makalah daya dukung tanah
TRANSCRIPT
MAKALAHDAYA DUKUNG TANAH
Disusun Oleh :CATUR PRIBADI 3.12.10.1.07
ICHSAN ALI FAUZI 3.12.10.1.12
TRI WAHYU HADI S. 3.12.10.1.22
TEKNIK SIPIL
TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Daya Dukung Tanah Menurut Terzaghi .........................................................
B. Metode Lain dari Daya Dukung Tanah...........................................................
C. Contoh Pada Perkerasan Jalan.........................................................................
BAB III PENUTUP
Simpulan.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Dalam perencanangan untuk mendirikan sebuah bangunan atau konstruksi, sebelumnya harus ditentukan bagimana tanah itu, karakteristik,serta klasifikasi tanah tersebut. Sehingga dapat diketahui bangunan yang cocok yang akan dibangun diatas tanah tersebut. Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah tentang daya dukung tanah, dimana daya dukung tersebut menentukan kekuatan dan kuat geser tanah, dengan menguji tanah tersebut. Apakah tanah tersebut mampu untuk menopang bangunan yang akan dibangun di atas tersebut atau tidak. Dalam menentukan daya dukung tanah digunakan beberapa teori, diantaranya teori daya dukung Terzhaghi, teori daya dukung lempung, teori daya dukung pasir, dan beberapa metode percobaan. Dan pada akhirnya dapat diketahui, konstruksi yang cocok untuk dibangun diatasnya sesuai dengan daya dukung tanah yang tersedia di area tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan
endapan – endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak diatas batuan dasar
(bedrock). Ikatan antara butiran yang relaif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat
organik, atau oksida – oksida yang mengendap diantara partikel – partikel. Ruang
diantara partikel – partikel dapat berisi air, udara ataupun keduanya. Proses pelapukan
batuan atau proses geologi lainnya yang terjadi didekat permukaan bumi membentuk
tanah. Pembentukan tanah dari batuan induknya, dapat berupa proses fisik maupun
kimia. Proses pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan menjadi partikel –
partikel yang lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi, angin, air, es, manusia, atau
hancurnya partikel tanah akibat perubahan suhu atau cuaca. Partikel – partikel mungkin
berbentuk bulat, maupun bentuk – bentuk diantaranya. Umumnya, pelapukan akibat
proses kimia dapat terjadi oleh pengaruh oksigen, karbondioksida, air (terutama yang
mengandung asam atau alkali) dan proses – proses kimia yang lain. Jika hasil pelapukan
masih ditempat asalnya, maka tanah ini disebut tanah residual (residual soil) dan apabila
tanah berpindah tempatnya, disebut tanah tersangkut (transported soil).
Istilah pasir, lempung, lanau atau lumpur digunakan untuk menggamnbarkan ukuran
partikel pada batas ukuraan butir yang telah ditentukan. Akan tetapi, istilah yang sama
juga digunakan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus. Sebagai contoh,
lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif dan plastis, sedang pasir digambarkan
sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidak plastis.
Daya dukung tanah merupakan pendukung pondasi, di mana suatu pondasi
merupakan bagian dari struktur yang menyalurkan beban langsung ke lapisan tanah di
bawahnya. Bila tanah di dekat permukaan mampu mendukung beban-beban struktual
maka dapat digunakan pondasi tapak (footing) atau pondasi rakit (raft). Pondasi tapak
adalah suatu pelat yang relatif yang memberikan dukungan terhadap bagian dari
struktur secara terpisah. Sedangkan pondasi raft adalah pelat tunggal yang relatif besar,
biasanya diperkaku, yang mendukung keseluruhan struktur. Bila tanah di dekat
permukaan tidak mampu mendukung beban-beban struktual, maka dipakai ting
pancang (pile) atau tiang (pier) untuk menyalurkan beban ke tanah yang lebih kuat
(batuan) pada kedalaman yang lebih besar.
Pondasi harus memenuhi persyaratan dasar: (1) faktor keamanan terhadap
keruntuhan geser dari tanah pendukung harus memadai, biasanya sebesar 2,5 sampai 3;
(2) penurunan pondasi dapat terjadi dalam batas toleransi dan penurunan sebagian
(defferential settlement) tidak boleh menyebabkan kerusakan serius atau mempengaruhi
fungsi struktur. Daya dukung tanah izin (q ) didefinisikan sebagai tekanan maksimum
yang boleh dikerjakan pada tanah sedemikian rupa sehingga kedua kebutuhan diatas
terpenuhi.Nilai-nilai perkiraan daya dukung tanah, yaitu besarnya tekanan yang akan
terjadi dengan faktor keamanan terhadap keruntuhan geser yang cukup memadai, tetapi
tanpa memperhitungkan adanya penurunan.
Kerusakan akibat penurunan tanah dapat di tanggulangi dengan cara
menstabilkan tanah, yaitu cara yang dipakai untuk meningkatkan daya dukung tanah
terutama untuk tanah dasar. Hampir semua jenis tanah kecuali tanah organis dapat
meningkat daya dukungnya bila distabilisasi dengan bahan stabilisasi yang sesuai.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara penulis dan
pembaca mengenai daya dukung tanah,metode apa yang digunakan,fungsi,dan cara
menghitungnya.
C. TUJUAN
1. memahami dan menghitung kekuatan daya dukung tanah untuk perancangan
segala fondasi dari hasil pengolahan data penyelidikan tanah;
2. sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Politeknik
Negeri Semarang;
3. menentukan karakteristik tanah dari kekuatan daya dukung tanah.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam perencanaan pembangunan fondasi gedung atau bangunan lain ada dua hal
utama yang harus di perhatikan yaitu daya dukung tanah dan penurunan tanah yang akan
terjadi karena bila mana tanah yang akan digunakan itu lunak maka banguna n tidak akan
bisa stabil atau seimbang . umumnya cara yang di pakai untuk mengetahui kekuatan geser
tanah yang akan digunakan tersebut adalah dengan melakukan uji tanah di laboratorium.
Banyak teori yang sering digunakan untuk menghitung daya dukung tanah tapi yang
paling sering dipakai adalah teori Terzaghi.
A. Teori Daya Dukung Terzaghi
Teori ini dimaksudkan untuk fondasi yang tidak terlalu dalam . Teori ini berdasarkan
pada anggapan kekuatan geser tanah dinyatakan dengan rumus :
s = c + σ tan ∅
keterangan :
s = titik geser tanah
σ = tegangan normal pada bidang geser
c dan ∅ = konstanta geser tanah tersebut.
Teori ini runtuh karena dasar fondasi dianggap tidak licin sehingga gesekan antara
dasar fondasi dengan tanah sangat tinggi , karena hal itu kekuatan tanah tidak dihitung
karena hanya beratnya saja yang diperhatikan.
Teori Terzaghi ini memunculkan rumus daya dukung tanah sebagai berikut :
q = cNc + γDNq + 1/2 γ BNγ
dimana :
q = daya dukung keseimbangan
B = lebar fondasi
D = dalam fondasi
γ = berat sisi tanah
c = kohesi
∅ = sudut perlawanan geser .
Teori Terzaghi hanya cocok untuk fondasi dangkal karena tidak memperhitungkan
kekuatan geser tanah yang terletak diatas dasar fondasi.
Teori lain yang juga baik untuk fondasi dangkal maupun fondasi dalam ditemukan oleh
Meyerhof dengan memperhitungkan kekuatan geser sampai pada permukaan tanah , dengan
demikian teori Meyerhof berlaku untuk semua jenis fondasi.
Teori-teori yang di kemukakan oleh Terzaghi tadi hanya bisa dipakai untuk fondasi
memenjang tapi tidak dapat digunakan untuk fondasi bujur sangkar atau fondasi lingkaran.
Oleh karena itu Terzaghi mengusulkan rumus-rumus berikut.
untuk fondasi lingkaran :
q 1,3 cNc + γ DNq + 0,6 γ RNγ
dimana R jari-jari fondasi.
untuk fondasi bujur sangkar :
q 1,3 cNc + DNq + 0,4 γ BNγ (dimana B lebar fondasi)
dimana B adalah lebar fondasi
Daya Dukung Lempung
Rumus-rumus yang dikemukakan di atas tidak cocok untuk jenis tanah
lempung karena tidak mengandung nilai tegangan pori air. Jika ada tegangan pori air
harus diperhitungkan tapi jika untuk jenis tanah pasir tidak masalah karena memang
tegangan air sellalu dianggap tidak ada.
Untuk lapisan lempung pembuatan bangunan diatasnya akan selalu
menimbulkan tegangan pori, yang mana tidak akan segera menyusut. Biasanya waktu
untuk penyusutan pori air jauh lebih lama daripada waktu mendirikan bangunan diatas
tanah lmpung tersebut dan hal ini berarti bahwa kekuatan pergeseran tanah lempung
tidak akan banyak mengalami perubahan selama pembuatan bangunan. Oleh karena
itu, biyasanya kekuatan geser lempung dihitung menggunekan nilai kekuatan geser
sebelum mendirikan bangunan yaitu dengan cara menganggap ∅=0 dan kekuatan
geser s=c.
Untuk nilai NC yang paling sering dipakai untuk kasus ini adalah yang
diusulkan oleh Skempton. Nilai ini didapat dari pengalaman di lapangan
Rumus fondasi persegi rumus yang di usulkan oleh Skempton adalah :
Ncr = ( 1 + 0,2BL
) Ncs
dimana Ncr = nilai untuk fondasi persegi
Ncs = nilai untuk fondasi memanjang
L = panjang fondasi
B = lebar fondasi.
Daya Dukung Pasir
Untuk fondasi pada permukaan tanah
q = 1/2 γ BNγ
Jadi dalam hal ini daya dukung (beban persatuan luas) adalah sebanding dengan lebar
fondasi.Daya dukung juga sebanding dengan berat isi tanah. Hal ini berarti bahwa tinggi
muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung pasir. Tanah dibawah muka air
beratnya kira-kira separuhnya tanah yang diatas muka air.
Tegangan Tanah Yang Diperbolehkan
Untuk mendapatkan tegangan yang dipakai dalam perencanaan fondasi nilai yang dihitung
dengan rumus diatas ini dibagi dengan faktor keamanan dan nilai yang didapat disebut
daya dukung yang diperbolehkan , yaitu :
Tegangan tanah yang diperbolehkan : dayadukung keseimbangan
faktor keamanan
Faktor keamanan ini biasanya diambil sebesar tiga.
Daya dukung tanah dapat dicari dengan metode berikut.
a. CBR(California Bearing Ratio)
b. DCP(Dynamic Cone Penetrometer)
c. SPT (Standard Penetration Test)
B. Metode CBR
Metoda ini awalnya diciptakan oleh O.J poter kemudian di
kembangkan oleh California State Highway Departement, kemudian
dikembangkan dan dimodifikasi oleh Corps insinyur-isinyur tentara Amerika
Serikat (U.S Army Corps of Engineers). Metode ini menkombinasikan percobaan
pembebanan penetrasi di laboratorium atau di lapangan dengan rencana empiris
untuk menentukan tebal lapisan perkerasan. Hal ini digunakan sebagai metode
perencanaan perkerasan lentur (flexible pavement) suatu jalan. Tebal suatu bagian
perkerasan ditentukan oleh nilai CBR.Dengan rasio dari hasil tersebut yang kita
pakai sebagai acuan.
C. DCP(Dynamic Cone Penetrometer)
DCP atau Dynamic Cone Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat (in situ). Daya
dukung tanah dasar tersebut diperhitungkan berdasarkan pengolahan atas hasil test
DCP yang dilakukan dengan cara mengukur berapa dalam (mm) ujung konus
masuk ke dalam tanah dasar tersebut setelah mendapat tumbukan palu geser pada
landasan batang utamanya. Korelasi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi
ujung conus dari alat DCP ke dalam tanah akan memberikan gambaran kekuatan
tanah dasar pada titik-titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk setiap
tumbukan artinya makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan
menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang setelah diolah akan
menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada titik yang ditinjau. CBR lapangan
tanah dasar pada pelebaran jalan
Jika pada tanah dasar dengan kedalaman sampai dengan 1 meter terdapat beberapa
lapisan tanah dengan daya dukung (nilai CBR) yang berbeda, maka nilai CBR
lapangan pada titik tersebut diperhitungkan berdasarkan nilai CBR yang mewakili
nilai-nilai CBR lapisan-lapisan tanah di maksud.Untuk CBR lapangan tanah dasar
pada jalan aspal
jika dihadapi kondisi tidak terdapat alat Benkelman Beam untuk mendapatkan data
rebound deflection jalan aspal guna keperluan overlay design, maka dapat
digunakan alat DCP untuk mengumpulkan data-data lapangan. CBR yang
diperoleh dari perhitungan hasil survey dengan alat DCP digunakan sebagai salah
satu masukan untuk memperhitungkan kebutuhan overlay yang prinsipnya adalah
memanfaatkan nilai sisa perkerasan lama. CBR lapangan tanah dasar di bawah
perkerasan jalan yang direkonstruksi atau jalan baru
Prinsip sama dengan penentuan CBR lapangan tanah dasar pada pelebaran jalan,
hanya pengambilan lokasi titik-titik uji saja yang berbeda.
D. SPT (Standard Penetration Test)
Uji penetrasi standar ini dikembangkan pada tahun 1927 dan merupakan
sarana yang paling populer dan ekonomis untuk memperoleh informasi jenis
dan kekuatan tanah dari suatu lapisan bawah permukaan tanah. Yang
diperkirakan antara 80 sampai dengan 90 persen dari rancang pondasi
konvensional di Amerika dibuat dengan SPT. Dan telah dibakukan sebagai
ASTM D 1586 sejak tahun 1958 dan sampai dengan sekarang telah
mengalami revisi-revisi secara berkala untuk memperoleh kesempurnaan.
Dari hasil pengalaman pengeboran lebih baik
dengan menggunakan common auger dengan diameter 1 7/8” , yang
dilakukan untuk setiap 40 cm sampai kedalaman 2 m atau 3 m. Kemudian
diadakan pencucian (washing) sampai kedalaman tersebut dengan maksud
untuk melebarkan lubang bekas bor untuk persiapan pemasangan mata bor
yang lebih besar dan pipa pelindung dinding (cashing).
Sedangkan untuk lapisan permukaan tanah yang terdiri dari campuran
kerakal, kerikil dan pasir kasar yang bersifat lepas, pada saat pembuatan
lubang langsung dipasang pipa pelindung. Untuk membersihkan lubang
dipakai three cone bit .
Pengambilan sampel tanah asli pada umumnya dilakukan untuk tanah jenis
lempung, lanau, pasir kelempungan atau pasir kelanauan dengan
menggunakan alat tabung berdinding tipis dengan diameter 75 mm dan
panjangnya 78 cm.
Setelah pengambilan sampel kemudian dilakukan percobaan penetrasi
standar untuk mengetahui kekuatan lapisan tanah pada kedalaman tersebut.
Sehingga di dapat kekuatan atau daya dukung tanah tersebut.
BAB III PENUTUP
SIMPULAN
Untuk menentukan daya dukung tanah dapat diperoleh dengan cara menggunakan
beberapa teori serta beberapa metode. Diantara teori-teori tersebut diantara, yang pertama
adalah teori daya dukung Terzhaghi, dimana digunakan untuk fondasi yang tidak terlalu
dalam. Yang kedua adalah daya dukung lempung, dimana untuk menentukan daya dukung
tanah serta kuat gesernya, yang tanahnya berupa lempung. Yang ketiga adalah daya
dukung pasir, dimana untuk menentukan daya dukung serta kuat gesernya, yang tanahnya
berupa pasir. Dan beberapa metode yang digunakan adalah CBR(California Bearing
Ratio), DCP(Dynamic Cone Penetrometer), SPT (Standard Penetration Test). Dari
masing-masing metode tersebut didapat suatu nilai atau suatu kesimpulan. Sehingga
akhirnya dapat ditentukan daya dukung tanah tersebut serta kuat geser tanah.
DAFTAR PUSTAKA
http://karpetilmusipil.blogspot.com/2010/01/cbr-california-bearing-ratio.html
F.D Wieslly,1977,Mekanika Tanah cetakan keempat,Erlangga,Jakarta
www. Ilmusipil.co.id, 26 Oktober 2010.SPT test