makalah glaukoma
TRANSCRIPT
27
SMALL GROUP DISSCUSION KASUS 1
Chair : Winsen Sanditaria
Sekretaris : Dewi Seftiani
Scriber : Reni Retnowati
KASUS
Tn. B, seorang tukang kayu datang ke rumah sakit dengan keluhan mual, muntah, nyeri mata
kemerahan, serta penglihatan kabur setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada
matanya.dari hasil pemeriksaan tonometri didapatkan nilai IOP (Intra Okular Presure) 50
mmHg. Pupil terlihat membesar dan terfiksasi. Konjungtiva kemerahan dan kornea keruh
(beruap), iris terganggu fungsinya, halo (+), dan penurunan visus serta lapang pandang
perifer. Saat ini klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol sambil
menunggu pemeriksaan lanjutan untuk menentukan terapi selanjutnya.
STEP 1
1. IOP ? (Deya)
2. Tonometri ? (Anisa F.)
3. Halo ? (Siska)
4. Terapi betoptic ? (Meta)
5. Diamox ? (Anisa S.)
6. Lapang pandang perifer ? (Winsen)
7. Xalatan ? (Dewi S.)
8. Terfiksasi ? (Fitri)
9. Manitol ? (Ade)
10. Visus ? (Deya)
Jawaban :
1. IOP Tekanan bola mata, normal 15-20 mmHg (Anisa S.), 10-20 mmHg (Reni)
2. Tonometri pemeriksaan TIO: apalasia, schiotz (Meta)
3. Halo jika kita melihat lampu/cahaya, disekitarnya seperti ada pelangi (Ade)
4. Terapi betoptic (LO)
5. Diamox (LO)
6. Lapang pandang perifer pandangan sempit, tidak bisa melihat luas (Siska)
7. Xalatan (LO)
27
8. Terfiksasi tidak bergerak, diam (Himas), pupil kaku, susah digerakkan (Siska)
9. Manitol (LO)
10. Visus ketajaman penglihatan (Anisa S.
STEP 2
1. Diagnosa medis ? (Reni)
2. Fungsi terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol ? (Dewi.S)
3. Terapi selain obat-obatan ? (Fitri)
4. Hubungan jatuh dengan IOP meningkat dan keluhan lain ? (Ade dan Deya)
5. Kenapa dia bisa mual muntah ? (Himas)
6. Apakah ada saraf yang terganggu, apa ? (Anisa F.)
7. Penyebab kornea keruh ? (Siska)
8. Pemeriksaan diagnostic ? (Meta)
9. Kenapa bola mata mengeras seperti batu dn badan biliaris mengeluarkan banyak air ?
(Anisa S.)
10. Komplikasi ? (Winsen)
11. Penatalaksanaan ? (Dewi S.)
12. Penyebab dan akibat fungsi iris tergamggu ? (Ade)
13. Klasifikasi penyakit ? (Himas)
14. Etiologi kasus ? (Deya)
15. Predisposisi dan presipitasi ? (Siska)
16. Pencegahan ? (Meta)
17. Patofisiologi ? (Semua)
18. ASKEP ? (Semua)
19. Pendidikan kesehatan ? (Winsen)
20. Manifestasi klinis ? (Siska)
STEP 3
1. Glaukoma akibat trauma Akibat TIO meningkat karena keluar masuknya cairan
terganggu sehingga merusak retina (Meta)
Disebut glaucoma jika TIO > 25 mmHg (Siska), TIO > 21 mmHg (Ade)
TIO meningkat karena kerusakan sekresi cairan humor aqueos (Winsen)
2. LO
3. LO
27
4. LO
5. Nyeri merangsang saraf simpatis mual muntah (Anisa S.)
6. Ada, tapi belum diketahui (Semua)
7. TIO meningkat cairan banyak yang menghalangi pandangan (Windy)
8. LO
9. Keluar masuknya cairan tidak terkontrol akibat TIO meningkat (Himas)
10. Kebutaan (Reni), ulkus kornea (Himas), Iritis (Anisa S)
11. Obat mata, laser, operasi pembuatan lubang cairan pada bola mata, alcohol belatruk,
pengangkatan bola mata (Meta, Anisa S.)
12. Akibat: cahaya masuk tidak normal penurunan visus (Anisa F.)
13. Glaukoma sudut terbuka : saluran untuk keluar aquos humor tidak tertutup tapi terhambat
karen penuaan, trauma.
Glaukoma tertutup karena iris terdorong ke depan trauma, penuaan (Ade)
Primer (terbuka dan tertutup) , sekunder (dari penyakit lain, misalnya DM, katark,
hipertensi), absolute (sudah parah, bola mata seperti batu) (Meta, Anisa S.)
14. Peradangan, trauma, congenital, degenerative, penggunaan kortikosteroid, (Siska, Meta,
Anisa S)
15. LO
16. Hati-hati, jaga kesehatan mata, die, control mata (winsen, Himas, Dewi S.)
17. LO
18. LO
19. Penyuluhan : control mata, kesehatan keselamatan kerja (Winsen, Dewi S.)
20. Mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur, TIO meningkat,penurunan
visus dan lapang pandang perifer, kornea keruh, konjungtiva kemerahan, nyeri kepala di
bagian belakang
27
STEP 4
STEP 5
1. Terapi betoptic, diamox, xalatan, manitol
2. Anatomi fisiologi mata
3. Konsep penyakit
4. Patofisiologi
5. Pendidikan kesehatan
6. Asuhan keperawatan
7. Penatalaksanaan
GLAUKOMA
Penatalaksanaan:PencegahanFarmakologiNon farmako
Anatomi Fisiologi
Patofisiologi
ASKEP
Pendidikan Kesehatan
Konsep Penyakit:DefinisiEtiologi
Manifestasi KlinikKlasifikasi Pemeriksaan DiagnostikKomplikasiPredisposisi & Presipitasi
27
1. Anatomi Fisiologi Mata Terkait Kasus
A. Aqueous Humor
Aliran aqueous humor yang normal
Aquoeus humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 ul, dan kecepatan pembentukannya yang
bervariasi diurnal adalah 1,5-2 uL/menit.
Aquoeus humor diproduksi oleh korpus siliaris yang berada di belakang iris. Setelah
memasuki kamera posterior, aquoeus humor mengalir melalui pupil ke kamera anterior
lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase aquoeus humor juga
meningkat.
Aliran aquoeus humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan
saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aquoeus humor keluar dari
mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).
Fungsi dari Aquoeus humor adalah untuk memberikan tekanan pada bola mata.
Tekanan bola mata ini gunanya untuk membentuk bola mata. Kalau tekanannya normal,
berarti bola mata itu terbentuk dengan baik. Kalau tekanannya terlalu rendah, bola
matanya menjadi kempes. Kalau tekanannya terlalu tinggi, berarti bola mata itu menjadi
keras seperti kelereng.
Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung
pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal
Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap normal bila
kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan
27
lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya
glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma (tonometer
Schiotz).
B. Syaraf Mata
Syaraf-syaraf yang terdapat di mata :
No Nama saraf Jenis
saraf
Menuju Fungsi
II Opticus SensorikRetina mata Berkaitan dengan
penglihatan
III Okulomotoris Motorik
Otot bola mata dan
otot kelopak mata
Menggerakan bola mata
(kiri dan kanan)
Untuk akomodasi dan
kontraksi iris
IV Trokhlearis Motorik Otot bola mata Untuk memutar bola mata
V
Trigeminus
a. Oftalmikus
b. Maksilaris
Motorik
Kelopak mata atas,
bola mata, kelenjar
lakrimal
kelopak mata bawah.
Membawa impuls yang
berkaitan dengan sensai
rasa, nyeri, raba dan suhu.
VI Abdusen MotorikOtot penggerak
bolamata
Pergerakan rektus lateral
VII Facial Motorik
Kelenjar lakrimalis
dan otot penggerak
mata
Mempengaruhi pergerakan
otot-otot mata dan sekresi
air mata.
Fungsi saraf mata normal umumnya akan meneruskan bayangan yang kita lihat ke
otak. Di otak, bayangan tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk
suatu benda (vision). Yang terjadi pada penderita glaukoma adalah kerusakan serabut
saraf mata (N II atau saraf optik) dan menyebabkan daerah tidak melihat (titik buta) yang
terjadi sebagai akibat adanya tekanan bola mata atau tekanan intra okular yang tinggi.
Tekanan yang tinggi mengakibatkan serabut saraf N. opticus tertekan ke belakang,
27
terjepit dan mengalami kematian akibat berkurangnya aliran darah. Akibatnya, hubungan
penglihatan ke otak terganggu dan terjadi kebutaan.
TIO yang terlalu tinggi
C. Konjungtiva
Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata (konjungtiva
palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu
dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva.
Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan
dari pembuluh – pembuluh darah yang ada didalamnya, pembuluh – pembuluh darah
kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata. Fungsi dari konjungtiva adalah
memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang
terbuka dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa
barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Trauma tumpul pada konjungtiva
dapat menimbulkan edema yang tidak menimbulkan gangguan penglihatan.
Anatomi mata
D. Iris
Iris struktur berwarna, menyerupai membran dan membentuk lingkaran ditengahnya.
Iris mengandung dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil.
Pupil adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon
intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan,
27
pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat. Lensa mata merupakan
suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi
kedalam ruang anterior dan posterior. Lensa tersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus
oleh membran elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila
refraksi lebih besar. Fungsi iris adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Bila
terdapat kerusakan pada iris, misalkan karena trauma tumpul, maka dapat menimbulkan
hifema (darah pada bilik mata depan). Bila hifema penuh dan sukar diserap kembali dapat
menghalangi sekresi aquoeus humor sehingga mengakibatkan glaukoma sekunder. Selain
itu, pada trauma berat, akan terjadi kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil akan
membesar dan reaksi terhadap cahaya akan hilang.
E. Kornea
Kornea merupakan membran pelindung dan ‘jendela’ yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata.
Kelengkungannya lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara
kornea dan sklera disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal –
sulkus sklera). Kornea yang sehat adalah avaskular dan tidak memiliki saluran limfatik.
Nutrisi sel kornea didapat melalui difusi dari cairan akueus, kapiler pada limbus, dan
oksigen yang terlarut dalam film prekorneal. Persarafan kornea berasal dari divisi
oftalmik nervus trigeminus. Kornea mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang
masuk ke mata. Beberapa kelainan mata seperti glaukoma ataupun akibat trauma tumpul
dapat menimbulkan edema kornea dengan keluhan penglihatan kabur, halo (+), dan
kornea keruh.
27
2. Konsep Glaukoma
A. Definisi
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk
bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata.
Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya
penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan
pembedahan.
B. Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ini disebabkan
oleh :
Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary.
Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil .
C. Manifestasi Klinik
Bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di
sekitar neon.
Mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak.
Penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal.
Glaukoma akut ditandai oleh nyeri mata hebat dan gangguan lapang pandang
secara mendadak. Individu melaporkan bahwa is melihat “halo” cahaya di sekitar
benda.
Pembesaran mata dapat terjadi.
Glaukoma kronis ditandai oleh penurunan secara lambat ketajaman penglihatan
dan penglihatan kabur, yang dimulai di penglihatan perifer. Sakit kepala dan nyeri
mata dapat terjadi ketika kondisi memburuk. Mata mungkin merah dan nyeri jika
disentuh.
D. Klasifikasi
Primary Open-Angle Glaucoma/ Glaukoma Sudut-Terbuka Primer
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum
dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila ada
27
riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang
perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada
gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan
terpengaruh secara permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk
deteksi dan penanganan dini.
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur
hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih
lanjut.
Acute Angle-Closure Glaucoma / Glaukoma Sudut-Tertutup Akut
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya
yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan
terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan
muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan
dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda merasakan
gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda.
Secondary Glaukoma/ Glaukoma Sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes,
trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet
yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu
tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan
tersebut.
Congenital Glaukoma/ Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut
dan peka terhadap cahaya.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO. Tonometri yang sebaiknya
digunakan adalah dengan menggunakan Tonometer Schiotz. Cara pemeriksannya
adalah penderita berbaring tanpa bantal, kemudian matanya ditetesi pantocain 1-
2% satu kali. Suruh pasien melihat ibu jarinya yang diacungkan didepan matanya
27
dan letakkan tonometer di puncak kornea. Tekanan normalnya antara 10-20
mmHg atau 7/7, 5-10, 5/7,5.
Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk
membedakan antara glaukoma sudut tertututp dengan glaukoma sudut terbuka.
Oftalmoskopi digunakan untuk melihat secara langsung diskus optik dan struktur
mata internal, yang harus diperhatikan adalah papil, yang mengalami perubahan
peggaungan dan degenerasi saraf optic. Harus diwaspadai adanya glaucoma
apabila terdapat penggaungan >0,3 diameter papil (Cup and Disc Ratio), terutama
bila diameter vertical lebih besar dari diameter horizontal
Pengetesan lapang pandang.
Untuk pendeteksian kerusakan penglihatan khas glaukoma.
Humphrey visual field test untuk pemeriksaan lapangan pandang
Mengukur tekanan bola mata
Non Contact Tonometry (NCT)
Pengambilan gambaran saraf optik
OCT Print out alat OCT
Semua pemeriksaan tidak menimbulkan rasa sakit tetapi sangat diperlukan
kerja sama pasien yang baik.
27
F. Predisposisi
Faktor resiko glaucoma antara lain, yaitu :
1. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2%
dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah
dengan bertambahnya usia.
2. Riwayat glaukoma di dalam keluarga.
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar
adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
3. Tekanan bola mata tinggi
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah
dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan
dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.
4. Miopia (rabun jauh)
5. Diabetes (kencing manis)
6. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
7. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
8. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
9. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung
steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat
steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin
lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara
rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk
pendeteksian glaukoma.
3. Patofisiologi
Trauma
Konstusio Bola Mata
Iris & Badan Silier
Lamabat / Hilang
Kornea
Kelumpuhan Spincter Pupil
Lensa
Hifema
Pupil Dilatasi & Terfiksasi
Darah menyumbat COA
Sudut Mata MenutupFungsi Iris
Terganggu
Reaksi thdp Cahaya
Sublokasi Lensa
Zonulazinni menonjol ke
COA
Mendorong Iris ke Depan
Aliran Humor Aquous
Terganggu
Inflow > Outflow
TIO
Edema Kornea
Fungsi Kornea
Pembelokan Cahaya oleh
Air
Distraksi Cahaya
(Berpendar)
Penglihatan Kabur
Konjungtiva
Pembuluh Darah
Konjungtiva Robek
Perdarahan Subkonjungtiva
Kemerahan Konjungtiva
Aliran Darah ke N.Opticus & Retina
Menekan N.Opticus & Retina
Merangsang Saraf Simpatis
Iskemi
Merangsang Saraf Nyeri
Traktus Spinotalamus
Kortex Cerebri
Vasokonstriksi Pembuluh Darah
Aliran Darah ke GI
Fungsi GI
Peristaltik
Lambung Teregang
Menekan Baroreseptor
Mual Muntah
Anorexia
Impuls ke Pusat Muntah di Medula
Oblongata
Retina & Opticus
Kerusakan Retina & Optikus
Visus Lapang Pandang
Perifer
AnsietasAnsietas Gangguan Persepsi Sensori
Gangguan Persepsi Sensori
Resiko CideraResiko CideraNyeriNyeri
27
4. Penatalaksanaan
A. Pencegahan
27
Melakukan pengukuran tekanan bola mata secara rutin, terutama bagi orang yang
usianya diatas 40 tahun dan yang memiliki riwayat keluarga penderita glaukoma,
mata minus atau plus tinggi, penderita DM, dan penderita kelainan vaskular.
Pemeriksaan mata rutin setiap 6 bulan sekali.
Pemeriksaan dan perawatan mata harus berlangsung secara bertahap. Pada anak
2,5 tahun hingga 5 tahun (usia prasekolah) dilakukan pemeriksaan untuk
mendeteksi kemungkinan gangguan tajam penglihatan. Masuk usia 10 tahun,
screening lebih dibutuhkan lagi, bahkan intensitas screening menjadi 5 tahun
sekali. Pada usia 40 tahun screening mata perlu dilakukan setiap setahun sekali/ 6
bulan sekali.
Menghindari jatuh yang mengakibatkan trauma pada mata.
Menggunakan pelindung mata jika memiliki pekerjaan yang beresiko tinggi
cedera.
Tidak menggunakan steroid dalam jangka waktu lama.
Mengontrol penyakit yang menjadi factor resiko glaukoma, seperti DM dan
hipertensi.
B. Farmakoterapi
1) Antagonis Beta-Adrenergik
Berfungsi menurunkan TIO dengan mengurangi pembentukan Humor Aqueus.
Penghambat Beta yang umum adalah Timolol, Levobunolol (Betagen), dan
Optipranolol (Metipranolol). Bahan selektif beta, seperti Bataksolol (Betoptic)
hanya mempengaruhi tempat reseptor beta tertentu.
2) Bahan Kolinergik
Bahan kolinergik topical (misalnya Pilokarpin Hidroklorida 1 % - 4 %,
Asetilkolin Klorida, Karbakol) digunakan dalam penanganan glaukoma jangka
pendek dengan penyumbatan pupil akibat efek langsungnya pada reseptor
parasimpatis iris dan badan siliar. Sebagai akibatnya, spincter pupil akan
berkonstriksi, iris mengencang, volume jaringan iris pada sudut akan
berkurang. Iris perifer tertarik menjauhi jaring-jaring trabekula. Perubahan ini
memungkinkan Humor Aqueus mencapai saluran keluar dan akibatnya terjadi
penurunan TIO
3) Agonis Adrenergik
27
Digunakan bersama dengan bahan penghambat beta-adrenergik, berfungsi
saling sinergi dan bukan saling belawanan.
Agonis Adrenergik Topikal menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran
keluar Humor Aqueus, memperkuat dilatasi pupil, menurunkan produksi
Humor Aqueus, dan menyebabkan konstriksi pembuluh darah konjungtiva.
Contohnya adalah Epinefrin dan Fenilefrin Hidroklorida ( Neosynephrine )
4) Inhibitor Anhidrase Karbonat
Inhibitor Anhidrase Karbonat, Misasetazolamid ( Diamox ) diberikan secara
sistemik untuk menurunkan TIO dengan menurunkan pembuatan Humor
Aqueus.
Digunakan untuk menangani glaukoma sudut terbuka ( jangka panjang ) dan
glaukoma penutupan sudut ( jangka pendek ) dan galukoma yang sembuh
sendiri, seperti yang terjadi setelah trauma.
Dapat diberikan secara oral atau intravena.
5) Diuretika Osmotik
Bahan hiperosmotik oral ( Gliserol ) atau intravena ( misalnya Manitol ) dapt
menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolalitas plasma dan menarik air
dari mata ke dalam peredaran darah.
Berguna untuk penanganan jangka pendek glaukoma akut dan untuk
menurunkan TIO preoperative.
C. Non-Farmakoterapi
1) Bedah Laser untuk Glaukoma
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliram Humor Aqueus dan menurunkan
TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer glaukoma atau bisa juga
dipergunakan jika terapi obat tidak bisa ditoleransi. Laser dapat digunakan pada
berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaukoma. Contohnya :
Laser Trabeculoplasty
Tindakan ini dilakukan dengan local anestesi unutk membuat lubang di
jaringan trabekular untuk membuka sudut unutk mempermudah aliran keluar
Humor Aqueus.
Laser Iridotomy/ Iridektomy Perifer
Mengurangi tekanan dengan mngeluarkan bagian iris untuk membangun
kembali outflow Humor Aqueus.
27
2) Bedah Konvensional
Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil atau
peralatan laser tidak tersedia. Macam-macam bedah konvensional, antara lain :
Iridektomy Perifer atau Sektoral
Untuk mengangkat sebagian iris untuk memungkinkan aliran Humor Aqueus
dari kamera posterior ke kamera anterior. Diindikasikan pada penanganan
glaukoma dengan penyumbatan pupil.
Trabekulektomy ( Prosedur Filtrasi )
Untuk menciptakan saluarn pengairan baru melalui sklera. Trabekulektomy
meningkatkan aliran keluar Humor Aqueus dengan memnita struktur
pengairan pengaliran yang alamiah. Komplikasi meliputi Hipotoni ( TIO
rendah yang tidak norma ), Hifema ( darah di kamera anterior mata ), infeksi,
kegagalan filtrasi.
Prosedur Seton
Meliputi penggunaan berbagai alat lintasan Aqueus Sintetis untuk menjaga
kepatenan fistula pengaliran. Tabung terbuka diimplantasi ke kamera anterior
dan menghubungkan dengan medan pengaliran episklera. Alat ini paling
sering digunakan pada mereka yang memiliki TIO tinggi, yang berisiko
terhadap pembedahan atau yang prosedur filtrasi awalnya gagal.
5. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a) Data klien
Nama : Tn. B
Usia : -
Alamat : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Agama : -
Pekerjaan : Tukang kayu
Suku Bangsa : -
Tanggal pengkajian : -
Diagnosa Medis : Glaukoma
27
Nomor Rekam Medis : -
b) Keluhan Utama
Klien mengeluh mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, serta penglihatan
kabur setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada matanya.
c) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang:
P : jatuh dan benturan batu pada mata klien
Q: mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur
R: mata
S: -
T: -
Riwayat kesehatan masa lalu: -
Apakah klien pernah mengalami trauma yang mengenai mata; penyakit
lain yang diderita seperti DM, arteriosklerosis, dan myopia tinggi.
Riwayat kesehatan keluarga: -
Apakah keluarga pernah mempunyai penyakit glaucoma.
d) Pola Kehidupan Sehari-hari
Pola aktivitas
Tanyakan pada klien apakah terjadi gangguan pada aktivitasnya sehari-
hari.
Pola nutrisi
Tanyakan pada klien tentang riwayat diet, makanan dan nutrisi yang
dikonsumsi selama ini.
Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Tanyakan pada klien berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari,
serta frekuensi dan keluhan BAK/BAB.
Pola tidur dan istirahat
Tanyakan mengenai kebiasaan tidur dan istirahat klien.
Pemeriksaan Sebelum Sakit Sesudah sakit
Nutrisi+elektrolit
Frekuensi
Jenis
27
Pantangan
Keluhan
Eliminasi
BAB
Frekuensi
Keluhan
BAK
Frekuensi
Keluhan
Istirahat dan Tidur
Kebiasaan
Frekuensi
Keluhan
e) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Klien mengalami mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan
kabur.
Inspeksi
Postur dan gambaran klien : -
Kesimetrisan mata : -
Alis : -
Kelopak mata : -
Konjungtiva : kemerahan
Sklera : -
Iris : terganggu fungsinya
Kornea : keruh (beruap)
Pupil : pupil terlihat membesar dan terfiksasi
Lensa mata : -
Pemeriksaan penglihatan
- Penurunan visus
- Pemeriksaan lapang pandang: lapang pandang perifer
- Halo positif
27
Palpasi
Palpasi ringan pada kelopak mata untuk menentukan adanya
pembengkakan dan kelemahan, palpasi sakus lakrimalis dengan menekankan
jari telunjuk pada kantus medial untuk menentukan adanya regurgitasi
material purulen yang abnormal atau air mata berlebihan yang merupakan
indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.
f) TTV
BB = -
TB = -
Suhu = -
RR = -
TD = -
HR = -
g) Data Psikososial
Mencakup ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik,
sulit berkonsentrasi dan sensitif, berduka karena kehilangan penglihatan.
h) Data penunjang
Pemeriksaan diagnostic
Pengukuran tonometri: mengkaji tekanan intraokuler (TIO), normalnya 10-
21 mmHg. Pada kasus, nilai IOP klien 50 mmHg.
Terapi
Klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol.
2) Pengelompokan Data
a) Data Subjektif
Klien mengeluh mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, serta penglihtan
kabur setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada matanya.
b) Data Objektif
Pemeriksaan tonometri: nilai IOP (Inta Okular Pressure) 50 mmHg
Pupil terlihat membesar dan terfiksasi
Konjungtiva kemerahan
Kornea keruh (beruap)
Iris terganggu fungsinya
Halo positif
27
Penurunan visus serta lapang pandang perifer
Klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol
B. Analisa Data
No. Data yang menyimpang Etiologi Masalah
1. DS :
Klien mengeluh nyeri mataDO :Mata kemerahan, IOP = 50 mmHg, pupil membesar dan terfiksasi, konjungtiva kemerahan, dan kornea keruh.
Trauma → sublukasi lensa → zoula zinnia
menonjol ke COA → menekan iris ke depan →
menyumbat COA → sudut mata menutup →
aliran aqueous humor terganggu → inflow >
outflow → TIO ↑ → aliran darah ke nervus
optikus dan retina ↓→ iskemia → nyeri
Nyeri
2. DS:Klien mengeluh penglihatan kabur.DO:Penurunan visus dan lapang
pandang perifer, halo (+),
IOP = 50 mmHg, pupil
membesar dan terfiksasi, dan
kornea keruh.
TIO ↑ → menekan nervus optikus dan retina →
kerusakan nervus optikus dan retina → visus
dan lapang pandang perifer ↓ → Gangguan
persepsi sensori (visual)
Gangguan
Persepsi Sensori
(visual)
3. DS: -DO:Penurunan visus dan lapang
pandang perifer
TIO ↑ → menekan nervus optikus dan retina →
kerusakan nervus optikus dan retina → visus
dan lapang pandang perifer ↓ → penglihatan
kabur → ansietas
Ansietas
4. DS : -
DO : -
TIO ↑ → menekan nervus optikus dan retina →
kerusakan nervus optikus dan retina → visus
dan lapang pandang perifer ↓ → resiko tinggi
cedera
Resiko tinggi
Cedera
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang ditandai dengan klien
mengeluh nyeri mata, kemerahan, IOP = 50 mmHg, pupil membesar dan
terfiksasi, konjungtiva kemerahan, dan kornea keruh.
2. Gangguan Persepsi Sensori (visual) berhubungan dengan kerusakan nervus
optikus dan retina yang ditandai dengan klien mengeluh penglihatan kabur,
27
penurunan visus dan lapang pandang perifer, halo (+), IOP = 50 mmHg, pupil
membesar dan terfiksasi, dan kornea keruh.
3. Ansietas berhubungan dengan penglihatan kabur sekunder terhadap kerusakan
nervus optikus dan retina yang ditandai dengan penurunan visus dan lapang
pandang perifer.
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan visus dan lapang pandang
perifer.
D. Intervensi Keperawatan
No.Diagnosa
KeperwatanaTujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri mata, kemerahan, IOP = 50 mmHg, pupil membesar dan terfiksasi, konjungtiva kemerahan, dan kornea keruh.
Jangka pendek :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien dalam waktu …. jamdengan kriteria:a. Nyeri mata klien
berkurang.b. TIO klien
berkurang/tidak meningkat.
Jangka panjang :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. hari,klien menunjukan tidak adanya nyeri mata yang dirasakannya dan TIO klien terkontrol.
Mandiri : Pertahankan tirah baring
ketat pada posisi semi-Fowler dan cegah tindakan yang dapat meningkatkan TIO (batuk, bersin, mengejan).
Berikan lingkungan gelap dan tenang.
Observasi tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak menerima agens osmotic secara intravena dan tiap 2 jam jika klien menerima agens osmotic intravena.
Observasi derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut.
Observasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens osmotic intravena.
Observasi ketajaman
Tekanan pada mata meningkat jika tubuh datar dan maneuver Valsava diaktifkan seperti pada aktivitas tersebut.
Stress dan sinar akan meningkatkan TIO yang dapat mencetuskan nyeri.
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Mengidentifikasi
27
penglihatan setiap waktu sebelum penetesan obat mata yang diresepkan.
Kolaborasi : Berikan obat mata yang
diresepkan untuk glaucoma dan beritahu dokter jika terjadi hipotensi, haluaran urine <24ml/jam, nyeri pada mata tidak hilang dalam waktu 30 menit setelah terapi obat, tajam penglihatan turun terus menerus.
Berikan analgesic narkotik yang diresepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan evaluasi keefektifannya.
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Agens osmotic intravena akan menurunkan TIO dengan cepat. Agens osmotic bersifat hiperosmolar dan dapat menyebabkan dehidrasi; manitol dapat mencetuskan hiperglikemis pada klien diabetes mellitus, tetes mata miotik memperlancar drainase akuos humor dan menurunkan produksinya. Pengontrolan TIO adalah esensial untuk memperbaiki penglihatan.
Mengontrol nyeri. Nyeri hebat akan mencetuskan maneuver Valsava dan meningkatkan TIO.
2. Gangguan Persepsi Sensori (visual) berhubungan dengan kerusakan nervus optikus dan retina yang ditandai dengan klien mengeluh
Jangka Pendek :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 Jam klien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan.
Jangka Panjang :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Jam klien dapat mempertahankan lapang
Mandiri : Pastikan derajat / tipe
kehilangan penglihatan
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi
Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami
27
penglihatan kabur, penurunan visus dan lapang pandang perifer, halo (+), IOP = 50 mmHg, pupil membesar dan terfiksasi, dan kornea keruh.
ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut
Tunjukan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan, atur perabot ; ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam
Kolaborasi : Berikan obat sesuai
indikasi :Kronis, sederhana, tipe
sudut terbuka :- Pilikarpin Hidroklorida
(IsotoCarpin, OcusertPilo, Pilopine HS Gel)
- Timolol maleat (Timoptic);betaksalol (betopic)
pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki (meskipun dengan pengobatan),kehilangan lanjut dapat dicegah.
Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut.
Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang / kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
- Obat Miotik Topikal ini meyebabkan konstriksi pupil, memudahkan keluarnya aqueus humor.
- Menurunkan pembentukan aqueus humor tanpa mengubah ukuran pupil, penglihatan, atau akomodasi. Catatan ; Timoptic
27
- Asetazolamid (Diamox)
Tipe sudut sempit (sudut tutup):- Miotik (sampai pupil
dikonstriksikan)
- Inhibitor karbonik anhidrase, contoh asetazolamid (diamox)
kontraindikasi pada adanya bradikardia atau asma.
- Menurunkan laju produksi aqueus humor
- Membuat kontraksi otot sfinter iris, mendalamkan bilik anterior, dan mendilatasi pembuluh keluar traktus selama serangan akut/ sebelum pembedahan.
- Menurunkan sekresi aqueus humor dan menurunkan TIO
3. Ansietas berhubungan dengan penglihatan kabur sekunder terhadap kerusakan nervus optikus dan retina yang ditandai dengan penurunan visus dan lapang pandang perifer.
Jangka Pendek : Klien menyatakan
stress,emosional,ketakutan dan depresi berkurang.
Klien memperlihatkan pemahaman penyakit dan istruksi yang diberikan.
Jangka Panjang : Klien bisa mengatsi
cemasnya
Mandiri Dorong percakapan untuk
mengetahui keprihatinan, perasaan dan tingkat pemahaman klien.
Orientasikan klien pada lingkungan yang baru.
Jelaskan intervensi sedetil-detilnya, perkenalkan diri pada setiap interaksi dan terjemahkan setiap suara asing.
Pengetahuan informasi dan mekanisme kopig yang tepat akan mengurangi kecemasan klien.
Pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan peningkatan keamanan.
Klien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi.
27
Dorong klien untuk tetap melakukan perawatan diri dan menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari (bila mampu).
Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan klien.
Dorong partipasi dalam aktivitas social dan pengalihan perhatian bila memungkinkan (kunjungan orang terdekat, tv, radio, rekaman audio)
Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat.
Partisipasi keluarga dan orang terdekat akan membuat klien lebih nyaman
Isolasi social dalam waktuluang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negative
4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan visus dan lapang pandang perifer.
Jangka Pendek : Klien mampu
mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan risiko cedera (jatuh).
Klien mampu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan.
Klien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh).
Klien mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera.
Jangka Panjang : Klien tidak mengalami
cidera atau gangguan visual.
Mandiri Kurangi risiko bahaya dari
lingkungan klien, seperti:- Kunci roda brankar atau
tempat tidur.- Berikan pencahayaan
yang adekuat.- Turun dari tempat tidur
dari sisi mata yang tidak sakit dan tempat tidur berada dalam posisi rendah.
- Pasang pengaman tempat tidur.
- Singkirkan benda-benda yang mudah jatuh (seperti tempat sampah, tisu, kursi tanpa sandaran) atau benda berbahaya dari area yang dilewati klien untuk ambulasi.
- Letakkan alat-alat seperti bel pemanggil, tisu, telepon, atau pengontrol di tempat yang mudah dijangkau klien pada sisi yang tidak terpengaruh.
- Dorong klien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika mungkin.
Mencegah cedera.
27
- Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil, jarum.
Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan
Beritahu klien agar tidak meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi
Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif (tongkat, walker) untuk ambulasi sesuai kebutuhan.
Beritahu klien untuk naik dan turun 1 kali dalam satu waktu.
Tekankan pentingnya menggunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas beresiko tinggi seperti ambulasi pada malam hari dan saat berada di tengah anak-anak atau binatang peliharaan.
Mencegah pusing
Mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepsi. Benda/objek mungkin tidak terletak di tempat seperti yang dilihat klien. Meraih yang berlebihan akan mengubah pusat gravitasi yang akan menyebabkan klien jatuh.
Memberikan sumber stabilitas.
Meningkatkan rasa keseimbangan.
Mencegah cedera.
6. Pendidikan Kesehatan
1. Pasien mendapatkan instruksi tertulis yang berisi nama obat, frekuensi, waktu
pemberian, cara kerja dan efek samping obat .
2. Menekankan pemberian obat sebagai rutinitas sehari-hari dan memahami pengobatan
harus dilanjutkan meskipun TIO telah terkontrol.
27
3. Pasien harus waspada bahwa tanggung jawab mereka meliputi perawatan mata yang
baik pemeliharaan kesehatan fisik yang baik dan gaya hidup yang konsisten dengan
tingkat stress yang rendah.
4. Selalu memperhatikan bagaimana penampilan dan yang dirasakan di mata.
5. Perubahan yang tidak lazim harus dilaporkan pada dokter, meliputi iritasi berlebihan,
berair, pandangan kabur, berkabut, dan pelangi disekitar lampu.
6. Melakukan pemeriksaan tindak lanjut untuk menentukan keefektifan terapi,
memantau TIO, dan mengkaji lapang pandang penglihatan. Frekuensi kunjungan
tindak lanjut bergantung pada tingkat dan stabilitas TIO dan luasnya kerusakan yang
telah ditimbulkan.
7. Mempertahankan nutrisi yang baik dan pembatasan garam, menghindari asupan
cairan yang berlebihan, dan menjaga berat badan yang memadai.
8. Ingatkan klien agar menggunakan obat-obatan resep dan jangan memebeli obat-
obatan bebas atau yang lain tanpa sepengetahuan dokter.