makalah dokumentasi kebidanan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kematian di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia mencapai 41,94%.
Data mengungkapkan bahwa sekitar 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan
bantuan bantuan bernafas, dari yang ringan hingga resusitasi ekstensif.
Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang
berhenti") merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam
jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang
disertai dengan metabolik asidosis. Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf
pusat (CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernafas.
Ada berbagai macam penyebab terjadinya asfiksia dan salah satunya adalah
disebabkan karna air ketuban yang bercampur meconium akibat Kondisi stres yang dialami
seorang ibu yang berakibat fatatal yang akan membuat bayi menghirup dengan kuat cairan
amnion berisi mekonium sehingga masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan
pembengkakan (pneumonitis). Ini mengakibatkan penyumbatan saluran pernapasan dan
membuat bayi mengalami kesulitan bernapas. Bila tidak mendapat penanganan yang tepat
dan cepat, kondisi ini dapat berakibat fatal.
Olehnya itu pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang keadaan janin
yang air ketubannya bercampur mekonium
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asfiksia ?
2. Apa pengertian dari janin yang Air ketubannya bercampur meconium sehingga
menyebabkan asfiksia ?
3. Apa tanda dan gejala dari janin yang air ketubannya bercampur meconium sehingga
menyebabkan asfiksia ?
4. Ape saja penyebab-penyebab sehingga air ketuban janin bercampur meconium
sehingga menyebabkan asfiksia ?
5. Bagaimana Hubungan Bayi asfiksia dan Janin yang Air ketubannya bercampur
meconium ?
6. Bagaimana penanganan pada janin yang Air ketubannya bercampur meconium sehingga
menyebabkan asfiksia ?
1.3. Tujuan Makalah
1. Agar Mahasiswa mengetahui tentang pengertian asfiksia
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian dari janin yang Air ketubannya
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
3. Agar Mahasiswa mengetahui tentang tanda dan gejala dari janin yang air ketubannya
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
4. Agar Mahasiswa mengetahui tentang penyebab-penyebab sehingga air ketuban janin
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
5. Agar Mahasiswa mengetahui tentang Hubungan Bayi asfiksia dan Janin yang Air
ketubannya bercampur meconium
6. Agar Mahasiswa mengetahui tentang penanganan pada janin yang Air ketubannya
bercampur meconium sehingga menyebabkan asfiksia
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada
bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul.
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di
dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi
baru lahir.
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2
selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia
yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue
kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan Tekanan Darah.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya : Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan
kelemahan otot jantung. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan
tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke
sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
2.2. Pengertian Dari Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berumur 0-28 hari bayi baru lahir
dapat dibagi menjadi dua :
a. Bayi normal (sehat) yang memerlukan perawatan biasa.
b. Bayi gawat (high risk baby) yang memerlukan penanggulangan khusus seperti adanya
asfeksia dan pendarahan.
Mekonium adalah tinja pertama bayi matur baru lahir, yang lengket dan berwarna
hijau tua. Jika janin tidak mendapat cukup O2 selama kehamilan dan persalinan, janin akan
mengeluarkan meconium keluarnya mekonium dari vagina ibu merupakan pertanda bahwa
cairan ketuban dan berwarna kekuningan atau hijau muda.
Sedang Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan salah satu contohnya untuk janin adalah janin yang air
ketubannya bercampur meconium
Olehnya itu janin yang Air ketuban bercampur meconium sehingga menyebabkan
asfiksia adalah suatu keadaan dimana janin mengeluarkan mekonium pada masa kehamilan
atau menjelang persalinan yang kemudian bercampur dengan cairan ketuban (amnion) ,
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 4
akibatnya cairan ketuban menjadi tercemar, yang tadinya jernih dan licin berubah menjadi
hijau keruh. Cairan inilah yang bersifat beracun bila terhirup oleh janin di saat kepala bayi
keluar dari rahim ibu sehingga bisa menyebabkan terjadinya asfiksia. Asfiksia bayi itu
disebut juga dengan Asfiksia neonatorum, yaitu keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul.
2.3. Tanda Dan Gejala Dari Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
a. Tanda Dan Gejala Dari Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
Mekonium adalah tinja janin yang pertama dan merupakan kombinasi dari rambut
janin, garam empedu, enzim pangkreas, dan getah kelenjer usus, serta feses janin dan air
ketuban. Mekonium merupakan bahan yang kental, lengket dan berwarna hijau
kehitaman, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Janin yang mengalami hipoksia (gangguan suplai oksigen) dapat menyebabkan
meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga mekonium akan
dikeluarkan dari dalam usus ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam
rahim. Mekonium ini lalu bercampur dengan air ketuban dan membuat ketuban berwarna
hijau dengan kekentalan yang bervariasi. Selain itu, ketuban ini dapat membuat kulit
janin juga berwarna hijau.
Olehnya itu sangat penting untuk mengetahui tanda dan gejala dari seorang janin
yang air ketubannya bercampur meconium baik selama kehamilan maupun menjelang
persalinan. Adapun tanda dan gejala pada bayi yaitu :
1. cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di
dalam cairan ketuban ketika melakukan VT.
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 5
2. kulit bayi tampak kehijauan, ini terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama
sebelum persalinan,
3. ketika lahir, bayi tampak lemas atau lelah,
4. kulit bayi kebiruan,
5. laju pernafasan bayi yang cepat dan tampak kesulitan bernafas,
6. henti nafas,
7. tampak tanda-tanda post-maturitas atau berat badannya kurang, kulitnya mengelupas,
dan kuku panjang.
8. terdengar DJJ dengan deselerasi lambat saat dalam kehamilan menjelang postpartum.
Namun, untuk menegakkan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
antara lain stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal. Pemeriksaan lainnya
yang biasanya dilakukan adalah analisa gas darah (menunjukkan kadar pH yang rendah,
penurunan pO2 dan peningkatan pCO2) dan rontgen dada (menunjukkan adanya
bercakan di paru-paru). Sehingga bisa menyebabkan asfiksia.
b. Tanda dan gejala Asfiksia :
1. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
2. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
3. Tonus otot menurun,
4. Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,
5. Kejang
6. Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Diagnosis
- Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
- Pemeriksaan fisik :
- Nilai Apgar
Salah satu cara agar dapat mengetahui secara langsung tentang keadaan seorang
bayi yang mengalami asfiksia adalah dengan memperhatikan nilai APGAR pada seorang
Bayi Baru Lahir. Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar score) adalah sebuah metode yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 6
sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah
kelahiran.Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini
untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan
lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut
kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata “Apgar” belakangan
dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan
pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
Kriteria Penilaian Skor Apgar:
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim
Warna kulitseluruhnya
biru
warna kulit tubuh
normal merah muda,
tetapi tangan dan kaki
kebiruan
(akrosianosis)
warna kulit tubuh,
tangan, dan kaki normal
merah muda, tidak ada
sianosis
Appearance
Denyut
jantungtidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
Respons
reflex
tidak ada
respons
terhadap
stimulasi
meringis/menangis
lemah ketika
distimulasi
meringis/bersin/batuk
saat stimulasi saluran
napas
Grimace
Tonus ototlemah/tidak
adasedikit gerakan bergerak aktif Activity
Pernapasan tidak adalemah atau tidak
teratur
menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
Respiration
Interpretasi skor
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 7
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan
dapat diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah
skorInterpretasi Catatan
7-10 Bayi normal
4-6 Agak rendah
Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir
yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk
membantu bernapas.
0-3Sangat
rendahMemerlukan tindakan medis yang lebih intensif
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang
baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan
akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes
menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang.
Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes
Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut
membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi
jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
Sekitar sepuluh tahun setelah diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim
APGAR dibuat di Amerika Serikat sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, dan Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan). Alat bantu hafal ini diperkenalkan pada tahun 1963 oleh
dokter anak Dr. Joseph Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan di Jerman, Spanyol,
dan Perancis. Kata Apgar juga dibuatkan kepanjangan American Pediatric Gross
Assessment Record.
Tes ini juga telah direformulasikan dengan singkatan yang berbeda How Ready Is
This Child, dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate, Respirotary effort,
Irritability, Tone, dan Color (denyut nadi, pernapasan, reaksi refleks, sikap, dan warna).
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 8
Nilai Apgar
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasikarena resusitasi dimulai 30 detik
setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik
setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Pemeriksaan penunjang : Foto polos dada, USG kepala, Laboratorium : darah
rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
2.4. Penyebab-Penyebab Sehingga Air Ketuban Janin Bercampur Meconium
Menyebabkan Asfiksia
a. penyebab-penyebab sehingga Air Ketuban Janin Bercampur Meconium
Menyebabkan Asfiksia
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan, kadang-
kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan O2 (hipaksia). Hipoksia akan
meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekonium)
di ekskresikan. Bayi-bayi dengan resiko tinggi bawat janin (misal : kecil untuk masa
kehamilan / KMK atau hamil lewat waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak
tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada
kehamilan normal.
Sebenarnya mekonium yang dikeluarkan janin itu umum terjadi. Mulai terjadi
pada usia gestasi 15 minggu. Namun angka kejadiannya berkurang seiring dengan
meningkatnya usia gestasi dan frekuensinya sangat berkurang saat usia gestasi menginjak
34 minggu. Kasus cairan ketuban yang mengandung mekonium atau meconium staining
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 9
amniotic fluid terjadi pada 5–24 persen kehamilan normal. Salah satu penyebabnya
adalah seorang ibu yang stress akan mempengaruhi kehamilannya sehingga Janin pun
stress dan akan mengalami kekurangan oksigen.
Hal ini menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan melemahnya sfingter ani
(otot anus) sehingga janin mengeluarkan mekonium yang kemudian bercampur dengan
cairan ketuban (amnion). Mekonium merupakan kotoran atau feses pertama bayi,
berwarna hijau, kental dan lengket yang seharusnya dikeluarkan bayi di beberapa hari
pertama kehidupannya. Nah, jika mekonium dikeluarkan menjelang persalinan dan
bercampur dengan cairan ketuban maka cairan ketuban menjadi tercemar, yang tadinya
jernih dan licin berubah menjadi hijau keruh. Cairan inilah yang bersifat beracun bila
terhirup oleh janin di saat kepala bayi keluar dari rahim ibu dan Bercampurnya
mekonium dengan amnion, bisa terjadi karena beberapa faktor lain antara lain :
1. kehamilan yang telah melewati usia 9 bulan,
2. kecil masa kehamilan,
3. hipoksia
4. distres pada janin,
5. insufisiensi plasenta,
6. tertekannya tali pusat.
7. diabetes melitus,
8. penyakit jantung
9. hipertensi.
Dari penyebab-penyebab tersebut dapat menyebabkan cairan ketuban bercampur
meconium sehingga salah satu kejadian yang bisa terjadi adalah asfiksia atau sesak nafas
Olehnya itu Pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil adalah menghindari
stres, utamanya menjelang persalinan. Ibu yang sedang hamil dan menjelang persalinan
sebaiknya selalu menjaga kesehatan agar tetap optimal dan segera menghindari stres.
Pasalnya, semua itu bisa berpengaruh pada si calon bayi.
Kehidupan bayi dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu, utamanya
pada saat menjelang persalinan. Bila kondisi ibu tidak optimal atau sakit maka kondisi
janin pun tidak optimal sehingga membuat janin menjadi stres. Cobalah untuk berpikir
positif selama kehamilan untuk menghindari tekanan psikologis. Setelah itu kenali
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 10
apakah denyut jantung janin mengalami percepatan dan keluarnya air ketuban yang
berwarna hijau encer. Jika hal tersebut terjadi, maka proses persalinan harus segera
dilakukan. Sebab, semakin lama proses persalinan ditunda, akan semakin banyak amnion
yang telah bercampur mekonium tertelan oleh janin. Akibatnya, janin akan semakin
kesulitan bernapas dan semakin merusak jaringan paru-parunya.
b. penyebab-penyebab terjadinya asfiksia
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
1. Faktor ibu: Preeklampsia dan eklampsia. Pendarahan abnormal (plasenta previa
atau solusio plasenta), Partus lama atau partus macet, Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) atau Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42
minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat: Lilitan tali pusat, Tali pusat pendek, Simpul tali pusat atau
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi: Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Persalinan dengan
tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep),
Kelainan bawaan (kongenital), Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan
resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau sepengetahuan
penolong tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus
selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
2.5. Hubungan Bayi asfiksia dan Janin yang Air ketubannya bercampur meconium
Mekonium adalah feces pertama dari Bayi Baru lahir ( BBL ). Mekonium
bersifat kental, pekat dan berwarna hijau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan
mekonium pertama kali sesudah persalinan ( 12 – 24 jam pertama ).
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 11
Cairan ketuban yang bercampur mekonium menandakan bahwa janin pernah atau
sedang mengalami hipoksia. Dengan demikian maka keadaan ini merupakan indikasi untuk
mengetahui apakah janin sedang mengalami asfiksia atau beresiko tinggi mengalami
asfiksia lalu gawat janin.
Hubungannya yaitu :
Ketika Bayi telah keluar dari rahim ibu Jika tidak segera dibersihkan atau diisap
keluar dengan baik, maka saat bayi aktif bernapas setelah lahir, mekonium itu akan tersedot
masuk ke jaringan paru dan Ini berbahaya.
Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial (sebagian)
ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan
pertukaran udara di paru-paru hal itulah yang menyebabkan sehingga terjadinya asfiksia.
2.6. Penanganan Pada Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia
Penanganan Pada Janin Yang Air Ketubannya Bercampur Meconium Sehingga
Menyebabkan Asfiksia yaitu :
1. Dengarkan DJJ secara teliti, apakah terdapat deselerasi lambat ?
Bila terdapat deselerasi lambat maka janin berada dalam keadaan GAWAT JANIN.
2. Bila tidak terjadi deselerasi lambat, lakukan observasi ketat selama persalinan mengingat
bahwa sekitar 30% janin dengan cairan amnion bercampur mekonium akan menderita
gawat janin.
3. Bila tersedia monitoring elektronik, lakukan pengamatan denyut jantung janin secara
berkelanjutan – continous fetal heart rate monitoring.
4. Segera setelah kepala lahir, mulut dan jalan nafas anak harus dibersihkan sebelum bahu
dan dada lahir (sebelum bayi menangis). Ini harus dikerjakan baik pada persalinan
pervaginam atau per abdominal (sc) .
5. Lakukan antisipasi untuk mempersiapkan resuitasi neonatus saat persalinan. Bila
neonatus menderita asfiksia berat maka harus dikerjakan intubasi. Lakukan pembersihan
jalan nafas dengan memasang tabung endotracheal sebelum memberikan pernafasan
buatan.
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 12
6. Digunakan 3 simbol untuk mencatat kwalitas cairan amnion :
I = Selaput ketuban intak (i.e.tidak keluar cairan ketuban).
C = Cairan ketuban jernih.
M = Cairan ketuban bercampur mekonium.
7. Hasil pemeriksaan dicatat kedalam partogram pada tempat yang sudah tersedia.
8. Lakukan pencatatan mengenai cairan ketuban saat :
- Selaput ketuban pecah.
- Melakukan vaginal toucher.
- Ditemukan adanya perubahan warna air ketuban ( misalnya bila cairan ketuban
menjadi bercampur dengan mekonium)
Dari tindakan yang telah di lakukan apabila Bayi tersebut mengalami asfiksia
maka lakukan resusitasi pada Bayi baru Lahir yakni :
A. Penilaian
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah :
- Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi
kepala.
Segera setelah bayi lahir
- Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau
tidak bernafas
- Apakah bayi lemas atau tungkai
B. Keputusan
Putusan perlu dilakukan tindakan resustasi apabila :
a. Air ketuban bercampur mekonium
b. Bayi tidak bernafas atau megap-megap
c. Bayi cemas atau tungkai
C. Tindakan
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 13
Segera lakukan tindakan apabila :
- Bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemas, lakukan langkah-langkah
resustasi BBL
1. Persiapan Resustasi BBL
Di dalam setiap persalinan penolong harus selalu siap melakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan
waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit
tidak bernafas, bayi baru lahir dapat mengalami kenaikan otak.
a. Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang dapat pada ibu dan bayinya.
b. Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata keras, bersih
dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar kondisi yang rata
diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi tempat resusitasi sebaiknya didekat
sumber pemanas (misal : lampu surat) dan tidak banyak tiupan angin (jendela
atau pintu yang terbuka biasanya digunakan lampu surat atau bahkan berdaya 60
watt atau lampu gas minyak bumi (petromax, nyalakan lampu menjelang
kelahiran bayi
c. Persiapan alat
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakan, yaitu :
- 2 helai kain / handuk
- Bahan ganjal bahu bayi, berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil/bantul
kecil
- Alat penghisap lendir delle atau bulu karet
- Tabung dan sungkap atau balon atau sungkup neonatal
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 14
- Kotak alat resusitasi
- Jam atau pencatat waktu.
2. Langkah-langkah Resusitasi BBL
a. Langkah awal
Sambil melakukan langkah awal , Beritahu ibu dan keluarganya bahwa
bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernafas dan minta keluarga
mendampingi ibu. Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik)
secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi baru lahir.
b. Jaga bayi tetap hangat
- Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan
bayi hanya.
- Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum dan
selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
- Pindahkan bayi keatas kain ke tempat resusitasi di bawah alat pemancar panas
tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut
hangat (apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda
pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap dari trakea).
c. Atur posisi bayi
- Baringkan bayi terlentang di alas yang di atas dengan kepala didekat penolong
- Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi, sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1
inci (2-3 cm).
d. Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
- Kepala bayi dimirngkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak difaring
bagian belakang.
- Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud Cairan tidak teraspirasi
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 15
- Hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
- Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan
penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
e. Keringkan dan rangsang bayi
- Keringkan bayi mulai dari mulut kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau
pernafasan lebih baik.
- Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
Menepuk atau menyentil telapak kaki
Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan
telapak tangan.
f. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
- Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
- Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada
agar pemantauan pernafasan bayi dapat diteruskan
- Atur kembali posisi terbalik kepala bayi sedikit ekstensi
g. Lakukan penilaian bayi.
- Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap-megap atau tidak
bernafas
- Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-bayi.
- Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya
- Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan tindakan
ventilasi. Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif
yang memadai untuk membuka, alveoli paru agar bayi bisa bernafas
spontan dan teratur.
- Pasang Sungkup
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 16
- Pasang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
Ventilasi percobaan (2 x) :
1. Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa memulai bernafas dan sekaligus menguji apakah jalan nafas terbuka
dan bebas.
2. Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang maka :
- Periksa posisi kepla, pastikan posisinya sudah benar
- Perksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran
- Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap
kembali)
Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik) :
a. Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air,m 20 kali dalam 30 detik.
b. Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
Lakukan penilaian :
a. Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi
diberikan asuhan pasca resusitasi
b. Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
- Lakukan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik
berikutnya
- Evaluasi hasil ventlasi setiap 30 detik
- Lakukan penilaina bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megak
megap. Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventlasi
dan pantau bayi dengna seksama, berikan asuhan pasca resusitasi.
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 17
Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi
dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik berikutnya dan nilai
hasilnya setiap 30 detik.
c. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit di
ventilasi
- Minta keluarga membantu persiapan rujukan
- Teruskan resusitasi sementara persiapan rujuakn dilakukan
d. Bila bayi tidak dirujuk
- Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
- Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20
menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami
kerusakan otak. Sehingga akan menderita kecacatan yang berat/meninggal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 18
1. Asfiksia adalah kondisi bayi baru lahir yang kekurangan oksigen pada pernafasan
yang bersifat mengancam jiwa yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
2. tanda dan Gejala Asfiksia
- Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
- Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
- Tonus otot menurun,
- Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,
- Kejang
- Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
3. penyebab-penyebab Asfiksia
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan calon bayi
penanganan asfiksia
4. Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
sepengetahuan penolong tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
5. Meconium bercampur ketuban adalah suatu keadaan dimana janin mengeluarkan
mekonium menjelang persalinan yang kemudian bercampur dengan cairan ketuban
(amnion) , akibatnya cairan ketuban menjadi tercemar, yang tadinya jernih dan licin
berubah menjadi hijau keruh. Cairan inilah yang bersifat beracun bila terhirup oleh
janin di saat kepala bayi keluar dari rahim ibu sehingga bisa menyebabkan terjadinya
asfiksia
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 19
6. tanda dan gejala dari janin dengan meconium bercampur ketuban
Gejala yang dapat dilihat antara lain:
- cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya
mekonium di dalam cairan ketuban,
- kulit bayi tampak kehijauan, ini terjadi jika mekonium telah dikeluarkan
lama sebelum persalinan,
- ketika lahir, bayi tampak lemas atau lelah,
- kulit bayi kebiruan,
- laju pernafasan bayi yang cepat dan tampak kesulitan bernafas,
- henti nafas,
- tampak tanda-tanda post-maturitas atau berat badannya kurang, kulitnya
mengelupas, dan kuku panjang.
- terdengar DJJ dengan deselerasi lambat
Namun, untuk menegakkan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut antara lain stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal. Pemeriksaan
lainnya yang biasanya dilakukan adalah analisa gas darah (menunjukkan kadar pH
yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2) dan rontgen dada
(menunjukkan adanya bercakan di paru-paru). Sehingga bisa menyebabkan asfiksia.
7. Faktor-faktor dari janin yang ketubannya bercampur ketuban :
- kehamilan yang telah melewati usia 9 bulan,
- kecil masa kehamilan,
- hipoksia
- distres pada janin,
- insufisiensi plasenta,
- tertekannya tali pusat.
- diabetes melitus,
- penyakit jantung
- hipertensi.
8. penanganan pada janin yang cairan ketubannya bercampur meconium
- Pencegahannya yaitu :
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 20
Dapat dilakukan oleh ibu hamil adalah menghindari stres, utamanya
menjelang persalinan. Ibu yang sedang hamil dan menjelang persalinan sebaiknya
selalu menjaga kesehatan agar tetap optimal dan segera menghindari stres. Pasalnya,
semua itu bisa berpengaruh pada si calon bayi. Kehidupan bayi dalam kandungan
sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu, utamanya pada saat menjelang persalinan. Bila
kondisi ibu tidak optimal atau sakit maka kondisi janin pun tidak optimal sehingga
membuat janin menjadi stress
- Penanganannya yaitu :
Apabila setelah pemeriksaan denyut jantung janin mengalami percepatan
dan keluarnya air ketuban yang berwarna hijau encer., maka proses persalinan harus
segera dilakukan. Sebab, semakin lama proses persalinan ditunda, akan semakin
banyak amnion yang telah bercampur mekonium tertelan oleh janin. Akibatnya, janin
akan semakin kesulitan bernapas dan semakin merusak jaringan paru-parunya
sehinnga tejadilah asfiksia.
B. Saran
Terjadinya kematian pada janin kebanyakan disebabkan oleh Asfiksia.
Olehnya itu sangat penting kita sebagai mahasiswa AKBID yang kedepannya akan
menjadi seorang bidan untuk mempelajari asfiksia sampai tuntas dan bisa dipahami agar
dapat mencegah terjadinya angka kematian pada janin yang sangat tinggi akhir-akhir ini.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 21
Widjanarko, Bambang.2010.Panduan Pendidikan Persiapan Klinik.jakarta:Badan Penerbit IDAI
http://google.com
http://growupclinic.com
Air Ketuban Bercampur Mekonium Page 22