makalah case 1- blefarokonjungtivitis tutorial a4.pdf

101
1 BAB 1 CASE TUTORIAL Seorang pasien laki-laki bernama Tn.M, usia 20 tahun datang ke poliklinik tempat anda bekerja dengan keluhan mata sebelah kiri terlihat merah sejak 3 hari yang lalu. Ia merasa seperti menangis karena air matanya sering keluar. Selama ini ketika mengalami mata merah ia selalu menggunakan tetes mata insto yang dia beli di warung dekat rumah, namun untuk keluhannya yang sekarang ia merasa tidak ada perbaikan. Selain mata merah pasien juga merasakan gatal, lengket dan berlendir pada mata kirinya tersebut. Pasien bercerita bahwa setiap pagi sulit membuka mata karena banyak kotoran berwarna kuning yang menempel pada kelopak matanya. Ia mengaku masih dapat melihat dengan jelas dan tidak silau terhadap cahaya. Ia menyangkal adanya demam. Riwayat trauma tidak ada. Mata sebelah kanan tidak ada keluhan. Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tiga saudara kandung yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama dengan pasien. Pasien adalah anak kelima dari enam bersaudara, belum mempunyai pekerjaan tetap danhanya sekolah tamatan SD. Pemeriksaan fisik Status generalisata: Keadaaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis kooperatif Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 86x/menit Nafas : 18x/ menit Suhu : 37,2 º C Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik THT : Tidak ditemukan kelainan, KGB preaurikular tidak membesar. Leher : KGB tidak membesar

Upload: fauzan-hamada

Post on 23-Dec-2015

527 views

Category:

Documents


97 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

1

BAB 1

CASE TUTORIAL

Seorang pasien laki-laki bernama Tn.M, usia 20 tahun datang ke poliklinik tempat anda

bekerja dengan keluhan mata sebelah kiri terlihat merah sejak 3 hari yang lalu. Ia merasa

seperti menangis karena air matanya sering keluar. Selama ini ketika mengalami mata merah

ia selalu menggunakan tetes mata insto yang dia beli di warung dekat rumah, namun untuk

keluhannya yang sekarang ia merasa tidak ada perbaikan.

Selain mata merah pasien juga merasakan gatal, lengket dan berlendir pada mata kirinya

tersebut. Pasien bercerita bahwa setiap pagi sulit membuka mata karena banyak kotoran

berwarna kuning yang menempel pada kelopak matanya. Ia mengaku masih dapat melihat

dengan jelas dan tidak silau terhadap cahaya. Ia menyangkal adanya demam. Riwayat trauma

tidak ada. Mata sebelah kanan tidak ada keluhan. Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti

ini sebelumnya. Tiga saudara kandung yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada yang

menderita keluhan yang sama dengan pasien. Pasien adalah anak kelima dari enam

bersaudara, belum mempunyai pekerjaan tetap danhanya sekolah tamatan SD.

Pemeriksaan fisik

Status generalisata:

Keadaaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis kooperatif

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 86x/menit

Nafas : 18x/ menit

Suhu : 37,2 º C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

THT : Tidak ditemukan kelainan, KGB preaurikular tidak membesar.

Leher : KGB tidak membesar

Page 2: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

2

Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Perut tidak tampak membesar, hepar dan lien tidak teraba, perkusi

timpani, bising usus normal.

Ekstremitas : Perfusi baik, akral hangat.

Status ophtalmicus

Status ophtalmicus OD OS

Visus tanpa koreksi 6/6 6/6

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus (+) (+)

Silia/ Supersilia Madarosis (-), Trikiasis (-) Madarosis (-), Trikiasis

(-), krusta (+)

Palpebra superior Udem (-) Udem (+)

Palpebra inferior Udem (-) Udem (+)

Margo palpebra Hordoleum (-)

Khalazion (-)

Hordoleum (-)

Khalazion (-)

Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Hiperlakrimasi

Konjungtiva tarsalis Hiperemis, Papil (-), folikel

(-)

Hiperemis (+), Papil (-).

Folikel (-)

Konjungtiva forniks Khemosis (-) Khemosis (+)

Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), Injeksi

konjungtiva (-), Injeksi

siliaris (-), sekret (-)

Hiperemis (+), injeksi

konjungtiva (+), injeksi

siliaris (-), sekret (+)

mukoid

Sclera Putih Putih

Kornea Bening Bening

Kamera oculi anterior Cukup dalam Cukup dalam

Iris Rugae (+). coklat Rugae (+), coklat

Pupil Bulat, diameter 3 mm,

refleks (+)

Bulat, diameter 3 mm,

refleks (+)

Lensa Bening Bening

Corpus vitreum bening bening

Page 3: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

3

Fundus Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan mikrobiologi:

Pemeriksaan pewarnaan Gram terhadap sekret didapatkan hasil sebagai berikut:

Bentuk : Coccus

Susunan : Bergerombol seperti anggur

Warna : Ungu

Page 4: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

4

I.1 Terminologi

Visus : Penglihatan

Refleks Fundus : Pemeriksaan dengan oftalmoskop langsung untuk memeriksa

refleksi/ refleks sebagai pertanda fovea sentralis yang warnanya dari merah jingga

cemerlang

Silia : Bulu mata

Palpebra : Kelopak mata

Hordoleum : Peradeangan supuratif kelenjar kelopak mata biasanya akibat

Staphylococcus di kelenjar sebasea

Khalazion : Peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat

dan benjolan pada kelopak. Tidak hiperemis dan tidak nyeri tekan

Konjungtiva : Membran halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi

bola mata

Aparat lakrimalis : Untuk mengetahui fungsi sistem lakrimalis

Konjungtiva Tarsal : Yang menutupi tarsus, sukar digerakkan dari tarsus

Konjungtiva Forniks : tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi

Khemosis : edema konjungtiva

Konjungtiva bulbi : Menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera bawahnya

Folikel : Hiperplasia limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva

dan biasanya mempunya pusat germinal.

Injeksi konjungtiva : Pelebaran pembuluh darah A. Konjungtiva Posterior

Injeksi Siliaris : Pelebaran pembuluh darah A. Ciliaris Anterior

Kamera okuli anterior : Ruangan antara kornea anterior dan iris berisi aquoeus

humour.

Rugae : Lipatan

Corpus vitreum : Badan gelatin yang jernnih membentuk 2/3 volume dan berat

mata

Fundus : Diperiksa untuk mengetahui fundus sentral, diskus, makula

dan struktur pembuluh darah proksimal.

Bulbus okuli : bola mata

I.2 Problem

KU : Mata kiri terlihat merah sejak 3 hari lalu

Page 5: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

5

RPS :

Air matanya sering keluar

Jika mata merah sering menggunakan tetes mata insto, tetapi sekarang tidak berefek.

Mata kiri gatal, lengket dan berlendir

Tiap pagi sulit membuka mata karena banyak kotoran warna kuning yang menempel

pada kelopak mata.

Masih dapat melihat dengan jelas dan tidak silau terhadap cahaya

Tidak ada demam

RPD :

Tidak ada trauma

Tidak ada keluhan pada mata kanan

Sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini

RPK :

3 saudara kandung yang tinggal serumah tidak pernah mengeluh seperti ini

I.3 Hipotesis

Konjungtivitis : bakteri akut, viral akut, trachoma

Episklera

Keratitis bakterial

Blefaritis

Page 6: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

6

I.4 Mekanisme

Produksi air mata >>

Tn. M, 20 tahun

Tamatan SD

Pengetahuan tentang kebersihan diri kurang

Rentan infeksi

Terinfeksi Staphylococcus

Peradangan pada

Palpebra Konjungtiva

KonjungtivitisBlefaritis

Merangsang kel. lakrimal

Merangsang proses inflamasi

Mata merah

Sekret >>

Vasodilatasi pembuluh darah

Prod. histamin

Merangsang sel2 inflamasi

Mata berair

Merangsang sel goblet Gatal

Page 7: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

7

I.5 More info

Pemeriksaan fisik o KU : Sakit ringano Kesadaran : Compos mentis kooperatifo TD : 120/80 mmHgo Nadi : 85 x/menito Nafas : 18x/menito Suhu : 37,2ºCo Mata : Konjungtiva tidak anemis & sklera tidak ikteriko THT : Tidak ada perbesaran KGB pre auricularo Leher : DBNo Thorax : DBNo Abdomen : DBNo Ekstremitas : DBNo Status oftalmicus

Pemeriksaan penunjango Pemeriksaan Gram pada sekret pasien

I.6 I Don’t Know

Anatomi Embriologi Histologi Faal Penyakit infeksi pada mata

I.7 Learning Issues

Anatomio Palpebrao Konjungtivao Bulbus oculi (Sklera, kornea, koroid, retina)o Iris, Badan Siliaro Lensao Aqueous humour dan aqueous vitreouso Inervasi dan vaskularisasi mata

Embriologio Tahapan tahapan pembentukan mata (vesikel optik dan cawan optik)

Histologio Lapisan palpebrao Lapisan konjungtiva, sklera, kornea, lensa, badan siliar, iriso Retinao Koroido Makula lutea

Page 8: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

8

o Diskus optikus Faal

o Mekanisme penglihatano Perlindungan pada mata o Media refraksi o Fisiologi aqueus humoro Pembentukan dan aliran aqueous humoro Tekanan bola mata normal

Page 9: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

9

BAB IIBASIC SCIENCE TERKAIT KASUS

II.1. Anatomi

Mata

Mata merupakan organ indra rumit. Mata disusun dari bercak sensitive dan cahaya

prmitip pada permukaan invertebrata. Dalam selubung pelindungnya mata mempunyai lapsan

reseptor yaitu system lensa bagi pemfokusan cahaya atas reseptor dan merupakan suatu

system syaraf untuk mengantarkan impuls serta membentuk bayangan penglihatan yang

disadari menjadi sasaran. Secara structural bola mata bekerja seperti sebuah kamera, tetapi

mekanisme yang ada tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Lapisan syaraf yang melapisi

separuh bagian posterior bola mata merupakan bagian dari susunan syaraf pusat yang

dihubungkan melalui suatu berkas serat syaraf yang disebut saraf optic. Lapisan fibrosa yang

terletak diluar sesuai dengan durameter yang berwarna putih keruh.

Antara lapisan fibrisa luar dan retina terdapat suatu lapisan faskuler yang berfungsi sebagai

nutrisi.

Pada iris terdapat suatu celah bulat dibagaian tengah dengan deameter yang beragam

yang disebut pupil. Retina berlanjut kedepan tetapi sebagai lapisan tanpa saraf permukaan

dalam badan siliar, iris atau bagaian siliar dan iridika retina.

Saraf optic tidak keluar pada kutup posterior bola mata, tempat keluarnya sekitar tiga

millimeter kesisi nasal dan satu millimeter di bawah kupula. Mata merupakan suatu bulatan

Page 10: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

10

yang sedikit asimetris dan agak gepeng dari atas ke bawah. Titik pusat lengkungan kornea

dan sclera disebur kutub anterior dan posterior.

a. Kelopak mata

Gambar Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan

sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat

menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan

pengeringan bola mata.

Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan

air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata.

Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis

pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan

bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat

Page 11: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

11

otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi

menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada

anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.

orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.

levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n.

III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di

dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra Septum orbita

yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi

orbita dengan kelopak depan.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan

jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20

pada kelopak bawah).

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang

kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan

melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan

musin.

b. Sistem Lakrimal

Page 12: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

12

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem

ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus

nasolakrimal, meatus inferior.

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :

Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero

superior rongga orbita.

Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga

orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam

meatus inferior.

Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam

sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola

mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga

akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.

Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya

dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai

dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

c. Konjungtiva

Page 13: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

13

Gambar Bola Mata

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola

mata terutama kornea.

Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa

kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama dengan kelenjar

lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari

tarsus.

Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan

konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di

bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak

d. Bola Mata

Page 14: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

14

Bola mata terdiri atas :

dinding bola mata

isi bola mata.

Dinding bola mata terdiri atas :

sclera

kornea.

Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan

(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,

merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut

kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

Sclera merupakan Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea

merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf

optik sampai kornea. Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat,

tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm. Sklera anterior ditutupi oleh 3

lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga

mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian belakang saraf optik

menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna

putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva.

Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya

berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen

jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada

eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh

ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa

Page 15: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

15

yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar,

dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur

jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,

sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang

terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan

siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),

yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea

dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai

susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang

akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas

dari koroid yang disebut ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya

menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam

badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar

melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat

sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di

daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

e. Kornea

Page 16: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

16

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata

yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan

terdiri atas lapis :

1. Epitel

Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating

tumpang tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya

melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,

elektrolit, dan glukosa yang merupakanbar r ier .

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi

3. Stroma

Terdiri ataslamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,

pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen

ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang

kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratos it merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah

trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya

Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal

40 µm.

5. Endotel

Page 17: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

17

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula

okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar

longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam

stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh

lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause

untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di

daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa

endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak

mempunyai daya regenerasi.

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di

sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50

dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Page 18: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

18

Gambar Penampang melintang kornea

f. Uvea

Page 19: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

19

Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding kedua bola

mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan koroid.

Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri

siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat

masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior,

medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung

menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat

perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar

tempat masuk saraf optic.

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan

otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian

posterior yaitu :

1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris

untuk komea, iris, dan badan siliar.

2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang

melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.

3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil.

Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris terdiri atas

bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas

antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di

dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar, dan sirkular.

Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak

sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar dan

memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris warnanya

sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut

kripti. Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri atas otot-

otot siliar dan proses siliar.

Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik

proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula Zinn sehingga lensa

menjadi lebih cembung. Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos.

Page 20: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

20

Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara

sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya

pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.

g. Pupil

Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang

masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang

dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang

dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.

Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur

sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :

1. Berkurangnya rangsangan simpatis

2. Kurang rangsangan hambatan miosis

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks

menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks

hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.

Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan

untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan. Sudut

bilik mata depan Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran

Page 21: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

21

keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga

tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan

trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini

ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas

belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula

mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan

uvea.

Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan

membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke

salurannya. Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut

tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.

Retina

h. retina

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran dari pada

serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.

Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai

dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2

mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak

mengkilat yang merupakan reflek fovea.

Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih

kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan

ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata ditengah

papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal.

Retina terdiri atas lapisan:

Page 22: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

22

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga

lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis

ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel

bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik.

Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1 Batang

lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak.

Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya

penglihatan (bintik buta).

Page 23: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

23

Gambar Fundus okuli normal

i. Badan kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa

dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak

90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan

fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi

ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu

jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana,

dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah

dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan

melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.

Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya cairan

bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan

sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.

j. Lensa mata

Page 24: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

24

Gambar Bola Mata

Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9

mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian

anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa

mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan

siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks).

Nukleus lebih keras daripada korteks.

Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin

menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembung

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

Terletak di tempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,

Keruh atau spa yang disebut katarak,

Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar

dan berat.

Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina.

Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.

Page 25: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

25

II.2. Histologi

Setiap mata terdiri dari 3 lapisan konsentris, yaitu:

Lapisan luar atau tunika fibrosa

5/6 posterior lapisan luar mata yang opak dan putih adalah sclera

1/6 bagian anterior tidak berwarna dan transparan yaitu kornea

1. Sklera

Membentuk segmen bola

Bergaris tengah 22 mm

Terdiri atas jaringan ikat padat, terutama berkas kolagen gepeng yang berjalinan

namun tetap parallel terhadap permukaan organ, cukup banyak substansi dasar,

beberapa fibroblast.

Permukaan luar (episklera)

- Dihubungkan oleh sebuah simpai tenon (sebuah system longgar serat kolagen halus

pada lapisan padat jaringan ikat)

- Simpai tenon ini berhubungan dengan stroma konjungtiva longgar pada batas

kornea dengan sclera.

- Diantara simpai tenon dan sclera terdapat ruang tenon ruang longgar inilah yang

memungkinkan bola mata dapat bergerak memutar kesegala arah.

- Diantara sclera dan koroid terdapat lamina suprakoroid (lapisan tipis jaringan ikat

longgar dengan banyak melanosit, fibroblast dan serat elastin)

Page 26: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

26

- Sclera relative avaskular.

2. Kornea

Irisan melintang kornea menunjukan bahwa kornea terdiri atas 5 lapisan

1) Epitel

- Berlapis gepeng non keratin

- Pada bagian basal epitel ini tampak banyak gambaran mitosis yang mencerminkan

kemampuan regenerasi kornea yang hebat

- Masa pergantian sel 7hari

- Terdapat mikrovili pada sel permukaan kornea

- Mikrovili terjulur ke dalam ruangan yang diisi lapisan tipios air mata pra-kornea

merupakan lapisan pelindung yang terdiri atas lipid dan glikoprotein.

- Lapisan pelindung ini tebalnya 7mikrometer

- Kornea memiliki suplai saraf sensoris yang paling besar diantara jaringan mata.

2) Membran bowman

- Dibawah epitel kornea

- Merupakan lapisan homogeny

- Tebalnya antara 7-12 mikrometer

- Terdiri dari serat-sarat kolagen yang bersilangan secara acak, pemadatan substansi

interselular, tetapi tanpa sel

- Membantu stabilitas dan kekuatan kornea

3) Stroma

- Terdiri atas banyak lapisan berkas kolagen parallel yang saling menyilang secara

tegak lurus

- Serabut kolagen didalam setiap lamel saling berjajar parallel dan melintasi seluruh

lebar kornea

- Diantara lapisan-lapisan itu terjepit juluran-julurannsitoplasma fibroblast (gepeng

seperti sayap kupu-kupu

- Sel dan serat dari stroma terendam dalam substansi glikoprotein amorf yang

metakromatik (kondroitin dan sulfat)

- Stroma avaskular

Page 27: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

27

- Biasanya terdapat sel limfoid membrane (migrating) di dalam kornea.

4) Membran descement

- Struktur homogeny

- Tebal 5-10 mikrometer

- Terdiri atas filament kolagen halis tersusun berupa jalinan 3 dimensi

5) Endotel

- Yaitu epitel selapis gepeng

- Endotel dan epitel kornea berfungsi memepertahankan kejernihan kornea

- Ke 2 lapisan ini mentransport ion natrium ke permukaan apikalnya

- Ion klorida dan air ikut secara pasif, sehingga stroma kornea dipertahankan

dalambkeadaan yang relative kering.

- Bersama susunana serabut kolagen yang sangat halus dari stroma yang disusun

teratur, yang menyebabkan jernihnya kornea.

Limbus yaitu batas kornea dan sclera yang merupakan daerah peralihan dari

berkas-berkas kolagen bening dari kornea menjadi serat-serat buram putih dari

sclera.

- Limbus ini sangat vascular

- Pembuluh darahnya memegang peranan penting dalam radang kornea

- Didaerah limbus yaitu jalinan trabekula membentuk saluran (canal) schlemm yang

mengangkut cairan dari kamera okuli anterior

- Canal schlemm berhubungan keluar dengan system vena.

Lapisan tengah /lapisan vascular/traktus uveal

1. Koroid

Page 28: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

28

Lapisan yang sangat vascular

Diantara pembuluh darahnya terdapat jaringan ikat longgar dengan banyak fibroblast,

makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma, serat kolagen dan serat elastin.

Terdapat banyak melanosit (memberi warna hitam yang khas0

Lapisan dalam koroid disebut lapisan koriokapiler karena lebih banyak mengandung

pembuluh darah kecil daripada lapisan luar.

Fungsi penting untuk nutrisi retina

Membrane hialin amorf tipis (3-4 mikrometer)memisahkan lapisan koriokapiler dari

retina dikenal sebagai membrane brunch meluas dari diskus optikus sampai ke ora

serata

Discus optikus ( papilla optikus) daerah tempat nervus optikus memasuki bola mata

Koroid terikat pada sclera oleh lamina suprakoroidal (lapisan jaringan ikat longgar

dengan banyak melanosit)

2. Korpus siliaris

Page 29: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

29

Sebuah perluasan koroid ke anterior setinggi lensa

Merupakan cin-cin tebal yang utuh pada permukaan dalam bagian anterior sclera

Membentuk segitiga pada potongan melintang

Salah satu permukaannya berkontak dengan korpus vitreus,

Struktur ->jar ikat longgar : - Banyak serat elastin

- Pembuluh darah

- Melanosit

Muskulus siliaris -> 2 berkas otot polos yang berinsesi pada sclera di anterior dan

pada berbagai daerah dari korpus siliaris di posterior. Salah satu berkas ini

mempunyai fungsi meregangkan koroid dan berkas lain bila berkontraksi

mengendurkan ketegangan pada lensa. Gerakan otot ini penting untuk akomodasi

visual.

Permukaan korpus siliaris yang menghadap ke korpus vitreus, bilik posterior dan

lensa ditutupi oleh perluasan retina ke anterior. Di daerah ini retina hanya terdiri dari

2 lapis sel, yaitu :

- Lapisan yang langsung berbatasan dengan korpus siliaris, terdiri atas epitel selaois

silindris yang mengandung melanin.

- Lapisan yang menutupi lapisan pertama berasal dari lapisan sensoris retina (terdiri

atas epitel silindris tanpa pigmen.

3. Prosesus siliaris

Juluran mirip tabung dari korpus siliaris

Page 30: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

30

Pusatnya ialah jaringan ikat longgar dengan banyak kapiler bertingkap (fenestrated) di

tutupi oleh 2 lapis epitel yang sama dengan korpus siliaris

Dari prosesus siliaris muncul serat-serat zonula

Sel-sel tanpa pigmen dari lapisan memiliki lipatan-lipatan basal. Sel-sel ini membentuk

humor akueus.

4. Iris

Yaitu perluasan koroid yang sebagian menutupi lensa, menyisakan lubang bulat di

pusat yang disebut pupil.

Permukaan anterior

- Tidak teratur dan kasar

Page 31: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

31

- Dibawahnya terdapat jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah, beberapa serat,

fibroblast dan melanosit.

- Lapisan berikutnya yaitu jaringan ikat longgar dengan sangat vaskular

Permukaan posterior

- Rata

- Dilapisi oleh 2 lapis epitel yang sama dengan korpus siliaris dan prosesusnya.

Banyaknya pigmen mencegah masuknya cahaya ke dalam mata kecuali ke dalam pupil

Lensa

Lensa kristalina berbentuk bikonveks

Secara structural terdapat 3 komponen, yaitu :

1. Kapsul Lensa

- Tebalnya sekitar 10µm di sebelah anterior dan posteriornya 5-6 µm

- Kapsul ini homogeny, merupakan membrane tidak berbentuk, bersifat elastis, kaya akan

KH

- Mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV

- Pada kapsul lensa melekat serat zonula yang berjalan ke badan siliar sebagai igamen

suspensorium atau penyokong

2. Epitel Subkapsular

- Terletak di bawah kapsular

Page 32: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

32

- Hanya ada pada permukaan anterior

- Terdiri atas selapis sel epitel kuboid

- Bagian dasar sel ini terletak di luar berhubungan dengan kapsula

- Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks junctional dengan serat lensa

- Ke arah equator sel ini bertambah tinggi dan beralih menjadi serat lensa

- Lensa tumbuh sepanjang kehidupan dengan penambahan serat lensa

3. Substansi lensa

- Terdiri dari serat lensa yang berbentuk prisma heksagonal

- Panjangnya 8-10mm, Lebar 8-10 µm, tebal 2 µm

- Sebagian besar serat tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan lensa

- Pada korteks serat yang lebih muda menganndung beberapa inti dan organel

- Di bagian tengah serat yang lebih tua telah kehilangan inti dan tampak homogen

Lensa mata sama sekali tanpa pembuluh darah, karena tanpa pembuluh darah maka

lensa mendapat nutrisi dari humor akueus dan badan vitreus

Lensa bersifat tembus cahaya

Membrane plasma serat lensa sangat tidak permeabel

Korpus Vitreus

Menempati ruangan mata di belakang lensa

Merupakan gel transparan, terdiri atas kolagen, glikosaminoglikan dimana unsure

utamanya adalah asam hialuronat

Lapisan Dalam (Retina)

Page 33: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

33

Terdiri dari 2 bagian :

- Posterior : bagian fotosensitif

- Anterior : tidak fotosensitif

Bagian Anterior (Epitel Pigmen)

- Terdiri atas sel silindris dengan inti di basal

- Daerah basal sel melekat pada membrane Bruch

- Sitoplasmanya memiliki banyak mitokondria, RE licin, granul melanin di sebelah

sitoplasma apical

- Apeks sel memiliki mikrovili

Bagian Posterior (Retina Pars Optika)

- Terdiri atas sekurang-kurangnya 15 jenis neuron dan sel-sel ini membentuk

sekurang-kurangnya 38 jenis sinaps

Page 34: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

34

- Terdiri atas 3 lapisan :

Lapisan luar

Terdiri atas sel batang dan kerucut

Sel Batang

- Terdiri atas segmen luar dan segmen dalam

- Segmen luar : - fotosensitif ( berbentuk batang luar terdiri atas banyak

cakram gepeng bermembran yang bertumpuk-tumpik mirip uang

logam)

- Dipisahkan dari segmen dalam oleh sebuah penyempitan

- Cakram gepeng mengandung pigmen yang disebut ungu visual atau

rhodopsin yang memutih oleh cahaya dan mengawali rangsangan

visual.

- Segmen dalam : - mengandung alat metabolic untuk biosintesis dan

proses penghasil energy

- Banyak mengandung glikogen dan memiliki banyak kumpulan

mitokondria,.

- Poliribosom banyak terdapat dibawah daerah mitokondria, terlibat

dalam sintesis pritein.

- Membantu penglihatan di tempat gelap

Sel Kerucut

- Merupakan neuron panjang

- Tiap retina memiliki ± 6 juta sel kerucut

- Strukturnya serupa dengan sel batang, hanya terdapat perbedaan dalam

hal bentuk dan struktur segmen luarnya. Dimana pada sel kerucut

membrane luarnya tidak bergantung dari membrane plasma luar, tapi

timbul sebagai invaginasi darinya. Protein yang baru dibentuk tidak

ditimbun tapi tersebar merata pada segmen luar.

- Terdapat 3 jenis sel kerucut fungsional yang tidak bisa dibedakan cirri

morfologinya. Tiap jenis mengandung fotopigmen kerucut yang

disebut iodopsin.

- Membantu penglihatan di tempat terang

Lapisan Tengah

Page 35: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

35

Terdiri atas sel-sel bipolar

Menghubungkan sel batang dan kerucut dengan sel ganglion

Sel bipolar difus memiliki sinaps dengan 2 atau lebih fotoreseptor

Sel bipolar monosinap mempunyai satu sinaps

Lapisan Dalam

Terdiri atas sel-sel ganglia

Selain berhubungan dengan sel bipolar, menjulurkan aksonnya ke daerah

khusus pada retina, tempat mereka berkumpul membentuk nervus optikus

Daerah tersebut bebas dari reseptor dan karenanya di sebut bintik tua /

papilla nervus optikus / kepala nervus optikus / diskus optikus.

Pada kutub posterior sumbu optic terletak fovea, sebuah lekukan dangkal dengan

retina yang bagian pusatnya sangat tipis. Hal ini disebabkan oleh sel ganglion dan sel

bipolar berkumpul di tepi lekukan ini, sedang bagian pusatnya ditempati oleh sel

kerucut. Cahaya langsung jatuh pada kerucut di bagian pusat fovea yang membantu

ketajaman penglihatan

Selain ketiga jenis sel utama terdapat jenis sel lain, yaitu :

1. Sel Horizontal, menghubungkan fotoreseptor-fotoreseptor berbeda

2. Sel Amakrin, menghubungkan sel-sel ganglia

3. Sel Penyokong

Struktur Tambahan

1. Konjungtiva

- Membrane mukosa tipis dan transparan yang menutupi bagian anterior matasampai

kornea dan permukaan dalam kelopak mata.

- Berupa epitel berlapis selindris dengan banyak sel goblet dan lamina proprianya

terdiri atas jaringan ikat longgar

2. Kelopak Mata

Page 36: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

36

- Lipatan jaringan yamg dapat digerakan yang berfungsi melindungi mata

- Kulit kelopak ini longgar dan elastis

- Terdapat 3 jenis kelenjar

a. Meibom

Kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal. Tidak berhubungan dengan

folikel rambut. Menghasilkan substansi sebaseus membentuk lapisan berminyak

pada permukaan film air mata, membantu mencegah penguapan cepat dari lapisan

air mata.

b. Zeis

Kelenjar sebaceous yang lebih kecil yang memodifikasi dan berhubungan dengan

folikel bulu mata.

c. Moll

Kelenjar keringat, berupa tubulus mirip sinus yang tidak bercabang.

3. Alat Lakrimal

- Kelenjar Lakrimal

Merupakan kelenjar air mata. Terdiri atas lobus-lobus. Berupa kelenjar tubuloalveolar

yang lumennya besar, terdiri atas sel-sel berbentuk kolom jenis serosa.

- Kanalikuli

Dilapisi epitel berlapis gepeng tebal

- Sakus Lakrimalis, dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia

- Duktus nasolakrimalis.

Page 37: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

37

II.3. Embriologi

Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif : ektoderm permukaan, termasuk

derivatnya yaitu crista neuralis; ektoderm neural; dan mesoderm. Endoderm tidak ikut pembentukan

mata.

Ektoderm permukaan membentuk lensa, glandula lakrimalis, epitel kornea, konjungtiva, dan

glandulae adnexa, dan epidermis palpebra.

Crista neuralis yang berasal dari ektoderm permukaan daerah yang tepat bersebelahan plica

neuralis dari ektoderm neural, berfungsi membentuk keratosit kornea, endotel kornea, dan jalinan

trabekel, stroma iris dan koroid, muskulus siliaris, fibroblas, sklera, vitreus, dan meninges nervus

optikus. Krista neuralis juga terlibat membentuk tulang dan tulang rawan orbita, jaringan ikat dan

saraf orbita, muskulus ektraokular, dan lapis-lapis subepidermal palpebra.

Ektoderm neural menghasilkan vesikel optik dan mangkuk dan karenanya berfungsi untuk

pembentukan retina dan epitel pigmen retina, lapis-lapis berpigmen dan tidak berpigmen dari epitel

siliaris, epitel posterior, muskulus dilatator dan sphincter pupillae pada iris, dan serat-serat nervus

optikus dan glia.

Mesoderm kini diduga hanya terlibat pembentukan muskulus ekstraokular dan endotel

vaskuler orbita dan okular.

Tahap Vesikula Optikum

Diskus embrional dalah tahap paling awal dalam perkembangan fetal, saat struktur-struktur

mata dapat dikenali. Pada usia 2 minggu, tepian sulkus neuralis menebal membentuk plika neuralis.

Lipatan ini kemudian menyatu membentuk tuba neuralis, yang tenggelam ke dalam mesoderm di

bawahnya dan melepaskan diri dari epitel permukaan. Tempat sulkus optikus adalah di dalam plika

neuralis sefalika pada kedua sisi dan pararel terhadap sulkus neuralis. Hal ini terjadi saat plika

neuralis mulai menutup pada minggu ke-3.

Pada usia 4 minggu, sesaat sebelum bagian anterior tuba neuralis menutup seluruhnya,

ektoderm neural bertumbuh ke luar dan ke arah permukaan ektoderm pada kedua sisi untuk

membentuk vesikel optik bulat. Vesikel optik berhubungan dengan otak depan melalui tangkai optik.

Pada tahap ini p[un terjadi penebalan ektoderm permukaan (lempeng lensa) berhadapan ujung-ujung

vesikel optik.

Tahap Mangkuk Optik

Saat vesikel berinvaginasi membentuk mangkuk optik, dinding luar vesikel mendekati dinding

dalamnya. Invaginasi permukaan ventral dari tangkai optik dan dari vesikel optik terjadi bersamaan

dan menghasilkan alur, yaitu fissura optikum (embrional). Tepian mangkuk optik kemudian tumbuh

Page 38: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

38

mengitari fissura optik. Bersamaan dengan itu, lempeng lensa berivaginasi pertama-tama membentuk

mangkuk, kemudian membentuk bola berongga yang dikenal sebagai vesikel lensa. Pada usia 4

minggu, vesikel lensa melepaskan diri dari ektoderm permukaan dan terdapat bebas dekat tepian

mangkuk optik.

Fissura optikum memungkinkan mesoderm vaskuyler memasuki tangkai optik dan akhirnya

membentuk sistem hialoid dari rongga vitreus. Setelah invaginasi selesai, fissura optikum menyempit

dan menutup pada usia 6 minggu, menyisakan lubang permanen yang kecil di ujung anterior dari

tangkai optik, yang dilalui areteria hialoidea. Pada usia 4 bulan, arteri dan vena retina melalui lubang

ini. Pada tahap ini pula bentuk umum akhir mata telah ditetapkan.

Perkembangan mata selanjutnya berupa perkembangan struktur optik masing-masing. Pada

umumnya, perkembangan struktur optik lebih cepat di segmen anterior mata selama tahap-tahap awal

dan lebih cepat di segmen anterior selama tahap akhir kehamilan.

Embriologi struktur-struktur spesifik

1. Palpebra dan apparatus lakrimalis

Palpebra berkembang dari mesenkim kecuali epidermis kulit dan epitel konjungtiva,

yang merupakan turunan ektoderm permukaan. Kuncup palpebra pertama kali muncul pada

usia 6 minggu, bertumbuh di depan mata, tempat ia bertemu dan menyatu pada tahap kelima.

Bulu mata dan glandula meibom dan kelenjar palpebra lainnya berkembang berupa

penumbuhan ke bawah dari epidermis.

Glandula lakrimalis dan glandula lakrimalis aksesori berkembang dari epitel konjungtiva.

Sistem drainase lakrimal (kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis) juga

merupakan turunan ektoderm permukaan yang berkembang dari korda epitel padat yang

terbenam di antara struktur muka yang sedang berkembang. Korda ini terbentuk salurannya

sesaat sebelum lahir.

2. Sklera dan otot ekstraokuler

Sklera dan otot-otot ektraokuler dibentuk dari pemadatan mesenkim yang mengeliliongi

mangkuk optik dan pertama kali dapat dikenali pada usia 7 minggu. Perkembangan struktur-

struktur ini cukup lanjut selang bulan keempat. Kapsula tenon terbentuk di dekat insertio

muskulus rektus pada minggu 12 dan selesai saat 5 bulan.

3. Segmen anterior

Segmen anterior bola mata dibentuk melalui invasi sel-sel krista neural ke dalam ruang di

antara ektoderm permukaan, yang berkembang ke dalam epitel kornea, dan vesikel lensa, yang

telah terpisah darinya. Invasi sel-sel krista neural berlangsung dalam tiga tahap, yaitu yang

pertama bertugas membentuk endotel kornea, yang kedua untuk pembentukan stroma kornea,

Page 39: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

39

dan yang ketiga untuk pembentukan stroma iris.

4. Lensa

Tidak lama setelah lensa terletak bebas di dekat tepian mangkuk optik (6 minggu), sel-sel

pada dinding posteriornya mulai memanjang mengisi rongga yang kosong, dan akhirnya

memenuhinya (7 minggu). Kira- kira pada usia 6 minggu disekresi sebuah kapsula hialin oleh

sel-sel lensa. Serat-serat lensa sekunder memanjang dari daerah ekuatorial dan bertumbuh ke

depan di bawah epitel subkapsular, yang tetap berupa selapis sel epitel kuboid. Serat-serat ini

bertemu membentuk sutura lentis yang rampung pada ulan ke tujuh.

5. Korpus siliaris dan choroid

Epitel siliaris terbentuk dari penjuluran bagian anterior mangkuk optik yang sama seperti

untuk epitel iris posterior. Hanya lapis luarnya mengandung pigmen. Otot siliaris dan pembuluh

darah berkembang dari mesenkim.

Pada usia kehamilan 3 ½ minggu, jalinan kapiler melingkari mangkuk optik dan

berkembang menjadi choroid.

6. Retina

Lapis luar mangkuk optik menetap sebagai lapis tunggal dan menjadi epitel pigmen dari

retina. Pigmen mulai ada pada usia 5minggu. Sekresi lapis dalam dan membran Bruch terjadi

pada usia 6 minggu. Lapis dalam mangkuk optik mengalami perkembangan rumit membentuk

kesembilan lapis lain dari retina. Hal ini berlangsung perlahan selama kehamilan. Menjelang

bulan ketujuh, lapis sel paling luar (terdiri atas inti koni dan basili) sudah ada, selain sel-sel

bipolar, amakrin, dan sel ganggliom dan serat-serat saraf. Daerah makula lebih tebal dari bagian

lain retina sampai bulan ke-8,saat depresi makula mulai terjadi. Perkembangan makula belum

rampung secara anatomis sampai bulan ke-6 sesudah lahir.

7. Vitreus

a. Tahap pertama :

( Vitreous primer, 3-6 minggu). Sekitar usia 3 minggu, sel-sel mesenkim dan

fibroblas yang berasal dari mesenkim pada tepian mangkuk optik atau berhubungan

dengan sistem vaskular hialoid, bersama kontribusi minor dari lensa embrional dan

lapis dalan dari vesikel optik, membentuk serabut-serabut vitreousdari vitreous

primer. Akhirnya vitreous primer telertak tepat di belakang kutub posterior lensa

bersama sisa-sisa pembuluh hialoid (kanal Cloquet).

Page 40: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

40

b. Tahap kedua :

( Vitreous sekunder, 6-10 minggu). Serabut-serabut dan sel-sel (hialosit) dari

vitreous sekunder disuga berasal dari vitreous primer vaskuler. Di anterior,

perlekatan vitreous sekunder yang erat pada membrana limitans interna retina

merupakan tahap-tahap awal pembentukan basis vitreous. Sistem hialoid

mengembangkan satu set pembuluh-pembuluh vitreous, selain pembuluh-pembuluh

pada permukaan capsula lentis (tunica vasculosa lentis). Sistem hialoid paling

berkembang pada usia 2 bulan dan kemudian beratrofi dari posterior ke anterior.

c. Tahap ketiga :

(Vitreous tersier, 10 minggu ke atas). Selama bulan ketiga, terbentuk berkas-berkas

marginal dari Drualt. Ini terdiri atas kondensasi fibrilar vitreous yang adalah

penjuluran bakal epitel siliaris dari mangkuk optik ke equator lensa. Kondensasi itu

kemusian membentuk ligamentum suspensorium dari lensa, yang telah berkembang

baik pada usia 4 bulan. Sistem hialoid beratrofi seluruhnya selama tahap ini.

8. Nervus optikus

Akson-akson dari sel-sel gangglion retina membentuk lapis serat-serat saraf. Serat-serat

itu berangsur membentuk tangkai optik dan kemudian nervus optikus (minggu 7). Unsur-unsur

mesenkim memasuki jaringan sekitar untuk membentuk septa vaskuker dari saraf. Medulasi

meluas dari otak ke perifer menuruni nervus optikus, dan saat lahir telah mencapai lamina

cribosa. Medulasi rampung pada usia 3 bulan.

9. Pembuluh darah

Arteria siliaris longa melepaskan diri dari hialoid pada usia 6 minggu dan beranastomosis

sekitar tepian mangkuk opttik dengan circulus major dari iris padausia 7 minggu.

Sistem hialoid mengalami atrofi total pada bulan ke-8. Arter hialoidea mencabangkan

arteri sentralis retina serta cabang-cabangnya (tahap 100 mm atau 4 bulan). Kuncup-kuncup

mulai bertumbuh kedalam retina dan membentuk sirkulasi retina, yang sampai pada ora serrata

pada bulan ke-8. Cabang-cabang vena sentralis retina terbentuk bersamaan.

II.4. Fisiologi

Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bagian luar

hingga paling dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah (1) sklera/kornea; (2) koroid/badan

siliaris/iris; dan (3) retina. Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan

ikat, sklera yang membentuk bagian putih mata. Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari

kornea transparan, yang dapat ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata.

Page 41: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

41

Lapisan tengah di bawah sklera adalah khoroid, yang berpigmen banyak dan mengandung

banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior

mengalami spesialisasi membentuk badan siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah

koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan

saraf di sebelah dalam. Yang terakhir, mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones),

fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Pigmen di koroid dan retina

menyerap sinarsetelah sinarmengenai retina untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar

di dalam mata.

Bagian interior mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yang dipisahkan oleh sebuah lensa

elips, yang semuanya transparan agar cahaya dapat menembus mata dari kornea hingga ke

retina. Rongga posterior yang lebih besar antara lensa dan retina mengandung bahan setengah

cair mirip gel, humor vitreus. Humor vitreus penting untuk mempertahankan bentuk bola

mata agar tetap bulat. Rongga anterior kornea dan lensa mengandung cairanjernih encer,

humor aquosus. Humor aquosus membawa nutrien untuk kornea dan lensa, yaitu dua struktur

yang tidak memiliki aliran darah. Adanya pembuluh darah di struktur-struktur ini akan

mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Humor aquosus dihasilkan oleh suatu jaringan

kapiler di dalam badan siliar. Cairan ini mengalir ke suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya

masuk ke darah.

Jumlah cahaya yang masuk kemata dikontrol oleh iris

Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya, karena

adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin di dalam

aquoeus humor. Pigmen di iris memberi warna mata. Berbagai bercak, garis, atau nuansa lain

pada iris bersifat unik bagi setiap orang.

Lubang bundardi bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke interior mata adalah pupil.

Ukuran lubang ini dapat disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima sinarlebih

banyak atau lebih sedikit. Iris mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular (serat-

serat otot berjalan seperti cincin di dalam iris) dan satu radial (serat mengarah ke luardari tepi

pupil seperti jari-jari roda sepeda). Karena seratotot memendek ketika berkontraksi maka

pupil menjadi lebih kecil ketika otot sirkular (atau konstriktor) berkontraksi danmembentuk

cincin yang lebih kecil. Konstriksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk

mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika otot radial (dilator) berkontraksi maka

Page 42: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

42

ukuran pupil ukuran pupil bertambah. Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya temaram agar

sinar yang masuk ke mata lebih banyak. Otot-otot iris dikendalikan oleh sistem saraf otonom.

Serat saraf parasimpatis menyarafi otot sirkular (menyebabkan konstriksi pupil) sementara

serat simpatis menyarafi otot radial (menyebabkan dilatasi pupil).

Mata membiaskan sinar yang masuk untuk memfokuskan bayangan di retina

Sinar/cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket energi

mirip partikel yang dinamai foton yang berjalan dalambentuk gelombang. Jarak antaradua

puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Panjang gelombang dalam spektrum

elektromagnetik berkisar dari 10-14 m (seperkuadrilium meter, misalnya pada berkas sinar

kosmik yang sangat pendek) hingga 104 m (10 km, misalnya gelombang radio yang panjang),

fotoreseptor di matahanya peka terhadap panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer

(nm; sepermilyar meter). Karena itu, cahaya tampak hanyalah sebagian kecil dari spektrum

elektromagnetik total. Sinar dari berbagai panjang gelombang dalam rentang sinar tampak

dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda-beda. Panjang gelombang yang lebih

pendek dilihat sebagai warna ungu dan biru; panjang gelombang yang lebih panjang

diinterpretasikan sebagai oranye dan merah.

Selain memiliki panjang gelombang bervariasi, energi cahaya juga bervariasi dalam

intensitasnya; yaitu, amplitudo,atau tinggi gelombang. Menyuramkan suatu cahaya merah

yang terang tidak mengubah warnanya, hanya menyebabkannya kurang terang ataukurang

intens. Gelombang cahaya mengalami divergensi (memancar keluar) ke semua arah dari

setiap titik sumber cahaya. Gerakan maju suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu

dikenal sebagai berkas cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus

dibelokkan ke dalam agar dapat difokuskan kembali ke suatu titik (titik fokus) di retina peka

cahaya agar diperoleh bayangan akurat sumber cahaya.

Sinar harus melewati lapisan retina sebelum mencapai fotoreseptor

Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel batang dan sel

kerucut, sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah energi cahaya menajdi

sinyal listrik untuk ditransmisikan ke SSP.

Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenanya adalah kelanjutan (perluasan) dari

SSPdan bukan suatu organ perifer terpisah. Selama perkembangan mudigah, sel-sel retina

“mundur” dari sistem saraf, sehingga lapisan-lapisan retina, yang mengejutkan, menghadap

Page 43: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

43

ke belakang! Bagian saraf dari retina terdiri dari tiga lapisan sel peka rangsang: (1) lapisan

paling luar (paling dekat dengan koroid) yang mengandung sel batang dan sel kerucut, yang

ujung-ujung peka cahayanya menghadapke koroid (menjauhi sinar datang); (2) lapisan tengah

sel bipolar; dan (3) lapisan dalam sel ganglion. Akson-akson sel ganglion menyatu untuk

membentuk saraf optik, yang keluar dari retina tidak tepat dari bagian tengah. Titik di retina

tempat saraf optik keluar dan pembuluh darah berjalan disebut diskus optikus. Bagian ini

sering disebut sebagai bintik buta; tidak ada bayangan yang dapat dideteksi di bagian ini

karena tidak adanya sel kerucut dan sel batang.

Sinar harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di semua

bagian retina kecuali di fovea. Di fovea, lapisan sel ganglion dan bipolar tersisih ke tepi

sehingga cahaya langsung mengenai fotoreseptor. Gambaran ini disertai oleh kenyataan

bahwa hanya sel kerucut (dengan ketajaman atau kemampuan diskriminatif yang lebih besar

daripada sel batang) ditemukan di bagian ini, menyebabkan fovea menjadi titik dengan

penglihatan paling jelas. Pada kenytaannya, fovea memiliki konsentrasi sel kerucut paling

tinggi di retina. Karena itu, kita memutar mata kita agar bayangan benda yang sedang kita

lihat terfokus di fovea. Daerah tepat di sekitar fovea, makula lutea, juga memiliki konsentrasi

sel kerucut yang tinggi dan ketajaman lumayan. Namun, ketajaman makula lebih rendah

daripada fovea, karena adanya lapisan sel ganglion dan bipolar di atas makula.

Fototransduksi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf

Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) terdiri dari tiga bagian:

1. Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid.

Bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya.

2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor. Bagian ini mengandung

perangkat metabolik sel.

3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap ke sel

bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena stimulasi

cahaya ke sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.

Segmen luar, yang berbentuk batang pada sel batang dan kerucut pada sel kerucut, terdiri dari

tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang mengandung banyak molekul

fotopigmen peka cahaya. Setiap retina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor, dan lebih

dari satu milyar molekul fotopigmen mungkin terkemas di dalam segmen luarsetiap

fotoreseptor.

Page 44: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

44

Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Melalui serangkaian

tahap, perubahan yang dipicu oleh cahaya ini dan pengaktifan fotopigmen yang kemudian

terjadi menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial

aksi. Potensial aksi menyalurkan informasi ini ke otak untuk pemrosesan visual. Fotopigmen

terdiri dari dua komponen: opsin, suatu protein yang merupakan bagian integral dari

membran diskus; dan retinen, suatu turunan vitamin A yang etrikat di bagain dalam molekul

opsin. Retinen adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya. Terdapat empat fotopigmen

berbeda, satu di sel batang dan masing-masing satu di ketiga jenis sel kerucut. Keempat

fotopigmen ini menyerap panjang gelombang sinar yang berbeda-beda. Rodopsin,

fotopigmen sel batang, menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak. Dengan

menggunakan masukan visual dari sel batang, otak tidak dapat membedakan antara berbagai

panjang gelombang dalam spektrum sinar tampak. Karena itu, sel batang hanya memberi

bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas, bukan perbedaan warna.

Fotopigmen di ketiga jenis sel kerucut-sel kerucut merah, hijau, dan biru-berespons

secaraselektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya, menyebabkan kita dapat melihat

warna.

Fototransduksi, proses pengubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik, pada dasarnya

sama untuk semua fotoreseptor, tetapi mekanismenya bertentanagn dengan cara biasa

reseptor berespons terhadap stimulus adekuatnya. Reseptor biasanya mengalami depolarisasi

jika dirangsang, tetapi fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi ketika menyerap cahaya.

Talamus dan korteks penglihatan menguraikan pesan visual

Perhentian pertama di otak untuk informasi di jalur penglihatan adalah nukleus genikulatum

lateral di talamus. Bagian ini memisahkan informasi yang diterima dari mata dan

menyalurkannya melalui berkas-berkas serat yang dikenal sebagai radiasi optik ke berbagai

daerah di korteks, yang masing-masing memproses berbagai aspek dari rangsangan

penglihatan (misalnya warna, bentuk, kedalaman, gerakan). Proses penyortiran ini bukanlah

tugas mudah karena setiap saraf optikus mengandung lebih dari satu juta serat yang

membawa informasi dari fotoreseptor di satu retina. Nukleus genikulatum lateral dan masing-

masing zona korteks yang memproses informasi penglihatan memiliki peta topografis yang

merepresentasikan retina titik demi titik. Seperti korteks somatosensorik, peta retina di

Page 45: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

45

korteks mengalami distorsi. Fovea, bagian retina yang ketajaman penglihatannya tertinggi,

memiliki representasi di peta saraf yang jauh lebih luas daripada bagian-bagian tepi retina.

Masukan visual dikirim ke bagian-bagian lain otak yang tidak terlibat dalam persepsi

penglihatan

Tidak semua seratdi jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan, sebagian

diproyeksikan ke bagian-bagian lain otak untuk tujuan di luar persepsi penglihatan langsung.

Contoh aktivitas nonpenglihatan yang bergantung pada masukan dari sel batang dan sel

kerucut adalah (1) kontribusi ke keadaan terjaga korteks dan konsentrasi, (2) kontrol ukuran

pupil, dan (3) kontrol gerakan mata. Masing-masing mata dilengkapi oleh suatu set otot yang

terdiri dari enam otot mata eksternal yang menentukan posisi dan gerakan mata sehingga

mata dapat mengetahui lokasi, melihat, dan mengikuti benda dengan lebih baik. Gerakan

mata adalah salah satu gerakan tubuh yang paling cepat dan paling terkontrol.

REGULASI AQUOUS HUMEUS

Cairan mata ada 2 macam:

a. Humous aquous di depan dan samping ensa, mengalir bebas

b. Humous vitrous di antara lensa dan retina, hanya ada sedikit aliran cairan, tetapi

substansi dapat berdfusi bebas.

Humous aquous

Page 46: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

46

Akan diproduksi dan di absorbsi secara terus menerus, tergantung dari besarya tekanan

intra orbital.

Dibentuk oleh prosesus siliaris sebanyak 2-3µL/menit.

Prosesus siliaris merupakan lipatan linear yang menghubunkan badan siliar ke ruang di

belakang iris. Permukaannya ditutupi oleh epitel yang sangat sekretoris, dan tepat

dibawahnya mengandung banyak pembuluh darah.

Sekresi dimulai dengan influx Na, yang kemudian akan mendorong Cl dan bikarbonat.

Semuanya mengakibatkan osmosis air dari jaringan di bawahnya ke dalam ruang intersel

epitel yang sama.

Humous aquous akan mengalir diantara ligamen – ligament lensa masuk ke pupil

masuk ke ruang anterior mata sudut antara kornea dan iris trabekulae kanalis

schlemm. Kanalis schlemm adalah vena berdinding tipis yang meluas secara

sirkumferensial ke seluruh arah pada mata, endotelnya berpori-pori.

Tekanan intra orbita

Menentukan keseimbangan antara produksi dan absorbi aquous humous.

Normalnya 12-20 mmHg

Ditentukan oleh tahanan aliran keluar humous akuous dari ruang anterior ke kanalis

schlemm. Tahanan aliran tersebut dihasilkan dari tautan trabekulae yang dilewati.

Rata-rata ada 2,5µL/menit melewati kanalis sclemm.

REFRAKSI dan AKOMODASI

Prinsip dasar alat optic

Derajad pembiasan akan meningkat sesuai dengan:

a. Rasio indeks bias dari kedua media transparan

Page 47: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

47

b. Derajad kemiringan antara bidang peralihan dan permukaan gelombang yang datang.

Lensa mata manusia adalah konveks

Pada lensa konveks, berkas cahaya yang masuk melalui bagian tengah akan dteruskan.

Sedangkan berkas cahaya yang masuk dari bagian tepi, akan dibelokkan ke tengah.

Semakin ke tepi, sudut pembelokan akan semakin besar. Sifat ini disebut dengan

kovergensi. Apabila lengkung lensa sempurna, maka cahay yang melalui berbagai bagian

lensa akan dibelokkan sedemikian rupa sehingga menuju ke 1 titik, disebut dengan titik

focus.

Jarak dibelakang lensa konveks ke titik focus disebut dengan jarak focus.

Tiap benda yang terletak di depan lensa, merupakan kumpulan dari beberapa titik cahaya.

Tiap titik tersebut akan membentuk bayangan di titik focus yang berbeda. Dari titik

bayangan didapatkan sebuah bayangan yang bentuknya terbalik daripada yang di depan

lensa.

Pada manusia

4 pembatasan fraksi:

a. Antara anterior kornea dengan udara

b. Antara posterior kornea dengan aquous humous

c. Antara aquous humous dengan anterior lensa kristalina

d. Antara posterior lensa dengan vitrous humous

Indeks bias:

a. Udara 1

b. Kornea 1,38

c. Humous aquous 1,33

d. Lensa 1,4

e. Humous vitrous 1,34

Kornea memiliki daya bias paling besar. Daya bias ditentukan dar selisih indeks bias

antara kedua media.

Lensa memiliki daya bias terkecil, namun memiliki kemampuan akomodari. Karena itu,

dari yang awalnya hanya 20dioptri bias menjadi 34 dioptri (terjadi akomodasi 14).

AKOMODASI LENSA

Lensa terdiri dari kapsul elastic dan cairan kental protein tinggi.

Lensa diikat oleh ligament, dan ligament tersebut melekat di otot siliaris.

Page 48: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

48

Jika otot siliaris berkontraksi, ligament akan mengendor dan lensa akan cembung.

Akomodasi maksimal terjadi jika otot siliaris berkontraksi sekuat-kuatnya.

Otot siliaris diatur oleh saraf parasimpatis, melalui nervus III

Dengan mendekatnya objek kea rah mata, frekuensi impuls parasimpatis ke otot siliaris

secara progresif akan ditingkatkan.

REFLEKS PUPIL

Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk. Jumlah cahaya sebanding dengan

luas pupil.

Pada susunan lensa yang memiliki kedalaman focus besar, kalau retina dipindahkan, atau

kalau kekuatan lensa berubah, bayanan akan tetap tegas. (lihat gambar lebih jelasnya)

Serabut yang mengurus reflek pupil, setelah melalui kiasma optikum dan traktus optic

akan menyimpang di anterior korpus genikulatum lateral menuju an bersinaps di

nucleus pretektalis di batang otak setinggi kolikuli superior bersinaps dengan neuron

berikutnya yang mengirimkan serabut ke nucleus edinger westphal diteruskan ke

sphingter pupil melalui nervus okulomotorius (N.III)

PERJALANAN IMPULS

Page 49: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

49

Sel batang dan sel kerucut menangkap rangsang

Impuls dihantarkan melalui serabut saraf. Sebagian dari serabut ini, yaitu yang

menghantarkan rangsang dari bagian medial retina akan menyimpang ke sisi lainnya di

kiasma optikum.

Serabut melanjutkan diri dengan membentuk traktus optikum ke korpus genikulaum lateral

Rangsang diteruskan melalui traktus genikulokalkarina ke korteks optic. Daerah berakhrnya

serabut ni disebut korteks striatum (area 17) yang merupakan persepsi cahaya.

Diteruskan ke area 18 (area parastriatum/parareseptif) yang dapat menginterpreasikan impuls

dari area 17. Area 19 (peristriatum) juga berhubungan dengan area 17 dan 18, yang berfungsi

untuk pegenalan dan persepsi visual kompleks.

Page 50: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

50

RESEPTOR dan FUNGSI NEURAL RETINA

Retina mengandung 2 jenis sel:

a. Sel batang untuk melihat gelap terang

b. Sel kerucut untuk melihat warna

Retina ada 10 lapis:

a. Lapisan pigmen

- Untuk mencegah pantulan cahaya dari bagian lengkung bola mata

- Tanpa pigmen ini, cahaya akan dipantulkan ke semua bagian mata, sehingga

terjadi kekacauan penyinaran di retina, yang mengakibatkan tidak timbulnya

kontras titik gelap dan terang.

- Menyimpan sejumlah vitamin A.

b. Lapisan batang dan kerucut

c. Membrane pembatas luar

d. Lapisan inti dalam

e. Flexiform luar

f. Lapsan inti dalam

g. Lapisan flexiform dalam

h. Lapsan ganglionik

i. Lapisan serabut saraf optic

j. Membrane pembatas dalam

Page 51: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

51

Sel batang dan sel kerucut

Memiliki 4 segmen utama:

a. Segmen luar

- Terdapat rodopsin untuk sel batang dan sel warna pada sel kerucut

- Terdapat 1000 piringan yang merupakan lipatan membran sel

b. Segmen dalam

- Terdapat sitoplasma dan organel – organel. Mitokondria memegang peranan

penting

c. Inti

d. Badan sinaptik

Page 52: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

52

Mekanisme sel batang menerima rangsang (pada segmen luar)

Segmen luar se batang mengandung rodopsin. Rodopsin merupakan gabungan dari

skotopsin dan 11 cis retinal.

Prosesnya:

Nantinya, all trans retinal akan diubah kembali menjadi cis retinal. Urutan perubahannya

adalah:

energi cahaya

diabsorsi oleh rodopsin

fotoaktivasi elektron, perubahan dari cisretina menjadi transretinal

tempatnya jadi tidak cocok --> terlepas dari skotopsin.

Terbentuklah batorodopsin

lumirodopsin

metarodopsin I

metarodopsin II --> merupakan bentuk aktif, yang akan

menginisiasi proses selanjutnya•skotopsin

•all trans retinal

Page 53: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

53

All trans retinal all trans retinol (merupakan salah 1 bentuk vitamin A) 11 cis retinol

11 cis retinal.

Setelah berubah jadi cisretinal, akan bergabung lagi dengan skotopsin, membentuk rodopsin

yang inaktif.

Peristiwa segmen dalam

Awalnya, segmen dalam terus menerus memompa Na ke luar

Fungsi Neural Retina

Sirkut terdiri dari:

a. Fotoreseptor sel batang dan sel krucut

b. Sel horizontal bersifat inhibisi lateral. Berada pada lapisan flexiform luar.

c. Sel bipolar

d. Sel amakrin

- 2 arah : (1) Langsung dari sel bipolar ke ganglion; (2) secara horizontal di laisan

flexiform dalam

e. Sel ganglion menjalankan impuls dari retina ke nervus optikus

Sirkuit sel kerucut

Terjadi dekomposisi rodopsin transdusin teraktivasi

fosfodiesterase teraktivasi hidrolisis cGMP Na tidak bisa

masuk, karena gerbang tertutup hiperpolarisasi jika sudah

mencapai threshold (-70 atau -80mV) ion K akan melewati

membran

Page 54: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

54

Sirkuit sel batang

Peran koduktansi electron untuk menimbulkan konduksi bertingkat, bukan mekanisme all

or none.

Sel ganglion ada 3 jenis:

a. Sel W

- 40%

- Sel kecil (diameter <10µm)

- Kecepatan sinyal 8m/detik

- Menerima sebagian besar eksitasi dari sel batang

- Lapangan pandang luas karena dendrite menyebar

- Sensitive untuk deteksi arah pergerakan di setiap tempat di lpangan pandang

b. Sel X

- 55%

Sel batang

Mengeluarkan glutamate sebagai neurotransmitter

Sel kerucut

Sel bipolar

Sel ganglion

Mengeluarkan glutamate sebagai neurotransmitter

Satu – satunya yang menggunakan potensial aksi

Konduktansi elektron

Sel bipolar

Sel amakrin

Sel ganglion

Mengeluarkan 1 dari 8 neurotransmitter yang

sifatnya inhibtor

Satu – satunya yang menggunakan potensial aksi

Konduktansi elektron

Page 55: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

55

- Diameter sedang (10-15µm)

- Kecepatan sinyal 14m/detik

- Lapangan pandang sempit

- Menerima eksitasi dari sel kerucut bertanggungjawab terhadap seluruh

penglihatan warna

c. Sel Y

- 5 %

- Diameter 35µm

- Kecepatan 50m/detik

- Lapangan pandang luas

Page 56: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

56

BAB III

PENYAKIT TERKAIT CASE

III.1 Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah suatu bentuk peradangan pada konjungtiva. Gejala khusus pada

kelainan konjungtiva adalah terbentuknya secret.

Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet.

Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat :

Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi

Purulen, oleh bakteri atau klamidia

Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok

Lengket, oleh alergia tau vernal, dan

Seros, oleh adenovirus

Bila pada secret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan

Giemsa, kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya :

Limfosit – monosit –sel berisi nukelus sedikit plasma virus

Neutrofil bakteri

Eosinofil alergi

Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma klamidia

Sel raksasa multinuclear herpes

Sel Leber – makrofag raksasa trakoma

Keratinisasi dengan filament pemfigus atau dry eye

Badan Guarneri eosinofilik vaksinia

DIAGNOSIS BANDING

Virus Bakteri Fungus &

Paraasit

Alergi

Purulen Non purulen

Kotoran /

eksudasi

Sedikit Mengucur Sedikit Sedikit Sedikit

Page 57: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

57

Air mata Mengucur Sedang Sedang Sedang Sedikit

Gatal Sedikit Minimal - - Hebat

Injeksi /

hiperemis

Umum Umum Lokal Lokal Umum

Nodul

preaurikular

Lazim /

kering

Jarang Lazim Lazim -

Pewarnaan

dan usapan

MN Bakteri ,

PMN

Bakteri,

PMN

Biasanya

negatif

Eosinofil

Sakit

tenggorokan

dan demam

Sesekali Sesekali - - -

Konjungtivitis terdapat tanda-tnda radang umum

1. Calor panas

2. Rubor merah – injeksi konjungtivitis

3. Dolor seperti ada benda asing, gatal, perih

4. Tumor sebagai praeksudasi dan infiltrasi berupa

Sekret

Bangunan patologis

Khemosis konjungtiva

Konjungtiva: membrane mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan

posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sclera (konjungtiva

bulbaris)

Konjungtiva terdiri dari:

Palpebralis

Bulbaris

Konjungtivitis: peradangan pada konjungtiva

Penyakit mata paling umum didunia

Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair, hingga

konjungtivitis berat dengan sekret purulen kental.

Page 58: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

58

Etiologi:

Endogen

Eksogen : yang paling umum

a. Bakteri : Streptococcus pneumonia

Staphylococcus aureus

Neisseria meningitis

Haemophilus influenza

b. Parasit

c. Fungi

d. Virus : Adenovirus tipe 3 dan 7

Virus Herpes simpleks tipe 1 dan 2

Picornavirus

Alergika

Kimiawi/iritatif, berkaitan dengan penyakit yang tidak diketahui, etiologi tidak

diketahui

2 agen yang ditularkan secara seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis :

- Chlamydia trachomatis

- Neisseria gonorrhoae

Gejala:

Sensasi benda asing

Sensasi penuh disekeliling mata

Gatal

Fotofobia

Jika ada rasa sakit, kornea agaknya juga terkena

Tanda-tanda konjungtivitis:

a. Hiperemia

Karena dilatasi pembuluh darah konjungtiva posterior, kemerahan paling jelas

diforniks dan makin berkurang kea rah limbus.

- Dilatasi perilimbus atau hyperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea

atau struktur yang lebih dalam

- Warna merah terang mengesankan konjungtivitas bakteri

Page 59: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

59

- Warna putih susu mengesankan konjungtivitas alergika

- Hyperemia tanpa infiltrasi sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik , seperti

angin, matahari, asap.

b. Mata berair (epifora)

Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh

rasa gatalnya.

Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hyperemia dan

menambah jumlah air mata tersebut.

c. Eksudasi

Ciri semua jenis konjungtivitis akut.

- Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri.

Berserabut pada konjungtivitis alergika

- Pada hampir semua konjungtivitis didapatkan banyak kotoran mata dipalpebra

saat bangun tidur.

- Jika eksudatnya sangat banyak dan saling melengket (palpebranya) agaknya

konjungtivitis disebabkan oleh bakteri dan clamidia.

Sekret:

Serous virus

Encer seperti air (cair bening)

Isinya albumin, kadang enzim

e.c virus

Mucous/mucus allergen

Kental, bening, elastic (bila ditarik dengan ujung kapas)

Terdiri atas fibrin-fibrin glikoprotein

e.c penyakit kronis/alergi

Purulen bakteri

Pus (nanah)

Isinya sel yang mati, terutama leukosit dan jaringan nekrosis

Kumannya tipe ganas, fibrin sudah hancur

Makin ganas kumannya makin purulen

Bila ditutul kapas, ia akan terisap seperti air

Berwarna kuning

Page 60: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

60

Mukopurulen

Campuran antara mucus dan purulen

Kental berwarna kuning

Elastic

d. Pseudoptosis

Adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi diotot muller (akibat kelopak

mata bengkak)

Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat.

Contoh : trakoma, keratokonjungtivitis epidemic

e. Hipertofi palpebra

Adalah reaksi konjungtiva nonspesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada

tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus.

- Bila papilanya kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin, seperti beludru.

- Konjungtiva dengan papilla yang merah mengesankan penyakit bakteri atau

klamidia

- Bila papilanya raksasa berarti infiltrasi berat konjungtiva.

f. Khemosis

Sangat mengarah pada konjungtivitis alergika, tetapi dapat timbul pada konjungtivitis

gonokok atau meningokok akut terutama pada konjungtivitis adenoviral.

g. Folikel

Merupakan pembesaran limfadenoid

Lebih sering di konjungtiva palpebra inferior

h. Pseudomembran dan membrane

Adalah hasil dari proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.

Seolah-olah seperti melekat pada konjungtiva tetapi mudah diambil dan tidak

mengakibatkan perdarahan.

- Pseudomembran suatu pengentalan (koagulum) diatas permukaan epitel, yang

bila diangkat, epitelnya tetap utuh.

- Membrane pengentalan yang meliputi seluruh epitel yang jika diangkat,

meninggalkan permukaan kasar dan berdarah.

Etiologi : Streptococcus haemoliticus

i. Konjungtivitis ligneosa

Page 61: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

61

Adalah bentuk istimewa konjungtivitis membranosa rekuren. Keadaan ini bilateral,

terutama pada anak-anak, lebih banyak pada perempuan, dan mungkin menyertai

temuan sistemik lain, seperti nasofaringitis dan vulvovaginitis.

j. Granuloma

Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion

k. Fliktenula

Merupakan reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen mikroba.

Fliktenula konjungtiva awalnya berupa perivaskulitis dengan penumpukan limfosit di

pembuluh darah.

l. Limfadenopati preaurikular tanda penting konjungtivitis.

Page 62: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

62

KONJUNGTIVITIS BAKTERI

Terdapat 2 bentuk konjungtivitis bakteri:

1. Akut

a. Hiperakut

b. Subakut

Biasanya bisa sembuh sendiri, berlangsung <14 hari

Pengobatan dengan salah satu obat antibakteri yang tersedia biasanya sembuh dalam

beberapa hari.

Konjungtivitis hiperakut (purulen) disebabkan oleh N. gonorrhoeae atau N.

meningitidis dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini.

2. Kronik

Biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi ductus nasolacrimalis.

Tanda dan Gejala:

- Iritasi

- Pelebaran pembuluh darah (injeksi) bilateral

- Eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur

- Kadang-kadang edema palpebra

- Infeksi biasnaya mulai pada satu mata dan melalui tangan menular ke sebelahnya

- Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan

kuman.

1. Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen)

Disebabkan oleh N. gonorrheae, N. kochii, N. meningitidis

Ditandai oleh eksudat purulen yang banyak

Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat harus segera dilakukan px lab dan

segera diobati.

2. Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut

Sering terdapat dalam bentuk epidemic dan disebut mata merah (pink eye) oleh banyak

orang awam.

Ditandai dengan:

Hyperemia konjungtiva akut

Sekret mukopurulen berjumlah sedang

Page 63: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

63

Perdarahan subkonjungtiva

Penyebab paling umum:

Streptococcus pneumonia – pada iklim sedang

Haemophilus aegyptius – pada iklim tropis

3. Konjungtivitis Subakut

Paling sering disebabkan oleh Haemophilus influenza dan terkadang oleh Escherichia

coli.

Infeksi H. influenza ditandai dengan :

Eksudat tipis

Berair

Berawan

4. Konjungtivitis bakteri kronik

Terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakriositosis kronik,

yang biasanya unilateral.

Dapat disebabkan oleh Corynebacterium diptheriae dan Streptococcis pyogenes

walaupun jarang.

Pseudomembran atau membrane yang dihasilkan oleh organism ini dapat terbentuk

pada konjungtiva palpebralis.

Temuan Laboratorium:

Organisme penyebab dapat diidentifikasi dengan pulasan Gram atau Giemsa,

pemeriksaan ini banyak neutrofil PMN.

Kerokan konjungtiva disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakitnya

purulen, bermembran/pseudomembran.

Studi sensitivitas antibiotic juga diperlukan, tetapi terapi antibiotic empiris harus

dimulai. Bila uji sensitivitas antibiotic sudah didapatkan, terapi dengan antibiotic

spesifik dapat diberikan.

Komplikasi dan Sekuele :

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali pada

pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis.

Parut konjungtiva dapat mengikuti konjungtivitis pseudomembranosa dan

membranosa dan pada kasus tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi.

Page 64: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

64

Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N. gonorrheae, N. kochii, N.

meningitidis, H. aegyptius, S. aureus, dan M. catarrhalis.

Jika produk toksik N. gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk kebilik mata

depan, dapat timbul iritis toksik.

Terapi :

Bila belum diketahui jenisnya, dapat dimulai terapi dengan antimikroba topical spectrum

luas.

Contoh : polymixin-trine-thoprin

Pada Gram negative dan sugestif Neisseria. Harus segera dimulai terapi topical dan sistemik.

Jika kornea tidak terlibat bisa diberikan : cetriaxone 1g dosis tunggal/i.m

Jika kornea terkena, diberikan : cetriaxone parenteral 1-2g/hari (selama 5 hari)

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen

Saccus konjungtivitis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat menghilangkan

sekret konjungtiva.

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta

memperhatikan hygiene perorangan secara khusus.

Perjalanan dan Prognosis :

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat

berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai 1-3 hari.

Kecuali konjungtivitis stafilokok yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis

dan memasuki fase kronik.

Dan konjungtivitis gonokok yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea

dan endoftalmitis.

Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk meningokokus ke dalam darah dan

meninges, septicemia dan meningitis dapat menjadi hasil akhir konjungtivitis

meningokok.

Konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi

masalah pengobatan yang menyulitkan.

Page 65: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

65

KONJUNGTIVITIS VIRUS

Adalah peradangan konjungtiva yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis virus

A. KONJUNGTIVITIS VIRUS AKUT

1. Demam Faringokonjungtival

Gejala:

Demam 38,3 – 40 derajat C

Faringitis

Konjungtiva folikular yang bisa mengenai 1 atau kedua mata

Folikel sering sangat mencolok pada hari kedua konjungtiva dan mukosa

faring

Penyakit ini bisa bilateral maupun unilateral

Mata merah dan berair (sedikit) sering terjadi

Bisa dapat terdapat keratitis epitel superfisial untuk sementara dan sesekali

terdapat sedikit kekeruhan di sub epitel

Yang khas : limfadenopati preaurikular (tidak nyeri tekan)

Sindrom ini tidak lengkap, hanya terdiri dari satu atau 2 tanda utama

(demam, faringitis, konjungtivitis)

Etiologi:

Adenoviris tipe 3 dan kadang tipe 4 dan 7. Kerokan konjungtiva terutama

mengandung sel MN, dan tidak ada bakteri yang tumbuh pada biakan.

Terapi:

Pengobatan hanya suportif, karena dapat sembuh sendiri (kira-kira 10 hari).

Diberikan kompres, astringen, lubrikasi, pada kaus yang berat dapat diberikan

antibiotic dengan steroid topical. Pengobatan biasanya simptomatik dan antibiotic

untuk mencegah infeksi sekunder.

2. Keratokonjungtivitis Epidemika

Gejala:

Page 66: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

66

Umumnya bilateral, awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya mata

pertama lebih parah.

Pada awalnya terdapat : injeksi konjungtiva, mata berair berat seperti

kelilipan, nyeri sedang.

Dalam 5-14 hari akan diikuti oleh : fotofobia, keratitis epitel, kekeruhan

subepitel yang bulat (terutama terfokus di pusat kornea, biasanya tidak

pernah ke tepian, menetap berbulan-bulan, tapi sembuh tanpa parut)

Terdapat nodus preauricular dengan nyeri tekan yang khas.

Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut

Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam

Dapat terbentuk pseudomembran (sesekali membrane sejati)

Dan mungkin disertai, atau diikuti parut datar atau pembentukan

simblefaron.

Etiologi:

Adenovirus 8 dan 19

3. Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks (HSV)

Gejala:

Injeksi unilateral

Iritasi

Sekret mukoid

Nyeri

Fotofobia ringan

Etiologi:

Virus herpes simplek tipe 1 penyebab hampir seluruh kasus mata

Virus herpes simpleks tipe 2 penyebab umum pada neonatus

4. Konjungtivitis New Castle

Jarang didapat

Gejala:

Perasaan terbakar

Gatal

Page 67: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

67

Nyeri

Mata berair

Merah

Penglihatan kabur (jarang)

Etiologi:

Virus New Castle

5. Konjungtivitis Hemoragika Akut

Merupakan konjungtivitis disertai timbulnys perdarahan konjungtiva.

Gejala:

Nyeri

Fotofobia

Sensasi benda asing

Banyak mengeluarkan air mata

Kemerahan

Edema

Perdarahan subkonjungtiva

Etiologi:

Virus pikorna atau enterovirus 70.

B. KONJUNGTIVITIS VIRAL KRONIK

1. Blefarokonjungtivitis Molluscum Contangiosum

2. Blefarokonjungtivitis Varicella Zoster

3. Keratokonjungtivitis Campak

Page 68: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

68

KONJUNGTIVITIS ALERGI

Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi

cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada

reaksi terhadap obat, bakteri, toksik.

Merupakan reaksi antibody humoral terhadap allergen, biasanya dengan riwayat atopi.

Gejala Utama:

Radang (merah, sakit, bengkak dan panas)

Gatal

Silau berulang dan menahun

Terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu

penglihatan.

Pemeriksaan Lab:

Sel eosinofil, sel plasma, limfosit, basofil.

Terapi:

Walaupun dapat sembuh sendiri, tapi keluhan perlu pengobatan.

Hindari faktor pencetus, diberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah,

kompres dingin untuk menghilangkan edema.

Macam Konjuntivitis Alergi:

A. Konjungtivitis Vermal

Akibat reaksi hipersensitivitas (tipe 1) yang mengenai kedua mata bersifat rekuren.

Dua bentuk utama:

- Bentuk palpebra. Pada tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal

superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (Coble stone) yang diliputi

sekret mukoid.

- Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi

epitel kornea atau eosinofil dibagian epitel limbus kornea, terbentuk pannus

dengan sedikit eosinofil.

Page 69: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

69

B. Konjungtivitis Flikten

Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi terhadap bakteri atau

antigen tertentu. Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi

(hipersensitivitas tipe IV) terhadap tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma

venereal, leismaniasis, infeksi parasit di tempat lain di tubuh.

C. Konjungtivitis Iatrogenik

Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan oleh dokter.

D. Sindrom Steven-Johnson

Suatu penyakit eritema multiform yang berat (mayor)

E. Konjungtivitis Atopik

Reaksi alergi selaput lender atau konjungtiva terhadap polen disertai dengan demam.

Ditandaim mata berair, bengkak, dan belek berisi eosinofil.

Page 70: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

70

III.2. Blefaritis

Blepharitis adalah istilah umum untuk peradangan kelopak mata tetapi umumnya

mengacu pada berbagai jenis peradanganmelibatkan kulit, bulu mata, dan kelenjar meibom

dansalah satu penyakit mata yang paling sering ditemui.Kondisi ini biasanya kronis,

intermiten (dengan aksaserbasi dan remisi), dan biasanya bilateral.

Klasifikasi:

blepharitis anterior mempengaruhi pangkal bulu mata dan bulu mata folikel,

blepharitis posterior mempengaruhi kelenjar meibom dan lubang

kelenjar. Blepharitis secara klinis dikategorikan sebagai staphylococcal,

seboroik, disfungsi kelenjar meibom (DKM), atau kombinasi keduanya.

Stafilokokus blepharitis ditandai dengan sisik, krusta, dan eritema dari margin

kelopak mata.Peradangan kronis dapat diselingi oleh eksaserbasi akut yang mengarah pada

pengembangan blepharitis ulseratif. Kehilangan bulu mata dan keterlibatan kornea, termasuk

erosi epitel, neovaskularisasi, dan infiltrat marjinal, mungkin terjadi.

Pasien dengan blepharitis seboroik memiliki sisik yang berminyak pada kelopak

mata anterior, dan mereka sering memiliki dermatitis seboroik dari alis dan kulit kepala juga.

Epidemiologi:

Satu tunggal-pusat studi dari 90 pasien dengan blepharitis kronis mencatat bahwa

usia rata-rata pasien adalah 50 tahun. Dibandingkan dengan pasien dengan bentuk-bentuk

blepharitis, pasien dengan blepharitis staphylococcal yang ditemukan relatif muda (42 tahun)

dan sebagian besar adalah perempuan (80%). 1

Etiologi:

Keratoconjunctivitis sicca telah dilaporkan untuk hadir dalam 50% dari pasien

dengan blepharitis staphylococcal. 1 Sebaliknya, dalam serangkaian 66 pasien dengan KCS,

75% memiliki konjungtivitis staphylococcal atau blepharitis. 11 Ada kemungkinan bahwa

penurunan lisozim lokal dan tingkat immunoglobulin terkait dengan kekurangan air mata

dapat mengubah resistensi terhadap bakteri, predisposisi untuk pengembangan blepharitis

staphylococcal.

Dua puluh lima sampai 40% dari pasien dengan blepharitis seboroik dan

DKM, 1 dan 37% sampai 52% dari pasien dengan rosacea okular 9memiliki kekurangan air

mata berair. Ini mungkin hasil dari peningkatan air mata-film penguapan karena kekurangan

Page 71: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

71

komponen lipid dari air mata serta mengurangi mata-permukaan sensasi. , 12 13 Rendahnya

tingkat air mata film fosfolipid telah ditemukan berkorelasi dengan kehadiran KCS di pasien

dengan blepharitis kronis. 14 Rosacea (lihat definisi di bawah) dikaitkan dengan epitel

basement membran-kelainan dan berulang erosi epitel kornea.

Waktu fluorescein perpisahan air mata secara signifikan lebih pendek pada pasien

dengan DKM, bahkan jika produksi air mata berair adalah normal. 17 ini menunjukkan bahwa

sekresi kelenjar meibom penting dalam menjaga film air mata yang stabil

preocular. Tumpang tindih fitur klinis dari berbagai bentuk blepharitis kronis dan asosiasi

variabel semua bentuk air mata dengan disfungsi 1 menggarisbawahi kompleksitas hubungan

antara blepharitis dan disfungsi air mata serta perlunya pendekatan pengobatan disesuaikan

untuk pasien dengan keluhan iritasi mata .

Kondisi Dermatologic terkait dengan blepharitis seboroik dan DKM dapat berbagi

etiologi umum dan faktor predisposisi. Dalam satu studi, 95% pasien dengan blepharitis

seboroik juga memiliki dermatitis seboroik. 1 Pada pasien dengan subset dari DKM disebut

primer (difus) meibomitis, 74% memiliki dermatitis seboroik dan 51% memiliki rosacea

(jerawat rosacea).

Demodex folliculorum telah ditemukan pada 30% pasien dengan blepharitis kronis,

tetapi juga telah ditemukan dengan hampir prevalensi yang sama pada pasien tanpa

blepharitis. 18 Namun, pasien dengan blepharitis bandel telah menanggapi terapi diarahkan

pada pemberantasan tungau demodex.

Rosacea adalah penyakit kulit dan mata yang diamati lebih sering pada individu

berkulit putih, 19 tetapi dapat terjadi pada orang dari semua ras. Karakteristik temuan kulit

wajah termasuk eritema, telangiectasia, papula, pustula, kelenjar sebaceous menonjol, dan

rhinophyma.Rosacea mungkin sulit untuk mendiagnosa pada pasien dengan warna kulit lebih

gelap karena kesulitan dalam memvisualisasikan kemerahan pada wajah atau

telangiectasia. Rosacea biasanya terlihat pada usia pertengahan dan lebih sering terjadi pada

wanita. 20 Sementara rosacea yang lebih menonjol pada wanita, bisa lebih parah jika terjadi

pada pria. 21 , 22 Karena banyak pasien menunjukkan tanda-tanda hanya ringan, seperti

telangiektasia dan sejarah kemerahan pada wajah mudah, diagnosis rosacea sering diabaikan,

terutama pada anak-anak yang mungkin hadir dengan keratoconjunctivitis berulang kronis,

erosi belang-belang, keratitis, penyakit kelenjar meibom, atau chalazia berulang dan memiliki

tanda-tanda halus rosacea. 23 Anak-anak dengan mata rosacea sering hadir dengan

keterlibatan kornea, asimetri penyakit mata, dan potensi untuk melihat-mengancam gangguan

penglihatan. Rosacea Cutaneous kurang sering pada anak-anak dan atopi terkait adalah

Page 72: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

72

umum. 24 , 25 anak dengan riwayat styes memiliki peningkatan risiko mengembangkan dewasa

rosacea. 26

Diagnosis:

Evaluasi awal pasien dengan gejala dan tanda-tanda sugestif blepharitis harus

mencakup aspek-aspek yang relevan dari evaluasi mata yang komprehensif medis. 37 , 38 [A:

III] Diagnosis blepharitis biasanya didasarkan pada riwayat pasien dan temuan yang khas

karakteristik.Pengujian tambahan mungkin dapat membantu.

Anamnesis

Pertanyaan tentang unsur-unsur berikut dari sejarah pasien dapat memperoleh

informasi yang bermanfaat:

Gejala dan tanda: misalnya, kemerahan, iritasi, terbakar, merobek, gatal,

pengerasan kulit dari bulu mata, kehilangan bulu mata, kelopak mata menempel,

lensa kontak intoleransi, fotofobia, peningkatan frekuensi berkedip

Waktu hari ketika gejala memburuk

Durasi gejala.

Presentasi unilateral atau bilateral.

Memperburuk kondisi: misalnya, asap, alergen, angin, lensa kontak, kelembaban

rendah, retinoid, diet dan konsumsi alkohol, riasan mata

Gejala dan tanda-tanda yang berhubungan dengan penyakit sistemik, misalnya,

rosacea, alergi

Saat ini dan sebelumnya sistemik dan topikal obat: misalnya, antihistamin atau

obat-obatan dengan efek antikolinergik, atau obat yang digunakan di masa lalu

yang mungkin memiliki efek pada permukaan mata (misalnya, isotretinoin)

Terakhir paparan individu yang terinfeksi: misalnya, pediculosis

palpebrarum (Pthirus pubis)

Sejarah mata dapat mencakup rincian tentang intraokular sebelumnya dan operasi

kelopak mata, serta trauma lokal, termasuk mekanik, kimia termal, dan cedera

radiasi. Sebuah sejarah blepharoplasty kosmetik penting untuk mendapatkan karena bisa

membuat mata kering penguapan buruk. Sebuah sejarah styes dan / atau chalazia umum.

Riwayat medis juga dapat mencakup informasi tentang penyakit dermatologi seperti

rosacea, penyakit atopik, dan herpes zoster ophthalmicus.

Pemeriksaan mata dan adneksa meliputi pengukuran ketajaman visual, pemeriksaan

luar, celah-lampu biomicroscopy,dan pengukuran tekanan intraokular. Pemeriksaan

Page 73: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

73

eksternal harus dilakukan di ruangan yang cukup terang-dengan perhatian khusus pada hal-

hal berikut:

Skin

o Konsisten dengan rosacea seperti rhinophyma, eritema, telangiectasia,

papula, pustula, dan kelenjar sebasea hipertrofik di daerah malar

Perubahan

o Infeksi kulit

o Ruam

Kelopak mata

o Abnormal kelopak mata posisi (yaitu, ectropion dan entropion)

o Rugi, kerusakan, atau penyesatan bulu mata

o Vaskularisasi atau hyperemia dari margin kelopak mata

o Abnormal deposito di dasar bulu mata

o Koreng

o Vesikula

o Scaling, hiperkeratosis

o Chalazion / hordeolum

o Jaringan parut

The biomicroscopy celah-lampu harus mencakup evaluasi berikut:

Film air mata

o Robek meniskus

o Kualitas lendir dan lipid

o Foamy debit

o Puing-puing dalam film air mata

Marjin kelopak mata Anterior

o Hiperemia

o Telangiectasia

o Jaringan parut

o Pigmen perubahan

o Keratinisasi

o Koreng

o Vesikula

o Darah-biruan puing-puing

o Pediculosis palpebrarum (Pthirus pubis)

Page 74: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

74

o Kehadiran massa

Bulu mata

o Malposisi atau penyesatan

o Kerugian atau kerusakan

o Pediculosis palpebrarum (Pthirus pubis) nits

o Encrustations seperti deposito kosmetik dan collarettes

Kelopak mata posterior marjin

o Kelainan lubang meibom seperti capping, cemberut, retroplacement,

metaplasia, dan pemusnahan 39

o Karakter sekresi meibom seperti expressibility, ketebalan, kekeruhan

warna, dan

o Vaskularisasi, keratinisasi; nodularity

o Penebalan

o Jaringan parut

Konjungtiva tarsal (everting kelopak mata)

o Penampilan kelenjar meibom dan saluran seperti pelebaran dan

peradangan

o Chalazia

o Eritema

o Jaringan parut

o Keratinisasi

o Papiler reaksi / folikel

o Lipid eksudasi / inspissation

Bulbar konjungtiva

o Hiperemia

o Phlyctenules, folikel

o Belang-belang pewarnaan [C: III] dengan fluorescein, mawar bengal, atau lissamine hijau

Kornea

o Cacat, pewarnaan epitel belang-belang dengan fluorescein atau mawar bengal

o Edema, infiltrat, bisul, dan / atau bekas luka

o Vaskularisasi, termasuk pannus

o Phlyctenules

Diagnostik Tes

Page 75: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

75

Tidak ada tes khusus diagnostik klinis untuk blepharitis. Namun, budaya margin

kelopak mata dapat diindikasikan untuk pasien dengan blepharitis anterior berulang dengan

peradangan yang parah serta untuk pasien yang tidak menanggapi terapi. Evaluasi

mikroskopis dari bulu mata epilated dapat mengungkapkan tungau demodex, yang telah

terlibat dalam kasus blepharoconjunctivitis kronis. Demodex kutu dikaitkan dengan ketombe

silinder pada bulu mata dan telah digambarkan pada pasien dengan DKM, peradangan

konjungtiva, dan okular rosacea. Ini juga telah dijelaskan pada pasien dengan tanda-tanda

seperti kornea marjinal menyusup, phlyctenule, vaskularisasi dangkal, kekeruhan dangkal,

dan nodular jaringan parut. 40 , 41

Biopsi dari kelopak mata dapat diindikasikan untuk mengecualikan kemungkinan

karsinoma dalam kasus ditandai asimetri, resistensi terhadap terapi, atau chalazia berulang

unifocal yang tidak merespon dengan baik terhadap terapi. 42 [A: II] tanda-tanda tambahan

perhatian mungkin termasuk hilangnya kelopak mata yang normal marjin dan anatomi

konjungtiva, dan madarosis fokus. Sebelum mendapatkan biopsi untuk karsinoma kelenjar

sebaceous dicurigai, konsultasi dengan ahli patologi dianjurkan [A: III] untuk membahas

kebutuhan potensial untuk bagian beku dan pemetaan konjungtiva untuk mencari penyebaran

pagetoid. Jaringan segar mungkin diperlukan untuk mendeteksi lipid menggunakan pewarna

khusus seperti minyak merah-O.

Gambaran klinis yang dapat membantu dalam diagnosis diferensial staphylococcal,

seborrheic, dan blepharitis DKM dirangkum dalam Tabel 2. Fitur klinis dari bentuk

blepharitis sering tumpang tindih, dan pasien dengan kondisi terkait seperti sindrom mata

kering dapat hadir dengan fitur klinis yang serupa.

Tata laksana:

Perawatan yang membantu meliputi:

Kompres hangat

Eyelid kebersihan

Antibiotik (topikal dan / atau sistemik)

Topical agen anti-inflamasi (misalnya, kortikosteroid, siklosporin)

Ini pilihan pengobatan sering digunakan dalam kombinasi. Kebersihan kelopak mata

sangat berguna untuk blepharitis anterior, sedangkan kompres hangat sangat membantu bagi

blepharitis posterior. Regimen pengobatan yang optimal sering memerlukan pendekatan trial

and error. Sebuah langkah awal dalam mengobati pasien dengan blepharitis adalah untuk

Page 76: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

76

merekomendasikan kompres hangat dan kebersihan kelopak mata, yang dapat dicapai dalam

beberapa cara.

Satu rejimen adalah untuk menerapkan kompres hangat pada kelopak mata selama

beberapa menit untuk melembutkan encrustations patuh dan / atau menghangatkan sekresi

meibom. Kehangatan berkelanjutan dapat dicapai dengan menggunakan air keran panas pada

kain cuci bersih atau dengan memanaskan pack gel atau kantong beras di microwave. Hal ini

sangat penting untuk menginstruksikan pasien untuk menghindari penggunaan kompres yang

begitu panas bahwa mereka membakar kulit.

Kebersihan kelopak mata dapat dilakukan dengan singkat, pijatan lembut pada

kelopak mata. Pijat kelopak mata vertikal dapat digunakan untuk mengekspresikan sekresi

meibom. Menggosok margin kelopak mata dari sisi ke sisi menghilangkan krusta dari bulu

mata. Membersihkan kelopak mata dapat dengan aman dicapai dengan memiliki pasien

dengan lembut menggosok pangkal bulu mata baik menggunakan sampo bayi atau pembersih

kelopak mata diencerkan tersedia secara komersial pada pad, kapas bola, kapas, atau ujung

jari bersih. Membersihkan tutup dengan salah satu perangkat di atas dan / atau pijat digital

berpotensi bisa berbahaya jika pasien tidak memiliki ketangkasan manual atau keterampilan

yang diperlukan atau penilaian untuk melakukan tugas dengan aman. Dokter mata harus

mempertimbangkan kemampuan pasien untuk melakukan perawatan ini dan menyesuaikan

rencana terapi yang sesuai. Jadwal kebersihan kelopak mata rutin dilakukan, setiap hari atau

beberapa kali seminggu, sering menumpulkan gejala blepharitis kronis.

Kompres sehari sekali atau dua kali dan pijat, pada waktu yang paling nyaman bagi

pasien, umumnya memadai. Manipulasi Sering kelopak mata dapat menyebabkan iritasi

mekanis diinduksi. Beberapa pasien merasa berguna untuk mengulang kompres hangat dan

pengobatan kelopak mata kebersihan lebih sering sepanjang hari. Pasien harus disarankan

bahwa kompres hangat dan pengobatan kelopak mata kebersihan, jika efektif, mungkin

diperlukan jangka panjang, karena gejala sering kambuh jika pengobatan dihentikan.

Sebuah salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau eritromisin dapat diresepkan

dan diterapkan pada kelopak mata margin satu kali atau lebih setiap hari atau menjelang tidur

selama 1 minggu atau lebih. Dalam kasus yang parah atau untuk pasien yang tidak mentolerir

salep, gel metronidazole diterapkan pada kulit kelopak mata adalah pengobatan alternatif (off

label 45 Frekuensi dan durasi pengobatan harus dipandu oleh keparahan blepharitis dan respon

terhadap pengobatan. The kemanjuran klinis dari tobramycin / deksametason suspensi

oftalmik dan azitromisin dalam sistem pelepasan berkelanjutan telah dievaluasi dalam

Page 77: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

77

terkendali (off-label), produsen-disponsori studi dan muncul untuk mengurangi beberapa

tanda-tanda dan gejala blepharitis.

Untuk pasien dengan DKM, yang kronis gejala dan tanda-tanda tidak cukup

dikendalikan dengan kebersihan kelopak mata, suatu tetrasiklin oral dapat

diresepkan. Doxycycline atau minocycline 100 mg atau tetrasiklin mg 1000 di dosis terbagi

dapat diberikan setiap hari, menjadi meruncing ke doxycycline atau minocycline 40 mg

sampai 50 mg atau tetrasiklin 250 mg sampai 500 mg sehari setelah perbaikan klinis dicatat

(biasanya 2 sampai 6 minggu). Atau, eritromisin oral (250 mg sampai 500 mg per hari) atau

azithromycin (250 mg sampai 500 mg, satu sampai tiga kali seminggu) bisa

digunakan. Macrolide antibiotik (misalnya, eritromisin, azitromisin) juga memiliki aktivitas

anti-inflamasi. Perawatan dapat dihentikan sebentar-sebentar dan kembali, berdasarkan

tingkat keparahan blepharitis pasien dan toleransi terhadap obat, dan untuk memungkinkan

recolonization flora normal. Alasan untuk penggunaan tetrasiklin yang sebagian didasarkan

pada uji klinis kecil bahwa laporan kemanjuran obat dalam meningkatkan gejala pada pasien

dengan rosacea okular dan meningkatkan waktu perpisahan air mata pada pasien dengan

rosacea dan DKM. Penurunan produksi lipase tetrasiklin di

kedua S. epidermidis dan S. aureus. Tetracycline dan obat terkait dapat menyebabkan

fotosensitisasi, gangguan pencernaan, vaginitis, dan, jarang, azotemia. Mereka telah terlibat

dalam kasus pseudotumor cerebri, dan mekanisme mereka degradasi dapat mengubah

efektivitas obat-obat tertentu (misalnya, mengurangi efektivitas diganti. Minocycline telah

dilaporkan untuk noda kulit, tiroid, kuku, sklera, gigi, konjungtiva, lidah , dan

tulang. kontrasepsi oral dan mempotensiasi efek warfarin). Sebuah rilis berkelanjutan-40-mg

persiapan doksisiklin dapat digunakan untuk mengurangi efek samping. Tetrasiklin

dikontraindikasikan pada kehamilan, untuk wanita menyusui, dan untuk pasien dengan

riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Tetrasiklin juga tidak boleh digunakan pada

anak di bawah 10 tahun, karena pewarnaan gigi dapat terjadi, namun, eritromisin oral yang

bisa.

Page 78: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

78

III.3. Hordoleum

Definisi :

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.

Etiologi :

Biasanya sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus

• Bentuk : Coccus

• Susunan : Bergerombol (anggur)

• Warna : Ungu

• Sifat : Gram +

• Metode : Pewarnaan Gram

Klasifikasi :

1. Hordeolum Eksterna

a. Letak : Kelenjar Zeiss atau Moll

b. Penonjolan terutama ke kulit kelopak mata.

c. Nanah dapat keluar dari pangkal rambut.

2. Hordeolum Interna

a. Letak : Kelenjar Meibom

b. Penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.

c. Hordeolum internum lebih besar dari pada hordeolum eksternum.

Gejala Klinis :

Gejala utama yang sering dikeluhkan pasien adalah nyeri, merah, dan bengkak.

Page 79: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

79

Diagnosis Banding :

Selulitis Preseptal

Konjungtivitis Adenovirus

Granuloma Pyogenik

Terapi :

1. Kompres air hangat

a. 3-4 x /hari selama 10-15 menit.

2. Insisi dan Drainase Purulen, jika selama 2 hari tidak ada perbaikan setelah

dikompres hangat.

a. Anastesi topikal dengan patokain tetes mata.

b. Anastesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum.

c. Insisi Vertikal dilakukan untuk Hordeolum Interna.

d. Insisi Horizontal dilakukan untuk Hordeolum Eksterna.

e. Lakukan ekskohelasi atau kuretase pada seluruh isi jaringan yang meradang.

3. Antibiotik

a. Salep Antibiotik pada saccus conjunctivalis setiap 3 jam.

b. Antibiotik Sistemik :

i. Eritromisin 250mg 4x /hr ;atau

ii. Dikloksasilin 125 – 250mg 4x /hr ;atau

iii. Tetrasiklin.

Page 80: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

80

III.4. Kalazion

Definisi

Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar Meibom,

menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri.

Anatomi

Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedang di

bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang

terdapat pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat,

kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada

margo palpebra. Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah m.orbikularis okuli dan

m.levator palpebra.

Palpebra diperdarahi oleh arteri palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas berasal dari

ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II n. V.

Patofisiologi

Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim bakteri yang

berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di

sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari

jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan

kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan

nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan

terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di

dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan

kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis

pada kelenjar yang berkaitan.

Etiologi

Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau karena

adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea.

Page 81: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

81

Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya

kalazion.

Gejala Klinis

Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini,

diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali

terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki

kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah

kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran

kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini

tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan

putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.

Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti

komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada

wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.

Diagnosis Banding

Karsinoma sel basal pada palpebra

Blefaritis

Selulitis pada orbita

Konjungtivitis bakterialis

Komplikasi akibat lensa kontak

Dakrioadenitis, dakriosistitits

Dermatitis atopik

Dermatitits kontak

Kista dermoid pada orbita

Page 82: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

82

Floppy Eyelid Syndrome

Hemangioma kapiler

Hemangioma kavernosa

Herpes simpleks

Herpes zoster

Hordeolum

Juvenile xanthogranuloma

Sarkoma Kaposi

Tumor glandula lakrimalis

Melanoma konjungtiva

Moluskum kontagiosum

Kelainan kongenital duktus lakrimalis

Obstruksi duktus lakrimalis

Neurofibromatosis

Papiloma

Psoriasis

Ptosis

Karsinoma kelenjar sebasea

Gigitan serangga

Trikiasis

Tuberkulosis

Tumor orbita

Page 83: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

83

Xanthelasma

Penatalaksanaan

Perawatan Medis:

Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan secara konservatif

seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid topikal ringan biasanya dapat

berhasil dengan baik. Pada sebagian besar kasus, pembedahan hanya dilakukan bila

pengobatan selama berminggu-minggu tidak membuahkan hasil.

Sebagian besar kalazion berhubungan dengan kalazion lain yang berlokasi di bagian yang

lebih dalam dari palpebra. Isi dari kalazion marginalis murni akan menyatu bila 2 buah kapas

didorong ke arah tepi palpebra dari kedua sisinya. Jika isi kalazion tidak daapt dikeluarkan,

lakukan insisi distal kalazion dan isinya dikerok.

Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna) meliputi pemanasan,

serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan insisi dan

drainase. Yang dikeluarkan hanyalah pus, kuretase atau kerokan yang berlebihan dapat

memperluas infeksi dengan rusaknya jaringan. Steriod topikal diperlukan untuk mencegah

terjadinya reaksi peradangan kronis yang dapat menimbulkan sikatrik.

Perawatan Pembedahan:

§ Drainase dilakukan melalui tindakan insisi dan kuretase transkonjungtival. Sebelumnya

diberikan anestesi lokal infiltrasi, atau dapat juga dengan menggunakan anestesi topikal

berbentuk krim untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien anak-anak.

§ Gunakan klem kalazion untuk membalikkan kelopak mata dan untuk mengontrol

perdarahan. Lakukan insisi vertikal dengan pisau tajam, tidak kurang dari 2-3 mm dari tepi

palpebra. Hindari perforasi pada kulit. Kerok isi kalazion, termasuk batas kantongnya.

Lakukan penekanan selama beberapa menit untuk menghentikan perdarahan. Balut luka

selama beberapa jam .

Page 84: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

84

§ Jika sebelumnya pernah dilakukan drainase eksternal, maka dianjurkan pendekatan

eksternal. Buat insisi horisontal, sedikitnya 3 mm dari tepi palpebra pada daerah lesi. Jangan

sampai melukai jarinagn yang sehat. Setelah perdarahan berhenti, lakukan penjahitan yang

sesuai. Penyatuan yang baik antara kulit dan konjungtiva memerlukan perencanaan yang baik

mengenai lokasi sayatan guna mencegah pembentukan fistula. Kauterisasi dengan fenol atau

asam trikloroasetat setelah insisi dan drainase dapat mencegah terjadinya kembali kalazion.

§ Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion yang mengalami

fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar, termasuk pengangkatan

sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus disayat dengan hati-hati agar tidak terjadi

deformitas luas pada palpebra, sehingga memungkinkan lempeng tarsal sembuh tanpa

meninggalkan celah.

§ Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL triamsinolon asetonid 5 mg/mL) daapt

diberikan dan diulang dalam 2-7 hari.

Konsul:

Konsul kepada dermatologis mungkin dapat berguna untuk membantu mengatasi rosasea

serta disfungsi sebasea.

Aktivitas:

Kebiasaan sehari-hari seperti tidur cukup, pajanan sinar matahari tidak terlalu sering, olah

raga, dan udara segar mungkin dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kebersihan kulit dan

kelenjar-kelenjar yang terdaapt pada palpebra. Stress sering dikaitkan dengan kejadian

kalazion berulang, meskipun peranannya sebagai penyebab belum dapat dibuktikan.

Medikamentosa:

Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea, mungkin dapat diberikan

tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan. Dosisnya adalah Doksisiklin tablet 100

mg/minggu selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan biokimiawi, yaitu

pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan produksi asam lemak

rantai panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada mulut kelenjar. Meskipun nampak

bernanah, antibiotik topikal tidak berguna pada kondisi ini, karena kalazion tidak infeksius.

Tetrasiklin sistemik dapat berguna. Namun pemberian tetes mata lokal malah akan dapat

Page 85: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

85

menyebabkan dermatitis kontak daripada membantu. Steroid topikal daapt sangat membantu

untuk mengurangi peradanagn dan mengurangi edema, membantu proses drainase.

Obat-obatan:

Antibiotik, tidak memiliki indikasi untuk pengobatan infeksinya. Efek yang signifikan dapat

diperoleh dengan pemberian jangka panjang tetrasiklin dosis rendah.

Kortikosteroid, memiliki sifat anti inflamasi namun dapat menyebabkan efek metabolik.

III.5. Episkleritis

Definisi

Episkleritis merupakan peradangan lokal jaringan ikat vaskular penutup sklera

yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Relatif sering di jumpai,

biasanya episkleritis mengenai satu mata saja.

Epidemiologi

Banyak terjadi pada usia muda/pertengahan, khasnya pada dekade ketiga atau

keempat kehidupan

Wanita 3x lebih banyak mengalami episkleritis dibanding pria

Bersifat unilateral pada 2/3 kasus

Etiologi

Idiopatik, faktor memungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap

penyakit sistemik (tuberkulosis, RA, SLE, dll)

Suatu reaksi toksik, alergik atau bagian dari suatu infeksi

Penyebab dapat terjadi secara spontan dan idiopatik

Gejala Klinis

Mata merah satu sektor disebabkan karna melebarnya pembuluh darah

dibawah konjungtiva, iritasi ringan, rasa tidak nyaman/mengganjal, rasa sakit yang

ringan menjalar ke seluruh mata, mata terasa kering, tetapi pengelihatan tetap normal.

Page 86: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

Klasifikasi

a. Episkleritis Simple

Peradangan ringan dan cepat

a. Episkleritis Nodular

Lebih sakit, lebih lama, nodul +, be

Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik dgn pemeriksaan mata memperlihatkan adanya injeksi episklera

bersifat nodular, sektoral ataupun difus. Tidak didapatkan peradangan atau edem di

sclera.

Diagnosis Banding

Konjungtivitis Alergika

Skleritis (sbg penyulit diagnosis)

Penatalaksanaan

Tanpa ada penyakit sistemik, terapi yg diberikan berupa air mata buatan penyejuk

setiap 4-6 jam hingga kemerahan mereda atau diberi fenil efrin 2,5% topikal untuk

mengecilkan pembuluh darah sehingga kemerahan menghilang

86

Peradangan ringan dan cepat 7-10 hari, hilang sepenuhnya dalam 2-3 minggu

Lebih sakit, lebih lama, nodul +, berkaitan dgn penyakit RA, lupus

Pemeriksaan Fisik dgn pemeriksaan mata memperlihatkan adanya injeksi episklera

bersifat nodular, sektoral ataupun difus. Tidak didapatkan peradangan atau edem di

Skleritis (sbg penyulit diagnosis)

Tanpa ada penyakit sistemik, terapi yg diberikan berupa air mata buatan penyejuk

6 jam hingga kemerahan mereda atau diberi fenil efrin 2,5% topikal untuk

luh darah sehingga kemerahan menghilang

3 minggu

Pemeriksaan Fisik dgn pemeriksaan mata memperlihatkan adanya injeksi episklera

bersifat nodular, sektoral ataupun difus. Tidak didapatkan peradangan atau edem di

Tanpa ada penyakit sistemik, terapi yg diberikan berupa air mata buatan penyejuk

6 jam hingga kemerahan mereda atau diberi fenil efrin 2,5% topikal untuk

Page 87: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

87

Dapat diberikan vasokonstriktor, pada keadaan berat beri kortikosteroid tetes mata,

sistemik atau salisilat

Bila disertai dgn kelainan sistemik/lokal dibutuhkan terapi spesifik berupa

doxycycline 100 mg 2x sehari.

Prognosis

Kelainan ini bersifat jiank dan perjalanan penyakit biasanya sembuh sendiri

dalam 1-2 minggu. Terkadang merupakan kelainan berulang yg ringan. Episkleritis

dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yg dapat menyerang tempat yg sama

ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya 4-5 minggu. Penyulit yg dapat

timbul adalah terjadinya peradangan lebih dalam pada sklera atau skleritis.

III. 6. Skleritis

Definisi

Adalah pradangan pada sklera sering bersifat rekuren, terjadi nekrosis sklera

yang menyebabkan perforasi pada sclera, gangguan granulomatosa kronik ditandai

dgn destruksi kolagen, serbukan sel dan kelainan vaskular yang menandakan adanya

vaskulitis.

Epidemiologi

Skleritis merupakan penyakit yang jarang dijumpai

Jarang terjadi pada anak-anak

Wanita > Pria 1,6 : 1

Banyak terjadi pada usia > 40 tahun

Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui

Page 88: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

88

Tetapi diperantarai oleh proses imunologi yaitu reaksi hipersensitivitas tipe IV

(tipe lambat), tipe III (kompleks imun), dan disertai dengan penyakit imun

sistemik

Bisa juga disebabkan oleh vasculitis imune mediated yang menyebabkan

peradangan dan kerusakan sklera

Invasi mikroba langsung

Gejala Klinis

Subyektif : Nyeri hebat, bola mata sakit bila digerakan, mata merah, fotofobia,

gangguan pengelihatan, lakrimasi

Obyektif : Terlihat pembengkakan dan perubahan warna yang difus pada sklera.

Khas bola mata pd skleritis berwarna ungu gelap akibat dilatasi pleksus vaskular

profunda di sklera

Histologi Skleritis : Terdapat edem pada lapisan tengah sklera, infiltrat sel limfosit

dan PMN

Klasifikasi

Skleritis Anterior

a. Difus

b. Nodular

c. Necrotizing

Skleritis Posterior

Page 89: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

Patofisiologi

Inflamasi bisa disebabkan kompleks imun yang berhubungan dengan

kerusakan vaskular (rx hipersensitivitas tipe III) dan respon kronik granulomatous (rx

hipersensitivitas tipe IV). Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi sel radang

(sel T dan makrofag) pada sclera. Penyakit imun sistemik, penyakit kolagen pada

vaskular, disregulasi penyakit auto imun

sklerainflamasi sklera berkemba

nekrosispenipisan sklera

Diagnosis

Anamnesis (rasa nyeri, mata berair, fotofobia, penurunan ketajaman pengelihatan)

89

Inflamasi bisa disebabkan kompleks imun yang berhubungan dengan

kerusakan vaskular (rx hipersensitivitas tipe III) dan respon kronik granulomatous (rx

IV). Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi sel radang

(sel T dan makrofag) pada sclera. Penyakit imun sistemik, penyakit kolagen pada

vaskular, disregulasi penyakit auto imunsistem imun aktif menyebabkan kerusakan

inflamasi sklera berkembang (nyeri, kemerahan)(parah) iskemi dan

penipisan skleraperforasi bola mata.

(rasa nyeri, mata berair, fotofobia, penurunan ketajaman pengelihatan)

Inflamasi bisa disebabkan kompleks imun yang berhubungan dengan

kerusakan vaskular (rx hipersensitivitas tipe III) dan respon kronik granulomatous (rx

IV). Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi sel radang

(sel T dan makrofag) pada sclera. Penyakit imun sistemik, penyakit kolagen pada

sistem imun aktif menyebabkan kerusakan

(parah) iskemi dan

(rasa nyeri, mata berair, fotofobia, penurunan ketajaman pengelihatan)

Page 90: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

90

Pf Fisik Sklera (Daylight, Pemeriksaan Slit Lamp, Pemeriksaan Red-free Light

Px Lab (darah lengkap, LED, kadar C3, kompleks imun serum,antibodi

antinukleus serum, antibodi antineutrofil sitoplasmik, IgE, asam urat serum,

urinalisis, serologis,dll)

Px Penunjang (Radiologi)

Diagnosis Banding

Konjungtivitis alergika

Episkleritis

Penatalaksanaan

Terapi disesuaikan dengan penyebabnya

Terapi awal diberi obat anti inflamasi non steroid sistemik Indometasin 75 mg

perhari atau Ibuprofen 600 mg perhari

Bila terapi awal selama 1-2 mgg tdk berespon baik dan tampak penyumbatan

vaskular segera beri terapi steroid sistemik dosis tinggi Prednison 0,5-1,5

mg/kg/hari secara peroral

Beri obat imunosupresif Siklofosfamid bila terjadi perforasi

Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali bila terjadi perforasi sklera/kornea

Komplikasi

Keratitis

Penipisan sklera 33%

Uveitis 30%

Glaukoma 18%

Katarak 7%

Prognosis

Page 91: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

Prognosis tergantung pada penyebabnya. Skleritis pada spondilitis atau pada SLE

biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri. Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe

paling destruktif sampai terjadi perforasi mempunyai prognoosis yang lebih buruk

dari pada tipe yang lain.

III.7. Pterigium

DefinisiPterygium merupakan suatu

degenerative dan invasive. Biasanya

temporal konjungtiva yang meluas

91

Prognosis tergantung pada penyebabnya. Skleritis pada spondilitis atau pada SLE

biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri. Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe

paling destruktif sampai terjadi perforasi mempunyai prognoosis yang lebih buruk

pertumbuhan fibriovaskular konjungtiva yang bersifat

Biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun

konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.

Prognosis tergantung pada penyebabnya. Skleritis pada spondilitis atau pada SLE

biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri. Skleritis tipe nekrotik merupakan tipe

paling destruktif sampai terjadi perforasi mempunyai prognoosis yang lebih buruk

konjungtiva yang bersifat

bagian nasal ataupun

Page 92: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

92

Epidemiologi

- Departemen kesehatan RI tahun 1982 menyatakan pterygium merupakan penyakit ke-

3 terbesar penyakit mata ( 8,79% )

- Survei nasional tahun 1993-1996 di 8 provinsi di Indonesia padaurutan kedua (13,9%

)

- Laki-laki (12,92%) >wanita (8,43%)

- Usia 50 tahun 9,55%

- Petani 10,11%

- Pterygium stadium 42%

- tumbuhpd bag nasal � 55%

Etiologi

• Idiopatik

• Neoplasma

• Radang&degenerasi, yang disebabkan oleh ;

- iritasi kronis

- debu

- pasir

- cahaya matahari

- lingkungan

- udara panas

• Faktor genetik

Klasifikasi

Berdasarkantempat

• Pterygium simpleks

• Pterygium dupleks

Berdasarkan perjalanan penyakit

• Pterygium progresif

• Pterygium regresif

Berdasarkan derajatnya

Page 93: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

93

• Derajat 1 : hanyaterbatas pada limbus kornea• Derajat 2 : melewati limbus korneatapitidak lebih dari 2 mm melewati kornea• Derajat 3 : lebih parah dari derajat 2 tapi tidak melewati pinggiran pupil mata

dalam keadaan cahaya normal• Derajat 4 : melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan

Gejala klinis

Tahap awal / gejala

- ringan, sering tanpa gejala (asimptomatik)

- rasa perih

- terganjal

- sensasi bendaasing

- silau

- berair

- ggn visus

- masalah kosmetik

Tanda

- penonjolan daging berwarna putih

- terdapat jar fibriovaskular berbentuk segitiga yang terbentang dari konjungtiva I

Intrapalpebra sampai kornea

- jaringan berbatas tegas sebagai suatu garis yang berwarna coklat kemerahan ( 90%

nasal

- terdapat infiltrat kecil di bag depan dr apex pterygium disebut“ islet of fuch “

- pada keadaan iritasi dapat menjadi merah dan menebal

Page 94: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

94

Diagnosa

- Anamnesa

- Px.fisik

- Px. Histologis

Diagnosa banding

Pseudopterygium

Pinguekula

Penatalaksanaan

Non-farmakologi

- mengurangiterpaparnyasinar UV

- menggunakantopi/kacamata

Farmakologi

- ringantidakperludiobati

- derajat 1-2 + inflamasi� kombinasiantibiotik& steroid 3x/hr selama 5-7 hari

Bedah

Page 95: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

95

Indikasieksisipterygium

- ketidaknyamananygpresisten

- distrosi visual

- pertumbuhan tumor progresifkesentralkornea

- berkurangnyapergerakan bola mata

Teknikbedah

• Bare sclera :tidak ada jahitan, benang absorbable digunakan unruk melekatkan

konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus . Meninggalkan suatu

daerah sklera yang terbuka

• Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama ( efektif jika

hanya defek konjungtiva sangatkecil )

• Sliding flaps : suatu insisi bentuk L di buat sekitar luka kemudian flap

konjungtiva digeser untuk menutupi defek

• Rotational flap : insisi bentuk U dibuat di sekitar lukauntuk membentuk lidah

konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya

• Conjungtival graft : suatu free graft biasanyadarikonjungtiva superior, dieksisi

sesuai denngan besar lukadan kemudian dipindahkan dan dijahit

• Amnion membrane transplantasi : jika rekuren

Komplikasi

- Mata merah / iritasi

- Infeksi

Page 96: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

96

- Distrosi / reduksipandangansentral

- Scaring kronik pada konjungtiva

- diplopia

prognosis

- Kosmetikdan visual setelah eksisi adalah baik

- Rekurentranplantasi

III.8. Perdarahan sub konjungtiva

Definisi

Hematom subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah

konjungtiva. Dimana darahnya terdapat di antarakonjungtiva dan sklera.

Epidemiologi

o Semua umur tetapi meningkat seiring pertambahan usia

o Rata-rata pada usia 30 tahun

o Unilateral

o Konjungtivabawah>atas

Etiologi

o Idiopatik

o Batuk, bersin, vomiting

o Trauma

o Hipertensi

o Bleeding disorder,dll

Mekanisme

o Spontan disebabkan karena menurunnya fungsi endotel yang dapat disebabkan

karena umur,hipertensi, batu krejan dan aterosklerosis

o Tidak spontan dapat disebabkan oleh :

- Infeksi mata berat

- Trauma mata / kepala

- Setelah operasi mata atau alis

Gejala Klinis

o Umumnya asimptomatik

o Kornea tidak terpengaruhvisus N

o Sklera tertutup darah (merah terang/merah gelap)

Page 97: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

97

o Nyeri saat perdarahan

o Terasa penuh

o Perdarahan akan meluas dalam 24 jam, perlahan diabsorbsi

Diagnosis

o Anamnesis

- Riwayat trauma

- Riwayathipertensi

- Riwayat bleeding disorder

o Pxfisik

- Px visus jika e.c trauma

- Px reaktivitas pupil

- Slit lamp

o Px penunjang (jika perdarahan berulang)

- Waktu pendarahan

- Waktu protrombin

- Hitung darah lengkap

Tata laksana

o Biasanya tidak perlu karena akan di absorbsi dalam 2 minggu

o Pengobatan dini : kompres air hangat

o Beberapa dokter menggunakan Vasocon untuk mencegah perdarahan yang

meluas

o Rujuk bila :

- Nyeri yg berhubungan dg perdarahan

- Terdapat perubahan penglihatan

- Riwayat bleeding disorder

- Riwayat hipertensi

- Riwayat trauma mata

Komplikasi

Jarang menimbulkan komplikasi karena sebenarnya penyakit ini tidak

berbahaya namun jika perdarahan menetap dapt dicurigai sebagai gejala awal limfoma

adneksa okuli.

III.9. Benda Asing Konjungtiva

Page 98: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

98

Definisi

Benda asing adalah benda yang ada dalam tubuh yang seharusnya tidak

ada.Biasanya yang masuk ke mata berukuran kecil (serpihan kayu/logam).

Epidemiologi

o Lebih sering pada pria

o Di USA 16%

Faktor resiko

o Pekerja mekanik mobil

o Pekerjaan tanpa pelindung mata

Etiologi

o Benda logam :

Magnetik : besi,seng

Non magnetik : emas, perak

o Benda non logam : batu,kaca, porselin, bulumata

o Inert: tidak menimbulkan reaksi jaringan mata

contoh: batu, emas,perak, platina, plastik

o Reaktif : menimbulkan reaksi jaringan mata

contoh: timah hitam, seng, nikel, alumunium,tembaga

Gejalaklinis

o Pasien mengeluh adanya benda asing pada mata

o Gejala iritasi tetapi pasien tidak dapat melokalisir sensasinya

o Mata merah

o Infeksi konjungtiva

Diagnosis

o Anamnesis

R. trauma

Keluhan pasien seperti terdapat benda pada mata tapi tidak dapat

melokalisir

Mata merah

Nyeri akibat iritasi

Pastikankalau itu adalah benda asing di konjungtivatidak ada

penurunan visus

o Pxfisik

Page 99: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

99

Inspeksimatalampu wood

Oftalmoskop

Radiologi

Tatalaksana

o Pengambilan benda asing

o Profilaksisantibiotik

o Edukasi

Beritahu pasien untuk tidak menggosok matanya agar tidak

memperberat lesi

Menggunakan kacamata/alat pelindung saat bekerja atau berkendara

Bila keluhan tidak membaik, segera kontrol kembali

Indikasi rujuk

o Benda asing sulit dikeluarkan

o Perforasi bulbus

o Laserasi sklera/kornea

o Perdarahan subkonjungtiva

DAFTAR PUSTAKA

Eva-Riordan, Paul dan Whitcher, John. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmology Umum.

Jakarta. EGC.

Page 100: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

100

Ilyas, Sidharta dkk. 2014. Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

www.medscape.com

www.ajo.com

www.aaojournal.org

http://www.hindawi.com/journals/joph/

Page 101: Makalah Case 1- Blefarokonjungtivitis tutorial A4.pdf

101