makalah asuhan keperawatan mastitis
DESCRIPTION
MASTITISTRANSCRIPT
Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis
Kata PengantarPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari bebagai pihak,untuk itukami ucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing dan juga teman-teman semua yang telah ikut berperan serta dalam pembuatan
makalah ini.
Disini penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang-
orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini belum lah sempurna,untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan pada pembuatan makalah-makalah yang selanjutnya.
Palembang, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
Bab II Tinjauan Teori
2.1 Konsep Medik
A. Definisi
B. Anatomi Fisiologi Payudara
C. Penyebab
D. Faktor Predisposisi
E. Gejala
F. Pencegahan
G. Pengobatan
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Penutup
4.1 kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPeriode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak
hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil,
seperti yang sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya, paling mencolok
setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium puerpera.
Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan
oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu
dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kehamilan, persalinan dan menyusui
merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar
dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah fungsi yang tak
terpisahkan.
1.2 Tujuan Penulisan1. Memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah MATERNITAS II.
2. Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami dan
mengerti tentang MASTITIS.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DefinisiMastitis adalah peradangan pada
payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak,
yang disebabkan oleh kuman terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting
susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini
biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut
juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah (Jane, A.Morton MD,2002).
Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal
bila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya
serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses
antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3,
yaitu :
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan
mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada
saluran di payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang
ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman
Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan
penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan
pengangkatan payudara/mastektomi.
B. Anatomi Fisiologi Payudara1. Anatomi Payudara
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,
sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama
dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
C. Penyebab Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal
ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika
bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan
yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran
ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
2. Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara
adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis
jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
D. Faktor PredisposisiBeberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat
mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam
payudara.
7. Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,
tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8. Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang
dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9. Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan
kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
E. Gejala Mastitis- Nyeri payudara dan tegang atau bengkak
- Kemerahan dengan batas jelas
- Biasanya hanya satu payudara
- Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan
F. PencegahanPerawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun
sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah
mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya
harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya
bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu
ibu dikeluarkan dengan pijatan.
G. Pengobatan Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae yang
sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya abses sering kali
dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin
dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan
pembiakan air susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses dan
nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar
terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan
jalannya duktus-duktus itu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta
review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data,
klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
1) Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan
proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk
mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
2) Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas
kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Apakah ada
keluarga yang menderita penyakit yang sama .
Pengkajian fisik meliputi :
1. Keadaan umum
2. Tingkah laku
3. BB dan TB
4. Pengkajian head to toe
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
3. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae
adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan
pemeriksaan reseptor hormon.
Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
sesudah masuk RS.
Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah
masuk RS.
Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
Personal hygiene
1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat
sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping
yang negatif.
Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat
lain.
Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
Klasifikasi Data
1. Data pengkajian
1) Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal
sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk,
nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur,
harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2) Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang
meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,
hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya
pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang
didapat pada klien.
2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses infeksi :
mastitis.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan
perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses infeksi :
mastitis.
- Tujuan :
1. Nyeri berkurang/hilang.
2. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman.
3. Ibu dapat beraktifitas dengan normal
- Intervensi :
1. Ajarkan teknik relasksasi.
2. Kompres hangat pada area nyeri.
3. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
- Rasional :
1. Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi rasa nyeri.
2. Kompres hangat akan membantu melancarkan peredaran darah
pada area nyeri.
3. Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa nyeri.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Tujuan :
1. Intake nutrisi adekuat.
2. Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama masa
menyusui
- Intervensi :
1. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi kecil tapi
sering.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa menyusui.
3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin.
- Rasional :
1. Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak
kesempatan bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
2. Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan
mendorong pasien untuk lebih memperhatikan pemenuhan
kebutuhan nutrisinya.
3. Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan
4. Penatalaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat
respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi
ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan
menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan
dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien ke arah pencapaian hasil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui.
Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis
ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu
setelah melahirkan. Penyebab adalah infeksi Stapilococus aureus.
Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatian
oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah
melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan,
stres, dan pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari payudara
yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.
Daftar Pustaka
Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya Medika : Jakarta
Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta.
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC : Jakarta
Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement. Elex Media Komputindo :
Jakarta