makalah fight!!(1)

Upload: lhanddsmartalexander-bbfplusmeofchiby

Post on 11-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGangguan penglihatan akibat kekurangan gizi dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, serta dewasa. Gangguan ini dapat berupa rabun dekat (Hipermetropi), rabun jauh (Miopi), mata kering (Xeroftalmia), bahkan kebutaan. Umumnya hal ini disebabkan oleh defisiensi vitamin A dan cara beraktivitas seseorang.Defisiensi vitamin A, setelah malnutrisi protein dan energi serta anemia karena defisiensi zat besi, merupakan persoalan gizi yang paling serius dan paling banyak ditemukan di antara anak-anak kecil dalam awal tahun 1990-an. World Health Oranization (WHO) memperkirakan bahwa secara global terdapat hampir 14 juta anak yang setiap tahunnya yang terkena xeroftalmia dan 190 juta anak yang berisiko untuk mengalami defisiensi vitamin A subklinis. Tahun 1992, WHO mengatakan bahwa kebutaan yang menimpa anak-anak di dunia telah mencapai 1,5 milyar. Tahun 1997, WHO juga mengatakan bahwa sekitar 125 juta balita di dunia mengalami kekurangan vitamn A, sementara 1,3 juta dari jumlah itu telah menampakkan tanda klinis xeroftalmia. Data WHO pada tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur 6 bulan hingga 6 tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah. Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NSS), Departemen Kesehatan, tahun 2001 menunjukkan sekitar 50 persen anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. Oleh karena itu sangat penting untuk mngetahui masalah kekurang vitamin A (KVA).

1Vitamin A dalam makanan sebagian besar berasal dari sumber makanan nabati dan hewani dengan variasi yang sangat luas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Di negara maju, pemenuhan kebutuhan vitamin A masyarakatnya berasal dari sumber makanan hewani, yaitu ikan, susu, produk susu, telur dan hati. Sedangkan negara berkembang, bergantung pada senyawa karotenoid provitamin A yang berasal dari sumber makanan nabati, seperti pepaya, mangga, jeruk dan sayuran seperti wortel dan labu kuning.Kebanyakan masyarakat negara berkembang beranggapan bahwa pemenuhan kebutuhan vitamin A cukup dengan memakan buah buahan dan sayuran yang mengandung vitamin A. Padahal vitamin A yang terkandung di dalam makanan nabati tidak sebanyak pada makanan hewani. Hati adalah makanan hewani yang paling banyak mengandung vitamin A. Hati dapat memenuhi kebutuhan manusia walapun dimakan dengan sedikit.Saat ini, makanan sebaiknya tidak hanya dipandang dalam konteks rasa yang lezat di lidah, namun juga efek yang dirasakan oleh tubuh manusia. dasawarsa terakhir ini, gangguan penglihatan merupakan masalh yg patut untuk dicarikan solusinya. Penelitian ini mencoba melihat hal tersebut dan menginovasi hati yg berasal dari protein hewani sebagai makanan yg akan mampu meningkatkan penyerapan vitamin a dibandingkan dengan protein hewani.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, peneliti merumuskan masalah yang dibahas pada karya tulis ilmiah ini adalah:1. Bagaimana kadar nutrisi vitamin A pada hati?2. Bagaimana cara pembuatan liver chips?3. Bagaimana komposisi liver chips paling tepat dan paling diterima oleh masyarakat?

1.3 Batasan MasalahUntuk membatasi penelitian agar pembahasan tepat terhadap permasalahan yang dirumuskan, maka peneliti menentukan batasan penelitian yaitu kerupuk hati sebagai makanan pencegah defisiensi vitamin A dibandingkan dengan protein nabati.

1.4 Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah:1. Mengetahui kandungan vitamin A pada hati sapi2. Mengetahui cara pembuatan liver chips3. Mengetahui komposisi liver chips paling tepat dan paling diterima (uji organoleptik)

1.5 Manfaat Penelitian1. Bagi dunia kesehatana. Sebagai penelitian yang berguna untuk mencegah defisiensi vitamin A yang menjadi masalah bagi masyarakat di dunia2. Bagi penulisa. Sebagai media pembelajaran untuk memperluas pengetahuan.3. Bagi peneliti selanjutnyaa. Sebagai data pendahuluan bagi penelitiannya

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Vitamin AVitamin A merupakan istilah umum untuk kelompok senyawa kimia yang secara struktural saling berhubungan dan dikenal dengan nama retinoid. Komponen retinoid ini mengandalikan aktivitas biologis retinol. Vitamin A berguna untuk berbagai proses regulasi dan fisiologis tetap bekerja secara normal dalam tubuh manusia. Vitamin A membantu membentuk dan menjaga kesehatan kulit, gigi, jaringan tulang dan lembut, selaput lendir, dan kulit. Rumus kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O.

Gambar 2.1 Struktur vitamin A

Vitamin A dan karotenoid bersifat tidak larut dalam air, tetapi mudah bercampur dengan sebagian besar pelarut organik. Vitamin A dalam bentuk alami, baik yang terdapat dalam hati maupun yang terikat dengan protein dalam plasma, bersifat stabil jika disimpan beku dalam keadaan gelap pada suhu -70 C. .Vitamin A dapat ditemukan pada sumber makanan nabati dan hewani. Pada makanan hewani, vitamin A terdapat pada hati, susu, produk susu, telur serta ikan. Sumber vitamin A yang paling kaya adalah minyak hati. Namun untuk negara berkembang, pemenuhan vitamin A paling banyak dilakukan melalui memakan makanan yang bersumber dari nabati seperti jeruk dan sayuran.

4Kebutuhan harian vitamin A Berdasarkan rekomendasi US Recommended Daily Allowance (RDA) untuk orang dewasa adalah: 900 mikrogram per hari (3.000 IU) untuk pria dan 700 mikrogram per hari (2.300 IU) untuk perempuan. Untuk wanita hamil 19 tahun dan lebih tua, 770 mikrogram per hari (2.600 IU) yang dianjurkan. Untuk wanita menyusui 19 tahun ke atas, 1.300 mikrogram per hari (4.300 IU) yang dianjurkan. Untuk anak anak dibawah 18 tahun kebutuhan vitamin A berdasarkan rekomendasi US Recommended Daily Allowance (RDA) adalah : untuk anak-anak berusia 1-3 tahun, 300 mikrogram per hari (1.000 IU); untuk anak-anak berusia 4-8 tahun, 400 mikrogram per hari (1.300 IU), dan untuk anak-anak 9-13 tahun berusia 600 mikrogram per hari (2.000 IU).

2.2 Defisiensi vitamin AMenurut WHO (1976) defisiensi vitamin A adalah suatu keadaan, ditandai rendahnya kadar Vitamin A dalam jaringan penyimpanan (hati) & melemahnya kemampuan adaptasi terhadap gelap & sangat rendahnya konsumsi/masukkan karotin dari Vitamin A (WHO, 1976)Defisensi vitamin A adalah masalah kekurangan vitamin A yang sampai sekarang masih susah mengatasinya. Kelainan ini terjadi ketika simpanan vitamin A di dalam tubuh terpakai hingga batas yang mengganggu berbagai fungsi fisiologis sekalipun tanda klinisnya belum terlihat. Dalam kondisi normal, hampir 90% dari viamin A yang tersimpan dapat ditemukan di dalam hati. Kehilangan simpanan ini dapat terjadi karena asupan vitamin A yang tidak mencukupi selama suatu periode waktu tertentu. Peningkatan defisiensi vitamin A ini sudah didefinisikan ulang sejak tahun 1970-an dengan mengikutsertakan asosiasi yang mungkin terkait dengan kematian lebih dari satu juta anak kecil setiap tahunnya di seluruh dunia. Antara 125 juta dan 250 juta anak usia praseolah berisiko untuk mengalami defisiensi vitamin A. Populasi berisiko tinggi paling banyak terdapat di kawasan periekuatorial dunia yang lebih miskin.

Gambar 2.2 Peta penyebaran defisiensi vitamin A di duniaKekurangan vitamin A umumnya banyak terjadi di negara berkembang. Hal ini terjadi karena penduduk memiliki akses terbatas terhadap makanan yang mengandung vitamin A preformed dari sumber makanan hewani dan mereka tidak sering mengkonsumsi makanan yang tersedia yang mengandung beta-karoten karena kemiskinan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 190 juta anak usia prasekolah dan 19,1 juta perempuan hamil di seluruh dunia memiliki konsentrasi serum retinol di bawah 0,70 micromoles / L.Di negara berkembang, kekurangan vitamin A biasanya dimulai pada masa bayi, ketika bayi tidak menerima kecukupan pasokan kolostrum atau AS. Gejala yang paling umum dari kekurangan vitamin A pada anak-anak dan wanita hamil adalah xerophthalmia. Salah satu tanda-tanda awal xeroftalmia adalah rabun senja, atau ketidakmampuan untuk melihat dalam intensitas cahaya rendah. Salah satu dampak KVA adalah kelainan pada mata, yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun, yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang (Depkes RI, 2003).Hasil penelitian memperlihatkan 50% atau hampir 10 juta balita Indonesia tidak mendapatkan makanan yang cukup kandungan vitamin A. Di Indonesia, sekitar 10 juta balita dari jumlah populasi target sebesar 20 juta balita beresiko KVA. Prevalensi KVA menurut survei vitamin A tahun 1992, antara lain pada xeropthalmia sebesar 0,33%. Namun, secara sub klinis prevalensi KVA, terutama pada kadar serum retinol dalam darah (kurang dari 20 g/dl pada balita sebesar 50%). Survei nasional xeropthalmia di Indonesia 1,34 %, atau sekitar hampir 3 kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan WHO (XB < 0,5%) (Siswono, 2004).Kekurangan vitamin A (KVA) dikenal sebagai buta senja atau xerophtalmia (mata kering) yang dapat berlanjut pada kebutaan. Sejak tahun 1980-an, diketahui terjadi peningkatan angka kematian balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum terlihat tanda-tanda xerophtalmia. Kurang vitamin A dapat menyebabkan balita menjadi balita rentan terhadap penyakit infeksi (Baliwati dkk, 2010).KVA terjadi karena konsumsi sumber vitamin A yang sedikit. Konsumsi sumber vitamin A yang kurang disebabkan karena konsumsi sumber vitamin A yang berasal dari hewani maupun nabati sedikit, umumnya hanya mengonsumsi sumber vitamin A yang berasal dari hasil fortifikasi seperti mie instan.KVA pada hakekatnya berdampak pada semua membran mukosa tubuh dan akibatnya pada mata baru terjadi setelah jumlah organ lainnya terkena. Mekanisme yang melandasi keadaan ini sekarang diketahui berkaitan dengan penurunan kekebalan tubuh di samping dengan perubahan fisiologis lainnya. Selain itu KVA juga menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap respon imun sistemik pada anak-anak yang mengalami defisiensi tersebut.

2.3 Hati sapiHati merupakan organ terbesar dalam tubuh. Zat yang masuk ke tubuh, harus melewati hati. Hati berfungsi sebagai sistem ekskresi tubuh. Hati sapi merupakan makanan bergizi yang mengandung banyak protein yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tubuh.

Gambar 2.3 Hati sapiHati memiliki tekstur yang lembek kenyal tetapi padat, mulus sedikit seperti berpasir. Hati sapi yang sehat bisa diuji dengan memakai penguji H2S. Hati akan disaring. Hati sapi yang baik, tidak muncul warna coklat pada kertas saringnya.

2.4 Kandungan hati sapiHati sapi memiliki kandungan vitamin a, vitamin b12, asam folat, vitamin c, fosfor, seng, serta zat besi. Hati sapi bagus dikonsumsi mereka yang didalam waktu pengobatan dari sakit, serta ibu hamil. Hati juga diakui memiliki kandungan zat kolin yang bertindak perlu untuk perubahan manfaat otak. sebab itu, bagus untuk dikonsumsi anak balita. Hati sapi amat kaya dapat zat gizi, terlebih kandungan retinol yang meraih 13303 ug/100 g. Nutrisi lain yang tidak kalah pentingnya merupakan protein 19. 7 g, lemak 3. 2 g, kalsium 7 mg, fosfor 358 mg serta zat besi 6. 6 mg. Hati Sapi adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hati Sapi mengandung energi sebesar 136 kilokalori, protein 19,7 gram, karbohidrat 6 gram, lemak 3,2 gram, kalsium 7 miligram, fosfor 358 miligram, dan zat besi 7 miligram. Selain itu di dalam Hati Sapi juga terkandung vitamin A sebanyak 43900 IU, vitamin B1 0,26 miligram dan vitamin C 31 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Hati Sapi, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Gambar 2.4 Nutrition facts dari hati sapiInformasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Hati Sapi :Nama Bahan Makanan : Hati SapiNama Lain / Alternatif : Ati Sapi Banyaknya Hati Sapi yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Bagian Hati Sapi yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %Jumlah Kandungan Energi Hati Sapi = 136 kkalJumlah Kandungan Protein Hati Sapi = 19,7 grJumlah Kandungan Lemak Hati Sapi = 3,2 grJumlah Kandungan Karbohidrat Hati Sapi = 6 grJumlah Kandungan Kalsium Hati Sapi = 7 mgJumlah Kandungan Fosfor Hati Sapi = 358 mgJumlah Kandungan Zat Besi Hati Sapi = 7 mgJumlah Kandungan Vitamin A Hati Sapi = 43900 IUJumlah Kandungan Vitamin B1 Hati Sapi = 0,26 mgJumlah Kandungan Vitamin C Hati Sapi = 31 mgSumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.Konsumsi hati juga butuh berhati-hati, lantaran organ hati merupakan organ penyaring racun didalam sistem pencernaan tubuh. Hati rawan tercemar zat kimia, pestisida, maupun racun yang lain. Oleh karena itu apabila ingin konsumsi hati ternak, harus cermat dalam mengolahnya. Hati harsus masih di dalam kondisi segar, tidak berwarna abu-abu, serta mesti dicuci berkali-kali sampai bersih, serta direbus sampai masak sebelum saat diolah.

2.5 Perbandingan kadar vitamin A pada hewani dan nabatiTabel 2.1 Perbandingan kadar vitamin A pada hewani dan nabatiHewaniNabati

hati (sapi, babi, ayam, kalkun, ikan) (6500 g) wortel (835 g) brokoli daun (800 g) ubi jalar (709 g) mentega (684 g) kangkung (681 g) bayam (469 g) labu (400 g) collard hijau (333 g) Keju cheddar (265 g) melon melon (169 g)

Catatan: Data diambil dari nilai-nilai USDA Database kurung adalah ekuivalensi aktivitas retinol (Raes) dan persentase laki-laki dewasa RDA per 100g.

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa kandungan vitamin A pada protein hewani lebih banyak daripada protein nabati. Hati sapi mengandung 6500 mg vitamin A. Sedangkan protein nabati lainnya jauh di bawah hati sapi. Seperti wortel yang selalu dikatakan sumber vitamin A paling banyak. Namun pada dasarnya wortel hanya mengandung 835 mg vitamin A. Vitamin A sangat rentan terhadap pengolahan memakai suhu yang tinggi. Jika protein nabati yang memiliki vitamin A diolah menjadi makanan, maka akan terjadi pengurangan vitamin A. Pada akhirnya, vitamin A yang ada dalam protein nabati tersebut menghilang. Namun jika protein hewani yang mengandung vitamin A diolah, maka kecenderungan vitamin A masih ada di dalam makanan yang diolah. 2.6 KerupukKerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak digemari, tidak saja di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Oleh karena itu kerupuk mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai komuditi ekspor.Kerupuk merupakan makanan ringan yang sering disajikan sebagai kelengkapan hidangan dan makanan kecil atau selingan. Kerupuk digemari oleh anak-anak, remaja, dand dewasa. Harga kerupuk umumnya terjangkau oleh masyarakat dan bervariasi. Kerupuk yang tersedia di pasaran dijual baik dalam keadaan matang maupun mentah.Menurut Lavlinesia (1995), Yang dimaksud dengan kerupuk adalah sejenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk yang porous dan mempunyai densitas rendah selama penggorengan. Banyak jenis kerupuk yang dapat ditemui dan dikenal saat ini di pasaran. Diantaranya kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk singkong, kerupuk terasi, kerupuk paru, kerupuk mie, kerupuk oncom, dan kerupuk kulit. Kerupuk-kerupuk tersebut dikelompokan berdasarkan bahan baku, berdasarkan bahan pemberi rasa, berdasarkan bentuk dan rupa, berdasarkan tempat atau daerah penghasil.Pada prinsipnya bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kerupuk dapat dibagi atas dua kelompok yaitu bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utama adalah bahan yang digunakan dalam jumlah besar dan fungsinya tidak dapat diganti oleh bahan lain. Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang diperlukan untuk melengkapi bahan baku utama dalam proses produksi.

a. Bahan Baku UtamaBahan baku utama yang digunakan untuk kerupuk adalah bahan pangan dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu pati. Menurut Matz (1984) pati yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kerupuk disebut puffable material. Puffable material adalah bahan yang memegang peranan utama dalam proses pemekaran produkb. Bahan Baku TambahanYang termasuk dalam bahan baku tambahan adalah bahan baku penolong dan bahan baku penambah cita rasa. Yang termasuk bahan penolong adalah air, zat pewarna dan bahan pemutih (blicing). Sedangkan yang dimaksud dengan bahan penambah cita rasa adalah bahan pangan yang mengandung protein, lemak, penambah rasa manis dan gurih.c. Bahan pengembangPengembangan adonan dapat berasal dari uap air, udara dan gas CO2, tetapi yang paling utama adalah pengembang CO2 yang dapat berasal dari pereaksi kimia atau hasil fermentasi mikroorganisme. Menurut Lavoinesia (1995) sumber gas CO2 dari pereaksi kimia untuk mengembangkan tekstur makanan biasanya diperoleh dari natrium bikarbonat, amonium bikarbonat, kalium bikarbonat.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Penelitian3.1.1 Waktu dan TempatPenelitian ini dilaksanakan pada minggu ke-2 di bulan Oktober 2013 di rumah peneliti yaitu di Jalan Belanti Barat 2 Nomor 7 Padang. Sebagai tempat untuk pembuatan kerupuk hati sapi.

3.1.2 Metode dan Teknik PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen terhadap hati sapi. Hati ini kemudian diolah menjadi kerupuk. Pengujian kandungan terhadap gizi kerupuk hati dilakukan dengan menganalisis melalui tabel komposisi pangan Indonesia.

3.1.3 Bahan Dan Bumbua. Bahan200 gram hati sapi yang sudah dihaluskanb. Bumbu kg tepung tapioka2 butir telur itik4 butir bawang putihgaram halus secukupnyasoda kue secukupnya125 gram gula

3.1.4 Langkah Kerja1. 13Campurkan semua bahan di atas kecuali tepung tapioka dengan meremas-remas, kemudian memasukkan tepung tapioka lalu aduk sampai rata dan adonan tidak lengket di tangan. Tambahkan air secukupnya bila perlu.2. Adonan dibungkus memakai plastik atau daun pisang dengn bentuk bulat panjang kemudian kukus selama 2 jam3. Setelah adonan matang, tunggu sampai dingin, kemudian iris tipis-tipis dan jemur hingga kering4. Lalu goreng jika sudah kering dan kerupuk hati siap disantap.

BAB IVISI DAN PEMBAHASAN

4.1 PembahasanPenelitian dilakukan di rumah peneliti. Sebelumnya peneliti telah membeli bahan yang akan diolah terlebih dahulu. Berikut ini adalah langkah kerja pengolahan liver chips:Tabel 4.1 langkah kerja pembuatan liver chipsNoLangkah KerjaKeterangan

1Mempersiapkan bahan bahan

2Mencampurkan semua bahan

3Memasukkan adonan ke plastik

4Adonan dikukus

5Adonan yang sudah dikukus, dipotong potong dengan ukuran kecil, kemudian di jemur di tempat yang panas

6Kerupuk yang sudah dijemur

7Proses penggorengan kerupuk

8

Kerupuk yang sudah digoreng dan siap untuk disajikan

Kerupuk hati sapi yang sudah masak dilakukan pengujian rasanya dan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Penulis melakukan metode pengujian nilai gizi yang terkandung dalam kerupuk hati melalui tabel komposisi pangan Indonesia.

10

15Tabel 4.2 Perkiraan Kandungan Nilai Gizi Kerupuk Hati Sapi 200 gram

Sumber:Tabel Komposisi Pangan IndonesiaBerdasarkan tabel komposisi pangan didapatkan bahwa hati sapi mengandung 26606 mikrogram vitamin A dalam 200 gram. Hal ini menunjukkan bahwa kadar nutrisi vitamin A di dalam hati sapi sangat banyak.Total vitamin A yang terkandung dalam kerupuk hati sebanyak 27210,8 mikrogram. Setelah dilakukan pengolahan, vitamin A yang terdapat pada kerupuk ini akan berkurang. Namun, pengurangan kadar nutrisi tersebut tidak terlalu signifikan. Berdasarkan tinjauan pustaka, vitamin A yang diperlukan tubuh perharinya yaitu sebanyak 900 mikrogram untuk pria dewasa, 700 mikrogram untuk perempuan dewasa. Sedangkan untuk wanita menyusui 19 tahun ke atas dianjurkan untuk mengonsumsi 1300 mikrogram per hari. US Recomended Daily Allowance juga merekomendasikan konsumsi vitamin A untuk anak berusia 1-3 tahun sebanyak 300 mikrogram perhari, anak berusia 4-8 tahun sebanyak 400 mikrogram perhari, dan anak berusia 9-13 tahun sebanyak 600 mikrogram perhari. Jika dirata-ratakan, konsumsi vitamin A setiap harinya itu sekitar 700 mikrogram walaupun bisa berkurang sesuai usia manusia.

Dalam mengkonsumsi kerupuk hati, tentu harus ada penentuan apakah hati sapi yang dimakan dapat mencukupi vitamin A yang dibutuhkan tubuh. Berdasarkan sampel, total vitamin A yang akan didapatkan sebanyak 27210,8 mikrogram. Jika dibulatkan, dalam 200 gram hati sapi yang diolah menjadi kerupuk hati akan dihasilkan 27000 mikrogram vitamin A. Dalam tubuh yang diperlukan hanya sekitar 700 mikrogram. Artinya, dalam mencukupi kebutuhan vitamin A, diperlukan olahan hati sapi sebanyak 5,18 gram hati sapi. Angka tersebut bisa berubah tergantung usia manusia yang memakan olahan kerupuk hati ini.Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa olahan hati sapi ini sangat efektif dalam pemenuhan vitamin A. Hanya dengan memakan 5,18 gram hati sapi yang diolah melalui kerupuk hati ini, manusia bisa mencukupi vitamin A yang dibutuhkan tubuhnya. Namun, manusia tidak boleh sering mengkonsumsi organ dalam hewan, karena akan mennimbulkan penyakit seperti kolesterol tinggi. Oleh karena itu, peneliti meminta agar masyarakat yang mengolah hati melalui kerupuk hati ini tidak terlalu sering dilakukan. Peneliti menganjurkan untuk melakukan pengolahan ini sekali dalam seminggu.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan tabel komposisi pangan didapatkan bahwa hati sapi mengandung 26606 mikrogram vitamin A dalam 200 gram. Hal ini menunjukkan bahwa kadar nutrisi vitamin A di dalam hati sapi sangat banyak.Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa olahan hati sapi ini sangat efektif dalam pemenuhan vitamin A. Hanya dengan memakan 5,18 gram hati sapi yang diolah melalui kerupuk hati ini, manusia bisa mencukupi vitamin A yang dibutuhkan tubuhnya. Namun, manusia tidak boleh sering mengkonsumsi organ dalam hewan, karena akan mennimbulkan penyakit seperti kolesterol tinggi. Oleh karena itu, peneliti meminta agar masyarakat yang mengolah hati melalui kerupuk hati ini tidak terlalu sering dilakukan. Peneliti menganjurkan untuk melakukan pengolahan ini sekali dalam seminggu.

5.2 Saran1. Bagi masyarakat yang mengolah hati sebagai pemenuhan vitamin A, tidak boleh terlalu sering dilakukan. Karena hati berisiko untuk meningkatkan kolesterol tubuh2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian mengenai frekuensi penggunaan liver chips ini

19DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: GramediaGibney, Michael, dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGCLasmini, Nurul. 2012. Laporan Parktikum kondisi daging yang sehat. Mataram: Poltekes MataramNadimin; Zainur KS; Sri Dara Ayu. 2011. Asupan Sumber Vitamin A Alami pada Anak Balita di Kelurahan Togo-Togo Kecamatan Batang Kabupaten Jeneponto. Makasar: Jurnal Media Gizi PanganNasoetion, Andi Hakim; Darwin Karyadi. 1987. Vitamin. Jakarta: GramediaMahmud, Mien,dkk. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindohttp://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=22 (diakses tanggal 7 Oktober 2013 jam 20.23)http://dokter-herbal.com/vitamin-a.html (diakses tanggal 7 Oktober 2013 jam 20.44)http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_A (diakses tanggal 7 Oktober 2013 jam 21.21)http://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/ (diakses tanggal 8 Oktober 2013 jam 20.33)http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002400.htm (diakses tanggal 8 Oktober 2013 jam 20.54)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37495/5/Abstract.pdf (diakses tanggal 8 Oktober 2013 jam 21.21)http://egayahidupsehat.blogspot.com/2012/10/khasiat-hati-sapi.html (diakses tanggal 8 Oktober 2013 jam 21.23)http://keju.blogspot.com/1970/01/isi-kandungan-gizi-hati-sapi-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html (diakses tanggal 8 Oktober 2013 jam 21.25)http://www.news-medical.net/health/Vitamin-A-Food-Sources-%28Indonesian%29.aspx (diakses tanggal 8 Oktober 2013 jam 21.30)Sheet1Bahan MakananBerat (g)Energi (kkal)Protein (g)Lemak (g)Karbohidrat (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Kalium (mg)Retinol/Vit A (g)Karoten (g)Tiamin/Vit B1 (mg)Vit C (mg)

Hati Sapi20026439.46.4121471613.2426266060.5262Tepung Tapioka50018155.52.544142062550.20Telur Itik160299.217.4419.8412.64102.44728.64233.6604.82.6Gula125492.500117.56.251.250.125000Bawang Putih1011.20.450.022.314.213.40.117.6Total2881.962.7928.76585.45546.851827.6527.065677.227210.803.3262

Sheet2

Sheet3