makalah gizi

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (window of opportunity). Disisi lain Permasalahan Gizi menjadi Perhatian Dunia, karena masih banyak negara yang mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah kemiskinan, kelaparan serta keterbelakanga dan kebodohan. Indikator – Indikator yang mendukung keberhasilan peningkatan gizi masyarakat antara lain adalah Peningkatan pendapatan, Peningkatan konsumsi energy, Peningkatan status gizi yang didukung oleh keberhasilan bidang penyediaan makanan antara

Upload: dias-jameela

Post on 23-Nov-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah gizi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakang Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (window of opportunity). Disisi lain Permasalahan Gizi menjadi Perhatian Dunia, karena masih banyak negara yang mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah kemiskinan, kelaparan serta keterbelakanga dan kebodohan. Indikator Indikator yang mendukung keberhasilan peningkatan gizi masyarakat antara lain adalah Peningkatan pendapatan, Peningkatan konsumsi energy, Peningkatan status gizi yang didukung oleh keberhasilan bidang penyediaan makanan antara lain : perubahan perilaku, peningkatanpengetahuan, perbaikan lingkungan, penyediaan sarana air bersih, penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan. Dampak kurang gizi pada awal kehidupan terhadap kualitas SDM adalah gagal tumbuh, berat lahir kurang, kecil, pendek, kurus, daya tahan rendah, hambatan perkembangan kognitif nilai sekolah dan hambatan pendidikan,mencerminkan produktifitas pada usia dewasa, gangguan metabolik, resiko PTM ( diabetes tipe 2, stroke, penyakit jantung dll ) pada usia dewasa. Untuk itu diharapkan peran keluarga utamanya Orang Tua agar memperhatikan gizi dari mulai janin sampai dengan 1000 hari kedepan, agar selain anak tersebut menjadi sehat, dikemudian hari dia akan memiliki Intelegensi atau kecerdasan yang baik.B. Rumusan masalah1. Apakah yang dimaksud dengan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan?2. Apakah masalah yang dihadapi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan?3. Bagaimana kah Kerangka perumusan intervensi gizi ?C. Tujuan1. Mengetahui apa itu Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan.2. mengetahui masalah yang dihadapi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan.3. Mengetahi Kerangka perumusan intervensi gizi.

BAB IIPEMBAHASANA. Gerakan 1000 Hari Pertama KehidupanGerakan 1000 HPK bukanlah inisiatif, institusi maupun pembiayaan baru melainkan meningkatkan efektivitas dari inisiatif yang telah ada yaitu meningkatkan koordinasi termasuk dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, dan kemitraan inovatif, dan partisipasi untuk meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, dan pembangunan. Hal ini perlu didukung dengan kepemimpinan nasional dan daerah yang cukup kuat, meningkatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dunia usaha, organisasi profesi dan lembaga kemasyarakatan. Tiga elemen dari Gerakan 1000 HPK adalah: (i) Aksi pada tingkat Nasional. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang kuat, berdasarkan atas data epidemiologi gizi, dan kapasitas untuk menangani masalah gizi. (ii) Didasarkan atas bukti yang nyata dan intervensi yang cost-effective. (iii) Pendekatan bersifat multisektor dengan prinsip kemitraan dalam hal jaminan ketahanan pangan, proteksi sosial, kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, kesetaraan gender, dan tata kelola Pemerintahan yang baik. Tiga strategi dalam Gerakan 1000 HPK adalah: (i) mobilisasi berbagai organisasi untuk melakukan upaya bersama secara efektif, (ii) mendorong keterpaduan antar institusi, dan (iii) mengidentifikasi dan mendorong kepemimpinan di bidang gizi.a. Visi dan misi gerakan 1000 HPK1. VisiTerpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan berkembangnya potensi ibu dan anak2. Misi Menjamin kerjasama antar berbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan anak Menjamin dilakukannya pendidikan gizi secara tepat dan benar untuk meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak b. Tahapan gerakan 1000 HPK1. Tahap satu : analisa kondisi saat ini Komitmen politik untuk upaya perbaikan gizi masyarakat cukup kuat baik dalam bentuk UU, PP, Perpres, Permen, dan Perda. Program perbaikan gizi secara nyata sudah dilaksanakan oleh K/L sesuai dengan tugas pokok misalnya oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial. Namun demikian upaya dari setiap K/L tersebut masih terfragmentasi, belum diarahkan kepada goals yang disepakati. Untuk meningkatkan kerjasama antar K/L sejak tahun 2000 telah disusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) untuk setiap 5 tahun. Di tingkat daerah telah pula disusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG) melai tahun 2011. Sampai dengan tahun 2012 upaya perbaikan gizi masyarakat diarahkan terhadap semua kelompok umur dengan sasaran utama mengatasi masalah kekurangan gizi baik gizi kurang maupun gizi buruk. Sejak adanya Gerakan 1000 HPK dilakukan re-orientasi penajaman sasaran yaitu fokus terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah dua tahun terutama untuk mengatasi masalah stunting. Hal ini didasarkan atas hasil Riskesda 2007 dan 2010 yang menunjukkan bahwa prevalensi stunting adalah 36, 8 persen dan 35,6 persen. Data lain dari Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa prosentase anak BBLR 8,8 persen, wasting 13,3 persen, anemia pada wanita usia subur, ASI ekslusif 15,3 persen (2010). Untuk mengatasi masalah gizi pada dasarnya telah dilaksanakan program gizi yang bersifat spesifik maupun program yang bersifat sensitif. Namun demikian ada beberapa kegiatan gizi spesifik yang belum dilaksanakan yaitu antara lain pemberian Kalsium pada ibu hamil dan pemberian Zink pada anak, selain itu cakupan dari kegiatan program spesifik masih rendah. Kegiatan gizi yang bersifat sensitif pada dasarnya sudah dilaksanakan sejak lama sejak UPGK, namun masih perlu ditingkatkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi di berbagai tingkat administrasi. Dukungan sumber daya keuangan untuk pelaksanaan perbaikan gizi masih terbatas, baik dalam APBN maupun dalam APBD. Walaupun terdapat kecenderungan peningkatan anggaran setiap tahunnya terutama dalam APBN. 2. Tahap dua : penyiapan gerakan Komitmen politik untuk meningkatkan upaya perbaikan gizi cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya Perpres No tentang Gerakan Nasional sadar gizi yang berisikan tentang tujuan, strategi, sasaran, kegiatan dan pelaksanaan perbikan gizi baik ditingkat nasional maupun tingkat daerah. Semua K/L yang mempunyai peranan penting dalam upaya perbaikan gizi telah ditetapkan sebagai naggota yang dipimpin oleh Menkokesra yangbertanggung jawab langsung kepada Presiden. Untuk memperkuat platform kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya perbaikan gizi telah dirumuskan Kerangka Kebijakan Akselerasi Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk Negeri Dan Buku Pedoman Perencanaan Program Akselerasi Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk Negeri. Diharapkan dengan adanya platform ini maka setiap pemangku kepentingan mempunyai persepsi dan langkah langkah yang sama untuk mempercepat pencapaian upaya perbaikan gizi. Saat ini sedang disusun dua buah dokumen yaitu Naskah Akademik dan Pedoman Perencanaan Program Akselerasi Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Negeri yang menjadi landasan upaya percepatan perbaikan gizi baik di pusat maupun daerah yang didasarkan pada Perpres Gerakan Nasional Sadar Gizi. Kegiatan intervensi gizi yang bersifat spesifik telah disepakati dan akan ditingkatkan pelaksanaannya dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas sektor yang terkait. Peningkatan mobilisasi pembaiayaan untukmendukung pelaksanaan program perbaikan gizi terutama di daerah melaluipeningkatan APBD provinsi maupun kabupaten dan kota.3. Tahap tiga : Pelaksanaan dan Pengorganisasian Gerakan Pada tataran eksekutif akan ditetapkan ketua gugus tugas Gerakan Nasional Sadar Gizi yang dipimpin oleh Menkokesra. Untuk membantu tugas gugus tugas ini terdapat tim teknis yang dipimpin oleh Wamen PPN/Waka Bappenas. Pada tataran legislatif telah dibentuk Kaukus Kesehatan yang tugas utamanya untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan politik dan anggaran dari anggota legeslatif untuk program-program kesehatan dan perbaikan gizi. Berfungsinya gugus tugas Gerakan Nasional Sadar Gizi (dalam perpres) yang tugas pokoknya mengkoordinasikan dan mensinkronkan penyusunan rencana dan program kerja pada K/L dengan melaksanakan rapat koordinasi minimal satu kali setiap tiga bulan. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi berbagai kebijakan lintas sector dalam upaya perbaikan gizi baik di tingkat nacional maupun tingkat daerah dengan cara memonitor secara reguler pelaksanaan RANPG, RADPG dan platform Gerakan 1000 HPK. Terlaksananya program gizi sensitif oleh berbagai K/L terkait untuk mendukung pelaksanaan program gizi yang spesifik. Menganalisis kesenjangan kebutuhan dana untuk pelaksanaan program perbaikan gizi dan secara bertahap memenuhi kesenjangan tersebut baik dalam anggaran APBN maupun APBD. 4. Tahap Empat : Memelihara Kesinambungan Gerakan Menjaga kelangsungan kepemimpinan untuk peningkatan program perbaikan gizi secara terus menerus sesuai dengan penugasan dalam Perpres. Memperkuat kinerja gugus tugas baik ditingkat nasional maupun di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten dan kota). Memperkuat pelaksanaan kerjasama antar sektor melalui sinkronisasi kebijakan antar sektor baik di pusat maupun daerah. Memperluas dan meningkatkan kegiatan gizi spesifik dan kegiatan gizi sensitif sehingga menjangkau seluruh sasaran program. Menjamin ketersediaan anggaran yang memadai baik APBN maupun APBD untuk program perbaikan gizi dengan cara pemahaman bersama antara eksekutif dan legeslatif. c. Strategi gerakan 1000 HPK1. Strategi nasional Tahap pertama: membangun komitmen dan kerjasama antar pemangku kepentingan. Tahap kedua: Mempercepat pelaksanaan Gerakan Nasional Sadar Gizi, meningkatkan efektifitas dan meningkatkan sumber pembiayaan. Tahap ketiga: Memperluas pelaksanaan program, meningkatkan kualitas pelaksanaan dan memelihara kesinambungan kegiatan untuk mencapai indikator dampak yang sudah disepakati.2. Strategi pelaksanaan Meningkatkan kapasitas kerjasama antar pemangku kepentingan untuk percepatan kegiatan perbaikan gizi berdasarkan bukti. Meningkatkan kapasitas untuk memfasilitasi kerjasama antar pemangku kepentingan Meningkatkan kapasitas untuk melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan antar berbagai pemangku kepentingan. Meningkatkan kapasitas untuk pemantauan dan evaluasi kinerja bersama dalam rangka pencapaian sasaran perbaikan gizi. Meningkatkan kapasitas untuk identifikasi dengan berbagi pengalaman atau model-model intervensi terkait untuk meningkatkan pemahaman dalam pencapaian sasaran dan hal-hal yang harus dicegah. Meningkatkan kapasitas untuk advokasi dalam rangka peningkatan komitmen politik dan mobilisasi sumberdana dan bantuan teknis. 3. Strategi Mobilisasi Sumber Daya Menghitung kebutuhan anggaran untuk program perbaikan gizi. Menghitung kesenjangan anggaran antara kebutuhan dan ketersediaan saat ini. Membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan secara terpadu baik dalam penganggaran untuk intervensi spesifik gizi maupun kebijakan sensitif gizi jauh lebih efektif jika dibandingkan bila dilaksanakan secara terpisah. Mengkoordinasikan kegiatan advokasi secara nasional dan global untuk mengurangi kesenjangan penganggaran dan untuk mobilisasi sumber daya.

d. Kemitraan dalam gerakan 1. Pemerintah Pemerintah berperan sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK, yang terdiri dari K/L, donor, organisasi masyarakat, dunia usaha dan mitra pembangunan. 2. Donor Tugas donor adalah untuk memperkuat kepemilikan nacional dan kepemimpinan, berfokus pada hasil, mengadopsi pendekatan multisektoral, memfokuskan pada efektivitas, mempromosikan akuntabilitas dan memperkuat kolaborasi dan inklusi (melalui kerjasama kemitraan antar pemaku kepentingan untuk meningkatkan intervensi dan hasil yang diinginkan). 3. Organisasi Kemasyarakatan Tugas organisasi kemasyarakatan adalah memperkuat mobilisasi, advokasi, komunikasi, riset dan analisasi kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat untuk menangani kekurangan gizi. 4. Dunia Usaha Dunia usaha bertugas untuk pengembangan produk, control kualitas, distribusi, riset, pengembangan teknologi informasi, komunikasi, promosi perubahan perilaku untuk hidup sehat.5. Mitra Pembangunan Mitra pembangunan bertugas untuk memperluas dan mengembangkan kegiatan gizi sensitif dan spesifik melalui harmonisasi kelahlian dan bantuan teknis antar mitra pembangunan antara lain UNICEF, WHO, FAO dan IFAD (International Fund for Agriculture and Development), SCN (Standing Committee on Nutrition).B. Kerangka perumusan intervensi gizia. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi Untuk menjelaskan berbagai faktor penyebab masalah gizi, termasuk "Stunting", lazimnya digunakan model UNICEF seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Dari model tersebut diketahui penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung dari masalah gizi adalah kurangnya asupan gizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan dasar. Penyebab tidak langsung adalah terbatasnya aksesibilitas pangan, pola asuh yang kurang baik, dan terbatasnya kesediaan air minum dan sanitasi yang layak. Akar masalah dari penyebab langsung dan tidak langsung adalah kemiskinan, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, daya beli yang rendah, sanitasi lingkungan yang buruk.Gambar kerangka pikir penyebab masalah gizi

Sumber: World Bank 2011, diadaptasi dari UNICEF 1990 & Ruel 2008 dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia

b. Jenis-jenis Intervensi Gizi Spesifik dan Gizi SensitifUntuk mengatasi penyebab langsung dilaksanakan berbagai intervensi gizi spesifik menurut kelompok sasaran, yaitu:1. Ibu hamil Pemeriksaan kehamilan dan tablet tambah darah Konseling menyusui Suplementasi dengan zat gizi makro Pengobatan kecacingan pada ibu hamil Suplementasi kalsium Pengobatan malaria pada ibu hamil Menghindar dari perokok pasif Penggunaan kelambu berinsentisida Pemberian cash transfer bersyarat (PKH) 2. Bayi Baru lahir Konseling menyusui Inisiasi Menyusu Dini Pemeriksanaan kesehatan Penundaan pengguntingan tali pusat KIE Gizi Imunisasi Penanganan bayi BBLR Pemantauan pertumbuhan 3. Bayi dan Anak Promosi ASI KIE Pemberian MP ASI Penanganan penyakit infeksi Imunisasi Cuci tangan Penanganan gizi buruk akut Pemberian MP ASI anak berusia diatas 6 bulan Suplementasi vitamin A Home fortification (micro nutrition fortification/sprinkle) Pengobatan kecacingan Penggunaan kelambu berinsektisida Pemantauan pertumbuhan Beberapa jenis intervensi gizi sensitif yang perlu dilaksanakan di Indonesia antara lain: 1. Penyediaan air minum dan sanitasi yang layak 2. Ketahanan Pangan dan Gizi, termasuk pengendalian harga pangan3. Keluarga Berencana 4. Perlindungan kepada ibu hamil dan menyusui 5. Jaminan Kesehatan Masyarakat 6. Jaminan Persalinan Universal 7. Program Beras Miskin 8. Program Keluarga Harapan 9. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi 10. Fortifikasi 11. Pendidikan Gizi Masyarakat 12. Kawasan bebas rokok 13. Wajib belajar 9 tahun 14. Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) 15. Konseling calon pengantin 16. Subsidi pertanian termasuk subsidi pangan17. Pengaturan label makanan 18. Promosi gizi seimbang dan aktivitas fisik

BAB III PENUTUPA