makalah aya blok 12 (autosaved) (autosaved)

Upload: yayaya

Post on 10-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Roseola Infantum

TRANSCRIPT

Roseola Infantum pada Bayi Usia Sepuluh BulanShienowa Andaya Sari102012445 /A4Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida [email protected]

PendahuluanDemam pada anak yang diikuti dengan munculnya ruam atau bintik merah seringlah terjadi pada masa kanak-kanak. Roseoa infantum merupakan salah satu penyakit dengan gejala demikian. Pada kasus kali ini didapatkan skenario yaitu seorang bayi berusia 10 bulan dibawa ibunya ke puskesmas karenea timbul kemerahan diseluruh tubuh sejak satu hari yang lalu. Pasien mengalami demeam tinggi dan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu. Demam berangsur-angsur turun saat ruam muncul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sakit ringan dengan tanda-tanda vital normal. Terlihat macula eritematous di seluruh tubuh, terutama wajah, leher, punggung dan ektremitas atas. Berdasarkan pada kasus kali ini akan dibahas mengenai anamnesis, dan pemeriksaan fisik kemudian dapat mendiagnosis penyakit tersebut. Diharapkan dengan adanya tinjauan pustaka ini kita dapat memahami, dan dapat mendiagnosis suatu penyakit dengan tepat serta dapat mengobati penderita.Isi1. AnamnesisTujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya.1 Kemudian barulah dapat dibuat penilaian tentang keadaan pasien. Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu anamnesis. Pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan harus selalu mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medis pasien. Prinsip utama dalam anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan riwayat penyakitnya dalam kata-katanya sendiri. Cara pasien mengutarakan riwayat penyakitnya mengungkapkan banyak sifat penyakit pasien tersebut. Anamnesis sendiri terdiri dari beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan kita untuk dapat mendiagnosa penyakit apa yang diderita oleh pasien. Seperti pada kasus ini, maka kita sebaikanya menanyakan kepada pasien identitas pasien berupa umur, nama serta alamat, kemudian apa keluhannya, sejak kapan, bagaimana pola demamnya, dan apakah ada penyakit penyerta. Pada kasus didapatkan seorang bayi berumur 10 bulan dibawa oleh ibunya ke puskesmas, maka akan dilakukan alloanamnesis dengan menanyakan kepada ibu paien. Setelah alloanamesis dilakukan timbul ruam kemerahan di seluruh tubuh sejak 1 hari yang lalu kemudian mengalami demam tinggi dan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu, serta demam berangsur-angsur turun saat ruam muncul.

2. PemeriksaanDiagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yng ditemukan pada pemeriksaan fisik, terutana sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan pemeriksaan laboratorium.2.1. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan informasi benar mengenai kesehatan pasien.1 Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda vital pasien yaitu suhu tubuh, nadi, pernapasan , dan tekanan darah. Pada kasus ini didapatkan anak tampak sakit ringan serta tanda-tanda vital pada bayi 10 bulan normal, kemudian ditemukan macula eritematous di seluruh tubuh, terutama wajah, leher punggung dan ektremitas atas.2.2. Pemeriksaan PenunjangKegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah berupa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium pada roseola mempunyai tanda-tanda sebagai berikut. Selama beberapa hari pertama demam, angka sel darah putih rata-rata 8000/mm3, dengan kenaikan neutrofil. Pada demam hari ke 3-4, angka sel darah putih turun sampai rata-rata 6000/mm3, kadang-kadang dengan neutropenia absolute dan limfositosis yang dapat setinggi 90%. Kadang- kadang sejumlah monosit ada. Cairan serebrospinal biasanya normal, walaupun DNA HHV-6 mungkin terdekteksi dengan rantai polymerase (RRP) pada cairan serebrospinal dari beberapa bayi yang jarang dengan enselopati yang diperantarai HHV-6. Penderita ini juga dapat mempunyai pleositosis carian serebrospinal ringan.2

3. DiagnosisDiagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya.3 Penilaian dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau sejenisnya, dapat dibantu oleh program computer yang dirancang untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan. Sehingga kita dapat menentukan penyakit yang diderita pasien. Diagnosis terbagi menjadi dua yaitu diagnosis kerja (working diagnosis) dan diagnosis pembanding (differential diagnosis). Diagnosis kerja (working diagnosis) adalah diagnosis berdasarkan atas keluhan, hasil pemeriksaan fisik, dan dan laboratorium. Sedangkan diagnosis pembanding (differential diagnosis) adalah penentuan penyakit yang mana di antara sejumlah kemungkinan diderita oleh pasien.3 Berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa diagnosis kerja (working diagnosis) pada bayi umur 10 bulan tersebut ialah roseola infantum. Sedangkan diagnosis pembanding (differential diagnosis) pada bayi tersebut ialah rubeolla, rubella, dan hand, foot, mouth disease.3.1 Working DiagnosisDiagnosis kerja (working diagnosis) pada bayi 10 bulan tersebut yaitu roseola infantum. Roseola infantum atau eksantema subitum sering disebut campak mini karena tampilannya yang sangat mirip dengan campak. Penyakit ini diperkirakan disebabkan oleh virus human herpes 6 serta ditandai oleh iritabel demam tinggi 3-4 hari, sering kali tanpa gejala fisik lainnya.4,5,6 Kelainan kulit pada roseola infantum atau eksantema subitum bersifat diskrit makulopapular berwarna merah tua dan biasannya timbul di daerah dada pada awalnya kemudian menyebar ke muka dan ektremitas. Dalam 2 hari gambaran ini akan menghilang, dengan didahului memudarnya warna dalam beberapa jam sesudah timbul. Beda utama dengan campak atau rubeolla adalah tiadanya bercak koplik. Biasanya menyerang bayi dan anak usia 1-2 tahun.3.2 Differential Diagnosis Telah diketahui bahwa diagnosis pembanding (differential diagnosis) pada kasus ini meliputi rubeolla, rubella, dan hand, mouth, foot disease. 3.2.1 Rubeolla Rubeolla yang juga disebut campak 10 hari atau campak merah adalah suatu infeksi saluran napas atas yang disebabkan oleh paramiksovirus.7 Rubeolla biasanya dijumpai pada anak dan ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup. Mas inkubasi asimtomatiknya adalah 7 sampai 12 hari sebelum penyakit mucul. Penyakit ini sangat menular. Penyakit aktif ditandai oleh gejala-gejala awal (prodromal) yang diikuti oleh ruam.Gambaran klinis berupa gejala prodromal mencakup demam tinggi, batuk menyalak, pilek, pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ditandai oleh bercak koplik di mukosa pipi (bukal). Brcak koplik adalah titik putih yang dikelilingi oleh cincin kemerahan. Suatu ruam makulopapular disertai eritema pada sekitar 3 atau 4. Ruam berawal di wajah, menyebar ke badan, dan akhirnya ekstremitas. Ruam biasanya 4 hari.7 3.2.2 RubellaRubella, juga disebut campak Jerman adalah suatu infeksi virus pada saluran napas yang disebabkan oleh virus rubella.7 Masa inkubasi setelah infeksi adalah 14-21hari diikuti oleh gejala-gejala prodromal selama sekitar 1-4 hari. Kemudian muncul ruam. Rubella sangat menular selama stadium prodromal, tetapi mungkin tidak lagi setelah ruam muncul.Gambaran klinis berupa stadium prodromal ditandai oleh demam ringan, malaise atau tidak enak badan, pembesaran kelenjar getah bening (terutama pasca-aurikular), nyeri tenggorokan, nyeri kepala. Infeksi aktif ditandai oleh ruam makulopapular difus, berawal di wajah dan menyebar ke badan dan ekstremitas. Ruam bertahan sekitar 2 sampai 3 hari.73.2.3 Hand, Foot, and Mouth DiseasePenyakit Tangan Kaki dan Mulut (PTKM) atau Hand Foot and Mouth Disease (HMFD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dari genus Enterovirus, terutama Coxsackie virus type A,B dan Echovirus.7 Sebagian besar HMFD dalam praktek sehari-hari disebabkan oleh Coxsackie virus A 16 (CA 16) yang menunjukan gejala ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus. Sedangkan HMFD yang disebabkan oleh Enterovirus 71 (EV 71) menunjukan gejala berat dan memerlukan perawatan khusus di Rumah Sakit. Penyakit ini sering terdapat pada anak dibawah usia 10 tahun, terutama bayi, dan anak balita. Kalaupun terdapat pada orang dewasa, biasanya tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Masa inkubasi HFMD berkisar 3-6 hari. Setelah seseorang terinfeksi enterovirus dan menyebakan sakit.Gejala awal HMFD sangat mirip dengan penyakit flu, hari pertama dan kedua ditandai dengan demam tidak terlalu tinggi, kemudian nyeri telan, tidak mau makan dan minum. Kemudian pada hari ketiga mulai muncul bintik berair (vesikel) yang mudah pecah di dalam rongga mulut, kadang menimbulkan ulkus mirip dengan stomatitis aftosa (sariawan), diikuti dengan timbulnya bintik berair di telapak tangan dan kaki. Bintik berair adakalanya menyebar ke badan, terutama paha, bokong, perut, lengan dan wajah. Bentuk vesikel mirip dengan cacar air, bedanya pada HFMD lebih lunak dan lebih cepat pecah. Keluhan akan berangsung mereda dan sembuh dalam 7-10 hari.7

4. EtiologiSeperti yang sebelumnya kita telah bahas roseola infantum (eksantema subitum) disebabkan oleh virus herpes 6, merupakan penyakit ringan pada bayi dan anak kecil, tidak cukup berat untuk membutuhkan perawatan rumah sakit.6 Pada tahun 1986, virus baru diisolasi dari sel mononuclear darah perifer beberapa penderita sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS). Pada mulanya, diberi nama virus limfotropik sel-B manusia, penandaan lebih lanjut menunjukan ia meruapakan herpesvirus baru yang sekarang dikenal sebagai herpesvirus 6 manusia (human herpes virus [HHv-6]).2Pada tahun-tahun terakhir, teridentifikasi herpesvirus lainnya pada manusia dan diberi nama HHV-7, HHV-8. Sehingga sudah teridentifikasi tiga herpes virus hingga saat ini yaitu HHV-6, HHV-7, HHV-8.8 HHV-6 secara genetis berkaitan dengan sitomegalovirus (CMV) dan sekarang diketahui sebagai penyebab penyait anak yaitu roseola (eksantema subitum). HHV-6 juga dikaitkan dengan penyakit-penyakit demam pada anak, pneumonitis pada resipien transplantasi organ, dan perkembangan infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV). HHV-7 secara serologis berkaitan dengan HHV-6 dan tampaknya menyebabkan infeksi mirip-roseola pada anak. HHV-6 merupakan virus yang mempunyai ukuran besar (185-200nm), berselubung, virus DNA helai ganda sekitar 160-170 kilobasa.2,9 Pada mulanya diisolasi dari sel darah perifer manusia, bereplikasi pada sel T manusia (baik sel CD4 maupun CD8), monosit, megakariyosit, sel pembunuh alamiah, sel glia, dan sel epitel serta sel salivarius. Virus menghasilkan pengaruh sitopatik atau merusak perkembangan sel dan sel lisis dalam leukosit mononuclear yang dirangsang mitogen. Isolat HHV-6 terpisah menjadi dua grup antigenik yang berbeda tetapi berhubungan erat disebut varian A dan varian B. Varian A lebih sering diisolasi dari penderita orang dewasa dengan AIDS atau penyakit limfoproliferatif. Varian B tampak menyebabkan infeksi HHV-6 primer paling bergejala pada bayi. HHV-6 paling terkait dengan sitomegalovirus manusia (CMV). Hubungan molekuler dan antigenik menjelaskan beberapa tingkat reaktivitas silang serologis dengan CMV.

5. PatogenenesisCara mendapatkan HHV-6 belum diketahui, tetapi virus sering terdeteksi dalam saliva manusia sehat memberi kesan penyebaran horizontal dengan pelepasan virus oral atau percikan ludah penderita. Infeksi primer dapat disertai dengan tanda-tanda klinis dan gejala-gejala atau tidak bergejala. Kehadiran virus dalam darah dapat terlihat pada 4-5 hari pertama roseola klinis dengan rata-rata sel terinfeksi 103 per 106 sel mononuklear. Jumlah virus dalam darah dihubungkan secara langsung dengan keparahan penyakit.2Kemudian muncul respon imun kompleks yang tersusun dari induksi berbagai sitokin (interferon alfa dan gamma, interleukin-beta, faktor nekrosis tumor alfa), respon antibodi, dan rektivitas sel-T. Hilangnya viremia primer, demam, dan munculnya ruam biasanya dihubungan dengan munculnya antibodi anti-HHV-6 neutralisasi serum dan mungkin menaikan aktivitas sel pembunuh alami. Antibodi transplasenta tampak melindungi bayi muda dari infeksi.2Tingginya kadar antibodi pada orang dewasa, seiring pelepasan virus dalam ludah, dan deteksi asam nukleat virus dalam kelenjar ludah dan sel mononuclear darah perifer pada anak yang seropositif dan orang dewasa mendukung keadaan tidak aktif HHV-6 yang hidup lama. Sifat reaktivasi penyakit pada anak yang lebih tua dan orang dewasa terutama mereka yang terganggu imun, baru saja dikenali. Karena kebanyakan pada anak yang lebih tua dan orang dewasa yang terganggu imunnya mempunyai gangguan antibodi pada imuitas seluler, seperti yang ditemukan pada penderita transplant atau mereka yang dengan AIDS, dapat memberi kecenderungan pada reaktivasi pada saat timbul gejala.2

6. EpidemiologiPenelitian seroepidemiologis menggunakan uji Imuoflouresensi untuk antibody serum atau pemeriksaan PCR untuk DNA virus pada saliva atau sel-sel darah telah menunjukan bahwa HHV-6 tersebar luas di populasi.2,9 Kebanyakan 70-95% bayi baru lahir dinyatakan positif mengidap HHV-6, hal ini menggambarkan antibodi transplasenta. Frekuensi menurun antara umur 4 sampai 6 bulan menjadi 5-50%. Lebih dari 90% anak berusia di atas 1 tahun dan orang dewasa positif mengidap virus. Pada masa dewasa akhir, prevalensi antibodi terhadap HHV-6 menurun sampai sekitar 60%. Gambaran prevalensi antibodi cocok dengan prevalensi klinis roseola, dengan insiden puncak pada 6-12 bulan dan 90% terjadi dalam usia 2 tahun pertama. Infeksi terjadi secara sama antara kedua jenis kelamin dan terjadi di seluruh musim dengan insiden agak lebih tinggi pada akhir musim semi dan awal musim panas. Wabah kecil roseola di perantarai HHV-6 terdokumentasi pada populasi yang rapat, seperti panti asuhan. Masa inkubasi yang terkesan dari wabah kecil dan infeksi eksperimental adalah 5-15 hari.

7. KomplikasiApabila terjadi infeksi dari suatu penyakit tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan suatu komplikasi. Komplikasi merpakan kondisis dimana sesoran mengalami dua penyakit atau lebih secara bersamaan dimana penyakit tersebut merupakan penyakit tambahan atau malah merupkan lanjutan penyakit terdahulu. Komplikasi pada roseola infantum yang paling sering terjadi adalah kejang demam, selain itu dapat pula mnyebabkan meningitis atau radang selaput otak. Berdasarkan data penetilian, dari 8 penderita dengan kejang demam, ditemukan HHV-6 pada cairan serebrospinal, menandakan adanya invasi virus pada sistem saraf pusat.2

8. PenatalaksanaanPengobatan atau penatalaksanaan dari roseola infantum berupa terapi suportif dimana merupakan terapi yang sangat dibutuhkan bagi bayi yang menderita roseola infantum. Karena roseola infantum disebabkan oleh virus, maka pengobatan dengan antibiotic tidak diperlukan. Antipiretik mungkin membantu dalam mengurangi sebagian demam dan menenangkan kegelisahan.2 Selain itu dapat terapi tanpa obat-obata juga diberikan seperti banyak minum air putih , serta istirahat yang cukup.

9. PrognosisApabila seseorang menderita suatu penyakit, dan dalam hal ini penyakit tersebut ialah roseola infantum. Dimana pada kasus kali ini penderita ialah seorang bayi berusia 10 bulan. Tentunya kita harus mengetahui prognosis setelah diberikan pengobatan, apakah baik, atau buruk. Prognosis pada roseola infantum adalah baik, tetapi apabila terjadi pada penderita yang jarang menderita hiperpireksia ekstrem, kejang-kejang menetap, ensefalitis berat, atau hepatitis mematikan.2

KesimpulanRoseola infantum adalah suatu penyakit virus menular pada bayi atau anak-anak yang sangat muda, yang dapat menyebabkan ruam berupa makulo eritrosit dan demam yang tinggi. Diagnosis ditetapkan melalui anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien. Menurut etiologinya Roseola infantum disebabkan oleh HHV-6. Pada roseola infantum yang paling sering terjadi adalah kejang demam, selain itu dapat pula mnyebabkan meningitis atau radang selaput otak. Terapi pada Roseola infantum dapat berupa terapi suportif dan terapi dengan hanya mengilangkan gejala penyakit tersebut salah satunya dengan antipiretik. Prognosis pada Roseola infantum adalah baik. Daftar Pustaka1. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokterean EGC; 2003.2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.3. Ramali A. Kamus kedokteran. Jakarta: Djambatan; 2000.4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar infeksi dan pediatric tropis. Jakarta: Bagian IKA FKUI; 2012.5. Insley J. Vade-mecum pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.6. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes: pediatrika. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.8. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.9. Brooks GF, Caroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. 7