makalah f2 kasus 6
DESCRIPTION
Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6Makalah f2 Kasus 6TRANSCRIPT
Radang Paru-Paru dan Kaitannya
dengan Sistem Respirasi
Kelompok F 2
Ketua kelompok : Ogi Leksi Susanto 102012448
Mega Julia Thio 102010028
IP Ady Putra Astawan 102011141
Theresia Indriani 102012071
Timoty Mario 102012161
Michael Laban 102012285
Hollerik Sahat Efesus 102012304
Bramulya Tri Subagiyo 1020123056
Glory Artauli Silalahi 102012343
Risma Lestari Siregar 102012426
Anggraini Hertanti 102012440
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
2013
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Daftar Isi
BAB I.......................................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................................................22
2
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Setiap manusia di atas muka bumi ini dapat menjalani kehidupan seharian mereka
dengan biasa karena mereka masih bernafas. Sistem respirasi manusia amatlah penting
dalam memastikan seseorang itu dapat hidup dan bernafas secara normal. Sekiranya
sistem respirasi seseorang itu terganggu, maka akan terjadi masalah dalam kemampuan ia
bernafas. Dan sekiranya hal itu terjadi, maka perkara terburuk yang mungkin terjadi ialah
kematian. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sistem respirasi ini pada seorang
manusia.1-2
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses otomatis atau involunter
yang dimulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbon dioksida hingga penggunaan
energi di dalam tubuh. Manusia bernafas dengan menghirup oksigen dalam udara bebas
dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. 1-5
3
BAB II
Isi
Struktur Makroskopik Organ Respirasi
Didalam suatu mekanisme respirasi atau bernafas setiap manusia menarik nafas dan
memasukan udara. Udara yang masuk tentunya tidak langsung mencapai kedaerah tujuan
utamanya melainkan melalui beberapa tempat. Beberapa tempat yang dilalui oleh udara
tersebut adalah sebagai berikut:1-6
Rongga hidung (Cavum Nasal)
Epiglotis
Faring
Trakea
Bronkus
Bronkiolus
Alveolus
Saluran pernapasan berawal di saluran hidung yang berjalan ke faring, lalu melewati
laring yang memiliki pita suara serta memiliki tonjolan yang dikenal sebagai jakun (bagi
pria). Laring terletak di pintu masuk trakea, sehingga udara yang telah melewati laring pun
masuk ke trakea. Trakea lalu terbagi menjadi dua cabang, yaitu bronkus kiri dan bronkus
kanan. Di dalam setiap paru, bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang
semakin sempit, pendek, dan banyak. Cabang kecil tersebut dikenal dengan bronkiolus. Di
ujung bronkiolus terkumpul kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas-gas antara
udara dan darah.
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran dalam ukuran lebih kecil yang masuk bersama udara. Juga
4
Gambar 1. Struktur alat pernafasan secara makroskopik.7
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara
yang masuk.1,2,6
Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. 1,2,6
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara
(pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. 1,2,6
Kerongkongan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring
benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. 1,2,6
Cabang-cabang Kerongkongan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Stelah keluar
dari daerah bronki inilah mulai terjadinya pertukaran udara. 1,2,6
Bronkiolus
Bronkiolus, yaitu jalan nafas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, tidak
memiliki tualng rawan atau kelenjar dalam mukosanya/hanya terdapat sebaran sel goblet di
dalam epitel segmen awal. Pada bronkiolus yang besar, epitelnya adalah epitel bertingkat
silindris bersilia, yang masik memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel epitel
selapis silindris bersilia atau selapun kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil.
Epitel bronkiolus terminalis juga mengandung sel clara. Sel-sel ini, yan tidak memiliki silia,
memiliki granul sekretori di dalam aspeknya dan diketahui menyekresi protein yang
melindungi lapisan bronkiolus terhadap polutan oksidatif dan implamasi. 1,2,6
5
Bronkiolus terminalis becabang menjadi 2 atau lebih bronkiolus respiratorius yang
berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari system
pernapasan. Mukosa bronkiolus repiratorius secara structural identik dengan mukosa
bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus tempat
terjadinya pertukaran gas. Bagaia bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia
dan sel clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel
alveolus gepeng (sel alveolus tipe 1). Makin ke distal di sepanjang bronkiolus ini, jumlah
alveolusnya makin banyakdan jarak di antaranya makin pendek. 1,2,6
Alveolus
Alveolus merupakan penonjolan (evaginasi) mirip kantong di bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab atas
terbentunya struktur brongga di paru. Setiap dinding terletak diantara 2 alveolu yang
bersebelahan dan karenya di sebut sebagai septum atau dinding interalveolar. Satu septum
terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis, dengan kapiler, fibroblast, serat elastin dan retikulin,
matriks dan sel jaringan ikat di antara kedua lapisan tersebut. 1,2,6
Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot-otot intercostalis externus dan internus pada rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Vena, arteri, dan nervus intercostalis juga ikut memparsarafi
bagian rongga dada ini. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-
paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang
langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk
secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-
paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. 1,2,5,6
Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang
sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus
dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
6
Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di
bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal
kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).1-6
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu
sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya
difusi gas pernapasan.1-6
Struktur Mikroskopik Organ Respirasi
Hidung, tersusun oleh epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanpa tanduk.4
Concha Nasalis, tersusun oleh epitel bertingkat torax bersilia bersel goblet.
Regio olfaktorius, tersusun oleh beberapa sel4
Sel olfaktorius, ada diantara sel basal dan penyokong, ujung dendritnya
menuju permukaan dan menggelembung membentuk vesikula.
Sel penyokong, sel siindris dengan apex lebar dan basal sempit.
Sel basal, merupakan sel yang akan membentuk sel penyokong.
Sel sikat, pada lamina propia memiliki kelenjar Bowmann untuk membasahi
epitel serta sebagai pelarut zat kimia yang berupa bau-bauan.
Faring4
Nasofaring, tersusun oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Orofaring, tersusun oleh epitel berlapis gepeng.
Laringofaring, tersusun oleh epitel bertingkat torax bersilia bersel goblet.
Laring, tersusun oleh epitel bertingkat torax bersilia bersel goblet.
Epiglotis, pada bagian lingual (menghadap lidah) tersusun oleh epitel berlapis gepeng,
sedangkan pada bagian yang menghadap laring tersusun oleh epitel bertingkat bersilia
bersel goblet.
Trakea, tersusun oleh tulang rawan hialin yang melingkar bebentuk C terbalik.
Pulmo (paru), Paru-paru mempunyai selaput pembungkus yaitu pleura yang terbagi
menjadi 2 pleura visceral dan pleura parietal.Di antara pleura terdapat kavum pleura
yang berisi cairan serosa. Pleura tersusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat
elastin dan serat kolagen, sel fibroblas dengan selapis sel mesotel. Bronkus terbagi
menjadi 2: ekstrapulmonal dan intrapulmonal Bronkus intrepulmonal memliki epitel
bertingkat toraks bersilia bersel goblet, memiliki jaringan ikat jarang ,serat elastis dan
kelenjar bronkialis, noduli limfatis pada lamina propia.
7
Bronkiolus memiliki epitel selapis torak bersilia. Pada lamina propia terdapat
serat elastin, jaringan ikat/ Bronkiolus terbagi menjadi 2 yaitu bronkiolus terminalis
yang epitelnya selapis torak bersilia , memiliki serat kolagen dan elastin pada lamina
propianya sedangkan bronkiolus respiratorius memiliki epitel selapis kubus atau
toraks rendah. Di antara sel-sel kubis atau toraks rendah terdapat sel clara yang
berbentuk kubah dan betperan dalam pembentukkan cairan bronkiolar yang
mengandung protein , glikoprotein dan kolestrol.
Duktus alveolaris memiliki epitel selapis gepeng, dan ototnya hanya keliatan
sebagai titik kecil, memiliki jaringan ikat serat elastin dan kolagen sedangkan pada
sakus alveolaris tidak terapat otot lagi dan memiliki serat elastin dan serat retikulin
Alveolus memiliki epitel selapis gepeng, terdapat serat kolagen yang berfungsi untuk
mecegah agar regangan tidak berlebuhan dan serat elastin yang digunakan pada saat
inspirasi akan mengembang, ekspirasi akan menciut. 7
Bronkus
Bronkus extrapulmonar, terdapat banyak tulang rawan.
Bronkus intrapulmonary, terdapat sedikit tulang rawan.
Bronkiolus
Bronkiolus terminalis, tersusun oleh epitel selapis torak bersilia tanpa sel
goblet.
Bronkiolus respiratorius, tersusun oleh epitel selapis kubis.
Alveolus, tersusun oleh epitel selapis gepeng.
Secara histologis, saluran pernapasan tersusun dari sel epitel, sel goblet, kelenjar,
kartilago, otot polos, dan elastin. Sebagian besar epitel dari fossa nasalis sampai bronchus
adalah bertingkatnya thorax bersilia, sedangkan setelahnya adalah selapis kubis bersilia. Sel
goblet banyak terdapat di fossa nasalis sampai bronchus besar. Pada sinus paranasalis
epitelnya adalah epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina propianya lebih tipis
dari cavu nasi dan melekat pada periosteum di bawahnya. Pada sinus sinus ini terdapat
kelenjar kelenjar yang nantinya akan memproduksi mukosa yang akan di alirkan ke cavum
nasi oleh silia silia yang di milikinya.
Macam-macam pernapasan
Pernapasan dada, berlangsung dalam 2 tahap, yaitu : 4-6
8
Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat,
volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan udaranya
menjadi lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara masuk.
Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk akan
tertarik ke posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan udara rongga dada
meningkat, tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dari udara atmosfer, akibatnya
udara keluar.
Pernapasan perut, berlangsung dalam dua tahap, yaitu : 4-6
Inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar mengakibatkan
volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya mengecil dan diikuti paru-
paru yang mengembang mengakibatkan tekanan udaranya lebih kecil dari tekanan
udara atmosfer dan udara masuk.
Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut
berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga
dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga
udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.
Gambar 2. Keadaan Otot Intercostal dan Diapragma Saat Inspirasi dan Ekspirasi.8
9
Gambar 3. Keadaan Otot Intercostal dan Diapragma Saat Inspirasi dan Ekspirasi. 8
Pengaturan pusat respirasi
Respirasi tentunya dipengaruhi oleh suatu sistem yang terjadi didalam otak manusia.
Pusat respirasi terbagi menjadi 3 macam yaitu :1-3,5-6
Pusat repirasi utama
Pusat respirasi utama berfungsi untuk mengontrol pernafasan secara spontan
maupun pernapasan biasa sesuai dengan kondisi. Pusat respirasi utama terdiri atas dua
macam kelompok yaitu kelompok dorsal maupun kelompok ventral. 1-3,5-6
Dalam kelompok dorsal terbagi lagi menjadi dorsal I yaitu berfungsi untuk
mengatur sistem pernafasan spontan dengan mengaktifkan otot-otot pernafasan
normal. Kelompok ventral terbagi lagi menjadi dua yaitu ventral I dan ventral E.
Ventral I di aktifkan oleh dorsal I dengan tujuan melakukan inspirasi dalam kadar
yang lebih tinggi berdasarkan keadaan tubuh yang memerlukan O2 dalam jumlah
banyak dengan cara mengaktifkan otot-otot inspirasi. Ventral E juga diaktifkan oleh
dorsal I dan bekerja sebaliknya yaitu berfungsi untuk melakukan pemulihan atau
ekspirasi untuk menghembuskan kadar CO2 yang banyak didalam tubuh secara
maksimal. Dengan aktifnya ventral I maka akan menghambat kerja dorsal I
dikarenakan secara normal paru-paru tidak dapat mengalami ekspirasi dan inspirasi
bersamaan.
Pusat apneustik
Merupakan suatu pusat yang memacu terjadinya inspirasi didalam paru-paru.
Kerja apneustik yaitu menghambat tonik pusat inspirasi oleh impulse dari eferen
nervus vagus (N.X). 1-3,5-6
Pusat pneumotaksis
Pusat pernafasan yang memiliki fungsi menghambat neuron-neuron I dan
menghambat kerja inspirasi yang terjadi secara berlebihan. Tujuan dari kerja
pneumotaksis adalah menjaga tekanan agar tidak berlebihan.
Ketiga pusat respirasi bekerja sama dan saling mendukung dalam melakukan
pernafasan dan untuk menjaga kondisi paru-paru tetap pada keadaan normalnya. 1-3,5-6
10
Mekanisme pernapasan
Secara singkatmekanisme pernapasan adalah proses terjadinya perpindahan O2
dengan CO2 dari paru ke dalam darah maupun perpindahan dari darah kedalam
jaringan pada organ tubuh terjadi secara difusi yang diakibatkan karena adanya
perbedaan tekanan dan tingkat kejenuhan yang mempengaruhi perpindahan
tersebut.2,3,9,10
Ventilasi atau bernapas, adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar paru secara
berkala sehingga udara alveolus yang lama dan telah ikut serta dalam pertukaran O2 dan CO2
dengan darah kapiler paru diganti oleh udara atmosfer segar. Ventilasi secara mekanis
dilaksanakan dengan mengubah-ubah secara berselang-seling arah gradien tekanan untuk
aliran udara antara atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan penciutan berkala paru.
Kontraksi dan relaksasi otot-otot inspirasi (terutama diafragma) yang berganti-ganti secara
tidak langsung menimbulkan inflasi dari deflasi periodik paru dengan secara berkala
mengembang kempiskan rongga toraks, dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya.
Karena kontraksi otot inspirasi memerlukan energi, inspirasi adalah proses aktif dan ekspirasi
adalah proses pasif pada bernapas tenang karena ekspirasi terjadi melalui penciutan elastik
paru sewaktu otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan energi. Untuk ekspirasi aktif
yang lebih kuat, kontraksi otot-otot ekspirasi (terutama otot abdomen) semakin memperkecil
ukuran rongga toraks dan paru, yang semakin meningkatkan gradien tekanan intra-alveolus
terhadap atmosfer. Semakin besar gradien antara alveolus dan atmosfer (dalam kedua arah),
semakin besar laju aliran udara, karena udara terus mengalir sampai tekanan intra alveolus
seimbang dengan tekanan atmosfer. Selain secara langsung proporsional dengan gradien
tekanan, laju aliran udara juga berbanding terbalik dengan resistensi saluran pernapasan.
Karena resistensi saluran pernapasan yang bergantung pada kaliber saluran pernapasan,
dalam keadaan normal sangat rendah. Laju aliran udara biasanya bergantung pada gradien
tekanan yang tercipta antara alveolus dan atmosfer.4-6
Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Sistem pernapasan juga
melakukan fungsi nonrespirasi lain seperti berikut:
Menyediakan jalan untuk mengeluarkan air dan panas. Udara atmosfer yang
dihirup dilembabkan dan dihangatkan oleh jalan napas sebelum udara tersebut
11
dikeluarkan. Pelembaban udara yang dihirup ini penting dilakukan agar dinding
alveolus tidak mengering.
Meningkatkan aliran balik vena.
Berperan dalam memelihara keseimbangan asam-basa normal dengan mengubah
jumlah CO2 penghasil asam (H+) yang dikeluarkan.
Memungkinkan kita berbicara, menyanyi, dan vokalisasi lain.
Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan berbagai
bahan yang melewati sirkulasi paru.
Hidung, bagian dari sistem pernapasan, berfungsi sebagai organ penghidu.
Respirasi terdiri dari dua mekanisme, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi
costa tertarik ke kranial dengan sumbu di articulatio costovertebrale, diafragma kontraksi
turun ke caudal, sehingga rongga thorak membesar, dan udara masuk karena tekanan dalam
rongga thorax yang membesar menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Sedangkan
ekspirasi adalah kebalikan dari inspirasi.4-6
Pada proses pernapasan ada 3 jenis tekanan yang perlu di perhatikan
1. Tekanan atmosfer
2. Tekanan intrapulmo
3. Tekanan intrapleura
Otot otot pernapasan
Selain sebagai pembentuk dinding daria, otot skelet juga berfungsi sebagai otot
pernapasan. Menurut kegunaannya, otot-otot pernapasan dibedakan menjadi otot untuk
inspirasi, mencakup otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi tambahan.
a. Otot inspirasi utama (principal), yaitu:
• Muskulus interkostalis eksterna,
• Muskulus interkartilaginus parasternal, dan
• Otot diafragma.
b. Otot inspirasi tambahan (accessory respiratory muscle) yang sering juga disebut
sebagai otot bantu napas, yaitu:
Muskulus sternokleidomastoideus
• Muskulus skalenus anterior
12
• Muskulus skalenus medius
• Muskulus skalenus posterior.
Saat napas biasa (quiet breathing), untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup
dengan daya elastis paru saja udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun, ketika
ada serangan asma, sering diperlukan active breathing; dalam keadaan ini, untuk ekspirasi
diperlukan kontribusi kerja otot-otot berikut.
a. Ekspirasi utama :
• Muskulus interkostalis interna
• Muskulus interkartilaginus parasternal
• Muskulus rektus abdominis
• Muskulus oblikus abdominis eksternus
b. Ekspirasi tambahan
• M. Iliocostalis bagian bawah
• M. Obliquus abdominis eksternus
• M. Obliquus abdominis internus
• M. rectus abdominis.
Gambar 2. Otot-otot pernafasan
http://www.inquisitr.com/wp-content/2011/12/
Otot-otot untuk ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernapasan saat berbicara,
menyanyi, batuk, bersin, dan untuk mengedan saat buang air besar serta saat bersalin.
Pengendalian Pernapasan
13
1. Pengendalian Pernapasan Oleh Sistem Persarafan
Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks cerebri, medulla
oblongata, dan pons.8
a. Korteks Cerebri
Berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat volunter sehingga memungkinkan
kita dapat mengatur napas dan menahan napas. Misalnya pada saat bicara atau makan.
b. Medulla oblongata
Terletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan automatik atau spontan. Pada
kedua oblongata terdapat dua kelompok neuron yaitu Dorsal Respiratory Group
(DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Group
(VRG) yang terletak pada ventral lateral medula. Kedua kelompok neuron ini berperan
dalam pengaturan irama pernapasan. DRG terdiri dari neuron yang mengatur serabut
lower motor neuron yang mensyarafi otot-otot inspirasi seperti otot intercosta interna dan
diafragma untuk gerakan inspirasi dan sebagian kecil neuron akan berjalan ke kelompok
ventral. Pada saat pernapasan kuat, terjadi peningkatan aktivitas neuron di DRG yang
kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot-otot asesoris inspirasi, setelah inspirasi
selesai secara otomatis terjadi ekspirasi dengan menstimulasi otot-otot asesoris.
Kelompol ventral (VRG) terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi. Pada saat
pernafasan tenang atau normal kelompok ventral tidak aktif, tetapi jika kebutuhan
ventilasi meningkat, neuron inspirasi pada kelompok ventral diaktifkan melalui
rangsangan kelompok dorsal. Impuls dari neuron inspirasi kelompok ventral akan
merangsang motor neuron yang mensyarafi otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N
X. Impuls dari neuron ekspirasi kelompok ventral akan menyebabkan kontraksi otot-otot
ekspirasi untuk ekspirasi aktif.
c. Pons
Pada pons terdapat 2 pusat pernapasan yaitu pusat apneutik dan pusat pneumotaksis.
Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik
adalah untuk mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara
mengirimkan rangsangan impuls pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi.
Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas. Impuls dari pusat 14
pneumotaksis adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi
sehingga irama respirasi menjadi halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi berjalan
secara teratur pula.
2. Kendali Kimia
Banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernapasan yang sudah diset oleh
pusat pernapasan, yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion
hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan
menimbulkan respon dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada 2 jenis kemoreseptor,
yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla dan kemoreseptor perifer yang berada
di badan aorta dan karotid pada sistem arteri.9
a. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah
arteri, cairan serebrospinal peningkatan ion hidrogen dengan merespon peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernapasan.
b. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen,
karbon dioksida dan ion hidrogen. Misalnya adanya penurunan oksigen, peningkatan
karbon dioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat.
3. Pengaturan Oleh Mekanisme Non Kimiawi
Beberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan pernapasan di antaranya :
pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu tubuh, hormon epineprin, refleks hering-breuer.
a. Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium, ventrikel dan pembuluh
darah besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan
tekanan darah arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah arteri
dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernapasan.
b. Peningkatan suhu tubuh, misalnya karena demam atau olahraga maka secara otomatis
tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.
c. Hormon epinephrin, peningkatan hormon epinephrin akan meningkatkan rangsangan
simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.
d. Refleks hering-breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor regangan dalam otot 15
polos paru untuk menghambat aktifitas neuron inspirasi. Dengan demikian refleks ini
mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktifitas berat.
Difusi gas
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membrane kapiler
alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membrane. Peningkatan
ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas
memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami
edema pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar
kapiler yang meningkat akan mengakibatkan Proses difusi yang lambat, pertukaran gas
pernapasan yang lambat dan menganggucproses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah
permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik,
penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka
darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru
berpindah ke alveoli. 2,3,11,12
Faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membrane respirasi
c. Kadar Hb
d. Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
e. Waktu difusi
f. Afinitas gas
Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh,
melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput
alveolus dan berikatan dengan hemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan
menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO). Sel darah merah yang mengandung HbO
akan melepaskan ikatan O2 pada jaringan yang membutuhkan untuk sistem metabolisme. 2,3,13,14
16
Gambar 4. Transport O2.13
Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam
darah karena tekanannya yang besar pada jaringan dari pada darah. Pada darah CO2 akan
berikatan dengan Hb menmbentuk HbCO2 (carbaminohemoglobin) yang selanjutnya akan
diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan dengan cara difusi yang juga dikarenakan tekanan
CO2 yang lebih tinggi pada darah dari pada di paru yang selanjutnya dilepaskan sebagai udara
pernapasan. Beberapa kada CO2 yang lainnya akan digunakan untuk mengatur ksetimbangan
asam basa pada darah.
Gambar 5. Transport CO2.13
Kapasitas dan Volume Paru
17
1. Volume dan udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan
ekspirasi dapat diukur malalui spirometer.1,4,6
Tidal volume (T.V), yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
selama ventilasi normal biasa. Nilai pada dewasa normal sekitar 500 ml untuk laki-
laki dan 380 ml untuk wanita. 1,4,6
Volume cadangan inspirasi (I.R.V), yaitu volume udara ekstra yang masuk ke
paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal. IRV berkisar 3100 ml
pada laki-laki dan 1900 ml pada wanita. 1,4,6
Volume cadangan ekspirasi (E.R.V), yaitu volume ektra udara yang masih
dapat dengan kuat dikeluar pada akhirnya ekspirasi normal. ERV berkisar 1200 ml
pada laki-laki dan 800 ml pada wanita. 1,4,6
Volume residu (R.V), yaitu volume udara sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki sekitar 1200 ml dan pada
perempuan 100 ml. Volume residu penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah
saat jeda pernapasan. 1,4,6
2. Kapasitas
Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan
volumecadangan ekspirasi. Kapasitas merupakan jumlah udara sisa dalam system
respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2200 ml. Jadi nilai KRF=
VR + VCE.. 1,4,6
Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan volume
cadangan inspirasi.Nilai rata-ratanya adalah 3.500 ml. Jadi nilai KI = VT + VCI. 1,4,6
Kapasitas vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume cadangan
inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 4500ml. Jadi nilai
KV = VT + VCI +VCE. 1,4,6
Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang ditampung dalam
paru-paru dansama dengan kapasitas vital ditambah volume residual. Nilai rata-
ratanya adalah 5700ml. Jadi nilai KTP = KV + VR. 1,4,6
18
Gambar 4. Spirogram
Sumber: http://www.as.wvu.edu/~rbrundage/chapter13b/sld018.htm
Keseimbangan Asam Basa (Sistem Buffer)
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh
lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH:14-15
- pH 7,0 adalah netral
- pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
- pH dibawah 7,0 adalah asam.
Darah dalam keadaan normal memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH
yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja
secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam).14-15
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih
sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di
paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). 14-15
19
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksi dadarah menurun dan darah menjadi
lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. 14-15
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa Asidosis
dan alkalosis dikelompokkan menjadi : Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik
disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau
basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan
oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan. 14-15
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini membuktikan bahwa penyebab dari sesak nafas pasien
disebabkan karena adanya gangguan pada sistem respirasi, dimana dalam kasus ini yaitu
pasien telah didiagnosa menderita radang paru-paru.
20
21
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta. EGC. 2003.h.266-77
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta: EGC;
2006.h.87-100
3. Gunardi S. Anatomi Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007 :3-13.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta:EGC;2001.h.410-56
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. h.74-93
6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Ed. 10. Jakarta: EGC;
2007.h.336-44
7. Fawcett DW.Buku ajar histology.edisi ke-12.Jakarta:EGC;2002, hlm 337-355
8. Etichal Digest. Efek ketinggian pada tubuh manusia. Edisi 9 Mei 2012. Diunduh dari
www.ethicaldigest.com, 16 Mei 2013.
9. Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function. Philadelphia : Lippincot
Williams & Wilkins. 2005.p.479-86.
10. Diunduh dari:
http://i689.photobucket.com/albums/vv256/zianxfly/hidung/NewPicture.png pada
tanggal 19 Mei 2012
11. Keadaan otot intercostal dan diapragma saat inspirasi dan ekspirasi.
http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/06/bronkiolus-terminalis-bronkiolus-
respiratorik-duktus-alveolaris-dan-alveoli.jpg. 11 Mei 2012
12. http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/06/bronkiolus-terminalis-bronkiolus-
respiratorik-duktus-alveolaris-dan-alveoli.jpg
13. Respiratory System Information, 2001. Di unduh dari:
http://www.besthealth.com/besthealth/bodyguide/reftext/html/resp_sys_fin.html#respi
ration, pada tanggal 11 Mei 2012.
14. Gas Exchange In Humans. Diunduh dari:
http://www.cdli.ca/~dpower/resp/exchange.htm#External, pada tanggal 11 Mei 2012.
15. Transportasi gas. Diunduh dari
http://2.bp.blogspot.com/_KaiEwtBL1gI/TPXxhqAq8aI
22
/AAAAAAAAABY/2awyBVGvDqI/s200/sistem-peredaran-darah.jpg. pada tanggal
11 Mei 2012.
23