makalah bhs indonesia
DESCRIPTION
teknik kimiaTRANSCRIPT
-
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
TUGAS MAKALAH
Dopa Soap Sabun Mandi Transparan Organik Anti Oksidan dari Pemanfaatan
Minyak Jelantah dan Ekstrak Kulit Pisang (Musa Paradisiaca, Linn.) Berbasis
Teknologi Ramah Lingkungan
Disusun Oleh :
ANGGARA EKA PERMANA (21030112120030)
ANGGA MUHAMMAD K. (20130112130126)
ESTIONO NUGROHO (21030112130158)
PUTI SETYO PURWOKO (21030112130149)
RIZKI ANGGA ANGGITA (21030112140036)
SURYO TETUKO (21030112120028)
UDIN MABRURO (21030112140037)
YOGA PRIYA UTAMA (21030112130121)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
-
i
Kata Pengantar
Puji syukur atas segala rahmat dan karunia yang Allah SWT berikan
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Dopa
Soap Sabun Mandi Transparan Organik Antioksidan dari Pemanfaatan Minyak
Jelantah dan Ekstrak Kulit Pisang (Musa Paradisicia, Linn) Berbasis Teknologi
Ramah Lingkungan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Muh. Muzakka, selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu dan pikiran dalam penyusunan karya tulis ini.
2. Keluarga yang selalu berdoa dan mendukung atas segala penulis lakukan, serta pihak lain yang membantu dalam penulisan karya tulis ini.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dalam penyusunan karya tulis ini,
sehingga saran dan kritik dari segala pihak yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Dan
kami berharap karya tulis ini dapat dikembangkan lagi dan dapat bermanfaat
untuk diaplikasikan dalam masyarakat luas. Sehingga dapat mengatasi berbagai
masalah terutama masalah peningkatan kualitas kesehatan di masyarakat
Indonesia saat ini.
Semarang, 22 Mei 2013
Tim Penulis
-
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................................................................... iii
Daftar Tabel .................................................................................................................... iv
Ringkasan ....................................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................................... 4
BAB II. PEMBAHASAN
II.1 Sabun, minyak jelantah, dan kulit pisang antioksidan ............................................... 5
II.2 Pemanfaatan limbah minyak jelantah dan kulit pisang sebagai Sabun ....................................6
BAB III. KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12
III.2 Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
-
iii
Daftar Gambar
1. Gambar 1. Grafik Data Statistik Konsumsi Minyak Goreng Nasional. ................. 2
2. Gambar 2. Skema pembuatan sabun transparan antioksidan ................................ 7
3. Gambar 3. Tahap Pemurnian Minyak Jelantah ..................................................... 7
4. Gambar 4. Tahap ekstraksi dopamin dari kulit pisang .......................................... 8
5. Gambar 5. Langkah Implementasi Produk Sabun Anti Oksidan di
Masyarakat .......................................................................................................... 11
-
iv
Daftar Tabel
1. Tabel 1. Data Perkembangan Produktivitas Pisang di Indonesia .......................... 3
2. Tabel 2. Data kebutuhan sabun dalam negeri dan ekspor ..................................... 5
3. Tabel 3. Kandungan asam lemak yang dominan pada beberapa jenis minyak ................................................................................................................ 9
-
v
SABUN TRANSPARAN ANTI OKSIDAN DARI MINYAK JELANTAH
DAN EKSTRAK KULIT PISANG DENGAN TEKNOLOGI RAMAH
LINGKUNGAN
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Abstrak
Setiap orang pasti akan mengalami penuaan. Penuaan adalah suatu proses alami
yang tak dapat dihindari dan berlangsung secara terus menerus yang
ditandai oleh perubahan pada sel- sel tubuh (Finkle dan Holbrok,
2000). Strategi yang dapat diterapkan untuk mencegah penuaaan dini adalah
dengan memusnahkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Keganasan radikal
bebas dapat di atasi dengan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan (Slater,
1984). Antioksidan adalah suatu senyawa yang berfungsi untuk menstabilkan
elektron yang tidak berpasangan dengan cara mendonorkan elektronnya dan mampu
menghentikan reaksi berantai yang ditimbulkan oleh radikal bebas (Mokbel dan
Hashinaga, 2005). Minyak jelantah merupakan minyak yang berasal dari sisa
penggorengan pangan. Minyak jelantah berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan bagi masyarakat apabila masih terus digunakan dan bila ditinjau dari
komposisi kimianya mengandung senyawa peroksida yang bersifat pemicu kanker
yang terbentuk selama proses penggorengan dan asam lemak tidak jenuh,
sehingga minyak jelantah tidak layak digunakan sebagai bahan pangan. Pisang
merupakan buah yang tumbuh di daerah tropis yang memiliki cita rasa dan
kandungan gizi yang tinggi sebagai antioksidan. Kandungan antioksidan kulit
pisang lebih besar daripada antioksidan dalam buahnya (Kanazawa dan Sakibara,
2000). Sabun mandi merupakan kebutuhan harian yang cukup tinggi konsumsinya
di masyarakat. Namun harus tetap berhati-hati dalam memilih jenis sabun mandi
dan perhatikan kandungan bahan pembuatannya, jangan sampai kulit menjadi
rusak atau terkena alergi dan kering. Ada beberapa bahan berbahaya yang terdapat
dalam sabun mandi diantaranya adalah pewangi buatan, Triclosan, Sodium Lauryl
and Laureth Sulfate, Methylisothiazolinone, Tetrasodium Etidronate, Propylene
Glycol, Kimia aditif seperti Mineral Oil dan Petroleum Oil, Tetrasodium EDTA,
Coca-midopropyl Betaine. Untuk menghindari ketakutan konsumen akan bahan
kimia berbahaya dalam sabun maka muncul beberapa sabun, penulis
menggagaskan untuk membuat inovasi dengan membuat sabun transparan
antioksidan dengan memanfaatkan limbah-limbah minyak jelantah dan kulit
pisang yang sehat dan ramah lingkungan guna meningkatkan nilai ekonomis dan
kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci : sabun transparan antioksidan, minyak jelantah, pisang, dopami
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penuan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dan
berlangsung secara terus-menerus, yang ditandai oleh perubahan pada sel-sel
tubuh (Finkle dan Holbrok, 2000). Polusi udara, metabolisme dalam tubuh, dan
paparan oleh sinar matahari mempunyai pengaruh besar terhadap terjadinya
penuaan kulit karena dapat menimbulkan radikal bebas di jaringan permukaan
kulit (Barja, 2004). Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki
elektron tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan sangat reaktif mencari
pasangan elektronnya (Devasagayam et al., 2004). Radikal bebas memicu
munculnya enzim proteolisis yang dapat memecah kolagen dan jaringan
penghubung di bawah dermis (Hellemans et al., 2003). Berkurangnya
kolagen serta serat elastin pada kulit akan menyebabkan kulit menjadi
berkeriput, tampak tua, terkesan kurang sehat, dan tidak cantik (Ames et al.,
1993).
Radikal bebas dapat diatasi dengan senyawa yang mempunyai aktifitas
antioksidan (Slater, 1984). Antioksidan adalah suatu senyawa yang berfungsi
untuk menstabilkan elektron yang tidak berpasangan dengancara
mendonorkan elektronnya dan mampu menghentikan reaksi berantai oleh
radikal bebas (Mokbel dan Hashhinaga, 2005). Penggunaan antioksidan untuk
mencegah penuaan dapat dilakukan dengan melapisi permukaan kulit.
Pelapisan kulit dengan antioksidan, dapat dilakukan dengan memanfaatkan
media sabun mandi.
Sabun merupakan senyawa garam logam alkali (biasanya garam natrium)
dari asam-asam lemak atau gliserida (Dalimunthe, 2009). Sabun dibuat
melalui proses saponifikasi, yaitu reaksi hidrolisis asam lemak dengan alkali
basa membentuk sabun dan produk samping berupa gliserol (Fessenden, 1994
dan Ketaren, 1986). Sabun mandi bekerja sebagai surfaktan, berfungsi
sebagai pengangkat kotoran yang menempel di kulit. Banyak sabun mandi
pasaran dibuat dengan tambahan berbagai senyawa kimia berbahaya seperti
pewangi buatan (triclosan,sodium lauryl and laurethsulfat,
-
2
methylisothiazolinone, tetrasodiumetidronate, propyleneglycol) dan kimia
aditif (tetrasodium EDTA, coca -midopropylbetaine). Penggunaan senyawa
ini akan menyebabkan iritasi kulit, gangguan kerusakan syaraf. Dari berbagai
fakta tersebut perlu adanya inovasi pembuatan sabun organik alami tanpa
adanya bahan tambahan kimia berbahaya.
Minyak jelantah adalah minyak yang berasal dari sisa penggorengan.
Komposisi minyak jelantah tersusun dari komponen gliserida atau asam
lemak (56,5 %) dan komponen non gliserida (43,5 %) (Kheang, 1996).
Ketersediaan minyak jelantah sangat melimpah di Indonesia. Data dari Badan
Pusat Statistik, terjadi peningkatan konsumsi minyak goreng nasional dari
tahun 2006-2010. Diprediksi jumlah ini meningkat dan mencapai angka 5,5
juta ton diakhir tahun 2013. Sehingga akan berdampak pada jumlah limbah
minyak goreng (minyak jelantah) yang besar pula. Minyak jelantah dapat
menyebabkan pencemaran apabila dibuang ke lingkungan dan berbahaya
apabila dikonsumsi, karena dapat mengakibatkan penyakit seperti
pengendapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis), penurunan
nilai cerna lemak, dan kanker (Luciana, 2005 danNur, 2008). Tetapi fakta
dilapangan banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan kembali
minyak jelantah untuk dikonsumsi. Sehingga sangat perlu adanya
pemanfaatan kembali minyak jelantah menjadi produk lain yang lebih
inovatif.
Gambar 1. Grafik Data Statistik Konsumsi Minyak Goreng Nasional
Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah tropis, termasuk di
Indonesia. Jumlah pisang di Indonesia cukup melimpah, data dari Faostat
(2005) pada tabel 2, merupakan fluktuasi tingkat produksi pisang di Indonesia
dari tahun 1995-2004. Dapat diperkirakan tingkat produksi pisang pada tahun
-
3
2013 mencapai angka 5,78 juta ton. Peningkatan produksi pisang akan
berdampak pada pengingkatan jumlah limbahnya yaitu kulit pisang. Kulit
pisang beratnya dapat mencapai sekitar sepertiga berat buah pisang (Anonim,
2006), sehingga jumlah kulit pisang di Indonesia di tahun 2013 mencapai 1,9
juta ton.
Tabel 1. Data Perkembangan Produktivitas Pisang di Indonesia
Tahun Produksi (Juta
Ton)
Tahun Produksi (Juta
Ton)
1995 3,805 2000 3,746
1996 3,023 2001 4,3
1997 3,057 2002 4,384
1998 3,176 2003 4,311
1999 3,375 2004 4,4
Sumber : Faostat (2005)
Kulit pisang memiliki kandungan senyawa antioksidan lebih besar
dibandingkan dengan daging buanya (Kanazawa dan Sakakibara, 2000). Jenis
antioksidan yang terdapat di kulit pisang adalah katekin, epikatekin,
galokatekin yang merupakan senyawa fenolik (Someya et al., 2002), dopamin
(Kanazawa dan Sakakibara, 2000), dan berbagai turunan senyawa flavonoid.
Vinson et al (2001) melakukan analisa kuantitas dan kualitas antioksidan
pada kulit pisang diperoleh antioksidan sekitar 42,30 mol/g berat kering.
Studi lain oleh Chen et al (2004) mendapatkan antioksidan sebesar 3,61 mg/g
berat kering. Dari berbagai fakta tersebut kulit pisang sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai sumber antioksidan untuk pencegahan proses penuan dini
yang disebabkan radikal bebas.
Dari beberapa uraian diatas dapat dibuat suatu inovasi terbaru tentang
pemanfaatan minyak jelantah, dan kulit pisang menjadi produk sabun mandi
transparan organik antioksidan yang berfungsi sebagai penangkal radikal
bebas. Pembuatan sabun ini menggunakan reaksi saponifikasi memanfaatkan
kandungan asam lemak atau gliserida yang tinggi pada minyak jelantah.
Kandungan antioksidan pada kulit pisang akan diekstrak, dan ditambahkan
zat adiktif yang tidak berbahaya pada sabun minyak jelantah. Salah satu zat
-
4
adiktif yang ditambahkan adalah sukrosa yang berfungsi membuat tampilan
sabun menjadi transparan. Bentuk transparan dipilih untuk meingkatan daya
tarik estetika penampilan sabun, dan dapat meningkatkan ketertarikan
masyarakat menggunakan sabun ini. Gagasan sabun mandi ini memiliki
beberapa kelebihan diantaranya aman di gunakan karena menggunakan bahan
organik alami, murah dan merupakan aplikasi teknologi ramah lingkungan
karena memanfaatan kembali limbah yang tidak terpakai.
I.2 Tujuan dan Manfaat
Penulisan ini memiliki tujuan untuk :
1. Menciptakan inovasi baru mengenai sabun antioksidan yang ramah
lingkungan.
2. Memaparkan tahapan pembuatan sabun transparan dari limbah minyak
jelantah dan kulit pisang.
3. Mengetahui langkah-langkah strategis apa yang dapat dilakukan untuk
mengimplementasikan sabun transparan dari minyak jelantah dan kulit
pisang di masyarakat.
Adapun manfaat yang dapat dicapai dari penulisan ini adalah:
1. Memberikan solusi dari dampak bahaya zat kimia sabun yang beredar
di masyarakat.
2. Meminimalisir pemakaian minyak jelantah untuk dikonsumsi kembali
ataupun dibuang yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
3. Memanfaatkan limbah kulit pisang yang produksinya melimpah tiap
tahunnya.
-
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Sabun, minyak jelantah, dan kulit pisang antioksidan
Tabel 2.Data kebutuhan sabun dalam negeri dan ekspor
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan sabun
terus meningkat dari tahun-ketahun. Oleh karena itu, dengan adanya pabrik
pembuatan sabun ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sabun baik di dalam
maupun di luar negeri.
Minyak jelantah merupakan minyak yang berasal dari sisa penggorengan
panganan. Minyak jelantah berpotensi menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakat apabila masih terus digunakan dan bila ditinjau dari komposisi
kimianya mengandung senyawa peroksida yang bersifat pemicu kanker yang
terbentuk selama proses penggorengan dan asam lemak tidak jenuh, sehingga
minyak jelantah tidak layak digunakan sebagai bahan pangan. Minyak jelantah
yang mengandung gliserida mirip dengan minyak goreng juga bisa dibuat
menjadi surfaktan dengan proses saponifikasi
Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah tropis yang memiliki cita
rasa dan kandungan gizi yang tinggi sebagai Antioksidan.
Kandungan antioksidan kulit pisang lebih besar daripada
antioksidan dalam buahnya (Kanazawa dan Sakakibara, 2000). Kulit pisang
yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat dapat dimanfaatkan
sebagai agen antipenuaan berbahan alam yang ditambahkan dalam
sabun sehingga lebih aman digunakan.
-
6
Sabun mandi memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan aktivitas
mandi, karena dapat membersihkan tubuh dari kotoran sekaligus dapat membuat
tubuh menjadi segar dan wangi. Namun harus tetap berhati-hati dalam memilih
jenis sabun mandi karena ada beberapa bahan berbahaya yang terdapat dalam
sabun mandi yang dapat memberikan efek yang tidak baik bagi tubuh.
Di pasaran talah beredar macam-macam sabun herbal dari bahan alami
yang bisa menggantikan sabun berbahan kimia yang bisa membahayakan para
konsumen. Contoh dari sabun yang berbahan herbal yang bisa kita temukan di
pasaran adalah sabun bengkoang, sabun zaitun, sabun kopi, sabun anggur, sabun
kemagi, sabun limau, sabun alpokat, dan masih banyak sabun herbal lainnya.
Semua jenis sabun herbal tersebut menggunakan bahan dasar alami yang sehat.
Berdasarkan fungsi sabun sebagai antioksidan, di pasaran kita sudah bisa
menemui berbagai macam sabun antioksidan, diantaranya adalah sabun dari
ekstrak rosela, sabun sabun stawberry, sabun coklat, sabun mentimun, sabun
pepaya, dan masih banyak sabun antioksidan lainnya.
Dari uraian sabun herbal dan sabun antioksidan di atas, semuanya
menggunakan bahan yang alami yang masih berguna, tetapi belum ada yang
menggunakan bahan dari limbah yang sudah tidak terpakai. Sehingga perlu dibuat
sabun herbal antioksidan yang terbuat dari bahan limbah. Dengan penggunaan
limbah sebagai bahan pembuatan sabun herbal dan antioksidan ini diharapkan
dapat menurunkan nilai produksi dalam pembuatan sabun.
II.2 Pemanfaatan limbah minyak jelantah dan kulit pisang sebagai Sabun
Pada solusi terdahulu telah ada jenis sabun antioksidan yang berasal dari
bahan alami. Namun belum ada produk sabun yang berbahan baku limbah.
Melalui karya tulis ini, penulis memberikan gagasan inovasi pemanfaatan limbah
minyak jelantah dan kulit pisang sebagai sabun transparan antioksidan ramah
lingkungan. Dengan demikian produk ini memberikan solusi terhadap
pemanfaatan limbah kulit pisang dan minyak jelantah yang mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi serta aman digunakan karena berbahan dasar alami.
-
7
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan sabun transparan antioksidan
ramah lingkungan ini adalah sebagai berikut :
Tahap Pemurnian Minyak Jelantah
Minyak jelantah hasil sisa penggorengan tidak dapat digunakan secara
langsung sehingga memerlukan pemurnian terlebih dahulu. Pemurnian minyak
jelantah dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu Despicing, Bleaching, dan
Deodorizing. Pada Despicing, minyak jelantah sebanyak 1 liter dicampurkan
dengan air sebanyak 1 liter di dalam dandang lalu dipanaskan hingga diperoleh
separuh dari volume awal. Bleaching dilakukan dengan cara menambahkan 10 g
karbon aktif lalu diaduk hingga rata. Fungsi karbon aktif adalah sebagai penjerap
pengotor yang terdapat pada minyak jelantah. Lalu Deodorizing yaitu
Gambar 4. Tahap Pemurnian Minyak Jelantah
Minyak
jelantah
Kulit
Pisang
Minyak
murni
Dopamin
Sabun Transparan
Antioksidan
Gambar 3. Skema pembuatan sabun transparan antioksidan
-
8
memisahkan karbon aktif dan minyak dengan cara penyaringan hingga
memperoleh minyak yang dimurnikan.
Tahap Ekstraksi Dopamin dari Kulit Pisang
Dopamin merupakan asam amino yang memiliki aktivitas antioksidan.
Kulit pisang mempunyai kandungan antioksidan yang lebih besar daripada
daging buahnya berkisar antara 80mg-560mg tiap 100 g kulit pisang. Senyawa
dopamin dapat diekstraksi dari kulit pisang dengan cara merendam 200 g kulit
pisang bersih dan kering yang telah dipotong kecil-kecil dengan pelarut organik
aseton sebanyak 100 ml selama 1 hari. Setelah itu dipisahkan pelarut organik
aseton untuk memperoleh senyawa antioksidan Dopamin.
Tahap Pembuatan Sabun Transparan Antioksidan
Sabun dapat dibuat dengan cara mereaksikan lemak / asam lemak dengan
basa kuat. Reaksi penyabunan sering disebut juga dengan reaksi saponifikasi.
Adapan pembuatan sabun transparan dapat adalah sebagai berikut :
1. Panaskan 1 Liter minyak yang telah dimurnikan sampai suhu 60 oC.
2. Masukkan KOH 30 % sebanyak 500 ml.
3. Panaskan dengan suhu 70 oC sambil diaduk.
4. Aduk terus sampai proses saponifikasi sempurna (terbentuk larutan yang
kental).
5. Tambahkan 500 gram asam stearat yang sudah dilelehkan pada suhu 60oC.
6. Tambahkan 800 ml etanol, 800 ml gliserin, 500 ml Coco-DEA, 80 gram gula
pasir, dan 10 gram NaCl sambil terus diaduk.
7. Pemanasan dan pengadukan terus dilakukan sampai seluruh campuran menjadi
homogen.
8. Penambahan zat antioksidan 50 ml, pewarna dan pewangi pada suhu 40 oC.
Gambar 5.Tahap ekstraksi dopamin dari kulit pisang
-
9
9. Tuangkan campuran ke dalam cetakan berukuran 12,5 x 10 cm dan diamkan
hingga sabun mengeras.
10. Keluarkan sabun yang sudah mengeras dari cetakan lalu diberi kemasan.
Keterangan bahan baku :
1. Minyak dan Lemak
Jenis minyak yang dapat digunakan pada proses pembuatan sabun adalah
minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak jagung, minyak kedelai dan
minyak lainnya. Minyak ini mengandung asam lemak yang digunakan sebagai
bahan dasar reaksi saponifikasi dalam proses pembuatan sabun.
Tabel 3. Kandungan asam lemak yang dominan pada beberapa jenis minyak
No Jenis Minyak Asam Lemak yang Dominan Jumlah
1 Minyak Kelapa Asam Laurat 44 - 53 %
2 Minyak Sawit Asam Palmitat
Asam Oleat
40 - 46 %
39 - 45 %
3 Minyak jarak Asam Risinoleat 86 %
4 Minyak jagung Asam Linoleat
Asam Oleat
56,3 %
30,1 %
5 Minyak Kedelai Asam Linoleat
Asam Oleat
15 64 %
11 60 %
Minyak dan lemak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman,
perbedaan mendasar antara lemak hewani dan lemak nabati adalah :
Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol
Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati
2. Kalium Hidroksida ( KOH )
Kalium hidroksida (KOH) seringkali disebut dengan soda qie yang
merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam. KOH
berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan. Kalium
hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan
saponifikasi.
-
10
3. Asam Stearat
Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang
bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya.
Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun,
asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa.
4. Etanol
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan
sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan
lemak.
5. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan
sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir
sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit
dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki
rasa manis.
6. Coco dietanolamida (Coco-DEA)
Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa.
Dalam formula sediaan kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil
busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang
bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.
7. Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak
berwarna dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan
untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar
sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi sehingga bahan-bahan
pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.
8. Gula Pasir
Gula pasir berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun
transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada
sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.
-
11
9. Pewarna
Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan
produk sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan
pewarna untuk kosmetik grade.
10. Pewangi
Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan
efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan
sabun adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga,
tanaman herbal dan lain-lain).
Gambar 5. Langkah Implementasi Produk Sabun Anti Oksidan di Masyarakat
Disiapkan kulit
pisang bersih dan
kering.
Kulit pisang dipotong
kecil-kecil
Diekstraksi
dengan aseton
Dopamin
Panaskan minyak
hingga 60 0C
Tambahkan KOH
30% aduk hingga
700C
tambahkan Asam
stearat 600C
tambahkan etanol ,
gliserin, Coco DEA, dan gula pasir
Pada suhu 400C tambahkan zat
antioksidan, pewarna dan pewangi
Sabun Transparan Antioksidan
minyak
jelantah
despicing
Ditambahkan karbon aktif
Disaring hingga jernih
Minyak murni
-
12
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Minyak jelantah sangat berbahaya dan tidak dapat digunakan karena
mengandung senyawa perosida dan asam lemak tidak jenuh yang dapat memicu
penyakit kanker. Tetapi kandungan gliserol yang tedapat dalam minyak jelantah
dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun. Kulit pisang mengandung
dopamin yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai untuk menghasilkan sabun
Anti Oksidan. Untuk meningkatkan nilai ekonomi sabun Anti Oksidan, dapat
dibuat sabun Anti oksidan transparan dengan menggunakan gula.
III.2 SARAN
Perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang potensi minyak
jelantah yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun. Hal ini dapat
mengurangi limbah minyak jelantah yang tidak dapat digunakan lagi dan sering
dibuang percuma.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ames, B.N., M.K. Shigenaga, dan T.M. Hagen. 1993. Oxidants, antioxidants, and the degenerative diseases of aging. Proc. Natl.Acad. Sci. 90:7915-7922.
Barja, G. 2004. Free radicals and aging.Trends in Neurosciences 27 (10): 595-600.
Balasundram, N., K. Sundram, dan S. Samman. 2005.
Phenolic compounds in plants and agri-industrial by products: Antioxidant activity, occurrence, and potential uses. Food Chem. 99(1):191-203.
Devasagayam, T.P.A., J.C. Tilak, K.K. Boloor,K.S. Sane, S.S.
Ghaskadbi, dan R.D. Lele. 2004. Free Radicals and Antioxidants in Human Health: Current Status and Future Prospects. JAPI 52: 794:804.
Finkel, T. dan N.J. Holbrok. 2000. Oxidants, oxidative stress and the biology of ageing. Nature 208:239-247
Hellemans L., H. Corstjens, A. Neven, L. Declercq, dan D. Maes. 2003. Antioxidant Enzyme Activity in Human Stratum Corneum Shows Seasonal Variation with an Age-Dependent Recovery. Catalase 120(3):434-439.
Kanazawa, K. dan H. Sakakibara. 2000. High content of dopamine, a strong antioxidant, in Cavendish banana. J Agric. FoodChem. 48(3):844-848.
Sultana, B., F. Anwar, M.R. Asi, dan S.A.S. Catha. 2008, Antioxidant potential of extracts from different agro wastes: Stabilization of corn oil. Grasas Y Aceites 59(3):205-217.
Mokbel, M.S. dan F. Hashinaga. 2005. Antibacterial and Antioxidant Activities of Banana (Musa, AAA cv. Cavendish) Fruits Peel. Am. J. Biochem. And Biotech. 1(3):125-131
Rionugroho, G. dan Harum,N. 2011. Manfaat Minyak Goreng Bekas Dan Abu Kulit Buah Kapuk Randu (SODA QIE) Sebagai Bahan Pembuata Sabun Mandi Organik Berbasis Teknologi Ramah
Lingkungan. Universitas Dipoenegoro.Semarang
Slater, T.F. 1984. Free-radical mechanisms in tissue injury. Biochem. J. 222 : 1-15
Someya, S., Y. Yoshiki, dan K. Okubo. 2002. Antioxidant compounds from bananas (Musa Cavendish). Food Chem. 79: 351-354