makalah halusinasi

Upload: joko-delima

Post on 14-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ghj

TRANSCRIPT

Laporan Pendahuluan(Halusinasi)A. Pengertian HalusinasiHalusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat, 2012)

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus yang nyata, artinya klien mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar. ( Stuart and Laraia, 2005 ).Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.B. Etiologi FaktorMenurut Trimelia S.Skp ( 2012 ), bahwa faktor terjadinya halusinasi meliputi :

1. Faktor predisposisi

a. Faktor Biologis

Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.

b. Faktor Perkembangan

Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.c. Faktor Sosiokultural

Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa tersingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

d. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersufat halusnogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytransferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurtransmiter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.

e. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu, ibu yang pencemas, overprotektif, dingin, tidak sensitif, pola asuh tidak adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Individu lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.

f. Faktor genetik

Penelitian menunjukan bahwa anak yang di asuh oleh orang tua skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia.

2. Faktor presipitasiFactor presipitasi adalah factor pencetus sebelum timbul gejala

a. Stresor social budaya

Stress dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan stablitas keluarga, perpisahan dengan orang terpentng atau disingkirkan dari kelompok.

b. Faktor biokimia

Berbagai penelitian tentang dopamine, inhalan, non epineprin, zat halusigenik, diduga berkaitan dengan halusinasi

c. Faktor pskologi

Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.

C. PatofisiologiBanyak teori diajukan menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang dijumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna. Ketidakefektifan koping keluarga/individu menyebabkan HDR berlanjut menarik sehingga isolasi diri. Isolasi diri menyebabkan kemauaan menurun sehingga defisit perawatan diri yang berakibat penampilan diri terganggu. D. PathwayE. Manifestasi KlinikMenurut Yosep (2009) manifestasi kliniknya terbagi menjadi 4 tahap yaitu:

1. Tahap pertama ( Comporting)

Yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.

Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri2. Tahap kedua (Condemming)Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir snediri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan iya tetap dapat mengontrolnya.

Perilaku klien : meningkatkannya tanda-tanda system syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinnya dan tidak bias membedakan realitas. 3. Tahap ketiga (Controlling)Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakinmenonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya bebrapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

4. Tahap keempat (Conquering)Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic.termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam,memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.

Perilaku klien: perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu merespons lebih dari satu orang.F. KlasifikasiMenurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:

1. Halusinasi penglihatan (visual, optik) seperti tak berbentuk (sinar, kalipan atau pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak

2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) seperti suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik

3. Halusinasi pencium (olfaktorik) seperti mencium sesuatu bau

4. Halusinasi pengecap (gustatorik) seperti merasa/mengecap sesuatu

5. Halusinasi peraba (taktil) seperti merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya

6. Halusinasi kinestetik seperti merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb).

7. Halusinasi viseral seperti perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya

8. Halusinasi hipnagogik seperti terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah

9. Halusinasi hipnopompik seperti seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.

10. Halusinasi histerik timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

G. KomplikasiDampak dari gangguan sensori persepsi : Halusinasi ( Stuart and Laraia, 2005 )

1. Risiko perilaku kekerasan

Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasinya cenderung untuk marah-marah dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

2. Isolasi sosial

Hal ini terjadi karena prilaku klien yang sering marah-marah dan risiko prilaku kekerasan maka lingkungan akan menjauh dan mengisolasi.

3. Harga diri rendah

Hal ini terjadi karena klien menjauhi dan mengisolasi dari lingkungan klien beranggapan dirinya merasa tidak berguna dan tidak mampu.

4. Defisit perawatan diri : kebersihan diri

Hal ini terjadi karena klien mersa tidak berguna dan tidak mampu sehingga klien mengalami penurunan motivasi dalam hal kebersihan dirinya.H. Pengobatan1. Farmakoterapia. Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.b. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat.Obatan yang sering digunakan:

a. Chlorpromazine

1) Indikasi

Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.

2) Mekanisme kerja

Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.

3) Efek samping

a) Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.

b) Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.

c) Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.4) Kontra indikasi

Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.

5) Penggunaan obat

Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.

b. Haloperidol (HLP)

1) Indikasi

Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

2) Mekanisme kerja

Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.

3) Efek samping

a) Sedasi dan inhibisi psikomotor

b) Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.

4) Kontra indikasi

Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.

5) Penggunaan obat

Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.

c. Trihexyphenidil (THP)

1) Indikasi segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

2) Mekanisme kerja

Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.

3) Efek samping

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.

4) Kontra indikasi

Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.

5) Penggunaan obat

Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.

2. Terapi kejang listrik.Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.3. Psikoterapi dan Rehabilitasi.Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas terdiri dari :a. Terapi aktivitas berfokus dengan berbagai aktivitas pasien seperti bertanib. Terapi music berfokus mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.c. Terapi seni berfokus untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.d. Terapi menari berfokus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuhe. Terapi relaksasi untuk koping/prilaku mal adaptif /deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.f. Terapi sosial.g. Klien belajar bersosialisasi dengan klien lainh. Terapi kelompok : Terapi kelompok (Group therapy), Terapi group, (kelompok terapeutik), Terapi aktivitas kelompok ( Adjunctive group activity therapy ).i. Terapi lingkunganj. Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga ( home like atmosphere ). KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASIA. Pengkajian Pasien Halusinasi

1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medic2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. 4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis8. Jenis halusinasi

Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi Data objektifData subjektif

Halusinasi dengar1. Bicara atau tertawa sendiri2. Marah-marah tanpa sebab3. Menyedengkan telinga kearah tertentu4. Menutup telinga1. Mendengar suara atau kegaduhan2. Mendengar suara yang bercakap-cakap3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

Halusinasi Penglihatan1. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu2. Ketakutan pada sesuatu Yang tidak jelasMelihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster

Halusinasi penciuman Mencium seperti sedang membaui bau-bauan tertentuMenutup hidungMembaui bau-bauan sperti bau darah, urin, feces, kadang-kadang bau itu menyenangkan

Halusinasi pengecapan1. Sering meludah2. Muntah Merasakan rasa seprti darah, urin atau feces

Halusinasi

Perabaan Menggaruk-garuk permukaan kulit1. Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit 2. Merasa seperti tersengat listrik

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji1. Masalah keperawatana. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi.c. Isolasi sosial : menarik diri2. Data yang perlu dikajia. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.Data subjektif: Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

Data objektif: Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasiData Subjektif:

1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.

2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.4. Klien merasa makan sesuatu.5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.7. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.Data Objektif:

1. Klien berbicara dan tertawa sendiri.

2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.3. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.4. Disorientasi.c. Isolasi sosial : menarik diriData Subjektif:

1. Klien mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.

2. Klien mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain.3. Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.Data Objektif:

1. Klien terlihat lebih suka sendiri.

2. Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan.3. Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.C. IntervensiTglNo DxDx KeperawatanPerencanaan

TujuanKriteria EvaluasiIntervensi

Gangguan sensori persepsi: halusinasi (lihat/dengar/penghidu/raba/kecap)TUM: Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

Tuk 1 :

Klien dapat membina hubungan saling percaya1. Setelah.. x interaksi klien menunjukkan tanda tanda percaya kepada perawat :

Ekspresi wajah bersahabat.

Menunjukkan rasa senang.

Ada kontak mata.

Mau berjabat tangan.

Mau menyebutkan nama.

Mau menjawab salam.

Mau duduk berdampingan dengan perawat.

Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan

Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien

Buat kontrak yang jelas

Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi

Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

TUK 2 :

Klien dapat mengenal halusinasinya2. Setelah .. x interaksi klien menyebutkan :

Isi

Waktu

Frekunsi

Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi

Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu /raba /kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi:

Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap )

Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya

Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)

Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.

Katakan bahwa perawat akan membantu klien

Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :

Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang kadang )

Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi

2. Setelah..x interaksi klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi :

Marah

Takut

Sedih

Senang

Cemas

Jengkel Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.

Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya.

TUK 3 :

Klien dapat mengontrol halusinasinya

3.1. Setelah.x interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya

3.2. Setelah ..x interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi3.3. Setelah.x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap )

3.4. Setelah x interaksi klien melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya

3.5. Setelah X pertemuan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok

Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)

Diskusikan cara yang digunakan klien,

Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.

Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut

Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :

Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( saya tidak mau dengar/ lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)

Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.

Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di susun.

Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.

Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.

1. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.

2. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian

3. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi

TUK 4 :

Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya4.1. Setelah X pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat

4.2. Setelah x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendali kan halusinasi

Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik )

Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan rumah)

Pengertian halusinasi

Tanda dan gejala halusinasi

Proses terjadinya halusinasi

Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi

Obat- obatan halusinasi

Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau obat obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )

Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah

TUK 5 :

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik5.1. Setelah x interaksi klien menyebutkan;

Manfaat minum obat

Kerugian tidak minum obat

Nama,warna,dosis, efek terapi dan efek samping obat

5.2. Setelah ..x interaksi klien mendemontrasikan penggunaan obat dgn benar

5.3. Setelah .x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokterDiskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat

1. Pantau klien saat penggunaan obat

2. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

1. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

2. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal hal yang tidak di inginkan .