makalah etika akper pemkab muna
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional
yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan
kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan
atau pasien
Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan
pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan
oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan
demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan
wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan
kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan
memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles, re;iability,
responsiveness, assurance, dan empathy.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pelayanan keperawatan prima ?
2. Apa Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima ?
3. Bagaimana Kualitas pelayanan keperawatan ?
4. Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pelayanan keperawatan prima
2. Mengetahui Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima
3. Mengetahui Kualitas pelayanan keperawatan
4. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelayanan Keperawatan Prima
Pelayanan umum (Kep.Men.Pan.No.81 tahun 1993) adalah segala bentuk
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, didaerah
dan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan pelayanan keperawtan prima adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya
dapat meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit (Ginting, 2006). Pelayanan
prima merupakan elemen utama rumah sakit dan unit-unit kesehatan agar bisa
bertahan diera globalisasi. Adapun pelayanan kepada masyarakat.tentunya telah
ada suatu ketetapan tatalaksananya. Prosedur dan kewenangan sehingga penerima
pelayanan puas dengan apa yang telah diterimanya.
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional
yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan
kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan
atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan
pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan
oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan
demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan
wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan
kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan
memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles, re;iability,
responsiveness, assurance, dan empathy. Disadari ataupun tidak, penampilan
(tangibles) dari rumah sakit merupakan poin pertama yang ditilik ketika
pasien pertama kali mengetahui keberadaannya. Masalah kesesuain janji
(reliability), pelayanan yang tepat (responsiveness), dan jaminan pelayanan
(assurance) merupakan masalah yang sangat peka dan sering menimbulkan
konflik. Dalam proses ini faktor perhatian (empathy) terhadap pasien tidak
dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit (Fahriadi,2007). Untuk dapat
memberikan pelayanan yang prima, sebuah rumah sakit harus memiliki sumber
daya manusia dengan kualitas baik. Pelayanan dirumah sakit merupakan bentuk
pelayananyang diberikan oleh suatu tim tenaga kesehatan, seperti Dokter, Perawat
dan Bidan. Tim keperawatan merupakan anggota tim garda depan yang
menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus.
Bentuk pelayanan dan asuhan keperawatan seyogianya diberikan oleh perawat
yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai dengan
tuntutan profesi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga
keperawatan harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan
berkesinambungan (Aisyah, 2008).
B. Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima
Dalam pengembangan budaya pelayanan keperawatan prima, Gultom
(2006) mengembangkan pelayanan keperawatan priama dengan menyelaraskan
faktor-faktor. Ability (kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan),
Attention (perhatian), Action (tindakan), Accountability (tanggung jawab).
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak
diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan
dalam bidang keperawatan yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif,
mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat harus mempunayai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi
pada saat ini ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional.
Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya sebatas bidang
keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari perawat sangat
berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional. Sedangkan
menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah
dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan
benarnya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan mengacu pada dasar
pendidikannya dan standar keperawatan. Akan tetapi, keterampilan seorang
perawat bukan hanya tergantung dari tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi
pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh
(Zulkifli, 1999).
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi
pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lembut,sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping
pasien dan bersikap sebagai media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui
kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima
adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif, penuh kesabarab dan
tidak mengada-ada, dan tepat waktu.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki oleh
seorang perawat karena sikaf perawat juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan
pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati
pasien terhadap perawat.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun nonfisik
yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain.
Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang diperhatikan selama
komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit
pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli
Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan
berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan
konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan
cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat dapat
mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan
kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina
rasa percaya terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citra pasien.
4. Perhatian ( Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan
dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas
saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri
dan merasa menadi beban bagi orang lain, adalah sangat berguna untuk
mempercepat proses penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi
bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya
gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan
oleh perawat kepada pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses penyembuhan
kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi
kesembuhan fisiknya.
5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu
pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada perawat
tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan keperawatan,
maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang
diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat
menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan.
Tindakan perawat yang sesuai dengan standar keperawatan dapat menjamin
bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga berkualitas.
6. Tanggung jawab (Accountability)
Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada pasien sebagai
wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau
ketidakpuasan pasien. Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan
dan berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga
maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatannya
perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika
keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung
gugat maka perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik
keperawatan itu sendiri., yaitu : perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat
kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan autonomi pasien
mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat kemanusiaan dan
berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien,
beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan
yang kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1. Mengutamakan pelanggan
2. Sistem yang efektif
3. melayani dengan hati nurani
4. perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan
C. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan
kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau
pandangan konsumen. Penelitian terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dirumah sakit tidak semudah menentukan kualitas barang pada industri
manufaktur. Pada industri manufaktur, kualitas barang yang dihasilkan ditentukan
oleh standar baku dan harga. Bila kualitas dibawah standar atau bila harganya
diatas standar untuk barang tertentu maka konsumen tidak akan mau membelinya.
Sedangkan pada bidang kesehatan, konsumen atau pasien berada pada posisi yang
tidak mampu menilai secara pasti kualitas pelayanan yang diterimanya. Bidang
keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau
produk pelayanan keperawatan yang dihasilakan sesuai dengan standar atau
keinginan pasien (Nursalam, 2002). Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut
maka yang paling bertanggung jawab adalah perawat. Kualitas pelayanan
keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan itu, baik bagi perorangan maupun
populasi.
Penilaian kualitas pelayanan keperawatan, terdapat tahap-tahap yang harus
dijalani. Menurut Nursalam(2002), tahap pertama dalam proses ini adalah
penyusunan standar atau kriteria. Adalah sesuatu yang mustahil apabila mengukur
sesuatu tanpa adanya suatu standar yang baku. Tidak hanya harus ada standar,
tetapi pemimpin juga harus tanggap dan melihat bahwa perawat mengetahui dan
mengerti standar yang telah ditentukan tersebut, karena standar bervariasi
operasionalnya dalam setiap institusi dan perawat harus melaksanakan tugasnya
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi
informasi yang sesuai dengan kriteria. Informasi-informasi yang diperoleh
tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengukuran kualitas pelayanan
keperawatan.
Tahap tiga adalah identifikasi sumber informasi. Pemimpin harus yakin
terhadap sumber informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan
kualitas pelayanan keperawatan, pemimpin dapat menemukan banyak informasi
dari pasien sendiri yang merupakan sumber yang sangat membantu. Tahap
keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Semua informasi yang
telah didapat dari pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran kualitas pelayanan
keperawatan. Tahapan terakhir yaitu evaluasi ulang. Jika semua asuhan
keperawatan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, maka evvaluasi ulang
tidak perlu dilakukan. Evaluasi ulang hanya akan dikerjakan apabila banyak
kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Penelitian
standar asuhan keperawatan, maka tindakan yang seharusnya dilakukan adalah
menetapkan standar keperawatan. Standar keperawatan yang telah terbentuk akan
membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, yang konsisten,
kontiniu, dan bermutu. Standar keperawatan juga dapat melindungi pasien dari
tindakan yang salah yang dilakukan oleh perawat.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Prima
Menurut Nursalam (2002) keberhasilan pelaksanaan kegiatan menjamin
kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh berbagai factor yakni :
1. Faktor pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia. Dimana pengetahuan manusia umumnya diperoleh
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan dapat
diukur dengan wawancara atau angket terhadap responden tentang isi materi yang
diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan tenaga perawat
kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan merupakan kegiatan
penilai, memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada klien
(Nurachmah, 2001).
Adapun tujuan dari penilaian mutu pelayanan keperawatan adalah untuk
meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen, menghasilkan
keuntungan atau pendapat institusi, mempertahankan eksistensi institusi,
meningkatkan kepuasan kerja sumber daya yang ada, meningkatkan kepercayaan
konsumen atau pelanggan serta menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar
yang berlaku. Pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika
pelaksanaan asuhan keperawatan dipersiapkan sebagai suatu kehormatan yang
dimiliki perawat dalam mempertahankan haknya untuk memberikan asuhan yang
manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etik profesi perawat yang
berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan,
implementasi rencana, dan evaluasi tindakan yang diberikan (Nuracmah,2001).
Pengetahuan perawat tentang penilaian mutu pelayanan keperawatan tidak
terrlepas dari standar praktik keperawatan yang telah ditetapkan oleh PPNI (2000)
yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yakni : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
2. Faktor beban kerja
Bekera adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan. Dan aktifitas ini melibatkan baik fisik maupun mental (As’ad, 2001).
Beban kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberatkan pada
pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu aktifitas. Beban kerja perawat yang
tinggi serta beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam pencapaian kualitas
bermutu, jumlah tenaga yang tidak memadai berpengaruh besar pada pencapaian
mutu pelayanan yang diharapkan (Kusdijanto, 2000). Untuk itu perlu adanya
pengorganisasian kerja perawat yang tepat dan jelas (Swansburg, 2000).
Tujuan utama menyusun rencana pembagian tugas adalah untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya.
Pembagian tugas terdiri dari tiga aspek yaitu : pengembangan tugas, keterlibatan
dalam tugas, dan rotasi tugas (Nursalam, 2000). Dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan cara menjaga
kesinambungan antara beban kera perawat dan jumlah tenaga perawat yang
tersedia.
3. Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan menghantarkan
suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima (Nursalam, 2000). Komunikasi dalam praktik keperawatan professional
merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain :
a. Pendidikan
Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo,
2003). Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan
makin baik pengetahuan yang dimiliki sehingga menggunakan komunikasi
terapeutik secara efektif akan dapat dilakukannya.
b. Lama bekerja
Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin
lama seseorang bekera makin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan
makin baik cara berkomunikasinya (Alimul, 2003)
c. Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan meggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan
Kartwalk (1998) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan diantaranya tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
d. Sikap
Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi berjalan
efektif atau tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang
percaya terhadap komunikator. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut
seperti terbuka, percaya, empati, menghargai, rendah diri dan menjadi pendengar
yang baik. Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang terapeutik.
e. Kondisi psikologi
Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan
melalui komunikasi terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis
yang baik untuk menjadikan komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis
seorang pendengar dapat dipengaruhi oleh rangsangan emosi yang disebabkan
oleh pembicaraan itu sendiri. Indikator dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik (Nursalam, 2003) mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangan
dan perasaannya, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap
komunikasi serta memanggil pasien sesuai dengan identitasnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional
yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan
kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan
atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan
pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan
oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan
demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan
wajar dalam setiap transaksi.
B. SARAN
Perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum,
perawat membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan
kebutuhannya, perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai
advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada
akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten, etik,
dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1. Mengutamakan pelanggan
2. Sistem yang efektif
3. melayani dengan hati nurani
4. perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan
DAFTAR PUSTAKA
www.ilmu keperawatan .info/askep/ makalah -pelayanan- prima -polri
http://sumberpencarianartikel.com/analisa-tingkat-kepuasan-pasien-pada-
pelayanan-keperawatan-prima/
http://www.ilmukeperawatan.info/askep/makalah-yang-berhubungan-dg-
pelayanan-prima
MAKALAH
BAGAIMANAKAH PELAYANAN
YANG BAIK DALAM PROSES KEPERAWATAN
UNTUK MENINGKATKAN ASKEP
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. FITRIADI 2. ALI 3. SUFARDIN 4. MAINA5. RATOMI 6. ULI FARLINA7. WA RUNIA8. ESTI
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
RAHA2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini kami buat guna memenuhi tugas dari dosen.
Makalah ini membahas tentang “ BAGAIMANAKAH PELAYANAN YANG
BAIK DALAM PROSES KEPERAWATAN UNTUK MENINGKATKAN
ASKEP”, semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa
Akper dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku
dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan
saran itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Raha, Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………….....…........ i
DAFTAR ISI ………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………….......................1
B. Rumusan masalah................................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelayanan Keperawatan Prima.......................................... 2
B. Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima........................................ 2
C. Kualitas Pelayanan Keperawatan........................................................ 2
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Prima.... 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………….................... 13
3.2 Saran........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 14