makalah concept attaiment (dewi andayani dan rahmawati, s.pd.i)
TRANSCRIPT
Makalah Model Pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP (CONCEPT ATTAIMENT)
Disusun Oleh:
Nama : Dewi Andayani, S.Pd (NIM. 1109200150003)
Rahmawati, S.Pd.I (NIM. 1109200150037)
Kelas : Reguler A
Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Pengajaran Biologi Sekolah Lanjutan
Dosen Pengasuh
Dr. Taufik Rahman, M.Pd
Dr. Cut Nurmaliah, M.Pd
Dr. Khairil, M.Si
MAHASISWA PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM
BANDA ACEH
2012
1
I. PENDAHULUAN
Para guru sering kali keliru dalam memaknai keberhasilan dalam suatu
proses pembelajaran. Keberhasilan diukur dengan cara melihat sejauh mana siswa
dapat mengungkapkan pengetahuan yang diinginkan guru, bila hal yang diungkapkan
tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh guru maka siswa dianggap belum
menguasai pengetahuan atau suatu konsep. Hal ini mendorong para guru untuk
menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya
untuk didengar dan dicatat oleh siswa.
Beranjak dari paradigma diatas para ahli pendidikan mengemukakan
berbagai pandangan yang berbeda dalam mengupayakan penguasaan konsep pada diri
siswa, salah satu pandangan tersebut adalah kontruktivisme. Pandangan ini
beranggapan bahwa manusia dapat membangun sendiri pemamahan terhadap suatu
konsep, oleh karena itu sudah seharusnya siswa diberikan kesempatan untuk
membangun sendiri pemahamannya terhadap suatu konsep dengan cara yang
bermakna dan bukanlah hafalan belaka. Guru dapat membantu proses ini dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide
atau pendapatnya sehingga mereka mampu membangun suatu pemahaman yang
bermakna.
Teori Kontrukstivisme memunculkan berbagai strategi dan model dalam
pembelajaran, contohnya model pencapaian konsep (Concept Attainment). Pada
model pembelajaran ini siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi
2
dirinya dalam menemukan dan membangun sendiri pemahamannya terhadapa suatu
konsep berdasarkan berbagai fakta atau contoh-contoh sehingga pencapaian konsep
yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
II. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengumpulkan dan mengolah informasi mengenai model pembelajaran
pencapaian konsep (Concept Attainment)
2. Untuk mengatahui dan mengenal sintak serta fase- fase yang digunakan dalam
model pencapaian konsep
3. Untuk mengaplikasikan model pencapaian konsep dalam suatu rencana
pelaksanaan pembelajaran
.
III. PEMBAHASAN
a. Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attaiment)
Menurut Croser (1984) dalam Syamrilaode (2012) bahwa definisi konsep
menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide
yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang
mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai
atribut yang sama
Pengetahuan konsptual mencakup pengetahuan tentang pengkategorian atau
klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan
3
yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi skema, model,
mental, atau teori yang implisit atau eksplisit dalam beragam model psikologi
kognitif. Skema, model, dan teori ini mepresentasikan pengetahuan manusia tentang
bagaimana suatu materi kajian, ditata dan distrukturisasikan, bagaimana bagian-
bagaian informasi saling berkaitan secara sistematis dan berfungsi bersama (Bloom,
Benjamin.S:2010: 71-76)
Menurut Moedjiono dan Dimyati (1992) dalam Eka, Putu (2012)
mengemukakan bahwa yang dimaskud dengan model pemerolehan konsep adalah
suatu pola belajar mengajar yang dirancang untuk memperoleh konsep. Model ini
dapat dilakukan dengan suatu strategi mengajar yang berorientasi pada menerima
konsep serta mempertimbangkan dan memilih konsep, disamping juga berorientasi
pada keaktifan siswa memperoleh konsep. Lebih lanjut dikatakan bahwa rasional dari
model ini adalah adanya kesadaran bahwa dari sejak kecil siswa telah bergaul dengan
lingkungannya dan secara aktif terdorong untuk memperoleh konsep-konsep, yang
dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
Menurut Martomidjojo, Russamsi (2012) mengatakan bahwa model
pembelajaran concept attainment dibangun berkaitan dengan studi berpikir siswa
yang dilakukan oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1967). Model pembelajaran
concept attainment ini relatif berkaitan erat dengan model pembelajaran induktif.
Baik model pembelajaran concept attainment dan model pembelajaran induktif,
keduanya didesain untuk menganalisis konsep, mengembangkan konsep, pengajaran
4
konsep dan untuk menolong siswa menjadi lebih efektif dalam mempelajari konsep-
konsep
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat kita pahami bahwa Model
pembelajaran concept attainment merupakan suatu model pembelajaran yang efisien
untuk mempresentasikan informasi yang telah terorganisir dari suatu topik yang luas
menjadi topik yang lebih mudah dipahami untuk setiap stadium perkembangan
konsep. Model pembelajaran concept attainment ini dapat memberikan suatu cara
menyampaikan konsep dan mengklarifikasi konsep-konsep serta melatih siswa
menjadi lebih efektif pada pengembangan konsep.
b. Perolehan konsep
Perolehan konsep yang berkaitan dengan pengembangan dengan penerapan
dan pengemabangan model pembelajaran pencapaian konsep dapat dipahami dari
model pencapaian konsep, cara individu memperolehan informasi dan tingkatan
pencapaian konsep. Ketiga hal ini sangat berperan dalam perkembangan kognitif pada
diri seorang peserta didik, bila ketiga bagian ini dapat berlangsung secara baik dan
saling bergantungan satu sama lainny dan didukung oleh berbagai factor penunjang
maka proses pembelajaran pada diri peserta didik akan berjalan dengan maksimal.
Penjelasn mengenai tiga bagian penting dalam perolehan konsep ini akan dijelakan
lebih terperinci dalam paragraf berikut ini.
5
Perolehan konsep pada diri seseorang dapat terjadi melalui suatu proses yang
sistematis dan memberikan damapk yang berbeda-beda. Penggunaan model
pencapaian konsep ini menurut Joyce dan Weil (1986:39) dalam Hendrawati, S
(2012) akan menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak
intruksional ini akan memberikan dampak bagi perkembangan kepekaan terhadapa
penalaran logis dalam komunikasi, toleransi terhadap ketentuan dengan apresiasi
terhadap logika, sedangkan dampak instrukstional dapat memberikan damapak
terhadap perkembangan kemampuan memahami hakikat konsep, adanya strategi
pembenatukan konsep, munculnya konsep-konsep yang spesifik, dan penalaran
induktif. Hubungan dampak pengiring dan intruktional dapat dilihat pada bagan di
bawah ini:
Gambar 1. Dampak Instruksional dan Pengiring Model Pencapaian Konsep
(Joyce and Weil : 1986 : 39)
6
Disisi lain menurut teori Ausubel (1968) dalam Syamrilaode (2012) bahwa
individu memperoleh konsep melalui 2 (dua) cara, yaitu :
1). Melalui formasi konsep
Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses
perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman
sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan proses pembentukan
konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan melalui
proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada
anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan
terdekatnya. Misalnya, pada saat seorang anak yang baru berusia 2 tahun memanggil
Bapak dan Ibunya pertama kali karena setiap hari Bapak dan Ibunya selalu bersama-
sama anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan saat
tidur adalah Ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah Bapak.
2). Asimilasi Konsep
Asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan
informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi
konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini
terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar
konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan dan belalai. Dengan demikian
anak dapat membedakan antara konsep gajah dengan hewan-hewan lain.
7
Menurut Klausmeier (Dahar, 1996:88) dalam Syamrilaode (2012) ada empat tingkat
pencapaian konsep yaitu:
1). Tingkat konkret
Tingkat konkret ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu
benda yang pernah ia kenal. Contohnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan
pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu
ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah
mencapai tingkat konkret. Dengan demikian dapat dikatakan juga anak mampu
membedakan stimulus yang ada di lingkungannya terhadap kelereng tersebut. Pada
saat ini anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya.
2). Tingkat identitas
Pada tingkat identitas seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat
konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu,
memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu
ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng
dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi.
8
3). Tingkat klasifikatori
Tingkat klasifikatori dapat digambarkan anak sudah mampu mengenal
persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak
mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah
4). Tingkat formal
Pada tingkatan formal anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan
konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang
membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal
c. Sintak dan Fase Pada Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept
Attaiment)
Menurut Eka, Putu (2012) bahwa sebagaimana model-model pembelajaran
yang lain, model pemerolehan konsep juga memiliki sintaks tertentu. Adapun sintaks
dari model pemerolehan konsep adalah sebagai berikut.
1. Siswa diperkenalkan dengan data dan pengertian konsep beserta ciri-cirinya.
Dalam hal ini guru bisa memberikan tugas untuk mengkaji data guna memperoleh
konsep yang dipelajari. Dalam penelitian ini, siswa diberikan masalah pada LKS I
yang harus dicoba dikerjakan oleh siswa berdasarkan pengalaman di lingkungan
mereka ataupun berdasarkan konsep-konsep yang telah pernah dipelajari
sebelumnya.
9
2. Memeriksa kebenaran pemerolehan pengertian atau konsep tertentu. Jadi sebagai
kelanjutan langkah pertama, dalam hal ini siswa ditugaskan untuk
mempresentasikan hasil kerjanya guna melihat apakah pengertian atau konsep
yang telah diperoleh siswa sudah benar atau masih perlu mendapat perbaikan.
3. Menganalisis cara-cara berpikir tentang “bagaimana memperoleh konsep”. Dalam
hal ini siswa diminta mengkomunikasikan bagaimana mereka mendapatkan solusi
dari pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan cara ini akan diketahui apakah
proses berpikir siswa sudah sesuai dengan penalaran matematis yang
dipersyaratkan.
4. Menggunakan pengertian, kesimpulan, batasan, atau cara pemerolehan konsep
dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini siswa dihadapkan dengan beberapa
masalah (baik masalah matematika maupun masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari) untuk diselesaikan berdasarkan pengertian atau konsep
yang telah diperolehnya.
Pembelajaran model pencapaian konsep terdiri dari empat fase, yaitu (1)
fase penyajian contoh, (2) fase analisis hipotesis, (3) fase penutup, dan (4) fase
penerapan (Hadirukiyah: 2012). Berikut ini adalah deskripsi dari keempat fase
tersebut:
Fase 1: Penyajian contoh
Sebelum memasuki fase satu ini terlebih dahulu guru memberi pengantar
tentang prosedur yang digunakan pada model pencapaian konsep ini, terutama kepada
10
peserta didik yang masih kurang pengalaman. Dalam pengenalan ini, guru dapat
menggunakan materi-materi yang sederhana pada kesempatan yang pertama. Setelah
peserta didik memahami prosedur yang berlaku pada model ini, guru dapat memasuki
materi yang sesungguhnya untuk dibahas dengan menggunakan model pencapaian
konsep. Setelah aktifitas pengenalan selesai pembelajaran diawali dengan penyajian
contoh atau noncontoh yang bertujuan untuk menyediakan data bagi siswa untuk
mengawali proses penciptaan hipotesis. Pemakaian noncontoh jelas berbeda dengan
hanya menggunakan contoh. Pemakaian noncontoh dirancang untuk menyajiakan
adanya kemungkinan-kemungkinan hipotesis secara terbuka.
Fase 2 : Analisis hipotesis
Pada fase ini, setelah penyajian satu contoh atau lebih guru meminta peserta
didik untuk membuat hipotesis yang memungkinkan kategori-kategori (nama-nama
konsep) yang diilustrasikan dengan contoh positif. Hipotesis-hipotesis tersebut
membantu arah perhatian siswa kepada atribut-atribut kritis dan memfokuskan dialog
kelas berikutnya pada karakteristik ini. Sebagai contoh: pada seoarang guru yang
akan mengajarkan konsep bujur sangkar, guru tersebut kemudian memberikan
gambar kepada siswa untuk selanjutnya meminta kepada siswa untuk menyusun
hipotesis berkenaan dengan gambar tersebut.
Fase 3 : Fase penutup
Ketika siswa telah mampu memisahkan hipotesis yang didukung oleh semua
contoh dengan hipotesis yang tidak didukung oleh contoh, berarti pelajaran sudah
siap untuk ditutup. Pada sesi ini guru meminta siswa untuk mengidentifikasi
11
karakteristik esensial dari konsep dan menyatakan konsep itu dalam bentuk suatu
definisi. Definisi itu akan memperkuat pemahaman peserta didik bila memasukkan
didalamnya suatu identifikasi konsep superordinat dan karakteristik-karakteristik
konsep itu.
Fase 4 : Aplikasi atau penerapan
Pada fase aplikasi peserta didik diminta untuk menyediakan contoh-contoh
lain dari konsep yang dikaji, atau mereka diminta untuk mengidentifikasi contoh-
contoh tambahan dari konsep yang telah disiapkan oleh guru. Hal ini dimaksudkan
untuk memperkuat konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu mereka
memperluas dan mengeneralisasi contoh-contoh baru. Cara lain utuk memperluas
pemahaman konsep yang dikaji adalah dengan meminta siswa memberikan klasifikasi
contoh-contoh tambahan dari contoh dan non-contoh dan atau menghasilkan
tambahan contoh-contoh unik dari mereka.
Pelaksanaan fase kesatu hingga fase keempat memerlukan keterlibatan guru
dalam mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran,
guru harus melakukan persiapan dengan mkasimal sehingga sumber belajar yang
dipilih dapat menajadi contoh yang mewakili dalam pencapaian konsep oleh peserta
didik. Fase kempat adalah fase yang sangati penting bagi guru dan siswa. Bagi siswa,
fase ini memberi kesempatan kepada mereka menguji cobakan pengetahuan baru
mereka pada contoh-contoh yang sudah dikenal oleh siswa. Bagi guru, fase ini
memberikan kesempatan berharga untuk mendapatkan umpan balik mengenai
bagaimana dan apakah siswa telah memahami konsep yang telah diajarkan.
12
d. Aplikasi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attaiment) Dalam
Berbagai Mata Pelajaran
Model pemahaman konsep efektif digunakan dalam pembelajaran TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) karena menekankan bagaimana seseorang
berfikir. Model ini terdiri atas model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara
individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara
mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membentuk konsep dan
memecahkan masalah yang menggunakan simbol-simbo (Ulfiarahmi: 2012). Model
ini sangat tepat dalam pembelajaran TIK karena dalam mempelajari TIK menuntut
untuk berfikir agar dapat memahami konsep fakta dan hukum-hukum serta dapat
menerapkan konsep itu dalam menghasilkan karya teknologi sederhana yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia.
Menurut Hadirukiyah (2012) bahwa model pembelajaran pencapaian konsep
dapat ditepakan dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan fungsi. Ada
empat cara mengajarkan konsep fungsi yaitu :
1. Dengan cara mengajarkan objek Matematika yang termasuk konsep dan yang
bukan konsep
2. Pendekatan deduktif, proses pembelajaran yang dimulai dari definisi dan diikuti
dengan contoh-contohnya dan dengan yang bukan contoh-contohnya.
3. Pendekatan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya
13
4. Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya
dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu membahas contohnya lalu
kembali membahas definisinya.
Kesimpulan dari proses ini adalah suatu pola / awan dari seperangkat
peristiwa yang dirancang untuk mencapai suatu proses dari suatu ide abstrak yang
memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasi suatu objek utama yang akan
dikupas atau dibahas dalam suatu hubungan / relasi yang memasangkan setiap
anggota himpunan I tepat satu ke anggota himpunan II.
Disisi lain berdasarkan hasil penelitian Haetami, Aceng dan Sri Wahyuni
(2006) bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dapat digunakan
untuk meningkatkan hasil pembelajran kimia dasar (merupakan sebuah studi
perbaikan pembelajaran pada mahasiswa pendidikan kimia FKIP Unhalu). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep
dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Dasar I yang
ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar Kimia Dasar I dalam setiap
siklus.
Pada peneliatian Moore, David Richard (2006: 1) bahwa strategi
pengajaran untuk konsep mengajar dapat diterapkan di seluruh intruksional desain
bidang satra. Strategi ini terutama terdiri dari pengunaan definisi, contoh, dan non-
contoh. Penggunaan contoh adalah sangat penting instrumen presentasi, berdasarkan
teori bahwa contoh tidak boleh digunakan kembali dalam penilain pda fase
pemebalajran selanjutnya. Dasar pemikiran ini adalah bahwa contoh yang
14
dihadapi bisa menjadi suatu bentuk hafal sehingga mengaktifkan proses kognitif yang
berbeda dari yang dibutuhkan untuk konsep pencapaian konsep.
Pada pembahasan diatas telah diperlihatkan bahwa model pembelajaran
pencapaian konsep dapat diterapkan pada berbagai bidang studi atau kajian, baik di
sekolah maupun di tingkat perguruan tinggi. Penerapan model pembelajaran
pencapaian konsep juga dapat diterapkan dalam bidang studi biologi aik ditingkat
sekolah maupun universitas dengan cara mengikuti sintak atau fase-fase yang telah
dijabarkan dalam penjelasan sebelumnya. Dalam makalah ini kami melampirkan satu
contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan tema komponen abiotik
dan biotik pada suatu ekosistem yang diajarkan pada level Sekolah Menengah
Pertama (SMP), penerapan sintak atau fase pembelajaraan pencapaian konsep dapat
ditemukan pada lampiran tersebut.
e. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran pencapaian konsep
Keunggulan model pembelajaran pencapaian konsep
1. Pembelajaran ini menekankan pada perolehan suatu konsep baru secara
induktif
2. Model ini dapat dijadikan alat evaluasi yang efektif bagai guru untuk
mengukur apakah ide-ide/konsep-konsep penting yang baru saja diajarkan
telah dikuasai oleh siswa atau tidak
15
3. Rasional dari model ini adalah adanya kesadaran bahawa dari sejal kecil siswa
telah bergaul dengan lingkungannya dan secara aktif terdorong untuk
memperoleh konsep-konsep, dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks.
4. Siswa/ pelajar akan berposisi sebagai pencari pengeatahuan
5. Model ini sangat efesien untuk mepresentasikan informasi yang telah
terorganisisr dari suatu topic yang luas menjadi topic yang yang lebih mudah
dipahamai untuk setiap stadium perkembangan konsep.
6. Model ini melatih siswa dalam menyampaikan dan mengklasifikasikan
berbagai konsep s
Kelemahan model pembelajaran pencapaian konsep
1. Model pembelajaran konsep bergantung pada kemampuan refleksi guru dalam
mengevaluasi dan memperbaiki proses yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya.
2. Pada model pembelajaran ini sangat dibutuhkan kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan
mencatat. Oleh karena tidak semua pesrta didik memiliki keterampilan dalam
hal-hal tersebut, ditahap awal guru masih harus mengajarkannya kepada
peserta didik.
3. Guru mengalami kesulitan dalam mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya
belajar, atau ketertarikan siswa.
16
4. Guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan model
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
5. Model pembelajaran pencapaian konsep ini sangat bergantung pada gaya
komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan
pembelajaran yang buruk pula .
6. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model
pembelajaran ini mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup
untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
IV. KESIMPULAN
1. Model Pembelajaran konsep (Concept Attaiment) merupakan suatu model
pembelajaran yang efisien dalam mempresentasikan informasi yang telah
terorganisir dari suatu topik yang luas menjadi topik yang lebih mudah
dipahami untuk setiap stadium perkembangan konsep
2. Proses perolehan konsep yang berkaitan dengan pengembangan dengan
penerapan dan pengemabangan model pembelajaran pencapaian konsep dapat
dipahami dari model pencapaian konsep, cara individu memperolehan
informasi dan tingkatan pencapaian konsep
3. Sintak dalam model pembelajaran pencapaian konsep adalah pesrta didik
diperkenalkan dengan data dan pengertian konsep beserta ciri-cirinya,
17
memeriksa kebenaran pemerolehan pengertian atau konsep tertentu,
menganalisis cara-cara berpikir tentang “bagaimana memperoleh konsep”,
menggunakan pengertian, kesimpulan, batasan, atau cara pemerolehan konsep
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Empat fase dalam model pembelajaran pencapaian konsep yaitu: Penyajian
contoh, analisis hipotesis, penutup, dan aplikasi atau penerapan.
5. Aplikasi model pembelajaran pencapaian konsep dapat diterapkan pada
berbagai bidang studi dan di berbagai jenjang pendidikan.
6. Model pembelajaran pencapaian konsep memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan dalam pengaplikasiannya.
V. DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin.S. 2010. Kerangka Landasan Berfikir Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen.Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Eka, Putu .2012. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep. Online: http://putueka.wordpress.com/2009/01/24/model-pembelajaran-pemerolehan-konsep/. Diakses tanggal 28 februari 2012
Hadirukiyah. 2012. Model Pencapaian Konsep. Online: http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-pencapaian-konsep.html. Diakses Tanggal 28 februari 2012
Haetami, Aceng dan Sri Wahyuni. 2006. Penerapan Model Pembelajran Pencapaian Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Dasar. Online: http://jurnal.unhalu.ac.id/download/aceng/PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20PENCAPAIAN%20KONSEP.pdf . Diakses 3 Maret 2012
18
Hendrawati, Sri. 2012. Model Pembelajaran. Online: http://srihendrawati.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran.html . Diaskes tanggal 3 Maret 2012
Martomidjojo, Russamsi .2012. Model Pembelajaran Concept Attaiment. Online: http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-concept-attainment.html. Diakses tanggal 3 Maret 2012.
Moore, David Richard .2006. Selecting Evaluation Items for Judging Concept Attainment in Instructional Design. Journal of Interactive Online Learning. Volume 5, Number 1, Spring 2006.
Slavin, Robert.E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek Edisi 8 Jilid 2. Indeks. Jakarta.
Syamrilaode. 2012. Belajar Konsep dan Penerapannya. Online: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2069493-belajar-konsep-dan-penerapannya/. Diakses tanggal 3 Maret 2012
Ulfiarahmi. 2012. Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment Model). Online:http://ulfiarahmi.wordpress.com/2010/07/22/model-pembelajaran-perolehan-konsep-concept-attainment-model/. Diakses tanggal 28 Februari 2012
19