makalah blok 26 iva

22
Skrining Kanker Serviks dengan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat Disusun Oleh : B2 Dhanny Sutrisna 102009085 I Wayan Eri Purnama Yuda 102012025 Lauren 102012050 Jeffer Shison 102012138 Yohana Mayke Sutjianggala 102012216 Atvionita Sinaga 102012369 Brandy Devisco 102012376 Noor Syuhaila binti Mazlan 102012482 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021)5694-2061, fax : (021) 563-1731 [email protected] 1

Upload: atvionitasinaga14184

Post on 01-Feb-2016

229 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Makalah Blok 26 Iva

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 26 Iva

Skrining Kanker Serviks dengan Tes Inspeksi Visual Asam

Asetat

Disusun Oleh : B2Dhanny Sutrisna 102009085

I Wayan Eri Purnama Yuda 102012025Lauren 102012050

Jeffer Shison 102012138Yohana Mayke Sutjianggala 102012216

Atvionita Sinaga 102012369Brandy Devisco 102012376

Noor Syuhaila binti Mazlan 102012482

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021)5694-2061,

fax : (021) 563-1731

[email protected]

1

Page 2: Makalah Blok 26 Iva

Pendahuluan

Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita perempuan di negara

berkembang seperti Indonesia. Di negara maju, kanker serviks menduduki urutan ke-10 dan bila

digabung, menduduki urutan ke-5. Seperti penyakit kanker pada umumnya, kanker serviks akan

menimbulkan masalah pada kesakitan, penderitaan, kematian finansial dan ekonomi, masalah

pada lingkungan kehidupan dan masalah pada pemerintah. Dengan demikian, penanggulangan

kanker serviks harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. Hingga saat ini kanker

serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang.

Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan

umumnya terjadi di negara berkembang. Dinegara-negara maju jumlah penderita kanker mulut

rahim tidaklah sebanyak di negara berkembang, hal ini disebabkan tingginya kesadaran

masyarakat untuk mengikuti program pendeteksian dini dan pencegahan. Kematian pada kasus

kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium

lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini

dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Kanker serviks ini sebenarnya sangat bisa dicegah dan

kuncinya adalah deteksi dini. Pemeriksaaan keadaan serviks seorang wanita bisa ditempuh

dengan berbagai macam cara. Misalnya saja dengan pemeriksaan pap smear, biopsi, test iva, dll.

Pemeriksaan paling sering yang dilakukan pada pelayanan kesehatan di Indonesia adalah test

IVA.

Definisi

Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ

yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe yang paling

umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen

dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu

faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini. Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma,

small cell carcinoma, adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe

kanker serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah

disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.1

2

Page 3: Makalah Blok 26 Iva

Gejala klinis

Pada awal stadium kanker hampir tidak ada gejala, kecurigaan timbul bila ada keluhan

keputihan atau mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual.

Gejala lanjut dari kanker serviks ini adalah;

- Perdarahan di luar masa haid

- Jumlah darah haid tidak normal

- Perdarahan pada masa menopause ( setelah berhenti haid )

- Keputihan yang bercampur darah atau nanah

Pada stadium awal tidak terdapat adanya gejala yang ditimbulkan dan sel-sel kanker tidak

dapat diamati dengan mata telanjang, sehingga banyak penderita yang diketahui setelah stadium

lanjut (stadium 2 ke atas) pada saat terjadinya gejala yang berupa keluarnya cairan yang berbau

busuk, pendarahan setelah hubungan seksual dan pegel di perut bagian bawah. Jika dilihat

dengan mata telanjang, kanker tumbuh seperti bunga kol. 2,3

Epidemiologi

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina;

17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan angka

kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena

skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada

kanker invasif. Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006. Di

Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya.

Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks

merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih

kurang 36%.4

Faktor resiko

- Faktor resiko perilaku

Sebagian besar pasien kanker serviks adalah wanita yang sudah menikah. Kehidupan

seksual pertama terlalu dini dan mitra seksual terlalu banyak berkaitan erat dengan kanker

serviks. Terdapat laporan (1985) usia pernikahan pertama pada usia 18 tahun ke bawah

diabndingkan 25 tahun ke atas memiliki prevalensi 13,3 hingga 25 kali lipat. Semakian banyak

3

Page 4: Makalah Blok 26 Iva

mitra seksual, resiko relatif kejadian kanker serviks semakin tinggi. Sebagian ahli melakukan

analisis atas mitra seksual kelompok usia berlainan Achrki dkk (1997) melaporkan sebelum usia

20 tahun memiliki 10 orang lebih mitra seksual memiliki resiko karsioma serviks lebih tinggi 5-6

kali lipat dibandingkan sebelum usia 20 tahun tanpa mitra seksual.

Menurut survei epidemiologi, pasien kanker seriks uteri yang belum pernah melahirkan

berjumlah 10%. Usia partus pertama dini, insiden kanker serviks tinggi. Dari survei atas wanita

pekerja pemintalan di Shanghai, pada wanita usia partus <20 tahun, resiko relatif kejadian kanker

serviks 3,28 kali dari wanita dengan partus pertama usia > 26 tahun. Bahan karsinogenik spesifik

dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel

skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna. 3

- Faktor Biologis

Berbagai patogen berkaitan dengan kanker serviks uteri, terurama virus papiloma humans

Hubungan antara HPV dan kanker serviks telah bayak diteliti. HPV terglong virus epteliotropik,

terbagi menjadi HPV kutis dan HPV genital, sekitar 20 persen berkaitan dengan tumor organ

genital, terbagi menjadi HPV resiko rendah seperti HPV 42,43,44, dan yang lain. Serta HPV

resiko tunggi seperti HPV 16,18, 31, 33, 35, 39. 45, 51, 52, 58, 59, 68 dan lain-lain. HPV resiko

tinggi berkaitan erat dengan karsinoma serkviks dan neoplasma intraepital serviks uteri (CIN, II,

III). Infeksi HPV merupakan penyakit ditularkan melalui hubungan seksual.3

Tes Skrining

Skrining adalah suatu penerapan uji/tes terhadap orang yang tidak menunjukkan gejala

dengan tujuan mengelompokkan mereka ke dalam kelompok yang mungkin menderita penyakit

tertentu. Skrining merupakan deteksi dini penyakit, bukan merupakan alat diagnostik. bila hasil

skrining positif, akan diikuti uji diagnostik atau prosedur untuk memastikan adanya penyakit.

Wilson dan junger menetapkan beberapa hal yang harus dipertimbangkan ahli epidemiologi saat

merencanakan dan melaksanakan program skrining. Dari sudut pandang ksehatan masyarakat,

skrining paling efektif jika dapat mencapai sebagian besar populasi.

Berikut faktor yang perlu dipertimbangkan ketika merencanakan program skrining untuk

kelompok populasi yang besar:5

1. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama

4

Page 5: Makalah Blok 26 Iva

2. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yang

terungkap saat proses skrining dilakukan.

3. Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan

pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan

4. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali, dengan keadaan awal dan

lanjutannya yang dapat diidentifikasi

5. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit

6. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyaraka umum

7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami, termasuk fase reguler dan

perjalanan penyakit, dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji

- Tahap-tahap skrining

Langkah-langkah yang ditempuh pada penyaringan secara garis besarnya dapat

dibedakan atas lima tahap, yakni :

a. Tahap menetapkan macam masalah kesehatan yang ingin diketahui.

Berbeda dengan survai khusus penyakit yang tidak perlu menentukan macam masalah

kesehatan yang akan dikumpulkan datanya, maka pada penyaringan kasus, langkah pertama

yang harus dilakukan ialah menetapkan macam masalah kesehatan yang ingin diketahui.

Agar pengumpulan data tentang masalah kesehatan tersebut tepat dan lengkap, perlu

dikumpulkan dahulu berbagai keterangan yang ada hubungannya dengan masalah kesehatan

tersebut. Keterangan-keterangan yang diperoleh harus diseleksii dan setelah itu harus disusun

sedemikian rupa sehingga menjadi jelas kriteria penyakit yang akan dicari.

b. Tahap menetapkan cara pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penemuan

masalah kesehatan.

Langkah selanjutnya yang ditempuh ialah menetapkan cara pengumpulan data (jenis

pemeriksaan = test) yang akan dipergunakan. Sebagaimana telah dikemukan, baik atau

tidaknya hasil penyaringan ini tergantung dari validitas cara pengumpulan data yang dipilih.

Cara pengumpulan data yang baik ialah yang sensitivitas dan sensifisitasnya tinggi.

c. Tahap menetapkan kelompok masyarakat yang akan dikumpulkan datanya.

Hal lainnya yang dilakukan pada penyaringan ialah menetapkan kelompok masyarakat

yang akan dikumpulkan datanya yakni yang menyangkut sumber data, kriteria responden,

5

Page 6: Makalah Blok 26 Iva

jumlah sampel, dan cara pengambilan sampel, sebagaimana yang dilakukan pada survai

penyakit. Apabila yang ingin diketahui adalah masalah kesehatan, berupa penyakit kanker

cerviks tentu kelompok masyarakat yang dipilih adalah kaum wanita.

Apabila kelompok masyarakat telah ditentukan, dilanjutkan dengan melakukan

penyaringan (screening) terhadap masalah kesehatan yang ingin dicari. Pekerjaan yang

dilakukan disini identik dengan melakukan pengumpulan data sebagaimana pada survai

penyakit. Tidak sulit dipahami bahwa penyaringan (screening) tersebut dilakukan dengan

memanfaatkan kriteria masalah kesehatan serta cara pengumpulan data yang telah ditetapkan

sebelumnya. Hasil dari pekerjaan penyaringan ini ialah ditemukannya kelompok masyarakat

yang diduga menderita masalah kesehatan yang harus dipisahkan dari kelompok masyarakat

yang tidak mempunyai masalah kesehatan.

d. Tahap mempertajam penyaringan

Terhadap kelompok masyarakat yang dicurigai menderita masalah kesehatan yang

sedang dicari, dilakukan penyaringan lagi, maksudnya ialah untuk mempertajam hasil

penyaringan, sehingga diperoleh kelompok masyarakat yang benar-benar menderita masalah

kesehatan yang ingin diketahui.

e. Tahap penyusunan laporan dan tidak lanjut

Setelah dipastikan tidak ada jenis masalah kesehatan lain yang tercampur dalam

kelompok masyarakat yang disaring, pekerjaan selanjutnya ialah mengolah data yang

diperoleh untuk kemudian disusun laporan seperlunya. Patut disampaikan disini, bahwa

kepada anggota masyarakat yang terbukti menderita masalah kesehatan yang dicari, perlu

ditindak lanjuti berupa pemberian pengobatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang

diderita.6

- Syarat-syarat skrining

Jika ingin melakukan skrining terhadap suatu penyakit atau masalah, maka ada beberapa

syarat yang harus dipenuhi, diantara nya :

o Penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan atau kesakitan

o Tes harus cukup sensitif dan spesifik

o Terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu-

individu pada suatu tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasikan

o Terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk mecegah penyakit atau akibat penyakit

6

Page 7: Makalah Blok 26 Iva

- Tes Validitas

Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan

reliabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Selain kedua nilai tersebut, dalam memilih tes

untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif (Predictive Values).Validitas adalah kemampuan

dari tes atau suatu pemeriksaan untuk mengidentifikasi individu mana yang mempunyai penyakit

dan individu maana yang sehat. Validitas suatu tes skrining dipengaruhi oleh sensitivitas dan

spesitifitas.

Sensitivitas adalah kemampuan uji skrining untuk memberikan hasil positif mereka yang

mengidap penyakit. Spesitifitas adalah jumlah frekuensi orang tidak atau negatif menderita sakit

atau persentase orang yang tidak menderita penyakit yang deteksi oleh tes skrining. Nilai

prediksi dari tes skrining adalah frekuensi orang atau individu yang telah dinyatakan menderita

sakit atau tidak sakit.

Nilai prediksi terdiri dari : 7

a. Positif palsu (false positive)

Berupa persentase frekuensi orang dengan tes skrining yang dinyatakan positif tetapi

tidak menderita sakit

b. Negatif palsu (false negatif)

Berupa persentase frekuensi orang dengan tes skrining yang dinyatakan negatif dan

sebenarnya menderita sakit.

Tabel 2. Distribusi Populasi berdasarkan Status Penyakit dan Hasil Tes Skrining 7

Sakit Tidak Sakit Total

Positif A B a+b

Negatif C D c+d

a+c b+d a+b+c+d

Rumus :7

I. Sensitifitas dan Spesitifitas

7

Page 8: Makalah Blok 26 Iva

Sensitivitas = a

a+cx 100%

Spesitifitas = d

b+d x 100%

Negatif Palsu = c

a+c x 100%

Positif Palsu = b

b+d x 100%

II. Nilai Prediksi

Nilai prediksi tes (+)=a

a+b x 100%

Nilai prediksi tes (-)= d

c+d x 100%

Keterangan :

a = jumlah orang sakit dari hasil tes

b = jumlah positif palsu pada hasil tes

c = jumlah negatif palsu pada hasil tes

d = jumlah orang tidak sakit dari hasil tes

Berdasarkan rumus diatas maka sesuai dengan skenario didapatkan hasil :

Tabel 3. Hasil Uji Skrining di Puskesmas Warnasari

Tes IVA Sakit Tidak Sakit Total

Positif 6 24 30

Negatif 3 467 470

9 491 500

Sensitifitas = 6

6+3x 100% = 66,67%

Sensitivitas dari orang yang positif dengan kanker serviks yang dideteksi oleh tes IVA adalah

66,67%

Spesitifitas = 467

24+467 x 100% = 95,11%

8

Page 9: Makalah Blok 26 Iva

Spesitifitas dari orang yang tidak atau negatif menderita sakit yang dideteksi dengan tes IVA

adalah 95,11%

Negatif Palsu = 3

6+3 x 100% = 33,33%

Persentase dari orang yang dengan hasil negatif, tapi sebenarnya menderita kanker serviks adalah

33,33%

Positif Palsu = 24

24+467 x 100% = 4,89%

Persentase dari orang yang dinyatakan positif tetapi tidak menderita sakit kanker serviks adalah

4,89%

Nilai prediksi tes (+)=6

6+24 x 100% = 20%

Nilai prediksi tes (-)= 467

3+467 x 100% = 99,36%

Artinya, kemungkinan orang dengan IVA positif hanya 20% dari populasi yang terkena kanker

serviks dan kemungkinan orang dengan IVA negatif 95,71% dari populasi yang tidak terkena

kanker serviks.

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan, khusunya di negara

berkembang contohnya Indonesia. Data tahun 1997, menunjukkan bahwa dari 12 Pusat Patologi

di Indonesia, kanker serviks menduduki peringkat tertinggi, yaitu 25% dari 10 jenis kanker

terbanyak laki-laki dan perempuan atau 26,4 % dari 10 jenis kanker terbanyak pada perempuan.

Selain kejadiannya tinggi, masalah lain adalah bahwa hampir 70% kasus ditemukan pada

stadium lanjut. Di beberapa negara maju, skrinning kanker serviks dengan tes pap secara luas

terbukti mampu menurunkan angka kejadian kanker serviks invasif hingga 90% dan menurunkan

mortalitas hingga 70-80%. 4.

Alat yang digunakan dalam tes IVA :

9

Page 10: Makalah Blok 26 Iva

Meja pemeriksaan

Lampu sorot sumber cahaya

Speculum

Kapas lidi kassa

Sarung tangan disposable

IVA adalah pemeriksaan yang pemeriksanya mengamati serviks yang telah diberi asam

asetat atau asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan mata langsung. Pemberian asam

asetat akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga meningkatkan osmolaritas cairan

ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler

sehingga membran akan kolaps dan jarak antarsel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika

permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi

dipantulkan keluar sehingga permukaaan epitel abnormal akan berwarna putih, disebut juga

epitel putih (acetowhite). Dibutuhkan 1-2 menit untuk dapat melihat perubhan-perubahan pada

epitel. Leher rahim yang diberi 5% larutan asam asetat akan berespons lebih cepat daripada 3%

larutan tersebut. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam

asetat akan didapatkan hasil gambaran leher rahim yang normal (merah homogen) dan bercak

putih (mencurigakan displasia).4

Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite) pada

lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat. Bila ditemukan

lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan namun segera

dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Perempuan menopause tidak direkomendasikan menjalani

skrining dengan metode IVA karena zona transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya

berada pada endoserviks rahim dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat dengan

inspeksi spekulum.

Di negara maju, program deteksi dini kanker serviks dengan pap smear secara berkala

tiap 2-5 tahun menurunkan insidens dan angka mortalitas kanker serviks secara bermakna. Di

negara berkembang, insiden dan kematian akibat kanker masih tinggi karena kurangnya program

deteksi dini kanker serviks dan kesulitan menjalankan program pap smear, termasuk Indonesia.

Usaha mengorganisasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA) sudah dimulai di Indonesia, sebagai alternatif pap smear.4

10

Page 11: Makalah Blok 26 Iva

Perempuan yang akan diskrining berada dalam posisi litotomi, kemudian dengan

spekulum dan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi terhadap kondisi leher rahimnya.

Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada dicatat. Kemudian leher rahim dioles dengan

larutan asam asetat 3-5% dan didiamkan selama kurang lebih 1-2 menit. Setelah itu dilihat

hasilnya. Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda, sementara hasil positif

bila ditemukan area, plak, atau ulcus berwarna putih, Lesi prakanker ringan/jinak (NIS 1)

menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan sambungan skuamokolumar. Lesi

yang lebih parah (NIS 2-3) menunjukkan lesi putih tebal dengan batas tegas, dimana salah satu

tepinya berbatasan dengan skuamokolumnar (SSK).2 beberapa kategori temuan :

Tabel 1. Kategori Temuan IVA4

1 Negatif -tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion)

- bercak putih pada polip endoservikal atau

kista nabothi

- garis putih mirip lesi acetowhite pada

sambungan skuamololumnar

2 Positif 1 (+) -samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi

bercak putih ireguler pada serviks

- lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut

(angular), geographic acetowhite lession yang

terletak jauh dari sambungan skuanokolumnar

3 Positif 2 (++) -lesi acetowhite yang buram, padat, dan

berbatas jelas sampai ke sambungan

skuanokolumar

-lesi acetoehitw yang luas, circumorificial,

berbatas tegas, tebal dan padat.

-pertumbuhan pada leher rahim menjadi

acetowhite

11

Page 12: Makalah Blok 26 Iva

Apabila hasil skrining positif, perempuan yang diskrining menjalani prosedur selanjutnya

yaitu konfirmasi untuk penegakkan diagnosis melalui biopsi yang dipandu oleh koloskopi,

setelah itu pengobatan lesi prakanker.

Program IVA di Puskesmas

Tes skrining merupakan salah satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi untuk

mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan ketika angka

kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat beresiko tinggi serta pada keadaan

yang kritis dan serius butuh penaganan segera. Tujuan skrining adalah untuk mecegah penyakit

atau akibat penyakit dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam riwayat

alamiah ketika proses penyakit dapat diubah melalui intervensi.

Kanker leher rahim adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus HPV. Prinsip

dasar kontrol penyakit ini adalah memutus mata rantai infeksi atau mencegah progresivitas lesi

displasia sel-sel rahim menjadi kanker. Bila lesi displasia ditemukan sejak dini dan kemudia

segera diobati, hal ini akan mencegah terjadinya kanker leher rahim dikemudian hari. Deteksi

dini kanker leher rahim meliputi program skrining yang terorganisasi dengan sasaran perempuan

kelompok usia tertentu, pembentukan sistem rujukan yang efektif pada tiap tingkat pelayanan

kesehatan dan edukasi bagi petugas kesehatan dan perempuan usia produktif. Skrining dan

pengobatan lesi displasia memerlukan biaya yang lebih murah bila dibanding pengobatan dan

tata laksana kanker leher rahim. 3

Beberapa hal penting yang perlu direncanakan dalam melakukan deteksi dini kanker,

supaya skrining yang dilaksanakan terprogram dan terorganisasi dengan baik tepat sasaran dan

efektif, terutama berkaitan dengan sumber daya yang terbatas:

a. Sasaran yang akan menjalani skrining, WHO mengindikasikan skrining dilakukan pada

kelompok berikut :

Setiap perempuan yang berusia anatara 25-35 tahun, yang belum pernah

menjalani test Pap sebelumnya, atau pernah mengalami tes pap 3 tahun

sebelumnya atau lebih

Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes Pap sebelumnya

12

Page 13: Makalah Blok 26 Iva

Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca

sanggama atau perdarahan pasca meopause atau mengalami tanda dan gejala

abnormal lainnya

Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada leher rahimnya.8

Pencegahan penyakit

Terdapat tiga tingkatan pencegahan yang pada umumnya ditargetkan di dalam program-

program skrining:8

- Pencegahan primer (primer prevention)

Langkah-langkah pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan dan perlindungan

spesifik baik terhadap orangnya maupun lngkungannya atau “health promotion and specific

protection”. Masalah kesehatan yang perlu dicegah bukan hanya penyakit infeksi yang

menular tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya yaitu kecelakaan, kesehatan jiwa,

kesehatan kerja, dsb.Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat diukur dengan

menghitung tingkat morbiditas (kejadian sakit), mortalitas (kematian), fertilitas (tingkat

kelahiran) dan disability (tingkat kecacatan) pada kelompok-kelompok masyarakat.

- Pencegahan sekunder (secunder prevention)

Langkah-langkah tingkatan pencegahan sekunder terdiri dari penemuan kasus secara dini

dan pengobatan tepat atau disebut juga dengan “early diagnoses and prompt treatment”.

Pencegahan sekunder dilakukan mulai fase patogenesa (masa inkubasi) yang dimulai saat

bibit penyakit masuk kedalam tubuh manusia sampai saat timbulnya gejala penyakit atau

gangguan kesehatan. Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di

puskesmas dapat dikaji melalui program P2M khususnya kegiatan surveilen (active and

passive case detection), program pengobatan (pengobatan pasien umum, mata, gigi, dan

gangguan jiwa), program gizi melalui peimbangan anak balita, program KIA (kesehatan ibu

dan anak) mellaui deteksi dini factor risiko gangguan dan kelainan kehamilan, program UKS

(usaha kesehtan sekolah) melalui deteksi dini adanya gangguan kesehatan gigi, mata, dan

sebagainya pada kelompok anak-anak sekolah.

13

Page 14: Makalah Blok 26 Iva

- Pencegahan tertier (tertier prevention)

Pencegahan tertier dilaksanakan melalui program rehabilitasi untuk mengurangi

ketidakmampuan dan meningkatkan keefisenan hidup penerita. Kegiatan rehabilitasi meliputi

aspek medis dan social. Pencegahan tertier dilaksanakan pada fase lanjut proses patogenese

suatu penyakit atau gangguan kesehehatan. Penerapannya pada pelayanan kesehatan

masyarakat di puskesmas dapat dikaji melalui program PHN (public health nursing atau

perawatan kesehatan masyarakat) yaitu perawatan penderita penyakit kronis di luar psuat-

pusat kesehatan (dirumahnya sendiri). Perawatan penderita pada stadium terminal (pasien

yang tidak mampu diatasi penyakitnya atau yang sudah mendekati meninggal) jarang

dikategorikan sebagai pencegahan tertier, karena prinsip upaya pencegahan adalah mencegah

agar individu atau kelompok masyarakat tidak jatuh sakit, diringankan gejala penyakitnya

atau akibat.komplikasi penyakitnya, dan tingkatkan fungsi tubuh penderita setelh perawatan.

Perawatan pasie yang akan meninggal bersifat paliatif.8

Kesimpulan

Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh

dunia. Kanker jenis ini adalah kanker ketiga yang paling umum pada wanita, dan ketujuh secara

keseluruhan, Ca cerviks merupakan kanker pada wanita yang paling sering dijumpai. Faktor

resiko yang menyebabkan kanker serviks terbanyak adalah akibat pernikahan dini, merokok,

mitra seksual yang banyak. Hal ini dikarenakan cara penularan dari kanker serviks yang melalui

hubungan seksual. Skrining Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) sangat berguna dalam

mendeteksi kanker rahim. Suatu skrining dikatakan baik apabila mempunyai tingkat validitas dan

reliabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%.

Daftar pustaka

1. Dalimartha S. Deteksi dini kanker dan simplisia antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya;

2004.h. 14 -8.

2. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. Jakarta: Tridasa Printer;2011.h.294-

300.

3. Aziz MF, Adrijojo, Saifuddin AB. Penentuan stadium klinik dan pembedahan kanker

ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono;2006. h. 173-81.

14

Page 15: Makalah Blok 26 Iva

4. Rajab W. Buku ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta : EGC,

2009.h.155-8.

5. Timmreck TC. Epidemiologi: suatu pengantar. Edisi 2. Jakarta: EGC;2004.h. 337-345

6. Azwar A. Pengantar epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara ; 2001 .h. 61-4

7. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung

Seto;2011.h.228-30.

8. Rasjidi I. Manual prakanker serviks. Jakarta : sagung seto ; 2008 .h. 45-52

15