makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-ideal
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Larutan
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba
sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat
terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan
yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner.
Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu.
Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperature tertentu disebut sebagai
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan disebut larutan tidak jenuh. Namun
kadang- kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak
daripada yang seharusnya dapat larut dalam pelarut tersebut pada suhu tertentu, larutan yang
mempunyai kondisi seperti ini dikatakan sebagai larutan lewat jenuh. (Takeuchi, 2008)
Kelarutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan
larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperature konstan. Kelarutan suatu zat
bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan. (Takeuchi, 2008)
1.2 Larutan Non –Elektrolit
Larutan berdasarkan interaksinya diantara komponen- komponen penyusunnya dapat
dikelompokan menjadi 2 yaitu larutan ideal dan larutan non ideal. Sedangkan berdasarkan
daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
(Endang, 2004)
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut tersusun
sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor. Untuk larutan biner, proses
pencampuran tidak terjadi efek kalor bila energi interaksi antara partikel zat terlarut dan
partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara
sesama partikel zat terlarut maupun sesama partikel pelarut. Secara umum larutan
ideal akan memenuhi hukum Raoult. Sangat jarang dalam kehidupan nyata didapatkan
larutan yang bersifat ideal, pada umumnya larutan menyimpang dari keadaan ideal atau
merupakan larutan non ideal. (Endang, 2004)
1.3 Hukum Raoult
Raoult adalah seorang ahli kimia dari Perancis, ia mengamati bahwa pada larutan
ideal yang dalam keadaan seimbang antara larutan dan uapnya, maka perbandingan antara
tekanan uap salah satu komponennya ( misal A) PA/PA° sebanding dengan fraksi mol
komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama. Misalkan suatu larutan
yang terdiri dari komponen A dan B menguap, maka tekanan uap A (PA) dinyatakan
sebagai :
PA = PA°. XA
PA adalah tekanan uap di atas larutan
XA adalah fraksi mol komponen A
PA° adalah tekanan uap A murni
Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal. Pada kondisi ini, maka
tekanan uap total (P) akan berharga
P = PA + PB = XA. PA°+ XB. PB°
dan bila digambarkan maka diagram tekanan uap terhadap fraksi mol adalah seperti
diperlihatkan pada gambar 1.1. Dari gambar terlihat bahwa fraksi mol A berjalan dari kanan
ke kiri, artinya fraksi mol berharga 1 pada bagian kiri sehingga tekanan uap murninya (PA°)
berada di ordinat kiri. Sebaliknya fraksi mol
B berjalan dari 0 sampai 1 dari kiri ke kanan, sehingga tekanan uap B murni (PB°)
akan berada di ordinat bagian kanan. Harga tekanan total larutan ideal pada berbagai variasi
komponen diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan PB dan PA. Salah contoh larutan
ideal adalah larutan benzena- toluena. (Endang, 2004)
BAB II
PEMBAHASASAN
2.1 Larutan Ideal
Suatu larutan dianggap bersifat ideal, karena didasarkan pada kekuatan relative dari
gaya tarik-menarik antara molekul solute dengan solventnya. Larutan ideal adalah larutan
yang gaya tarik-menarik antara molekul-molekul sama dengan gaya tarik-menarik molekul-
molekul dari solute dan solventnya masing-masing.
Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Homogen pada seluruh kisaran komposisi dari system, mulai dari fraksi mol nol
sampai dengan satu (0<x<1).
2. Pada pembentukan larutan dari komponennya, tidak ada perubahan entalpi (∆H
campuran = 0), artinya panas larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah sama.
3. Perubahan volume campuran adalah sama dengan nol (V campuran = 0), artinya
jumlah volume larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah sama.
4. Memenuhi hukum Raoult.
2.2 Hukum Raoult dan Campuran Larutan Ideal
2.2.1 Campuran Ideal dan Gaya Intermolekuler
Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult.
Sebenarnya tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran larutan
kondisinya benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya:
* hexane dan heptane
* benzene dan methylbenzene
* propan-1-ol dan propan-2-ol
Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan
energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan
diri untuk kemudian menjadi uap.
Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan
diri pada suhu tertentu.
Gambar 1. Gaya intermolekul antar larutan sejenis
Apabila ada mempunyai larutan kedua, hal yang sama juga terjadi. Pada suhu tertentu,
sebagian dari molekul-molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk
melepaskan diri dari permukaan larutan.
Gambar 2. Gaya intermolekul antar larutan sejenis
Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan ini, kecenderungan dari dua macam molekul
di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah.
Gambar 3. Gaya intermolekul antar larutan 1 dan 2
Gambar ini menunjukkan campuran 50/50 dari dua larutan. Yang berarti bahwa hanya ada
separuh dari tiap jenis molekul yang berada di permukaan campuran larutan dibanding
jumlah tiap jenis molekul pada permukaan larutan awalnya. Apabila proporsi dari tiap jenis
molekul yang melepaskan diri tetap sama, tentu saja hanya ada separuh dari tiap jenis
molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada suatu waktu tertentu.
Apabila molekul-molekul merah masih mempunyai kecenderungan yang sama untuk
melepaskan diri sebesar sebelumnya, ini berarti daya intermolekuler antara dua molekul
merah persis sama dengan besar daya intermolekuler antara sebuah molekul merah dan
sebuah molekul biru. Apabila daya tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk
melepaskan diri juga akan berubah. Demikian halnya dengan daya antara dua molekul biru
dan daya antara sebuah molekul biru dan sebuah molekul merah. Daya tersebut juga harus
sama dan kalau tidak, kecenderungan molekul biru untuk melepaskan diri juga akan berubah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka daya tarik intermolekuler antara dua molekul
merah, dua molekul biru dan antara sebuah molekul merah dan sebuah molekul biru akan
hampr persis sama dalam campuran ideal.
Inilah sebabnya mengapa campuran seperti hexane dan heptane mendekati campuran ideal.
Mereka memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya tarik Van der Waals
yang sama di antara mereka. Namun begitu, tetap saja, besar molekul keduanya tidak persis
sama, sehingga walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan
merupakan campuran ideal.
2.2.2 Campuran Ideal dan Perubahan Entalpi pada Proses Pencampuran
Ketika kita membuat suatu campuran larutan-larutan, maka kita harus mengalahkan
daya tarik intermolekuler (yang membutuhkan energi) dan membuat daya tarik baru (yang
menghasilkan energi). Apabila besar semua daya tarik ini sama, tidak akan ada panas yang
dihasilkan atau panas yang diserap. Ini berarti, campuran ideal dari dua larutan akan
mempunyai nol energi entalpi. Apabila suhu campuran naik atau turun pada saat anda
mencampur keduanya, ini berarti campuran tersebut bukan campuran ideal.
2.2.3 Hukum Raoult
Kita mungkin pernah melihat sekilas hukum Raoult yang telah disederhanakan
apabila anda pernah mempelajari efek dari larutan yang tidak dapat menguap seperti garam
pada tekanan uap di pelarut seperti air. Definisi di bawah ini adalah yang biasa dipakai dalam
pembicaraan mengenai campuran dua larutan yang bisa menguap.
Tekanan uap parsial dari sebuah komponen di dalam campuran adalah sama dengan
tekanan uap komponen tersebut dalam keadaan murni pada suhu tertentu dikalikan dengan
fraksi molnya dalam campuran tersebut.
Hukum Raoult hanya dapat diaplikasikan pada campuran ideal.
Persamaan untuk campuran dari larutan A dan B, akan menjadi demikian:
Pada persamaan ini PA dan PB adalah tekanan uap parsial dari komponen A dan B.
Dalam suatu campuran gas, tiap gas mempunyai tekanan uapnya sendiri, dan ini disebut
tekanan parsial yang independent. Bahkan apabila anda memisahkan semua jenis gas-gas lain
yang ada, satu-satunya jenis gas yang tersisa akan masih mempunyai tekanan parsialnya.
Tekanan uap total dari sebuah campuran adalah sama dengan jumlah dari tekanan
parsial individu tiap gas.
Po adalah tekanan uap dari A dan B apabila keduanya berada dalam keadaan terpisah (dalam
larutan murni).
xA dan xB adalah fraksi mol A dan B. Keduanya adalah fraksi (bagian/proporsi) dari jumlah
total mol (A maupun B) yang ada.
Kita dapat menghitung fraksi mol dengan rumus ini:
2.3 Tekanan Uap / Diagram Komposisi
Seandainya kita mempunyai sebuah campuran ideal dari dua larutan yaitu A dan B,
kedua larutan ini akan memberi "sumbangan"-nya masing-masing pada tekanan uap
keseluruhan pada campuran.
Mari kita lihat larutan A secara khusus sebagai contoh:
Anggap saja kita melipat-duakan fraksi mol larutan A dalam campuran (dalam suhu yang
sama). Menurut hukum Raoult, tekanan uapnya juga akan ikut terlipat duakan. Apabila kita
melipat-tigakan fraksi mol A, kita juga otomatis melipat-tigakan tekanan uapnya, dan
seterusnya. Dengan kata lain, tekanan uap parsial A pada suhu tertentu berbanding lurus
dengan fraksi mol-nya. Apabila kita menggambar grafik tekanan uap parsial terhadap fraksi
mol-nya, anda akan memperoleh sebuah garis lurus.
Gambar 4. Grafik tekanan uap parsial terhadap fraksi mol-nya
Sekarang, mari kita buat grafik yang sama untuk B pada sumbu yang sama. Fraksi
mol B mengecil sejalan dengan meningkatnya fraksi mol A sehingga grafik untuk B
berbentuk garis yang menurun ke kanan. Bersamaan dengan berkurangnya fraksi mol B,
tekanan parsial uapnya juga berkurang dengan kecepatan yang sama.
Gambar 5. Grafik tekanan uap parsial terhadap fraksi mol-nya
Terlihat bahwa tekanan uap larutan B murni lebih tinggi dari larutan A murni. Ini berarti
molekul-molekul pada permukaan larutan B lebih mudah melepaskan diri daripada molekul-
molekul pada larutan A. Larutan B lebih mudah menguap daripada larutan A.
Untuk memperoleh tekanan uap total dari sebuah campuran, kita harus menjumlahkan
tekanan parsial A dan B pada tiap komposisi. Dengan demikian kita akan memperoleh garis
lurus seperti pada diagram berikut.
Gambar 6. Grafik tekanan uap total campuran
Pada campuran yang non-ideal, garis lurus ini akan berbentuk kurva. Untuk campuran yang
mendekati ideal garisnya akan menyerupai garis lurus. Semakin kurang ideal sebuah
campuran, semakin berkurvalah garis yang terbentuk.
2.4 Titik didih / diagram komposisi
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah suhu, ini
berarti bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri
dari permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada suhu yang sama, sebuah larutan lain
mempunyai tekanan uap yang rendah, ini berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan
tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri.
Apa efek dari kedua fakta ini terhadap titik didih dari kedua larutan ini?
Ada dua cara untuk melihat hal ini:
1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan mudahnya dari
permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan
demikian, kita tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu tinggi untuk memutuskan
semua daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat larutan ini mendidih. Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya
lebih rendah.
2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, anda tidak
perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Di lain
pihak, apabila tekanan uapnya rendah, anda harus meningkatkan tekanan uapnya setinggi-
tingginya sampai besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.
Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang
titik didihnya lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu yang sama:Larutan dengan
tekanan uap yang lebih tinggi adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.
Menghitung titik didih/membuat diagram komposisi
Pada bagian yang sebelumnya, kita telah melihat diagram komposisi seperti di bawah ini:
Gambar 7. Grafik tekanan uap total campuran
Kita akan mengubah diagram ini menjadi diagram komposisi/titik didih. Kita akan mulai
dengan titik didih dari larutan murni A dan larutan murni B. B memiliki tekanan uap yang
lebih tinggi. Ini berarti bahwa larutan B mempunyai titik didih yang lebih rendah dari larutan
A.
Gambar 8. Grafik komposisi titik didh
Pada campuran larutan A dan B, mungkin kita menduga bahwa titik-titik didih
keduanya akan membentuk sebuah garis lurus yang menghubungkan kedua titik didih
ini.Pada kenyataannya, tidak demikian! Bukan garis lurus, tapi garis kurvalah yang terbentuk.
Gambar 9. Grafik titik didih kedua larutan
Kita akan menambah sebuah garis lagi pada diagram ini yang akan menunjukkan komposisi
uap pada larutan yang mendidih.
Apabila kita mendidihkan sebuah campuran larutan, larutan yang lebih mudah
menguap, tentunya akan membentuk lebih banyak uap daripada larutan yang sukar menguap.
Ini berarti, akan ada lebih banyak komponen B (komponen yang lebih mudah menguap)
terdapat dalam uap daripada dalam larutannya. Anda dapat membuktikannya dengan
memadatkan udap yang didapat dan menganalisanya. Diagram ini menunjukkan apa yang
terjadi bila anda mendidihkan campuran larutan A dan B.
Gambar 10. Grafik campuran larutan A dan B
Perhatikan bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A yang ada di atas
campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih mudah menguap.
Apabila kita mengulangi proses ini dengan campuran larutan dengan berbagai
komposisi, anda akan dapat menggambar kurva kedua, yaitu garis komposisi uap.
Gambar 11.Kurva campuran larutan A dan B
Ini adalah diagram fase kita yang terakhir
Menggunakan diagram komposisi
Diagram ini dapat digunakan dengan cara yang persis sama seperti dengan cara
pembentukannya. Apabila kita mendidihkan campuran larutan, kita akan mendapatkan titik
didihnya dan komposisi uap di atas larutan yang mendidih ini.
Sebagai contoh, pada diagram berikut ini, apabila kita mendidihkan campuran larutan C1,
titik didihnya adalah T1 dan komposisi uapnya adalah C2.
Gambar 12. Kurva campuran larutan A dan B
Yang harus kita lakukan hanyalah menggunakan kurva komposisi larutan untuk
mencari titik didih larutan dan melihat pada grafik ini, bagaimana komposisi uap pada suhu
tersebut (titik didih).
Perhatikan sekali lagi bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A yang ada
di atas campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih mudah menguap.
Permulaan dari distilasi fraksional
Umpamanya kita mengumpulkan semua uap yang ada di atas larutan yang mendidih
dan kita didihkan untuk kedua kalinya. Ini berarti, sekarang kita mendidihkan larutan baru
yang komposisinya adalah C2. Larutan ini akan mendidih pada temperatur baru yaitu T2, dan
uap yang berada di atas larutan baru ini akan mempunyai komposisi C3.
Gambar 13. Kurva campuran larutan A dan B
Kita dapat melihat sekarang bahwa kita mempunyai uap yang hampir merupakan
komponen B murni.
Apabila kita terus melakukan hal ini (mengkondensasi uap dan mendidihkan cairan
yang terbentuk) , pada akhirnya kita akan mendapatkan larutan B murni.Ini adalah dasar dari
distilasi fraksional. Walaupun begitu, melakukannya dengan cara seperti ini akan sangat
melelahkan dan kecuali anda dapat memproduksi dan mengkondensasi uap di atas sebuah
larutan mendidih dalam jumlah yang luar biasa banyak, jumlah larutan B yang aka n anda
dapat pada akhirnya akan sangat sedikit.
2.4 Hukum Raoult dan Termodinamika Larutan Ideal
Larutan Ideal
Untuk larutan yang ideal, energi bebas G didefinisikan sebagai:
……………..(1)
di mana T adalah suhu mutlak sistem, p adalah tekanan dari sistem, R adalah konstanta gas
ideal, Nα adalah jumlah mol komponen α, xα adalah fraksi mol komponen α, dan μ◦α (T , p)
adalah energi bebas Gibbs molar dari komponen α murni (ingat bahwa untuk sistem murni,
molar energi bebas Gibbs adalah sama dengan potensial kimia). Persamaan ini merupakan
rumus untuk energi bebas Gibbs dari sistem di mana komponen tersebut tidak dicampur.
Dalam semua perhitungan yang melibatkan model larutan ideal,kita mengasumsikan
bahwa molar energi bebas Gibbs dari masing-masing spesies murni merupakan fungsi dari
temperatur dan tekanan. Secara matematis, ini berarti kita harus mengetahui bentuk fungsi
μ◦α (T, p).
Setelah kita mengetahui energi bebas Gibbs dari sistem sebagai fungsi temperatur,
tekanan,dan komposisi, kita harus mengetahui tentang termodinamikanya. Misalnya, total
volume sistem (V) bisa diturunkan dari energi bebas Gibbs:
……………………………..(2)
Di mana Vα◦ adalah volume molar murni jenis α , dan kita telah mengetahui Vα◦ =
(∂μ◦α / ∂p). Total volume sama dengan jumlah dari volume komponen murni . Oleh karena
itu, tidak ada perubahan volume pada pencampuran untuk larutan ideal.
Total entropi S dari sistem adalah:
…………………………………….(3)
Di mana Sα◦ adalah entropi molar komponen α murni, dengan menggunakan hubungan Sα◦ = - (∂μ◦α / t). Berbeda halnya untuk volume, total entropi dari campuran tidak sama dengan jumlah dari entropi sistem tanpa pencampuran.
Total entalpi dari sistem tersebut adalah:
….(4)
Di mana Hα◦ adalah entalpi molar α murni, kita menggunakan hubungan Hα◦ = μ◦α + T
Sα◦.Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa total entalpi sistem adalah sama dengan
jumlah dari entalpi komponen murni. Tidak ada panas yang diserap atau dilepaskan pada
pencampuran larutan ideal.
Potensial kimia dari jenis α adalah:
………...(5)
Dalam larutan ideal, terlihat bahwa potensi kimia tergantung pada fraksi mol. Juga, kita
melihat bahwa pencampuran meyebabkan potensi kimia masing-masing komponen menurun.
Hukum Raoult
Sekarang kita akan menggunakan model larutan ideal untuk mengembangkan
deskripsi matematis keseimbangan uap-cair dalam larutan multikomponen. Kita akan
membuat asumsi bahwa kita memiliki sistem yang yang terdiri dari fasa uap dan fase cair.
Fasa uap akan diasumsikan sebagaigas ideal, sedangkan fasa cair akan diasumsikan sebagai
larutan ideal.
Kondisi dasar untuk keseimbangan antara fase adalah:
……………………..(6)
Di mana μvα adalah potensial kimia dari komponen α dalam fase uap, μl
α adalah potensial
kimia dari komponen α dalam fase cair, yα adalah fraksi mol komponen α dalam fase uap,
dan xα adalah fraksi mol komponen α dalam fase cair.
Ketika fase cair bertindak sebagai campuran ideal, maka :
…(7)
di mana kita telah menggunakan persamaan (∂μ◦α, l / ∂p) = Vα◦ ,l, dan Vα◦,l adalah volume
molar α murni dalam fase cair. Jika kita asumsikan bahwa volume cairan hampir independen
dari tekanan, maka persamaan di atas menjadi:
….(8)
Jika fase uap dianggap sebagai gas ideal, maka:
……………(9)
Di mana Vα◦,v adalah volume molar α murni dalam fase uap. Untuk gas ideal, kita tahu
bahwa Vα◦, v (T, p) = RT / p, oleh karena itu :
…….(10)
Memasukkan pers. (8) dan (10) ke dalam Persamaan. (6) hasilnya adalah
..(11)
Dengan catatan bahwa tekanan uap sistem murni, potensi kimia dari fasa cairan dan fasa uap
adalah sama. Artinya, μ◦α v (T, pα
vap) = μ α ◦,l (T, p α vap).Subtitusikan persamaan ini ke (11),
maka:
………(12)
Eksponensial pada persamaan (12) dikenal sebagai faktor Poynting. Pada umumnya untuk
sistem tekanan rendah sampai tekanan sedang, faktor Poynting hampir sama dengan satu.
Dalam kasus air pada 25◦C:
…….(13)
Jadi faktor Poynting
adala 1.000714, yang kita asumsikan sama dengan 1. Jika kita mengasumsikan bahwa faktor
Poynting dekat satu, kita memiliki hukum Raoult:
………………………………………..(14)
2.5 Penyimpangan Hukum Raoult
2.5.1 Penyimpangan Positif
Jika tekanan uap jenuh hasil pengamatan lebih besar dari tekanan uap jenuh yang
dihitung menurut hukum Raoult, maka larutan tersebut dikatakan mengalami penyimpangan
positif (deviasi positif) dari hukum Raoult. Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi
apabila interaksi dalam masing–masing zat lebih kuat daripada interaksi dalam campuran zat
( A – A, B – B > A – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) positif
(endotermik) dan mengakibatkan terjadinya penambahan volume campuran (ΔVmix > 0).
Contoh penyimpangan positif terjadi pada campuran etanol dan n–hekasana.
2.5.2 Penyimpangan Negatif
Jika tekanan uap jenuh hasil pengamatan lebih kecil dari tekanan uap jenuh yang
dihitung menurut hukum Raoult, maka larutan tersebut dikatakan mengalami penyimpangan
positif (deviasi negatif) dari hukum Raoult. Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi
apabila interaksi dalam campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing–masing zat
( A – B > A – A, B – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) negatif
(eksotermik) dan mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0).
Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.
Pada kenyataan tidak ada larutan yang benar-benar ideal dan campuran yang sebenar-
benarnya mendekati ideal. Sebagai pendekatan, campuran senyawa-senyawa organik yang
struktur molekulnya merupakan deret seri homolog atau mendekatinya, sebagaian merupakan
larutan ideal, misalnya larutan benzena dan toluena, larutan etil alkohol dan propil alkohol,
dan capuran gas-gas hidrokarbon parafin dalam minyak parafin.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah:
1. Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut tersusun
sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi efek kalor serta gaya tarik
menarik molekul-molekulnya sama dengan gaya tarik menarik antar masing-masing
molekulnya
2. Suatu larutan dikatakan ideal, jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Homogen pada seluruh kisaran komposisi dari system, mulai dari fraksi mol nol
sampai dengan satu (0<x<1).
b. Pada pembentukan larutan dari komponennya, tidak ada perubahan entalpi (∆H
campuran = 0), artinya panas larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah
sama.
c. Perubahan volume campuran adalah sama dengan nol (V campuran = 0), artinya
jumlah volume larutan sebelum dan sesudah pencampuran adalah sama.
d. Memenuhi hukum Raoult.
3. Hukum Raoult menyatakan bahwa Tekanan uap parsial dari sebuah komponen di
dalam campuran adalah sama dengan tekanan uap komponen tersebut dalam
keadaan murni pada suhu tertentu dikalikan dengan fraksi molnya dalam campuran
tersebut.