ibnu taimiyah berkata bahwa tauhid rububiyyah adalah tidak ada pencipta
kecuali Allah SWT maka tidak ada sesuatu apapun selAinnya yang mampu menciptakan
segala perkara. Bahkan segala apa yang dikehendakinya terjadi dan segala yang tidak
dikehendakinya tidak terjadi. Allah berfirman dalam surah Al-Anam:102:
Artinya: Yang memiliki sifat-sifat demikian itu ialah Allah tuhan kamu, tidak ada
tuhan selain diapencipta segala sesuatu maka sembahlah dia dan dialah pemelihara segala
sesuatu (Al-anam: 102).
Tauhid semacam ini adalah dasar bagi macam-macam tauhid lainnya karena hanya
yang maha menciptakan yang maha menguasai dan maha memberi satu-satunya yang
layak disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, seta dibersihkan dari
segala aib dan kekurangan.
2. Tauhid Uluhiyah
Ulhiyah berasal dari kata Al-ilah yang artinya sesuatu yang disembah dan sesuatu
yang ditaati secara mutlak. Tauhid uluhiyah adalah tauhid ibadah atau tauhid tujuan dan
permintaan. Yaitu mengkhususkan ibadah hanya kepada Allah SWT dengan berbagai
macam ibadah seperti: shalat, zakat, puasa, haji, berkurban, bernasar, takut, harapan,
tawakal, kecintaan, keseganan, doa dan ibadah-ibadah lainnya yang harus ditunjukkan
hanya kepada Allah swt semata. Barang siapa yang menunjukan ibadahnya kepada selai
Allah swt maka dia telah musyrik. Firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah:163:
Artinya: dan tuhanmu adalah tuhan yang maha esa tidak ada tuhan melainkan dia
yang maha pemurah lagi maha penyayang (Al-Baqarah:163).
Dalam ayat ini dapat kita simpulkan bahwa manusia diwajibkan untuk menyembah
Allah sebab Allah adalah tempat meminta, dan juga tempat mengaduhkan nasibnya,
manusia wajib mentaati perintah dan menjauhi larangannya. Semua yang berupa
kebaktian langsung kepada Allah tanpa perantara. Allah melarang kita menyembah
selainnya seperti menyembah batu, matahari apalagi menyembah manusia. Karena itu
semua perbuatan syirik sangat besar dosanya dan dibenci oleh Allah, bahkan Allah tidak
akan mengampuni dosa musyrik itu.
3. Tauhid Mulkiyah
Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari akar kata mulk, yang dengannya terbentuk
pula kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang meyakini bahwa Allah
sebagai satu-satunya dzat yang menguasai alam semesta ini, dengan hak penuh penetapan
peraturan atas kehidupan. Melalui sifat mulkiyahnya maka Allah berhak menentukan apa
saja untuk mahluknya. Sebagai pemilik segala yang ada, maka Allah adalah raja atau
penguasa. Raja menjadi berfungsi sebagai penguasa manakala ia adalah pemimpin yang
dipatuhi. Allah juga menunjukan bahwa dirinya adalah pelindung orang-orang beriman
yang akan membawa mereka menuju pencerahan allah berfirman dalam surah Al-
Baqarah: 257:
Artinya: Allah pelidung orang-orang yang beriman, dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelidung-
pelindungnya adalah syaitan yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Merka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Al-Baqarah:
257).
Allah menggambarkan dirinya sebagai wali yaitu sebagai peminpin, pelindung dan
penolong orang-orang yang beriman. Hanya orang-orang yang berhak atas kekuasan
Allah saja semestinya memegang kendali kepemimpian atas dunia ini. Karena itu hak
penetapan hukum, peraturan hidup, ketetapan adalah ditangan sang pencipta alam.
Keberadaan keyakinan mulkiyatuh ini membedakan antara pribada muslim dan non
muslim. Orang-orang kafir menolak kepemimpinan Allah, menolak hukum Allah, dan
kehidupan mereka hanyalah berorientasi kehidupan dunia belaka, pemimpin mereka
adalah thaghut.
Dengan demikian tauhid mulkiyah menegaskan loyalitas, kerelaan, pembelaan,
dukungan dan pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali pemimpin atau undang-undang
yang bersumberkan dari syariat Allah di muka bumi, maka akan menjamin kemaslahatan
dan kemakmuran di muka bumi.
C. Ciri – Ciri Dan Hikmah Bagi Orang Yang Bertauhid
Orang yang beraqidah-tauhid atau orang yang beraqidah Dinul Islam di zaman
Rosululloh SAW adalah orang yang memiliki ikatan janji atau orang yang telah menyatakan
ikrar janji atau sumpah setia atau komitmen kepada Alloh dan Rosul-Nya bahwa mereka siap
untuk meninggalkan Agama yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah
Jahiliyah atau Pemerintahan Jahiliyah) dan siap untuk hijrah ke dalam Agama Islam yang ada di
bawah naungan Lembaga Dinul Islam atau Islam Kaffah (Mulkiyah Islam atau Pemerintahan
Islam).
Ciri khas orang yang beraqidah-tauhid atau orang yang beraqidah Dinul Islam secara
kaffah (totalitas) dalam seluruh aspek kehidupannya adalah:
1. Hanya menerima eksistensi Dzat Alloh saja dan menolak segala bentuk dzat thogut.
2. Hanya menerima eksistensi Sifat Alloh saja dan menolak segala bentuk sifat thogut.
3. Hanya menerima eksistensi Asma’ Alloh saja dan menolak segala bentuk nama-nama
thogut.
4. Hanya menerima eksistensi Af’al Alloh saja dan menolak segala bentuk kinerja thogut.
5. Hanya terikat secara totalitas oleh Rububiyah Alloh saja dan menolak segala bentuk
rububiyah thogut.
6. Hanya terikat secara totalitas oleh Mulkiyah Alloh saja dan menolak segala bentuk
mulkiyah thogut.
7. Hanya terikat secara totalitas oleh Uluhiyah Alloh saja dan menolak segala bentuk
uluhiyah thogut.
Allah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim, “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-
hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat
Rabb mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu
apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka,
mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
segera memperolehnya. “ (Al-Mu’minun:57-61)
Ayat-ayat di atas menyebutkan kriteria orang-orang yang beriman dan bertauhid dengan
baik, antara lain :
1. Bertauhid Karena Takut Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Tentang firman Allah, Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan
(adzab) Rabb mereka Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Mereka berbuat baik dan beramal
shalih karena takut terhadap Rabb mereka dan khawatir ditimpa oleh sesuatu yang mereka tidak
inginkan. Inilah kondisi seorang mukmin, berbuat kebaikan karena takut kepada Allah dan
khawatir tidak memperoleh apa yang mereka inginkan”. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah
menyatakan, “Seorang mu’min mengumpulkan antara perbuatan baik dan rasa takut kepada
Allah. Sedangkan seorang munafik mengumpulkan antara perbuatan jelek dan rasa aman dari
siksa Allah.”
2. Bertauhid Karena Keimanannya Yang Tinggi
Tentang firman Allah, “Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka”
Perlu diketahui bahwa beriman dengan ayat-ayat Allah mencakup dua hal:
- Beriman dengan ayat Allah Al-Kauniyyah, Maksudnya beriman bahwa segala yang
terjadi di alam ini dengan taqdir dan ketentuan Allah.
- Beriman dengan ayat Allah Asy-Syar’iyyah, Maksudnya beriman kepada syariat yang
Allah turunkan melalui Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Ayat Allah Asy-Syar’iyyah
mengandung tiga hal:
a. Perintah Allah yang disyariatkan. Ini adalah perkara yang dicintai Allah.
b. Larangan Allah yang disyari’atkan. Ini adalah perkara yang dibenci Allah.
c. Kabar yang diberitakan oleh Allah dalam syari’at-Nya. Kabar ini adalah benar dan
tidak mungkin dusta sebab datangnya dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Bertauhid Karena Ingin Memurnikan Ibadahnya
Tentang firman Allah, “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb
mereka (sesuatu apapun)”. Perlu diketahui bahwa tidak berbuat syirik yang dimaksud dalam ayat
ini adalah makna yang menyeluruh dan mencakup semua jenisnya. Artinya tidak berbuat syirik
besar maupun kecil, baik yang jelas atau tersembunyi. Ini adalah sifat seorang yang
merealisasikan tauhid secara sempurna. Jika dinyatakan “tidak berbuat syirik” sedikit pun,
berarti terlepas pula dari perbuatan bid’ah dan maksiat. Sebab berbuat bid’ah dan maksiat
merupakan realisasi menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan selain Allah. Inilah yang
disebut dengan syirik.
Hikmah Tauhid
Para nabi menyeru umatnya kepada tauhid karena memiliki keutamaan yang sangat besar.
Nasib baik umat manusia di dunia dan akhirat bergantung kepada perealisasian tauhid. Demikian
pula keselamatan hanya bisa diraih dengan bertauhid. Allah telah menjanjikan kepada orang-
orang yang bertauhid berbagai keutamaan. Semua itu sebagai pelecut bagi kaum muslimin untuk
menggapai keutamaan tauhid tersebut.
a. Rasa Aman dan Petunjuk bagi Orang Yang Memurnikan Ketauhidannya
Setiap penganut tauhid akan mendapatkan jaminan keselamatan dari Allah berupa rasa
aman dan petunjuk. Hal ini membuktikan betapa penting bagi sekalian manusia untuk memiliki
tauhid. Dengan demikian berarti seorang yang tidak menjauhi syirik besar akan nihil perolehan
rasa aman dan petunjuk secara mutlak. Sebaliknya seorang yang bersih dari syirik besar akan
mendulang rasa aman dan petunjuk sesuai dengan tingkat keislaman dan keimanan yang
tertanam pada dirinya. Maka rasa aman dan petunjuk yang sempurna hanya akan diraih oleh
seorang yang bertauhid dan bertemu dengan Allah tanpa membawa dosa besar yang dilakukan
secara terus-menerus.
Seorang yang bertauhid akan menggapai rasa aman dan petunjuk sesuai dengan nilai
tauhid dan akan hilang sesuai dengan kadar maksiat. Ini apabila dia memiliki dosa-dosa dan
tidak bertaubat darinya.
Adapun golongan yang bersegera kepada kebaikan adalah orang yang memiliki
kesempurnaan iman dengan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk taat kepada Allah, baik
dalam berilmu maupun beramal.
b. Rasa Aman di Akhirat Bagi Yang Memurnikan Ketauhidannya
Dalam kehidupan akhirat seseorang yang bertauhid dengan sempurna akan menikmati
rasa aman dari kekalan dalam api neraka dan ancaman adzab. Sementara orang yang tidak
menyempurnakan tauhid karena melakukan dosa besar tanpa bertaubat akan mengecap rasa
aman dari kekalan dalam api neraka tetapi tidak merasa aman dari ancaman adzab.
c. Beribadah Sekaligus Tidak Berbuat Syirik Akan Membebaskan Manusia dari Adzab
Neraka
Bertauhid kepada Allah merupakan modal pokok untuk menggapai segala keberuntungan
di dunia dan akhirat. Itulah rahmat Allah yang sangat luas bagi para pemeluk tauhid. Hak timbal
balik ini merupakan ketetapan Allah bukan paksaan dan kehendak seorang pun. Allah
membentangkan keutamaannya bagi siapa yang mau merealisasikan tauhid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
- Tauhid merupakan suatu pengetahuan yang bersifat kesaksian, keyakinan dan keimanan
manusia terhadap keesaan tuhan dengan segala sifat kesempurnaan dan keesaannya.
- Menurut mutakallimin tauhid dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya sebagai
berikut; Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Mulkiyah
- Adapun ciri dan keutamaan tauhid, yakni ; 1) Rasa Aman dan Petunjuk bagi Orang Yang
Memurnikan Ketauhidannya, 2) Rasa Aman di Akhirat Bagi Yang Memurnikan
Ketauhidannya, 3) Beribadah Sekaligus Tidak Berbuat Syirik Akan Membebaskan
Manusia dari Adzab Neraka.
B. Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan Mahasiswa pada khususnya dan Umat
Islam pada umumnya dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta dapat
mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan yang esa dan yang patut disembah, kita
akan terhindar dari perbuatan syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi
Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka jahannam. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/07/12/hikmah-tauhid-8-kriteria-orang-orang-yang-bertauhid/
http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-tauhid.html
http://risalahdinulislam.wordpress.com/category/aqidah-tauhid/
http://qurandansunnah.wordpress.com/2010/04/09/keutamaan-orang-bertauhid/
http://alhujjah.wordpress.com/tauhid/