makalah haji.doc
DESCRIPTION
dhdhTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah haji merupakan Rukun Islam yang kelima, haji diwajibkan atas orang yang kuasa,
satu kali seumur hidupnya. Ibadah haji wajib dikerjakan, artinya apabila orang tersebut telah
memenuhi syarat-syaratnya, tetapi masih dilalaikannya juga, maka ia berdosa karena
kelalaiannya itu.
Semoga dalam pembelajaran permasalahan tentang haji ini maka kita dapat mengambil
hikmahnya serta akan menambah ilmu pengetahuan, Amin.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang permasalahan haji dan umrah yang
diantaranya adalah:
1. Mengapa haji itu termasuk dalam katagori Jihad ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
HAJI DAN UMRAH
A. Hakikat Haji dan Umrah
Haji merupakan salah satu rukun Islam yang menyempurnakan rukun Islam lainnya.
Kewajiban haji dilaksanakan satu kali seumur hidup agar tidak memberatkan umat Islam,
karena dalam pelaksanaannya membutuhkan kesiapan fisik dan finansial. Allah SWT
berfirman, “mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Bartullah” (Qs. Ali-Imron: 97).
Haji dimasukkan kedalam katagori Jihad, sebab pelaksanaannya menghabiskan waktu
dan energi.
Nabi bersabda
�ر� م�ب ح�ج� د ه�ا �ج ال �ف�ض�ل� أ
ر� و�
“sebaik-baiknya Jihad adalah haji mabruru”. (HR. Al-Bukhari)
Di samping itu ibadah haji berfungsi sebagai media pelebur dan penyuci hamba dari
dosa-dosanya.1
B. Pengertian Haji dan Umrah
Haji adalah “menyengaja sesuatu” haji yang dimaksud disini (menurut syara’) ialah
“sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat
tertentu”.
Syarat-syarat wajib haji:
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Merdeka
5. Mampu
Pengertian mampu ada 2 macam:
1. Mampu mengerjakan haji dengan sendirinya.
1 Athif Lamadhoh, Fiqih Sunah Untuk Remaja, DKI Jakarta: Cendikia, 2007, halaman 117.
2
2. Kuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh orang yang bersangkutan, tetapi
dengan orang lain.
Orang Lemah
Orang lemah yang tidak kuat pergi mengerjakan haji karena sudah tua, atau lemah karena
sakit yang dideritanya, kalau ia mampu membayar ongkos sesederhananya yang biasa
berlaku diwaktu itu kepada orang yang akan mengerjakan haji, maka wajib haji, sebab itu
terhitung orang kuasa dengan jalan mengongkosi orang.
Rukun Haji
1. Ihram (berniat mulai mengerjakan haji atau umrah).
2. Hadir dipadang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari tergelincir matahari
tanggal 9 bulan haji samapai terbit fajar tanggal 10 bulan haji.
3. Tawaf (mengelilingi ka’bah).
Syarat-syarat tawaf:
a. Menutup aurat.
b. Suci dari hadas dan najis.
c. Ka’bah hendaklah disebelah kiri orang yang tawaf.
d. Pemulaan tawaf hendaklah dari Hajar Aswad.
e. Tawaf itu hendaklah 7 kali.
f. Tawaf itu hendaklah didalam mesjid karena Rasulullah melakukan tawaf itu dalam
mesjid.
g. Sa’I (berlari-lari kecil di antara bukit safa dan marwah).2
Beberapa Wajib Haji
Perkataan “wajib” dan “rukun” biasanya berarti sama, tetapi didalam urusan haji ada
perbedaan sebagai berikut:
1. Ihram dan mikat.
2. Berhenti di muzdalifah.
3. Melontar Jumratul’Aqabah pada hari raya haji.
2 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Yogyakarta: PT. Sinar Baru Algensiado, 1954, halaman 252-254.
3
4. Melontar tiga Jumrah.
Ada pun alat untuk melontar adalah batu (batu krikil), tidak sah melontar dengan selain
batu.
5. Bermalam dimina.
6. Tawaf Wada’.
7. Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan.3
Beberapa Sunat Haji
1. Ifrad
Yaitu ihram untuk haji saja dahulu dari miqatnya, terus diselesaikannya pekerjaan
haji, kemudian ihram untuk umrah, serta terus mengerjakan segla urusannya, berarti
dikerjakan satu-satu dan didahulukannya haji.
2. Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki bagi perempuan hendaklah
diucapkan sekedar terdengar oleh telinganya sendiri.
Membaca talbiyah di sunatkan selama dalam Ihram sampai melontar jumrah Aqabah
pada hari raya.
Lafaz talbiyah:
�ك� �م�ل و�ال �ك� ل �ع�م�ة� �ح�م�د�و�الن ال ن ا �ك� �ب ي ل �ك� ل �ك� ري ش� � ال �ك� �ب ي ل )'ه�م الل �ك� �ب ي ل
�ك� ل �ك� ري �ش� ال �ك� ل
“ya Allah, aku tetap tunduk mengikuti perintahmu, tidak ada sekutu bagi-mu,
sesungguhnya segala puji dan nikmat bagi-mu, dan engkaulah yang mengusai segala
sesuatu, tidak ada yang mengikuti kekuasaan mu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Berdoa sesudah membaca talbiyah.
4. Membaca zikir sewaktu tawaf.
5. Shalat 2 raka’at sesudah tawaf.
6. Masuk ke ka’bah.4
Beberapa Larangan Ketika Ihram
Yang dilarang bagi laki-laki:
3 Ibid. halaman 257-262.
4 Ibid. halaman 262-264.
4
1. Dilarang memakai pakaian berjahit.
2. Dilarang menutup kepala, kecuali karena suatu keperluan, maka diperbolehkan, tetapi ia
wajib membayar dam.
Yang dilarang bagi perempuan adalah dilarang menutup muka dan dua tapak tangan.5
Beberapa Amalan Sunnah Dalam Berihram
Ibadah haji adalah suatu ibadah yang agung dan mulia.
1. Menjaga kebersihan.
2. Memakai wangi-wangian.
Suatu hendak berihram, maka disunatkan memakai parfum akan tetapi tidak boleh
melakukannya setelah berihram.
Wanita haid dan nifas boleh melakukan ihram yakni hendaklah dia memasang niat miqat
(tempat-tempat tertentu yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW untuk menunaikan ihram).
Dalam keadaan suci dan hadast tidaklah menjadi rukun dan syarat dalam ihram untuk haji
dan umrah.6
Melaksanakan ibadah haji apabila kita melanggar suatu yang dilarang maka kita akan
dikenakan denda (dam) adapun jenis denda (dam) itu diantaranya adalah:
1. Dam (denda) tamattu’ dan qiran, artinya orang yang mengerjakan haji dan umrah dengan
cara tamattu’ atau qiran ia wajib membayar denda:
a. Menyembelih seekor kambing yang sah untuk kurban.
b. Kalau tidak sanggup memotong kambing, ia wajib puasa sepuluh hari, 3 hari wajib
dikerjakan sewaktu ihram lebihnya didaerah sendiri.
2. Dam (denda) karena mengerjakan salah satu dari beberapa larangan.
a. Mencukur atau menghilangkan 3 helai rambut.
b. Memotong kuku.
c. Memakai pakaian yang berjahit.
d. Minyak rambut.
e. Pendahuluan bersetubuh.
5 Ibid. halaman 267-268.
6 Mahtuf Ahnan, Maria Ulfa, Risalah Fiqih Wanita, Surabaya: Terbit Terang, halaman 223-229.
5
Dendanya satu ekor kambing atau puasa 3 hari atau member makan kepada enam
orang miskin.
3. Dam (denda) karena bersetubuh.
4. Dam (denda) membunuh buruan.
5. Dam (denda) karena terkepung, orang yang terhalang dijalan tidak dapat meneruskan
pekerjaan haji dan umrah.7
C. Umrah
Hukum umrah adalah fardhu’ain atas tiap-tiap orang laki-laki atau perempuan, sekali
seumur hidup, seperti haji.
Firman Allah
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah Karena Allah”.8
Rukun Umrah Ada Lima
1. Ihram serta berniat.
2. Tawaf (berkeliling) ka’bah.
3. Sa’I diantara bukit safa dan marwah.
4. Bercukur atau bergunting sekurang-kurangnya 3 helai rambut.
5. Menertipkan keempat rukun tersebut diatas.
Miqat Umrah
1. Miqat Zamani
Yaitu sepanjang tahun boleh ihram untuk umrah.
2. Miqat Makani
Seperti haji, berarti tempat ihram haji yang telah lalu itu jiga tempat ihram umrah.
Wajib Umrah
1. Ihram dan miqatnya.
2. Menjauhkan diri dari segala yang mengharamkan sama halnya dengan larangan haji.9
7 Hasbi Ashshiddiqi. Dkk, Al-Qur’an dan Terjemahan, Semarang. PT. Karya Thiha Putra, 1971, halaman 47.
8 Op.cit. halaman 271-274.
9 Ibid. halaman 275-276.
6
D. Tata Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah
Tata Cara Pelaksanaan Haji
1. Pada tanggal 8 djulhijjah, pelaku haji mandi dan meniatkan haji dalam hati lalu
membaca kalimat talbiyah.
2. Tanggal 9 djuhijjah, setelah matahari terbit, pelaku haji berangkat menuju arafah.
3. Setelah tiba di Arafah, tinggallah beberapa saat disana hingga matahari terbenam,
perbanyaklah berzikir, istighfar, tobat, do’a, dan tasbih.
4. Setelah matahari terbenam pada hari Arafah, berangkatlah menuju Muzdalifah,
jangan lupa bermalam di Muzdalifah hingga tiba waktu sholat shubuh.
5. Setelah sholat subuh, pungutlah 7 batu kerikil saat balik menuju mina.
6. Sesampainya di Mina, yakni pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah atau hari raya pertama
Idul Adha.
7. Memotong beberapa helai rambut seukuran ujung jari.
8. Berangkat menuju Mekkah dan bertawaf sebanyak 7 kali.
9. Sholat di maqam Ibrahim.
10. Melakukan Sa’i.
11. Tahallul akbar telah selesai dilakukan, kemudian kembali ke Mina sekali lagi untuk
menginap selama 3 malam.
12. Setelah melakukan Sa’I pada malam 11 Dzulhijjah, bermalamlah di Mina.
13. Pada tanggal 12 Dzulhijjah, setelah matahari tergelincir, lakukan perlemparan jumrah
seperti hari sebelumnya.
14. Pelaku haji boleh kembali ke tempat tinggalnya setelah selesai melakukan
pelemparan.10
Tata Cara Pelaksanaan Umrah
1. Thawaf di ka’bah (thawaf qidum)
Ketika thawaf keadaan tubuh harus suci dari hadast dan kecil.
2. Shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim.
3. Menuju sumur zamzam.
10 Op.Cit. halaman 123-124.
7
4. Sa’i.
5. Tahallul yaitu memotong sebagian rambut.11
E. Hikmah Haji dan Umrah
Adapun hikmah haji da umrah adalah untuk mempererat ukhuwah Islamiah tali
persaudaraan diantaranya adalah dalam pelaksanaan shalat, tawaf dan sebagainya. Semua itu
untuk menguatkan rasa persatuan antara beberapa golongan baik dari barat atau timur,
selatan ataupun dari utara semua berkumpul yaitu pada saat di padang Arafah.
Dengan demikian tidak membedakan kaya atau miskin, selalu bermusyawarah merembuk
segala kepentingan bersama baik urusan dunia maupun Akhirat. Serta memperkuat iman dan
takwa kepada Allah karena ibadah tersebut diliputi oleh rasa kekhusukan.
Adapun minum air zamzam adalah sunah dilakukan, sekalipun bukan orang haji dan atau
pun umrah.12
11 Ibid, halaman 123-124.
12 Aliy As’ad, Fathul Mu’in II, Yogyakarta: Menara Kudus, 1979, halaman 122.
8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah ini maka dapat kita tarik berbagai benang merah yang
menjadi kesimpulan, yaitu pelaksanaan ibadah haji dan umrah adalah suatu bentuk jihad
kita dan sebagai tanda cinta serta kasih syang kita kepada Allah. Rasulullah maupun
sesame umat Islam.
2. Saran
Sebelum penulis mengakhiri dari pembahasan ini, maka penulis memberikan saran
kepada pembaca khususnya calon generasi yang akan dating, bahwa melaksanakan
ibadah haji itu dengan baik supaya dosa-dosa kita terhapus dan menjadi haji yang mabrur.
9
DAFTAR PUSTKA
Adnan, Mahtuf, Maria Ulfa, Risalah Fiqih Wanita, Surabaya: Terbit Terang, 2000.
Ashs Hiddiqi, Hasbi, Al-Qur’an dan Terjemahan, Semarang: PT. Thiha Putra Semarang, 1971.
As’ad, Aliy, Fathul Mu’in II, Yogyakarta: Menara Kudus, 1979.
Lamadhoh, Athif, Fiqih Sunnah Untuk Remaja, DKI Jakarta: Cendikia, 2007.
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Yogyakarta: PT. Sinar Baru Algensido, 1954.
10