makalah hygiene dan sanitasi makanan 3
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang
dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso, 1999).
Makanan-makanan tersebut sangat mungkin sekali menjadi penyebab terjadinya
gangguan dalam tubuh kita sehingga kita jatuh sakit. Salah satu cara untuk
memelihara kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu
dengan memastikan bahwa makanan tersebut dalam keadaan bersih dan terhindar
dari wholesomeness (penyakit). Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti
memiliki nilai gizi, yang optimal seperti vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan
lainnnya. Bila salah satu faktor tersebut terganggu maka makanan yang dihasilkan
akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan
(Djarismarvati dkk' 2004). Salah satu di antaranya dikarenakan terkontaminasi
(Thaheer, 2005). Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat
menyebabkan makanan tersebut dapat menjadi media bagi suatu penyakit.
Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit
bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna, 2003).
Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa selama tahun
2004 di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan yang menyebabkan 6.500
korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31% kasus keracunan itu
disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan rumah tangga
(Antara,2004).
Hygiene dan Sanitasi Makanan 1
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
Makanan Jajanan, terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan
makanan jajanan, yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan
tambahan makanan, penyajian dan sarana penjaja. Beberapa aspek tersebut sangat
mempengaruhi kualitas makanan. Banyak jajanan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan sehingga justru mengancam kesehatan anak (Khomsan, 2003).
Sanitasi makanan lebih ditekankan pada pengawasan terhadap pembuatan dan
penyediaan bahan makanan agar tidak membahayakan kesehatan. Dalam sanitasi
makanan, permasalahan yang menyangkut nilai gizi ataupun mengenai komposisi
bahan makanan yang sesuai dengan tubuh jurang diperhatikan. Pada dasarnya
kebanyakan orang tidak begitu menganggap penting hygiene dari makanan dan
sanitasi tempat makanan yang mereka gunakan. Mereka hanya memandang atas
harga makanan dan rasanya saja.
.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hygiene dan Sanitasi makanan?
2. Apa Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi sanitasi makanan?
4. Bagaimana pelaksanaan hygiene dan sanitasi?
5. Bagaimana pengaruh makanan terhadap kesehatan?
6. Apa saja pengawetan dan penanganan makanan agar tetap sehat ?
7. Apa saja penyebab penyakit bawaan makanan?
8. Bagaimana pengawasan makanan?
Hygiene dan Sanitasi Makanan 2
1.3. Tujuan
Penulisan makalah yang berjudul ” Hygiene dan Sanitasi Makanan” ini
kiranya bertujuan untuk memberikan pengetahuan agar lebih memahami dan
mengerti tentang apa itu hygiene dan sanitasi makanan dan bagaimana cara
pengelolaan makanan yang benar yang memungkinkan akan terjadinya
kelangsungan hidup yang nyaman dan sehat.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar Sanitasi Makanan
A. Pengertian Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Menurut WHO, yang dimaksudmakanan adalah: “Food include all substances,
whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of
human diet”. Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan
substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan (Putra, 2008).
B. Syarat Minimal Makanan Sehat
Makanan sehat harus memenuhi persyaratan minimal seperti yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan. Persyaratan agar makanan sehat dikonsumsi oleh
masyarakat adalah bahan makanan yang akan diolah terutama yang mengandung
protein hewani seperti daging, susu, ikan, udang, dan telur harus dalam keadaan
baik dan segar. Demikian pula bahan sayur yang harus dalam keadaan segar dan
tidak rusak. Dengan demikian agar makanan yang diolah memenuhi syarat, maka
bahan tersebut harus tidak berubah bentuk, warna, dan rasa. Begitu juga dengan
bahan makanan terolah yang dikemas, bahan makanan tambahan, dan bahan
penolong harus memenuhi persyaratan yang berlaku. makanan yang sudah terolah
dapat dibagi menjadi makanan yang dikemas dan makanan yang tidak dikemas.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 4
Makanan yang dikemas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Mukono,
1999):
a. Mempunyai label dan harus bermerek
b. Sudah terdaftar dan bernomor pendaftaran
c. Kemasan tidak rusak, robek atau mengembung
d. Ada tanda kadaluarsa dan dalam keadaan belum kadaluarsa
e. Kemasan yang dipakai harus hanya sekali penggunaan
Makanan yang tidak dikemas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Dalam keadaan fresh (baru dan segar)
b. Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur
c. Tidak mengandung bahan terlarang, misalnya bahan kimia dan
mikrobiologi
Persyaratan untuk makanan jadi agar sehat dikonsumsi oleh konsumen, meliputi:
a. Makanan tidak rusak, busuk, atau basi yang ditandai dengan perubahan
dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma, atau
ada pengotoran lainnya
b. Memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku
c. Harus bebas dari kuman E.Coli pada makanan tersebut (0/gram makanan)
d. Angka kuman E.Coli pada minuman harus 0/100 ml
e. Tidak boleh mengandung residu bahan pestisida dan logam berat yang
melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang
berlaku
Hygiene dan Sanitasi Makanan 5
C. Hygiene dan Sanitasi
Pengertian hygiene menurut Depkes RI (2004), hygiene adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti
mencuci tangan dangan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan,
mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Penanganan
makanan secara hygiene bertujuan untuk mengendalikan keberadaan patogen
dalam makanan. Menurut Widyawati (2002), hygiene adalah suatu pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap
untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Menurut (Widyawati,
2002) sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sedangkan (Depkes RI,
2004) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya, menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 6
Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian
makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan yang akan
merugikan pembeli, mengurahi kerusakan/pemborosan makanan.
1. Upaya Sanitasi
Upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus
diperhatikan seperti berikut: (Yuliana, 2010)
a. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
b. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan
c. Keamanan terhadap penyediaan air, penglolaan pembuangan air limbah
dan kotoran
d. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
e. Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan
2. Tujuan Penyehatan Makanan
Upaya sanitasi meliputi tindakan-tindakan saniter yang ditunjukkan pada
semua tingkatan, sejak makanan mulai dibeli, disimpan, diolah dan
disajikan untuk melindungi agar konsumen tidak dirugikan kesehatannya.
Dengan demikian tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan, antara
lain:
a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
b. Mencegah penularan wabah penyakit
c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat
d. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
Hygiene dan Sanitasi Makanan 7
2.2 Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan
Pengertian dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian
terhadap tempat/bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Prinsip ini
penting untuk diketahui karena berperan sebagai faktor kunci keberhasilan usaha
makanan. Suatu usaha makanan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik,
jika melalaikan pringsip-prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman, besar
kemungkinan pada suatu saat akan merugikan. Menurut Depkes RI, 2004, enam
prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu :
Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan.
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan
makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk
pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).
A. Ciri-ciri bahan makanan yang baik.
1. Buah-buahan.
a. Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor.
b. Isi masih terbungkus kulit dengan baik.
c. Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan,
warna buatan (karbitan) dan warna lain selain warna buah.
d. Tidak berbau busuk, bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya.
e. Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 8
2. Sayuran.
a. Daun , buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu.
b. Kulit buah atau umbi utuh tidak rusak/pecah
c. Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia
d. Tidak ada bagian sayuran yang ternoda atau berubah warnanya.
e. Bebas dari tanah atau kotoran lainnya.
3. Susu
a. Alami
Susu langsung diambil dari puting susu sapi, kerbau atau kambing, susu ini
harus steril. Pencemaran terjadi karena tangan pemerah, infeksi kulit atau
peralatan yang digunakan.
b. Pasteurisasi dan Sterilisasi
Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu secara berulang pada suhu
600C untuk membebaskan susu dari kuman pathogen. Dengan cara ini
susu tidak mengalami perubahan tetapi kuman patogennya mati.
Sterilisasi adalah pemanasan susu dengan suhu 1000C atau lebih untuk
memusnahkan semua jenis kuman pathogen. Dengan cara ini pathogen
mati tetapi susunya mengalami perubahan berupa pemecahan dan
penggumpalan protein.
c. Ciri-ciri susu yang baik
- Warna putih susu dan kental.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 9
- Cairannya konstan dan tidak mengumpal.
- Aroma khas susu, tidak bau asam, tengik atau bau amis.
- Kalau dituangkan dari gelas masih menempel didinding gelas.
- Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam).
- Bebas dari kotoran fisik seperti darah, debu, bulu, serangga dan lain-
lain .
4. Makanan Olahan Pabrik.
a. Terdaftar di badan pengawasan obat dan makanan, ditandai dengan adanya
kode nomor :
ML : untuk makanan luar negeri (import) dan
MD : untuk makanan dalam negeri.
b. Kemasan masih baik, utuh tidak rusak, bocor atau kembung.
c. Belum habis masa pakai (Kadaluwarsa)
d. Sefel penutup masih terpasang dengan baik.
e. Mempunyai merek dan label yang jelas nama pabrik pembuatnya.
B. Sumber Bahan Makanan yang Baik.
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber-
sumber makanan yang baik. Sumber makanan yang baik seringkali tidak mudah
kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan
melalui jaringan perdagangan pangan (Depkes RI, 2004). Adapun sumber bahan
makanan yang baik adalah :
Hygiene dan Sanitasi Makanan 10
1. Pusat penjualan bahan makanan dengan system pengaturan suhu yang
dikendalikan dengan baik (swalayan).
2. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah
daerah dengan baik
Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan
Proses penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah
rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih
dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah
dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan
dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).
Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri
melainkan menghambat pertumbuhan (berkembangbiak bakteri). Apabila
makanan dikeluarkan dari dalam freezer dan temperatur menjadi tinggi, maka
bakteri akan mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh
apabila makanan disimpan pada temperatur di bawah 30C (Moehyi, 1992).
Dalam penyimpanan bahan makanan hal – hal yang harus diperhatikan
adalah:
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih
dan memenuhi syarat.
2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga :
Mudah untuk mengambilnya.
Tidak menjadi tempat bersarang/ bersembunyi serangga dan tikus.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 11
Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah
membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.
Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan
untuk riwayat kelur masuk barang dengan system FIFO (First In Firs Out).
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya
yaitu (Depkes RI,2004):
1. Penyimpanan sejuk (coolling), yaitu suhu penyimpanan 100 C – 150 C untuk
jenis minuman buah, es krim dan saturan.
2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40 C – 100 C untuk
bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00 C – 40 C
untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24
jam.
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 00 C untuk bahan
makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
Prinsip 3 :Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene sanitasi (Depkes RI, 2004). Dalam
proses pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi
terutama menjaga kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat
Hygiene dan Sanitasi Makanan 12
pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan penjamah makanan (Kusmayadi,
2008).
a. Penjamah makanan.
Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah mulai dari
persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah mempengaruhi
kualitas makanan yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu, demam dan
diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan makanan. Jika
terjadi luka penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya,
plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi, 2008).
Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI, 2003) :
1. Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek, influenza,
diare, penyakit perut sejenisnya.
2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya)
3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.
4. Memakai celemek dan tutup kepala.
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas
tangan.
7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian
lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup hidung atau mulut.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 13
b. Persiapan Tempat Pengolahan.
Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar dan
persyaratan hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap
makanan.
Beberapa hal yang penting dalam persiapan tempat pengolahan adalah :
1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan
sempurna.
2. Lantai, dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan
kemungkinan pencemaran terhadap makanan.
3. Meja peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas
irisan tidak masuk kedalam makanan.
4. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa
sungkup (hood) atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan.
5. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang
cukup potensial pada makanan.
c. Peralatan Masak.
Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan,
seperti pisau, sendok, kuali, wajan dan lain-lainnya perlu diperhatikan :
1. Bahan peralatan
Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperti cadmium,
plumbum, zincum, cuprum, stibium atau arsenicum. Logam ini beracun yang
dapat berakumulasi sebagai penyakit kemih dan kanker.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 14
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak karena
akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak
mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi.
3. Fungsi
Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan
dicampur aduk dan bila perlu digunakan tanda pada peralatan sesuai
fungsinya, karena peralatan yang digunakan bercampur baur akan
menimbulkan kontaminasi makanan.
4. Letak
5. Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat
masing-masing (rak penyimpanan peralatan) sehingga memudahkan waktu
mempergunakannya/mengambil.
d. Peralatan Makanan dan Minuman.
Peralatan Makanan dan Minuman dapat dipergunakan seperti : piring, gelas,
mangkuk, sendok atau garpu harus dalam keadaan bersih. Beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah :
1. Bentuk peralatan utuh, tidak rusak, cacat, retak atau berlekuk-lekuk tidak
rata.
2. Peralatan yang sudah bersih dilarang dipegang di bagian tempat makanan,
minuman atau menempel dimulut, karena akan terjadi pencemaran mikroba
melalui jari tangan.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 15
3. Peralatan yang sudah retak, gompel atau pecah selain dapat menimbulkan
kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran
karena tidak akan dicuci sempurna.
4. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali
pakai.
e. Wadah Penyimpanan Makanan dan Minuman.
Wadah penyimpanan baskom, panci, harus dalam keadaan bersih, wadah
penyimpanan perlu diperhatikan cara pemisahan yang benar dan teliti untuk setiap
jenis makanan yang berada di dalam ruangan tempat penyimpanan. Makanan
kering dan bahan makanan basah serta makanan matang dan makanan mentah.
Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan Masak
Menyimpanan makanan dan minuman yang sudah masak di tempat-tempat
yang tidak terjangkau tikus, serangga, binatang pengganggu lainnya. Adapun
karakteristik dari pada pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus
dipantau dan dijaga adalah kadar air makanan, jenis makanan, suhu makanan.
a. Wadah.
Setelah selesai proses pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian,
peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, maka akan dilakukan pengemasan
atau pewadahan. Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang
bersih dan aman bagi kesehatan dan atau tutup makanan dan minuman harus
dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan (Depkes RI, 2003).
Pada dasarnya hygiene sanitasi dalam pewadahan mencakup beberapa hal, antara
lain :
Hygiene dan Sanitasi Makanan 16
1. Semua makanan masak mempunyai wadah masing-masing yang terpisah.
2. Pemisahan didasarkan pada saat makanan mulai diolah dan jenis makanan.
3. Setiap wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat megeluarkan
uap air.
4. Makanan berkuah dipisahkan antara lauk dengan saus atau kuahnya.
b. Suhu
1. Makanan kering di simpan dalam suhu kamar (250C – 300C).
2. Makanan basah harus segar disajikan pada suhu diatas 600C.
3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu dibawah
100C. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu
berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau
diatas 60 0C. Suhu 100C – 600C sangat berbahaya, (danger zone).
Prinsip 5: Pengangkutan Makanan.
Pengangkuatan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam mencegah
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masa lebih tinggi
resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu titik berat
pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak. Dalam proses
pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan,
pewadahan, orang ,suhu dan kendaraan pengangkutan itu sendiri.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 17
a. Pengangkutan Bahan Makanan.
Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran
fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya adalah membuang atau
setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan pencemaran dengan cara:
1. Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan
beracun (B3), seperti pupuk, obat hama atau bahan berbahaya lainnya.
2. Kendaraan pengangkutan makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut
bahan lain seperti untuk mengangkut orang, hewan, atau barang-barang.
3. Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap
akan digunakan untuk makanan selalu dalam keadaan bersih.
4. Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau
pestisida walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran.
5. Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan,
seperti perlakuan makanan yang ditumpuk, diinjak dan dibanting.
6. Kalau mungkin gunakanlah kendaraan pengangkutan bahan makanan yang
mengunakan alat pendingin sehingga mampu membawa makanan dengan
jangkauan yang lebih jauh, tetapi tentu saja biayannya akan menjadi jauh
lebih besar sehingga akan menaikkan harga makanan.
b. Pengangkutan Makanan Siap Santap.
Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu yang
ekstra hati-hati. Oleh karena itu dalam prinsip penggangkutan makanan siap
santap perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 18
2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan
makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas
600C atau tetap dingin 40C.
4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam
keadaan tertutup sampai di tempat penyaji.
5. Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak digunakan untuk
keperluan mengangkut bahan lain.
Prinsip 6 : Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam
menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki
berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah hygiene sanitasi yang baik.
Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau boks plastik harus dalam
keadaan bersih dan tidak berasal tidak berasal tidak berasal tidak berasaltidak
berasal dari bahan-bahan tidak berasal tidak berasal dari bahan – bahan yang
dapat menimbulkan racun.
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang digunakan
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih dan rapi
menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung
dengan makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008).
Hygiene dan Sanitasi Makanan 19
2.3 Faktor yang mempengaruhi Hygiene dan Sanitasi makanan
1. Faktor makanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan faktor makanan diantaranya adalah:
a. Keadaan bahan makanan
b. Cara penyimpanan bahan makanan
c. Proses pengolahan
d. Cara pengangkutan makanan yang telah masak
e. Cara penyimpanan makanan yang masak
f. Cara penyajian makanan masak
2. Faktor peralatan
Persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan diantaranya adalah:
a. Permukaan alat harus utuh tidak cacat dan mudah dibersihkan
b. Lapisan permukaan alat tidak mudah larut dalam asam/basa atau garam
yang lazim dipakai dalam proses makanan
c. Apabila alat tersebut kontak dengan makanan, maka alat tersebut tidak akan
mengeluarkan logam berat beracun berbahaya, seperti:
1) Timah hitam (Pb)
2) Arsenikum (As)
3) Tembaga (Cu)
4) Seng (Zn)
5) Cadmium (Cd)
6) Antimon (Stibium)
d. Tutup wadah harus menutup sempurna
Hygiene dan Sanitasi Makanan 20
e. Kriteria kebersihan ditentukan dengan angka kuman maksimum 100/cm2
permukaan dan bebas dari kuman E.Coli
3. Faktor manusia
Persyaratan untuk karyawan/tenaga pengolahan makanan diantaranya adalah:
a. Kondisi badan sehat dengan surat keterangan dokter
b. Bebas dari penyakit menular (TBC, thypus, kolera, carier penyakit)
c. Harus punya buku pemeriksaan kesehatan
2.4 Pelaksanaan hygiene dan sanitasi makanan
Hygiene sanitasi makanan adalah upaya kesehatan dan kebersihan unutuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat
menimbulkan penyakit / gangguan kesehatan atau keracunan makanan.
a. Aspek hygiene sanitasi makanan
1. kontaminasi : masuknya zat asing ke dalam makanan yang tidak
dikehendaki (bakteri, jamur, virus, rambut, debu, tamah, pupuk,
perstisida, dan radioaktif)
2. keracunan : timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya akibat mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
Keracunan dapat terjadi karena :
bakteriotogis
kimia
pembusukan
pemalsuan
Hygiene dan Sanitasi Makanan 21
3. cara pengolahan : agar menghasilkan makanan yang bersih, sehat,
aman, dan bermanfaat bagi tubuh maka diperlukan pengolahan yang
baik dan benar. Makanan perlu diolah dan disimpan secara baik
menurut jenis dan macamnya.
b. Hygiene perorangan
Pengertian hygiene perorangan adalah upaya kesehatan yang dilakukan oleh
setiap orang untuk memperoleh kesehatan jasmani, sosial, dan mental yang
optimal. Hygiene perorangan merupakan kunci keberhasilan dalam
mengolah makanan yang aman dan sehat.
Prinsip hygiene perorangan, dalam penerapannya sebagai berikut
mengetahui sumber pencemaran dari tubuh yaitu :
- sumber cemaran utama : hidung, mulut, telinga, isi perut, dan kulit.
- Sumber cemaran lain : luka terbuka, bisul / nanah, dan rambut.
- Sumber cemaran karena perilaku : tangan yang kotor, rambut, lubang
hidung, telinga atau sela-sela gigi, batuk, bersin, atau percikan ludah akibat
meludah sembarangan, menyisir rambut dan cincin yang dipakai (kecuali
cincin kawin yang polos).
- Sumber cemaran karena ketidaktahuan : pemakaian bahan palsu, bahan
rusak, pewarna bukan untuk makanan serta pemakaian borax untuk
pembuatan bakso.
c. titik kendali kritis (TKK) hygiene sanitasi makanan
1. pemilihan bahan
Hygiene dan Sanitasi Makanan 22
- Bahan dipilih yang bersih, segar, dan bebas bahan berbahaya dan
beracun seperti pestisida, kotoran manusia, logam berat, dan
sebagainya.
- Segera diolah apabila tidak ada fasilitas penyimpanan dingin.
- Semua bahan harus yang masih baik dan utuh.
2. penyimanan bahan
- suhu penyimpanan sesuai dengan keperluannya.
- Waktu penyimpanan sesingkat mungkin untuk mencegah kerusakan dan
penurunan mutu.
- Hindari suhu danger zone yaitu antara 10o C – 60o C
- Sirkulasi penyimpanan sisten FiFo (first in first out).
3. Pengolahan
- cuci bahan dengan air bersih sehangga mengurangi pencemaran
- masak dengan suhu 100o C, sehingga kuman patogen mati
- lindungi penjamah makanan agar tidak mencemari makanan
- waktu masak harus dekat dengan waktu makan dan tidak lebih dari 4
jam jaraknya
4. Penyimpanan makanan
- usahakan makanan masak tidak disimpan lebih dari 6 jam
- jika harus disimpan suhunya < 10o C atau > 60o C
- lindungi makanan dari pencemaran kembali dan pencemaran silang
5. Penyajian
- segerakan sajikan makanan dalam keadaan panas pada suhu >60o C
atau dengan keadaan dingin < 10oC
Hygiene dan Sanitasi Makanan 23
- tidak boleh disimpan lebih dari 8 jam
- tidak mencampur makanan baru dengan makanan sisa penyajian
- lakukan uji organoleptik (merasakan) uji coba biologi sebelum
disajikan
6. Pengangkutan
- lindungi dari cemaran kimia, serangga, atau percikan ludah sewaktu
menata dan membawa makanan.
- Gunakan kendaraan pengangkut makanan khusus.
- Peralatan wadah makanan tidak melarutkan zat beracun ke dalam
makanan.
2.5 Pengaruh makanan terhadap kesehatan
Makanan merupakan salah satu pokok kebutuhan manusia untuk
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, makanan merupakan hal yang penting
bagi manusia. Pentingnya makanan bagi manusia, selain dapat dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari dapat pula dilihat data berikut. Bagi banyak golongan
masyarakat 46,84% dari anggaran belanja keluarga dikeluarkan untuk makanan
(survey sosial ekonomi 1977, Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta).
Ditinjau dari segi kesehatan, kegunaan makanan adalah sebagai sumber zat
makanan. Zat makanan didalam tubuh mempunyai fungsi:
a. sumber energi,
b. zat pembangun,
c. zat pengatur,
Hygiene dan Sanitasi Makanan 24
Oleh sebab itu makanan yang cukup diperlukan agar badan mempunyai tenaga
yang cukup untuk mempertahankan kehidupan, jasmani dapat tumbuh dengan
baik, sehat dan kuat. Kecukupan makanan diperlukan agar tubuh tidak menjadi
sakit baik oleh sebab defisiensi atau sebab dari luar.
Dari sudut kesehatan lingkungan, pengaruh makanan terhadap kesehatan yang
harus diperhatikan ialah peranan makanan atau minuman sebagai vektor/agen
penyakit yang ditularkan melalui makanan yaitu:
1. Parasit-parasit seperti Taenia saginata, Taenia solium, Diphylobotrium
latum, Trichinella spiralis dan sebagainya. Parasit-parasit ini masuk dalam
tubuh manusia melalui daging sapi, babi, ikan, yang terkena infeksi dan
dimakan tanpa memasaknya cukup lama agar larva-larva parasit yang ada
di dalam daging mati.
2. Mikroorganisme seperti Salmonella typhi, Shigella dysentriae, fever, virus
hepatitis dan sebagainya, yang dapat mengkontaminasi makanan dan
masuk dalam tubuh manusia.
3. Toksin yang diproduksi oleh bakteri-bakteri (exo-toxin) yang ada dalam
makanan misalnya entero toxin dari Staphylococcus, exo toxin dari
Clostridium botulinum.
4. Zat-zat yang membahayakan kesehatan, dan yang secara ilegal atau tanpa
diketahui bahayanya dengan sengaja ditambahkan kepada makanan untuk
pengawetan, pewarnaan atau untuk menipu, atau tanpa sengaja seperti
insektisida yang dikira gula atau tepung terigu dimasukkan atau
dicampurkan kedalam makanan. Dalam kategori ini juga termasuk
insektisida atau herbisida yang masih melekat pada sayuran, buah-buahan
Hygiene dan Sanitasi Makanan 25
dan sebagainya, yang diemprotkan untuk memberantas hama makanan
(tanaman).
5. Penggunaan tanaman atau bahan lain yang beracun sebagai bahan
makanan, seperti jamur beracun, tempe bongkrek dan sebagainya.
Beberapa faktor yang baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
makanan adalah:
1. Air
Erat sekali hubungannya dengan makanan oleh karena air diperlukan
dalam semua proses pengolahan makanan. Dalam beberapa hal air sangat
menentukan kualitas makanan.
2. Air kotor (sewage)
a. Berbagai macam bahan organik dan anorganik terlaut dalam air kotor
b. Merupakan sumber dari kuman-kuman patogen, terutama untuk kuman-
kuman yang berasal dari saluran pencernaan.
c. Berperanan penting sebagai sumber pencemar bagi air dan makanan.
3. Tanah
Tanah yang mengandung mikroorganisme dapat mengkontaminasi
makanan dengan cara:
a. Terbawa oleh alat-alat, masuk kedalam tempat makanan/penyimpanan
makanan, akhirnya sampai ke makanan.
b. Terikat pada bagian tanam-tanaman/sayuran dan sebagainya.
c. Melalui makanan yang dibungkus dengan bahan/kertas yang
terkontaminasi oleh tanah yang mengandung mikroorganisme.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 26
4. Udara
a. Adanya mikroorganisme di udara karena terbawa oleh partikel-pertikel
debu, air atau titik-titik ludah yang disebarkan oleh orang/hewan, batuk
atau berbangkis.
b. Tergantung dari lokasi, musim, pergerakan udara.
5. Manusia
Merupakan sumber patent dari kuman-kuman Staphilococcus aureus,
Salmonella, Clostridium perfringens, Enterococcus.
6. Hewan ternak/piaraan
Bakteri-bateri penting pada hewan ternak sering dihubungkan dengan
peristiwa keracunan makanan misalnya: Salmonella, Clostridium
perfringens.
7. Binatang pengerat
Merupakan ancaman kontaminasi terutama bagi sayur-sayuran dan buah-
buahan sejak dipetik, diangkut, disimpan, sampai diolah dan disajikan.
Misalnya: Salmonella, Enteritidis.
2.6 Pengawetan dan Penanganan Makanan Agar Tetap Sehat
Agar makanan tetap aman dan sehat diperlukan beberapa cara yang meliputi
penyimpanan, pencegahan kontaminasi dan pembasmian organisme dan toksin.
Beberapa hal yang mempengaruhi bpertumbuhan organisme :
1. Keadaan Basa dan Pengemasan :
Hygiene dan Sanitasi Makanan 27
Dalam keadaan netral organisme akan tumbuh dengan baik, dalam
keadaan keasaman dan basa yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan
organisme. Sebagian organisme kontaminan dalam tubuh perlu oksigen
untuk tumbuh.
2. Kelembaban :
semua organisme akan mudah tumbuh dalam keadaan kelembaban yan
cocok. Pertumbuhan organisme akan ditentukan oleh kadar garam, gula
dan bahan lain.
3. Suhu :
setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimal dan suhu
maksimum dalam melakukan proses kehidupan. Sebagian kuman patogen
hidup dengan baik pada suhu tubuh manusia, pada suhu 71o C hampir
semua organisme akan mati, sedangkan pada suhu kurang dari 5o C akan
mengganggu pertumbuhan kuman.
Metode Pengawetan Agar Makanan Tahan Lama :
1. Dimasak
Makanan yang dimasak akan membunuh organisme tetapi tidak dijamin
menjadi awet. Malahan pada pemasakan tidak sempurna pada daging,
telur, susu akan menyebabkan makanan tersebut peka dan memudahkan
organisme untuk berkembang.
2. Pengalengan
Sebelum dilakukan pengalengan, makanan terlebih dahulu harus
mengalami pemasakan yang cukup untuk membunuh organisme dan
seterusnya dilakukan sterilisasi serta penutupan kaleng. Bahaya
Hygiene dan Sanitasi Makanan 28
pengalengan yang tidak sempurna akan mengganggu kuman anaerob yang
menghasilkan toksin botulinum.
3. Pengeringan dan dehidrasi :
Cara sederhana dan murah untuk pengawetan adalah dengan cara
pengeringan. Teknik pengeringan dapat secara alami dijemur dibawah
sinar matahari dan dengan cara pemanasan memakai alat pengering. Cara
modern yang dipakai untuk mengeringkan makanan adlah “spray drying,
freeze drying, vacum drying dan hot-air drying”.
4. Cara Pengawetan
Pengawetan merupakan cara untuk menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroorganisme. Untuk mengawetkan daging/ikan dan
sayuran dipakai bahan kimia, antara lain : garam, gula, sodium nitrat dan
nitrit. Kadang-kadang ditambah dengan asam salisilat dan sodium benzoat.
Untuk mengawetkan roti biasanya dipakai asam propionat dan asam
sorbik.
5. Suhu kulkas (refigeneration)
Penyimpanan dalam keadaan beku akan menyebabkan bakteri tidak
mampu berkembang biak. Penyimpanan dalam keadaan beku tidak
menjamin makanan bebas kuman.
6. Pasteurisasi
cara pasteurisasi merupakan cara yang baik untuk mengawetkan makanan
dalam jangka pendek. Makanan yang mengalami pasteurisasi dan
dimasukkan ke dalam kulkas akan relatif lebih awet. Pasteurisasi susu
Hygiene dan Sanitasi Makanan 29
dilakukan dengan pemanasan 63o C selama 30 menit atau pada suhu 72o C
selama 15 detik akan membunuh organisme patogen.
7. Irradiasi :
cara irradiasi dilakukan pada makanan dengan jumlah banyak dan
diperkirakan mengandung mikroorganisme. Pada dosis yang ditentukan
irradiasi tidak dapat mensterilkan daging sehingga daging masih perlu
disimpan di dalam kulkas.
2.7. Penyebab penyakit bawaan makanan
Bahan makanan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc,
mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan,
khususnya gangguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh
kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-
bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksin-toksin yang dihasilkan bakteri;
mengkomsumsi pangan yang mengandung parasit-parasit hewan dan
mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi satu
karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam penentuan
penyebabnya.
Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan untuk
menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme, mencakup gangguan-
gangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan organisme-
organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksiorganisme penghasil
Hygiene dan Sanitasi Makanan 30
toksin. Toksin-toksin dapat ditemukan secara alami pada beberapa tumbuhan dan
hewan atau suatu produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu metabolisme.
Dengan demikian, intoksikasi pangan/makanan adalah gangguan akibat
mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan,
sedangkan infeksi pangan/makanan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh
melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh
terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya.
Penyakit bawaan makanan akibat mengkonsumsi makanan dan air yang
terkontaminasi oleh sel bakteri patugen yang hidup atau bahan makanan yang
mengandung toksin. Sebagaimana yang telah disampaikan terdahulu berdasarkan
model sakitnya, penyakit bawaan makanan (Microbial foodborne diseases = FBD)
dapat dikolompokkan menjadi 3, yaitu: Intoksikasi atau keracunan, infeksi, dan
toksikoinfeksi. Mikrobia penyebab sakit dan tipe gejalanya dapat dilihat dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Penyakit Bawaan makanan, mikrobia penyebab, da tipe gejala
utamanyaTipe Penyakit Mikrobia
PenyebabKelompok Mikrobia
Tipe gejala utama
Intoxication :
Staph poisoning (enterotoksin stapilokoki)
Staphylococcus aereus strains
Bacteria, Gm+a Gastric
Botulism (neurotoksin) Clostridium botulinum strains
Bacteria, Gm+ Nongastric
Mycotoxin poisoning Mycotoxins producing mold strains, e g Aspergillus flavus
Molds Nongastric
Hygiene dan Sanitasi Makanan 31
Infection :
Salmonellosis (enterotoksin dan sitotoksin)
Over 2000 Salmonella species (except Sal. typhi and Sal. paratyphi)
Bacteria, Gm-a Gastric
Campylobacter
enteritis
Yersiniosis
Campylobacter jejuni
and C coli strains
Pathogenic strain of Yersinia enterocolitica
Bacteria, Gm-Bacteria, Gm- Gastric
Gastric
Enterohemorrhagic E. coli colitis Nonhemorrhagic E. Coli colitis
E. coli 0157:H7 Shiga-like toxin (verotoxin) producing E. coli 026: Hn
Bacteria, Gm-Bacteria, Gm-
Gastric and nongastric Gastric
Listeriosis Listeria monocytogenes (pathogenic strains)
Bacteria, Gm+ Gastric and nongastric
Shigellosis Four shigella species, e.g., Shi. Dysenteriae
Bacteria, Gm- Gastric
Vibrio parahaemolyticus
gastroenteritis
Pathogenic strains
Of V parahaemolyticus
Bacteria, Gm- Gastric
Vibrio Vulnificus infection Vibrio vulnificus Strains Bacteria, Gm- Gastric and nongastric
Brucellosis Brucella abortus Bacteria, Gm- Gastric and nongastric
Viral infections Pathogenic Enteric Viruses, e.g., Hepatitis A virus
Viruses Gastric and nongastric
Toxicoinfection Clostridium
Perfringens gastroenteritis (enterotoksin selama germinasi di saluran pencernaan)
Clostridium perfringens strains
Bacteria, Gm+ Gastric
Bacillus cereus gastroenteritis (enterotoksin diproduksi ketika sel lisis di saluran usus)
Bacillus cereus strains Bacteria, Gm+ Gastric
Hygiene dan Sanitasi Makanan 32
E. coli Gastroenteritis Enteropathogenic and
Enterotoxigenic E. coli strains
Bacteria, Gm- Gastric
Cholera Pathogenic strains
Of Vibrio cholera
Bacteria, Gm- Gastric
Gastroenteritis by opportunist pathogens;
Aeromonas Hydrophia Aeromonas hydrophila Bacteria, Gm- Gastric
gastroenteritis Strains
Plesiomonas Shigelloides gastroenteritis
Plesiomonas
Shigelloides strains
Bacteria, Gm- Gastric
A. Organisme Penyebab Penyakit
1. Bakteri
Berdasarkan klasifikasi di atas, ada dua intoksikasi pangan utama yang
disebabkan bakteri yaitu (1) botulisme, disebabkan oleh toksin yang dihasilkan
oleh Clostridium botulinum dan (2) intoksikasi stapilokoki, disebabkan oleh
toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh intoksikasi terlihat setelah 3-12 jam setelah memakan bahan
makanan. Indeks pangan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok: (1) infeksi
dimana makanan tidak menunjang pertumbuhan patogen tersebut, misalnya,
patogen penyebab tuberkolosis ( Mycobacterium bovis dan M. tubercolosis),
brucellosis (Brucela aortus, b. melitensis), diprteri {Corynebacterium
diptheriae), disentri oleh Campylobacter, demam tifus,kolera , hepatitis, dan
Iain-lain; dan (2) infeksi dimana makanan berfungsi sebagai medium kultur
untuk pertumbuhan patogen hingga mencapai jumah yang memadai untuk
Hygiene dan Sanitasi Makanan 33
menimbulkan infeksi bagi pengkomsumsi makanan tersebut; infeksi ini
mencakup Salmonela spp, Listeria, V . parahaemolyticus, dan Escherichia coli
enteropatogenik.
Tabel 2. Waktu Inkubasi dan Gejala Penyakit yang Ditimbulkan oleh Bakteri Patogen
Jenis bakteri dan Penyakit
Waktu inkubasi Gejala
Clostridium botulinum
12-36 jam, atau lebih lama atau lebih
Gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing dan muntah-muntah, bisa juga diare,lelah, pening dan sakit
(Botulism) pendek kepala. Gejala lanjut konstifasi, Double vision, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa membengkak dan tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa menyebar kehati dan saluran pernafasan. Intoksikasi
staphylococcus
1-7 jam, biasanya 2-4 jam
Pusing, muntah-muntah, kram usus, diare berdarah dan berlendir pada beberapa kasus, sakit kepala, kram otot,berkeringat, menggigil, detak jantung lemah, pembengkakan saluran pernafasanSalmonella
(Salmonellosis)
12-36 jam pusing, muntah-muntah, sakit perut Bagian bawah, diare. Kadang-kadang didahului sakit kepala dan mengggil
Infeksi clostridium perfringes
8-24 jam, rata-rata 12 jam
Sakit perut bagian bawah diare dan gas, demam dan pusing-pusing jarang terjadi
Campylobacter
2-48 jam, biasanya 12 jam
Sakit perut bagian bawah, kram, diare, sakit kepala, demam, dan kadang-kadang diare berdarah.
Infeksi vibrio para haemolyticus
2-3 hari tapi bisa 7-10 hari
Sakit perut bagian bawah, diare berdarah dan berlendir, pusing, muntah-muntah, demam ringan, menggigil, sakit kepala, recoveri dalam 2-5 hari
Infeksi Escherichia coli enteropatogenik
Tipe invasif: 8-24 jam, rata-rata 11 jam; tipe enterksigenik : 8-44jam, rata-
Tipe invasif: Panas dingin, sakit kepala, kram usus, diare berair seperti shigellosis;
Tipe enter otoksigenik: diare, muntah-muntah, dehidrasi, shock
Hygiene dan Sanitasi Makanan 34
rata 26 jam
Bacillus cereus
8-16 jam atau 1,5 - 5 jam
Pusing, kram usus, diare berair, beberapa muntah-muntah
Yersiniosis (Yersi-
nia
1-7 hari, biasanya kurang dari 4 hari
Kram usus,panas dingin,diare berair sering kali berdarah dan berlendir, sakit kepala, pusing, dehidrasi
Shigellosis
(infeksi
shigella
24-36 jam atau lebih
Sakit perut bagian bawah, demam, menggigil, sakit kepala, malaise, diare, muntah-muntah, pusing, pharingitis, leukocytosis
Sterptococcus pygenes
1-3 hari Sakit tenggorokan, sakit pada waktu menelan, tonsilitis, demam tinggi, sakit kepala, pusing, muntah-muntah, malaise, rhinorrhea.
2. Kapang
Selain oleh bakteri, kapang juga dapat menimbulkan penyakit yang dibedakan
atas dua golongan, yaitu (1) infeksi oleh fungi yang disebut mikosis dan (2)
keracunan yang disebabkan oleh tertelannya metabolik beracun dari fungi atau
mikotoksikosis (Tabel 4.3). Mikotoksikosis biasanya tersebar melalui makanan,
sedangkan mikosis tidak melalui makanan tetapi melalui kulit atau lapisan
epidermis, rambut dan kuku akibat sentuhan, pakaian, atau terbawa angin.
Senyawa beracun yang dihasilkan fungi disebut mikotoksin. Toksin ini dapat
menimbulkan gejala sakit yang kadang-kadang fatal. Beberapa diantaranya
bersifat karsinogen. Beberapa mikotoksin bersifat halusinogenik, misalnya asam
lisergat.
3. Virus
Virus adalah ultramikroskopik dan dapat lolos filter 0,22 urn. Virus berkembang
biak hanya pada inang yang sesuai dan tidak dapat tumbuh diluar inang.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 35
Beberapa virus dapat menyebabkan ganggun pencernaan dan ciri- cirinya hampir
sama dengan yang ditimbulkan oleh bakteri. Sebagian virus juga dapat
menginfeksi tanpa adanya simpton sampai virus tersebut menyerang jaringan sel
yang lain, misalnya jaringan saraf, melalui aliran darah. Transmisi virus yang
dapat menyebabkan gangguan pencernaan dapat melalui aerosol atau kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi. Enterovirus diketahui menyebar melalui
rute fekal-oral, sedangkan virus polio (dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, demam dan kelumpuhan) menyebar melalui rute fekal-oral,
sedangkan virus hepatitis B tersebar melalui kontak langsung dan transfusi darah.
Rotavirus merupakan virus yang secara sporadis dapat menyebabkan diare akut,
d emam dan sering kali muntah-muntah. Virus ini telah dilaporkan dapat
menyebar melalui air.
Tabel 3. Beberapa Mikotoksin Yang Sering Mengkontaminasi Makanan
Mikotoksin Kapang Penghasil Penyakit yang disebabkan
Bahan Pangan Yang Sering Terkontaminasi
Aflatoksin Aspergillus flavus,A .parasiticus
Kegagalan fungsi hati, kanker hati
Kacang tanah, kacang-kacangan lain, jagung serealia
Asam Penisilat
Penicillium Cyclopium, P. martensii, P. chraceus, P. melleus
Pembentukan tomur, kerusakan ginjal
Jagung, barley,
kacang-
Kacangan
Ergotoksin Claviceps purpurea Kerusakan hati Serealia
Hygiene dan Sanitasi Makanan 36
Okratoksin A A. ochraceus, A. mellus, A. sulphureus, P. viridicatum
Kerusakan hati Jagung, kacang-
kacangan,
Barley
Patulin A. clavatus, P. patulum,P. expansum
Kerusakan hati, Kanker hati
Apel dan produk-produk apel (cider dan saus apel
Alimentary Toxic aleukia
Cladosporium spp., Penicilium, Fusarium, Mucor, Alternaria
Kerusakan hati Biji-bijian
Sterigmatosis A. regulus, A.nidulans, A. versicolor,P. luteum
Sirosis hati, kanker hati
Gandum, oat
Zearalenon Gibberella zeae
(Fusarium
Kerusakan hati Jagung dan serelia
Luteoskyrin P. islandicum Nekrosis hati, Kanker hati
Tepung beras
4. Rickettsiae
Rickettsiae adalah bakteri yang berukuran kecil dan tidak pernah berhasil
dikultivasi pada medium sintetik. Rickettsia berbeda dengan virus karena
mikroorganisme ini mempunyai DNA dan RNA mempunyai beberapa struktur
yang dimiliki bakteri. Coxiella burnetii, penyebab demam Q, ditimbulkan oleh
mikroorganisme ini adalah sakit kepala dan demam. Penularannya melalui susu
dari sapi yang terinfeksi. C. burnetii telah dilaporkan relatif tahan panas dan dapat
membentuk spora, sehingga kemungkinan bisa terdapat pada susu pasteurisasi jika
susu tersebut berasal dari sapi yang terinfeksi.
5. Prion
Prion menyebabkan penyakit degeneratif pada sistem syaraf pusat
pada hewan dan manusia. Penyakit scrapie pada kambing merupakan
penyakit yang ditimbulkan oleh prion. Penyakit yang sama juga telah
Hygiene dan Sanitasi Makanan 37
ditemukan pada sapi, bovine spongiform encephalopathy (BSE) yang dikenal
sebagai penyakit sapi gila. Prion tersebar melalui pakan dan penularan
terhadap manusia kini mendapat perhatian yang serius. Prion sangat resisten
terhadap panas, lebih tahan daripada spora bakteri dan merupakan bentuk
protein yang abnormal dari inang. Pencegahan penularan melalui pencegahan
pemberian pakan dari bahan-bahan yang terinfeksi dan pencegahan komsumsi
daging dan bagian-bagian hewan yang terinfeksi.
6. Protozoa dan parasit
Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa lainnya
serta parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melali air dan makanan.
Beberapa spesies dapat bertahan pada lingkungan untuk beberapa minggu dan
dapat klorinasi. Gejala-gejala yang ditimbulkan dapat sama dengan gejala
gangguan perutya ng ditimbulkan oleh bakteri dan penularannya melalui rute
fekal-oral. Pada Tabel 4. disajikan makanan-makanan yang dapat menjadi
pembawa virus, protozoa dan parazit serta metode pengontrolan.
B. Sumber-sumber Infeksi dan Pencegahannya
Tabel 4. Makanan-makanan yang Dapa Terinfeksi oleh Virus, Protozoa dan Parasit serta PencegahannyaOrganisme Pangan yang dapat
terinfeksi
Waktu inkubasi Gejala penyakit
Pencegahan
Poliomyelitis Susu, makanan olahan 5-35 hari Demam, untah-muntah, sakit kepala, nyeri otot dan lumpur
Kebersihan individu; kecukupan panas ma-kanan olahan; desenti-feksi air; pencegahan kontak makanan dengan Mat
Hygiene dan Sanitasi Makanan 38
Virus
hepatitis
Susu dan kerang, salad
10-50 hari, rata-rata 25 hari
Kulit kuning,kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan
Pemasakan kerang-kerangan, kecukupan panas makanan olahan, susu, perebusan air atau desinfeksi air,kebersihan individu
Entamoeba Histolytica (disentri amoeba)
Air yang terkontaminasi limbah,makan-makanan basah yang
terkontaminasi feses
Beberapa hari sam-pai 4 minggu
diare Perlindungan suplai air,sanitasi selama pengola-han, jamban yang memadai
Taenia saginata (cacing pita)
Daging sapi mentah atau setengah matang yang
Beberapa Sakit perut bagian bawah, perasaan lapar, lelah
Penyembelihan sapi dan penye-diaan daging sapi dibawah
mengandung larva minggu pengawasan dinas kesehatan, daging dimasak matang
Diphylloboth ri um latum (cacing pita)
Daging sapi mentah atau setengah matang yang
2-6 minggu Gejala awal tidak ada, tetap penderita lanjut mengalami anemia
Ikan dimasak matang, hindari konsumsi ikan asap mentah
Taenia solium Daging babi mentah atau setengah matang yang mengandung larva
Beberapa minggu Gangguan pencernaan, malaise, encephalitis, bisa fatal
Penyembelihan babi dan penye-diaan daging babi di bawah pengawasan dinas kesehatan, daging di masak matangTrichinella spiralis Daging sapi
mentah atau setengah matang yang mengandung larva
Biasanya
9 hari, tetapi
Bisa bervariasi
2-28 hari
Pusing,muntah muntah, diare, nyeri otot, demam, pembengkakan kelopak mata, susah bernafas
Daging babi dimasak matang, bekuan daging babi suhu 15° C selama 30 hr atau —23° C selama 20 hari atau -29°C selama 12 hari, hindari adanya
tikus di sekitar kandang, pakan babi dimasak
Tabel 5. Jenis bahan pangan dan frekuensi berjangkitnya FBD
Hygiene dan Sanitasi Makanan 39
Jenis Bahan Pangan Frekuensi % Predominant pathogen (s) (% No. of outbreaks)
Produk olahan daging 91 14.0 Salmonella spp. (53%) Next S.aureusProduk olahan ikan 20 3.0 C.botulinum (50%)
Produk olahan telur 11 2.0 Salmonella spp. (82%)Produk olahan susu 26 4.0 Salmonella spp. (27%)Salad 33 5.0 Salmonella spp., Sta.aureus,
Shigella spp.Roti (Baked foods) 8 1.0 S.aureusBuah dan sayur 44 7.0 C.botullium, Salmonella spp. (27%)Mushrooms 2 0.5 C.botollinumMinuman 3 0.5 Salmonella sppEthic foods 19 3.0 C.perfringens.B.cereus., Salmonella spp.Multiple foods 123 19.0 Salmonella spp. (59%)Unknown foods 254 40.0 Salmonella spp.
(68%) Shigella spp., viruses
1. Bahan Baku dan Ingredien
a). Daging
Tabel 6. Bahan Pangan Potensial Berbagai Sumber Mikroorganisme Patogen
Mikroorganisme Bahan pangan
Salmonella Daging ternak dan daging unggas mentah, susu segar dan telur
Clostridium perfringens Daging ternak dan daging unggas, makanan kering, herbs, rempah-rempah,sayur-sayur
Staphylococcus aureus Makanan dingin, produk-produk susu terutama jika menggunakan bahan baku susu mentah
Bacillus cereus dan Bacillus ssp. lain
Serealia, makanan kering, produk-produk susu,daging dan produk-produk daging,herbs, rempah-rempah, sayur-sayuran
Escherichia coli Bahan pangan mentahVibrio Parahaemolyticus Ikan segar dan ikan olahan, kerang dan makanan laut lainnya
Shigella Makanan campuran dan basah, susu, kacang-kacangan, kentang, tuna, undang, kalkun, salad,makaroni, cider apel
Streptococcus pyogenes Susu, es krim, telur, lobster, salad kentang, salad telur, custard, puding dan makanan-makanan yang mengan-dung telurClostridium botulinum Makanan kaleng dengan pH>4,6
Yersinia enterocolitica Daging ternak dan unggas mentah,produk olahan daging, susu dan produk susu dan sayur-sayuran
Hygiene dan Sanitasi Makanan 40
Campylobacter jejuni Daging ternak dan daging unggas mentah, susu segar atau susu yang diolah tetapi pemanasannya kurang, air yang tidak diolahListeria Monocytogenes Daging ternak, daging unggas, produk susu, sayur-sayuran dan kerang-kerangan
Virus Kerang mentah, makanan dingin yang ditangani oleh orang yang terkena infeksi
yang satu ke yang lainnya. Demikian juga penggilingan daging dalam pembuatan
daging cincang dapat menyebarkan mikroorganisme, sehingga daging cincang
merupakan produk daging yang berisiko tinggi.
b). Telur
Kulit telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran
ayam dan mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. Di
negara-negara Eropa terjadi peningkatan gangguan pencernaan karena infeksi
oleh S. enteritidis yang berasal dari telur yang telah terinfeksi. Departemen
kesehatan Inggris memberikan peringatan terhadap penggunaan telur mentah
pada makanan yang tidak mengalami pengolahan lebih lanjut.
c). Produk-produk Susu
Susu yang telah mengalami pengolahan yang benar, misalnya pasteurisasi dan
sterilisasi, merupakan produk yang aman. Akan tetapi susu segar yang diperoleh
dari hewan sehat bisa terkontaminasi dari hewan yang menyusui atau dari
peralatan dan lingkungan pemerahan susu. Di Inggris telah dilaporkan keracunan
makanan (Salmonellosis) karena mengkonsumsi susu sapi segar. Gangguan
pencernaan juga kadang-kadang terjadi akrena prises pemanasan susu
tidak cukup. Produk-produk susu yang disiapkan dari susu yang tidak mengalami
proses pemanasan merupakan produk yang potensial mengandung Staphylococus
auerus, Bacillus cereus, Yersenia enterocolitia monocytogenes.
d). Ikan dan Kerang-kerangan
Hygiene dan Sanitasi Makanan 41
Ikan dan kerang-kerangan dapat terkontaminasi dari lingkungan hidup
ikan tersebut atau dari lingkungan pengolahan. Jika ikan tersebut diperoleh dari
laut yang telah terkena polusi limbah, ikan tersebut kemungkinan terkontaminasi
bakteri patogen. Vibrio parahaemolyticus adalah kontaminan yang umum terdapat
pada ikan dan makanan laut lainnya terutama dari perairan Asia Timur. Bakteri ini
dapat dihilangkan dengan pemanasan, akan tetapi sanitasi yang kuramg baik dapat
menyebabkan terjadinya rekontaminasi.
Dalam kerang-kerangan telah ditemukan mikroorganisme patogen seperti
Salmonella, E. coli, V. parahemolyticus, clostridia dan virus.
e). Buah-buahan, sayuran dan serealia
Dalam keadaan segar, bahan pangan nabati kemungkinan terkontaminasi oleh
mikroorganisme dari tanah dimana tanaman tersebut tumbuh. Buah-buahan karena
jauh daru tanah, kemungkinan untuk terkontaminasi lebih kecil dibandingkan
dengan sayuran atau bahan pangan yang lain yang kontak langsung dengan tanah.
Kebersihan saluran juga berpengaruh terhadap kualitas mikrobiologi pangan
bahan pangan nabati. Penggunaan air dari irigasi yang tercemardan penggunaan
pupuk kandang atau kotoran manusia sebagai pupuk beresiko terhadap
kontaminasi oleh Salmonella (termasuk S. typhi), Shigella dan V. cholerae serta
virus. Pencucian dan pembilasan dengan air yang mengandung semua bakteri
kecuali sporanya.
f). Makanan kering
Bakteri yang dominan mengkontaminasi makanan kering adalah
kelompok Clostridium dan Bacillus. Spora kedua bakteri ini dapat bertahan pada
proses pengeringan. Penggunaan suhu pengeringan yang tidak bekterisidal,
Hygiene dan Sanitasi Makanan 42
memungkinkan bakteri seperti salmonella dan E. coli tetap ada setelah
pengeringan. Makanan-makanan yang demikian aman dalam keadaan kering,
akan tetapi jika direhidrasi maka harus diperlakukan seperti halnya makanan
segar. Karena herbs dan rempah- rempah seringkali terkontaminasi spora dalam
jumlah banyak, maka penambahan ingredian harus dilakukan sebelum proses
pemanasan.
g) Makanan siap santap
Tabel 7. Tempat konsumsi makanan dan frekuensi FBD
Establisments No. of outbreaks %Homes 149 24.8Food services51 225 37.5Picnicb 45 7.5Processing plants0 NA NA
Unknownd 181 30.2600 100
Tabel 8. Faktor penyebab terjadinya FBD di USA dari th 1983-1987
Faktor penyebab 1983 1984 1985 1986 1987 Total (%)Suhu penyimpanan yang tidak memadai
52 68 57 40 27 244 (34.6%)
Higiene personal yang buruk
21 42 38 25 19 145(20.5%)
Pemasakan yang tidak memadai (matang)
24 19 36 20 19 118(16.7%)
Peralatan yang terkontaminasi
17 33 25 21 12 108 (15.3%)
Pangan dari sumber yang tidak aman (mentah)
15 3 10 5 6 39 (5.5%)
Lainnya 9 12 12 11 8 52 (7.4%)
2. Ciri-ciri Beberapa Spesies Bakteri Patogen
Beberapa ciri dari mikrobia patogen dapat diringkaskan sebagai berikut:
Hygiene dan Sanitasi Makanan 43
a) Staphylococcus
• Bakteri gram positif seperti anggur
• Bersifat tidak motil dan mudah bergerak
• Fakultatif anaerob
• Relative tahan terhadap gram
• Toxin : enterotoksin, tahan terhadap panas
• Sumber : manusia —► permukaan kulit, hidung, telinga
b) Vibrio parahaemolitycus
• Bakteri gram negarif batang pendek
• Bersifat motil mudah bergerak
• Fakultatif anaerob
• Untuk berutmbuhnya membutuhkan NaCl
• Makanan hasil laut: ikan, udang, kerang
c) Clostridium perfringens
• Bakteri gram +
• Membentuk spora
• Berbentuk batang
• Tidak motil
• Fakultif anaerob
• Bersifat termodurik
• Bahan makanan yang biasa terkontaminasi : nasi goring, ayam goring,
ayam panggang
• Sumber : soil = tanah
d) Bacillus cereus
Hygiene dan Sanitasi Makanan 44
• Membentuk spora
• Bakteri gram +
• Berbentuk batang
• motil
• Fakultatif anaerob
• Jenis pathogen ini bias mengkontaminasi makanan cina, nasi
goreng,
mie
e) Eschericia coli
• Non patogen
• Bersifat patogenik
• Bersifat toksigenik
• Semula E.coli tidak bersifat penting namun perkembangan di
Jepang
dan Amerika ditemukan strim E.coli bersifat patogenik.
Gastroenterisis —► diare + disentri (pendarahan)
f) Listeria monocytogenesis
• Bakteri gram
• Bentuk batang
• motil
• tidak membentuk spora
• Fakultatif anaerob
Pathogen ini biasa mengkontaminasi pada makanan disimpan dingin
Listerisis - menyerang otak dan abortus
Hygiene dan Sanitasi Makanan 45
g) Vibrio cholerae
• Bakteri gram negatif
• Memiliki flagela
• Bersifat aerob
• B erbentuk batang pendek
• Menyebabkan gastroenterisis
2.8. Pengawasan Sanitasi Makanan
Pada prinsipnya langkah-langkah pelaksanaan, pengawasan terhadap sanitasi
suatu produk makanan dimulai dari proses produksi, penyimpanan, distribusi dan
penjualan ke konsumen. Dengan demikian, konsumen akan mendapat makanan
yang berkualitas baik dan terhindar dari bahaya yang mungkin diakibatkan oleh
makanan tersebut. Konsumen sendiri juga perlu melakukan pengawasan terhadap
produk makanan jadi yang beredar di lapangan.
Di Indonesia, pengawasan sanitasi produk makanan masih tumpang tindih.
Belum ada kepastian mengenai undang-undang atau peraturan yang berlaku
dibudang makanan dan minumnan, selain masih kurang jelasnya institusi yang
berwenang dan kurang berfungsinya kendali masyarakat atau yayasan lembaga
konsumen Indonesa ( YLKI ) terhadap kasus yang terjadi yang dapat merugikan
masyarakat. Landasan hokum pengawasan sanitasi adalah undang-undang dan
peraturan seperti UU no.9/1960 tentang pokok-pokok kesehatan, UU no.11/1962
tentang hygiene untuk usaha-usaha bagi umum, UU no.2/1966 tentang hygiene
peraturan-peraturan daerah tingkat satu dan dua. Penegakan hukum bidang
pengawasan sanitasi ini juga dapat dilaksanakan melalui pemberian wewenang
oleh unit kesehatan propinsi kepada unit kesehatan kabupaten atau kota madya.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 46
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sanitasi makanan merupakan salah satu bagian yang penting, dalam segala
aktivitas masyarakat, mengingat adanya kemungkinan penyakit-penyakit
akibat makanan. Kebiasaan-kebiasaan tradisionil dalam mengelola makanan
mesih menduduki posisi yang kuat di masyarakat kita selama belum ada cara
pengganti yang berkenan.
2. Pengertian dari prinsip ini adalah pengendalian terhadap tempat/bangunan,
peralatan, orang dan bahan makanan. Prinsipnya antara lain : pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan dan penyajian
makanan.
3. Agar makanan tetap aman dan sehat diperlukan beberapa cara yang meliputi
penyimpanan, pencegahan kontaminasi dan pembasmian organisme dan
toksin.
4. Beberapa faktor yang baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap makanan adalah: air, air kotor (sewage), tanah, udara, manusia,
hewan ternak/piaraan, binatang pengerat.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 47
5. Sebagai akibat suatu kontaminasi terhadap makanan, pada umumnya akan
disertai dengan terjadinya proses pembusukan. Pembusukan tidak selalu oleh
adanya kontaminasi, tetapi dapat juga terjadi oleh kegiatan enzim yang sudah
terdapat dalam makanan itu sendiri secara alami.
6. Infeksi penyakit melalui makanan (Food Borne Disease) adalah suatu gejala
penyakit yang timbul akibat makan bahan makanan yang mengandung
mikroorganisme atau toksinnya (termasuk tumbuh-tumbuhan, bahan kimia,
binatang).
3.2. Saran
Dalam kehidupan manusia dan setiap makhluk hidup, makanan mempunyai
peranan penting dan peranan tersebut dapat digambarkan bahwa setiap manusia
memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya, manusia yang terpenuhi
semua kebutuhan makanannya akan terlindung dan terjamin kesehatannya dan
memiliki tenaga kerja yang produktif, dan bahan makanan dapat merupakan
media perkembang biakan kuman penyakit atau dapat juga merupakan media
perantara dalam penyebaran suatu penyakit.
Demikianlah kesimpulan dan saran saya sampaikan, apabila ada kesalahan
mohon diberikan saran dan kritik dari dosen dan teman-teman sekalian yang
sifatnya membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
Hygiene dan Sanitasi Makanan 48
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Surya dan Gunawan, 2003. Hygine Dan sanitasi Makanan
Jajana Di Simpang Selayang Kelurahan Simpang Selayang , Kecamatan
Medan, Sumatra Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
Depkes RI. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Dirjen PPM
dan PLP. Jakarta
Depkes RI. 1986. Permenkes RI No. 712/Menkes/Per/X/1986 Tentang
Persyaratan Kesehatan Jasa Boga dan Petunjuk Pelaksanaannya. Dirjen
PPM dan PLP, Jakarta.
Depkes RI. 2003. Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2000, Prinsip-Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Purnawijayanti, Hiasinta A.1999. Sanitasi, Higiene, dan keselamatan kerja
dalam pengolahan makanan. Jakara : Kanisius
Trisna EA. dan Retno A, Higiene. 2008. Hygiene and Sanitation of “Nasi
Tempe Penyet” at Karangmenjangan Street Vendors, Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 4. No.2, Januari 2008
Hygiene dan Sanitasi Makanan 49
Yuliana, Sri Herlina. 2010. Buku Ajar Dasar-Dasar Kesehatan
Lingkungan. Fakultas Kedokteran.Universitas Lambung Mangkurat
Cahyadi, S,. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Cetakan Pertama . PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Putra Prabu.Higiene dan Sanitasi Makanan.Wordpress.com: 2008
Putra Prabu. Penyajian Makanan (Prinsip Food Higiene).
Wordpress.com:2009
Sari, Nurmala, Irnawati, M dan Indra Chahaya, 2012 Management of food
hygiene sanitation and behaviors foodhandlers in the school canteen of
public and private high schools in the district of North Rantau Labuhan
Batu in 2012. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, 2012
Hygiene dan Sanitasi Makanan 50
Hygiene dan Sanitasi Makanan 51