makalah ices
TRANSCRIPT
-
UNIVERSITAS INDONESIA
KONTRIBUSI BIDANG KEKHUSUSAN GEOTEKNIK PADA
IMPLEMENTASI MEGAPOLITAN DI JABODETABEKJUR
MAKALAH
Diajukan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Rekayasa Sipil
MASRUL WISMA WIJAYA
1406533296
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
OKTOBER 2015
-
2
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kontribusi Bidang
Kekhususan Geoteknik Pada Implementasi Megapolitan di Jabodetabekjur.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sistem Rekayasa
Sipil. Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagaimana
mestinya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kurangnya kemampuan yang penulis miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal Alamiin.
Depok, 20 Oktober 2015
Penulis
ii
-
3
Universitas Indonesia
Kontribusi Bidang Kekhususan Geoteknik Pada Implementasi Megapolitan
di Jabodetabekjur
Masrul Wisma Wijaya1
1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Implementasi konsep megapolitan di kawasan Jabodetabekjur membutuhkan persiapan yang sangat matang.
Konsep pengelolaan tata ruang kota ini diusulkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di DKI Jakarta yaitu
berupa permasalahan banjir yang sering melanda, permasalahan sampah/lingkungan, permasalahan
kependudukan dan permasalahan kelayakan infrastruktur fisik transportasi publik. Kaitan permasalahan tersebut
dengan disiplin ilmu geoteknik yaitu berupa aplikasi MRT yang menggunakan pondasi bore pile sebagai alat
transportasi publik yang lebih aman dan nyaman serta pembuatan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur
sebagai upaya penanggulangan banjir di DKI Jakarta.
Kata kunci : Geoteknik, Megapolitan, MRT, banjir.
iii
-
4
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK..................... iii
DAFTAR ISI.................. iv
DAFTAR GAMBAR. vi
1. PENDAHULUAN 7
1.1. Latar Belakang . 7
1.2. Perumusan Masalah.. 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan. 8
1.4. Metode Penulisan.. 8
1.5. Sistematika Penulisan... 8
2. PEMBAHASAN. 9
2.1. Disiplin Ilmu Geoteknik9
2.1.1. Pengertian...9
2.1.2. Cakupan Geoteknik 9
2.2. Perkembangan Megapolitan. 9
2.2.1. Pengertian.. 9
2.2.2. Masalah Banjir...10
2.2.3. Masalah Transportasi. 10
2.2.4. Masalah Lingkungan dan Sampah. 11
2.2.5. Masalah Kependudukan. 12
2.3. Hubungan Geoteknik dan Megapolitan 12
2.3.1. Konstruksi Jalan Raya13
2.3.2. Konstruksi Rel Kereta Api. 14
2.3.3. MRT (Mass Rapid Transit) ...16
2.4. Peran Sarjana Teknik Sipil....18
2.4.1. Etika Profesi...18
2.4.2. Peran dalam Penataan Ruang 19
iv
-
5
Universitas Indonesia
3. PENUTUP.............. 20
3.1. Kesimpulan...... 20
3.2. Saran................ 20
3.3. Ucapan Terima Kasih... 20
DAFTAR REFERENSI... 22
v v
-
6
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Potongan Jakarta bagian utara sampai selatan 10
Gambar 2. Strategi PTM... 11
Gambar 3. Perbandingan distribusi beban 13
Gambar 4. Susunan konstruksi rel kereta 16
Gambar 5. Pekerja memasang tiang pancang untuk pondasi jalur
Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Blok M-Fatmawati.. 18
vi
-
7
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permasalahan yang timbul di daerah DKI Jakarta menimbulkan kegelisahan
tersendiri bagi penduduknya, misalnya masalah banjir yang sering melanda wilayah
Jakarta. Keriuhan ini memicu gagasan pengelolaan dan penataan kota yang melibatkan
daerah-daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur.
Konsep Megapolitan muncul ketika Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso bersama mantan
Gubernur Ali Sadikin bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana
Presiden pada bulan Februari 2005. Megapolitan pada dasarnya merupakan konsep lama
yang pernah dilontarkan, akan tetapi secara resmi belum dibahas dan belum
mengikutsertakan pemerintah daerah di sekitar Jakarta (Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi) dalam telaah telaahnya.
Sebenarnya sejak tahun 1960 penataan kawasan Jabodetabekjur sudah
mulai dibahas dalam berbagai konsep, tetapi hingga saat ini tidak ada hasil signifikan
dari konsep tersebut. Perlu penguatan lagi badan yang mempunyai kewenangan absolut
untuk menata wilayah Jabodetebekjur. Perencanaan secara detail tata ruang juga
diperlukan untuk memberikan secara batasan-batasan recana tata ruang yang akan di
buat masing-masing daerah.
2. Perumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang peran bidang geoteknik pada konsep
megapolitan, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga
dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian geoteknik?
b. Bagaimana perkembangan megapolitan di Jabodetabekjur saat ini?
c. Apa hubungan geoteknik dengan konsep megapolitan?
d. Bagimana peran sarjana teknik sipil (geoteknik) pada implementasi
megapolitan?
-
8
Universitas Indonesia
3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Sistem Rekayasa Sipil dan menjawab serta menjelaskan pertanyaan yang ada
pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulis dan pembaca tentang peran disiplin ilmu geoteknik pada implementasi
megapolitan.
4. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi yang dipakai dalam penyusunan makalah ini selain bersumber
dari buku teks, juga memakai sumber-sumber lain seperti e-book dan jurnal online.
5. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pertama pendahuluan, bab
kedua pembahasan, dan bab terakhir penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas,
latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab
yang berkaitan dengan disiplin ilmu geoteknik pada implementasi megapolitan di
Jabodetabekjur serta mencoba untuk menjawab pertanyaan yang ada di rumusan
masalah. Terakhir, bab penutup terdiri dari kesimpulan, saran, dan ucapan terimakasih.
-
9
Universitas Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Disiplin Ilmu Geoteknik
1.1. Pengertian
Geoteknik adalah salah satu cabang ilmu teknik sipil. Di dalamnya
diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan tanah dan batuan
serta hubungannya dengan kemampuan menahan beban bangunan yang berdiri
diatasnya
1.2. Cakupan Geoteknik
Disiplin ilmu yang utama di geoteknik adalah mekanika, yang
mempelajari karakteristik mekanis atau tingkah laku massa benda, bilamana
dikenai gaya; bahan, yang mempelajari karakteristik fisis (ukuran butiran,
komposisi, gesekan, lekatan, kepadatan, permeabilitas, dan sifat plastisnya).
Ilmu dasar dalam bidang geoteknik adalah mekanika tanah (soil mechanics),
yang mempelajari sifat-sifat fisis dan mekanis tanah; mekanika batuan (rock
mechanics), yang mempelajari sifat-sifat fisis dan mekanis batuan, serta geologi
teknik (engineering geology), sedangkan aplikasi ilmu dasarnya adalah teknik
pondasi (foundation engineering), yang mempelajari pondasi dari berbagai
bangunan baik bangunan gedung dari tingkat sederhana sampai dengan
bangunan tinggi, bangunan air, bangunan lepas pantai, bangunan jalan, lapangan
terbang, dermaga dan lain-lain; teknik batuan (rock engineering), yang seperti
teknik pondasi namun orientasi pondasi tidak pada tanah tetapi pada batuan
(konstruksi terowongan, pusat tenaga listrik bawah muka tanah, reservoir bahan
energi bawah muka tanah, atau suatu galian dalam, dan lain-lain); stabilitas
lereng, yang mempelajari tentang kondisi lereng dalam keadaan labil atau
mantab, lereng dalam sekala kecil maupun besar, lereng alam atau buatan, dalam
tinjauan dua dimensi atau tiga dimensi, serta mitigasi dan penanggulangannya
2. Perkembangan Megapolitan
2.1. Pengertian
Megapolitan pada hakekatnya merupakan konsep penataan dan
pengaturan ruang kawasan perkotaan Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok,
-
10
Universitas Indonesia
Tangerang, Bekasi, dan Cianjur) secara terpadu berkelanjutan, namun bukan
berarti wilayah Bodetabekjur menjadi bagian dari Provinsi DKI Jakarta.
Pengelolaan tata ruang kota yang terpadu meliputi penyelesaian masalah banjir,
transportasi, lingkungan, sampah, dan kependudukan.
2.2. Masalah Banjir
Penanganan banjir di daerah Jakarta dan sekitarnya salah satunya dapat
menggunakan jalur sungai baru untuk memperlancar perjalanan air dari dataran
tinggi menuju dataran rendah. Pemerintah sudah melakukan hal ini dengan
membangun sungai Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal
Timur mulai dibangun tahun 2003 dan selesai serta mulai dipergunakan pada
bulan Januari tahun 2010
Gambar 1 : Potongan Jakarta bagian utara sampai selatan
2.3. Masalah Transportasi
Kemacetan merupakan suatu hal yang lazim di wilayah Jabodetabek.
Kondisi transportasi dipengaruhi oleh faktor kebutuhan perjalanan, kendaraan
bermotor, jaringan jalan, dan biaya kemacetan. Kebutuhan perjalanan adalah
intensitas orang untuk melakukan perjalanan ke daerah tertentu, di Jakarta
mencapai 15,3 juta perjalanan/hari menggunakan motor. Proporsi kendaraan
bermotor di Jakarta lebih banyak di kendaraan pribadi, yaitu sebesar 7,25 juta
(98,8%), sedangkan untuk angkutan umum hanya berjumlah 89.270 (1,2%) saja.
-
11
Universitas Indonesia
Luas jalan di Jakarta adalah 42,3 km2 (6,4 % dari luas wilayah) dan pertumbuhan
panjang jalan hanya sekitar 0,01% per tahun. Biaya kemacetan adalah biaya
yang diestimasi dari biaya BBM, operasional kendaraan, time value, economic
value, dan pencemaran udara, nilainya diperkirakan Rp. 45,2 trilyun/tahun.
Kebijakan pola transportasi makro adalah solusi yang digunakan untuk
mengatasi masalah sistem transportasi Jabodetabek, yang dapat dilihat pada
skema berikut :
Gambar 2 : Strategi PTM
2.4. Masalah Lingkungan dan Sampah
Kegiatan pengelolaan kebersihan di wilayah DKI Jakarta diarahkan pada
lokasi yang memiliki aktivitas strategis, seperti jalan protokol, ekonomi dan
lingkungan. Selain itu pemerintah juga harus mendorong berkembangnya
pengelolaan persampahan, khususnya kegiatan pengumpulan dan pengangkutan
sampah yang partisipatif serta tridaya (partisipasi masyarakat, peningkatan
usaha swasta dan peningkatan kondisi lingkungan). Selain itu, peningkatan
kualitas lingkungan dari aspek kebersihan dan keindahan melalui kegiatan
-
12
Universitas Indonesia
penyapuan, pengumpulan dan pengangkutan sampah baik secara swakelola
Dinas Kebersihan maupun pihak swasta sangat diperlukan. Di sisi lain,
diperlukan usaha-usaha pengembangan sistem monitoring dan evaluasi yang
efektif untuk mengoptimalkan implementasi pengelolaan kebersihan di
lapangan dari hulu hingga ke hilir.
2.5. Masalah Kependudukan
Tahun 1980 Provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah inti sudah memiliki
angka urbanisasi sebesar hampir 94 % dan meningkat menjadi 100 % pada tahun
1995 hingga saat ini.
Untuk wilayah Kabupaten Bogor, persentase urban mengalami sedikit
penurunan dari 57,4 % menjadi 57 %. Hal ini menunjukkan terjadinya perluasan
wilayah kabupaten ini dimana bagian yang diperluas ini masih terklasifikasi
sebagai wilayah perdesaan.
Hal yang sama juga terjadi di Kota Bekasi dari 97,5 % pada tahun 2000
menjadi 97,3 % di tahun 2005; dan Kota Depok dari 98 % pada tahun 2000
menjadi 97,4 % di tahun 2005. Kedua wilayah kota ini mengalami perluasan
wilayah dimana bagian perluasan ini masih merupakan wilayah perdesaan.
Berdasarkan publikasi hasil Sensus Penduduk 2010 oleh BPS), yaitu sekitar
63,85 % penduduk yang tinggal di Kota Depok terdiri kaum migran seumur
hidup, artinya 63,85 % penduduknya tidak dilahirkan di Kota Depok. Hanya
sekitar 36,15 % penduduk saja yang dilahirkan di Kota Depok. Faktor terbesar
yang mendorong orang untuk migrasi adalah faktor mengikuti keluarga (ikut
suami/istri/anak).
3. Hubungan Geoteknik dan Megapolitan
Konsep megapolitan memerlukan infrastruktur transportasi yang lebih terintegrasi.
Seperti yang kita tahu bahwa Beberapa infrastruktur transportasi fisik yang akan dibahas
di makalah ini adalah jalan raya, rel kereta api, MRT. Berdasarkan data dari
Ditlantas Polda Metro Jaya, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kawasan
Jabodetabek pada 2014 mencapai 9,8%. Dari Subdit Regident Ditlantas Polda Metro
Jaya, tercatat, jumlah kendaraan pada 2012 mencapai 14.618.313 unit. Sebanyak
10.825.973 unit di antaranya sepeda motor, lalu 2.742.414 unit mobil, 358.895 mobil
-
13
Universitas Indonesia
penumpang, 561.918 mobil barang, dan 129.113 kendaraan khusus. Hal ini harus
diseimbangkan dengan kualitas jalan atau infrastruktur jalan yang baik dan kokoh.
3.1. Konstruksi Jalan Raya
Jalan raya secara umum menggunakan metode konstruksi perkerasan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu
pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan
ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan
atas :
Rigid Pavement
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan
atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
Gambar 3 : Perbandingan distribusi beban
Keuntungan menggunakan perkerasan kaku adalah daya tahan
yang lebih besar karena distribusi beban dibagikan merata ke seluruh
permukaan beton, bukan hanya pada satu titik saja. Selain itu metode
perkerasan ini mempunyai life-cycle cost yang lebih murah, karena
minim biaya pemeliharaan. Permukaan beton juga merefleksikan cahaya
lima kali lebih terang dibanding aspal (perkerasan lentur), sehingga bisa
mengurangi konsumsi energi penerangan jalan pada saat malam hari,
namun di saat siang hari bisa menimbulkan silau. Selanjutnya rigid
-
14
Universitas Indonesia
pavement lebih rendah menyerap panas sehingga bisa membuat
pengemudi lebih nyaman dan konsumsi energi air conditioning pada
mobil bisa dikurangi.
Flexible Pavement
Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan
lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban
lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu sendiri adalah material berwarna
hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu, aspal
dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat
pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal
akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat
termoplastis).
Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi
kaku dan rapuh sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan
berkurang. Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang
diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan
tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan
ke lapisan yang ada dibawahnya, sehingga beban yang diterima oleh
tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan
dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.
Jenis keruskan pada perkerasan lentur adalah retak (cracking),
distorsi (distortion), cacat permukaan (disintegration), pengausan (
polished aggegate), kegemukan (bleeding / flushing), dan penurunan
pada bekas penanaman utilitas. Hal inilah yang membuat biaya
pemeliharaan perkerasan lentur lebih tinggi dibanding dengan
perkerasan kaku.
3.2. Konstruksi Rel Kereta Api
Struktur jalan rel kereta api dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Struktur atas, dimana komponen-komponennya terdiri dari rel (rail), penambat
(fastening system), dan bantalan (sleeper)
-
15
Universitas Indonesia
3.2..1. Rel (Rail)
Rel merupakan batangan baja longitudinal yang
berhubungan secara langsung, dan memberikan tuntunan dan
tumpuan terhadap pergerakan roda kereta api secara berterusan.
Oleh karena itu, rel juga harus memiliki nilai kekakuan tertentu
untuk menerima dan mendistribusikan beban roda kereta api
dengan baik.
3.2..2. Penambat (Fastening System)
Untuk menghubungkan diantara bantalan dengan rel
digunakan suatu sistem penambat yang jenis dan bentuknya
bervariasi sesuai dengan jenis bantalan yang digunakan serta
klasifikasi jalan rel yang harus dilayani. Jenis dan klasifikasi.
3.2..3. Bantalan (Sleeper)
Bantalan memiliki beberpa fungsi yang penting,
diantaranya menerima beban dari rel dan mendistribusikannya
kepada lapisan balas dengan tingkat tekanan yang kecil,
mempertahankan sistem penambat untuk mengikat rel pada
kedudukannya, dan menahan pergerakan rel arah longitudinal,
lateral dan vertikal.
Struktur bawah, dimana komponen-komponennya terdiri dari balas (ballast),
subbalas (subbalast), dan tanah dasar (subgrade).
3.2..1. Lapisan Balas
Konstruksi lapisan balas terdiri dari material
granular/butiran dan diletakkan sebagai lapisan permukaan (atas)
dari konstruksi substruktur. Material balas yang baik berasal dari
batuan yang bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama, bebas
dari debu dan kotoran dan tidak pipih (prone). Meskipun
demikian, pada kenyataannya, klasifikasi butiran di atas sukar
untuk diperoleh/dipertahankan, oleh yang demikian,
permasalahan pemilihan material balas yang ekonomis dan
memungkinkan secara teknis masih mendapat perhatian dalam
kajian dan penelitian. Lapisan balas berfungsi untuk menahan
gaya vertikal (cabut/uplift, lateral dan longitudinal yang
-
16
Universitas Indonesia
dibebankan kepada bantalan sehingga bantalan dapat
mempertahankan jalan rel pada posisi yang disyaratkan.
3.2..2. Lapisan subbalas
Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar
adalah lapisan subbalas. Lapisan ini berfungsi sebagaimana
lapisan balas, diantaranya mengurangi tekanan di bawah balas
sehingga dapat didistribusikan kepada lapisan tanah dasar sesuai
dengan tingkatannya.
3.2..3. Tanah dasar
Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada
struktur jalan rel yang harus dibangun terlebih dahulu. Fungsi
utama dari lapisan tanah dasar adalah menyediakan landasan
yang stabil untuk lapisan balas dan subbalas. Perilaku tanah dasar
adalah komponen substruktur yang sangat penting yang mana
memiliki peranan yang signifikan berkait pada sifat teknis dan
perawatan jalan rel.
Gambar 4 : Susunan konstruksi rel kereta
3.3. MRT (Mass Rapid Transit)
MRT Jakarta adalah salah satu bagian dari solusi transportasi yang
terkait dengan bagaimana mengangkut penumpang dari satu titik asal ke titik
tujuan secara cepat, efektif dan efisien. Untuk mengatasi kemacetan diperlukan
langkah-langkah lain seperti peningkatan disiplin lalu lintas, pembatasan
volume lalu lintas (kebijakan pembatasan intensitas penggunaan kendaraan
pribadi melalui kebijakan seperti Electronic Road Pricing), mendorong
-
17
Universitas Indonesia
pengguna kendaraan pribadi beralih ke MRT seperti dengan menyediakan
fasilitas park & ride, mengintegrasikan sistem MRT dengan sistem angkutan
massal lainnya seperti bus umum, busway, kereta Jabodetabek.
MRT Jakarta (Mass Rapid Transit Jakarta) yang berbasis rel rencananya
akan membentang kurang lebih 110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan
Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih 23.8
km dan Koridor Timur Barat sepanjang kurang lebih 87 km.
Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus Kampung
Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
Tahap I
Pembangunan yang akan dilaksanakan terlebih dahulu
menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang
15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah)
ditargetkan mulai beroperasi pada 2018.
Tahap II
Kelanjutan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung
Bandan sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I
beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap
ini sudah selesai.
Sedangkan koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan.
Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 2027
Konstruksi MRT pada bagian pondasi menggunakan pondasi bore pile. Pondasi
bore pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah
lebih dahulu. Pemasangan pondasi bore pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara
mengebor tanah terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah dirangkai dan
dicor beton. Apabila tanah mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa
disebut dengan temporary casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi
kelongsoran, dan pipa ini akan dikeluarkan pada waktu pengecoran beton.
-
18
Universitas Indonesia
Gambar 5 : Pekerja memasang tiang pancang untuk pondasi jalur Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Blok
M-Fatmawati.
4. Peran Sarjana Teknik Sipil
4.1. Etika profesi
Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh insinyur teknik secara umum adalah :
Mengutamakan keluhuran budi.
Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Selain itu, Insinyur Indonesia harus menjunjung tinggi tujuh tuntunan sikap, yaitu :
Senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan Masyarakat.
Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabkan.
-
19
Universitas Indonesia
Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan
dalam tanggung jawab tugasnya.
Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masing-masing.
Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi.
Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.
4.2. Peran dalam penataan ruang
Pertimbangan teknik sipil dalam penataan ruang, dalam kasus ini
Megapolitan, berpengaruh terhadap biaya pembangunan, operasi dan
pemeliharaan prasarana dan sarana. Agar biaya dapat diusahakan serendah
mungkin, peran disiplin ilmu teknik sipil harus dilibatkan pada seluruh proses
penataan ruang. Dalam perencanaan tata ruang, teknik sipil berperan dalam
menetapkan letak atau lokasi semua kegiatan sosial ekonomi beserta prasarana
dan sarana yang diperlukan termasuk memperkirakan biaya pembangunannya.
Pada tahap pemanfaatan ruang, teknik sipil akan berperan dalam desain,
pembangunaan, operasi serta pemeliharaan prasarana dan sarana agar
keselamatan teknis dapat dijamin dan biaya dapat diusahakan serendah
mungkin. Pada tahap ini teknik sipil berperan pula dalam menghitung biaya
yang diperlukan. Pada proses pengendalian pemanfaatan ruang, teknik sipil turut
berperan dalam berbagai pemberian izin dan persetujuan yang diperlukan, serta
pengawasan terhadap dipatuhinya persyaratan yang tercantum dalam
izin/persetujuan.
Dalam bidang geoteknik, sarjana teknik sipil akan berperan
mengumpulkan informasi terkait soil investigation kemudian
menginterpretasikannya menjadi prediksi performansi pondasi bagi bangunan
tertentu dalam bentuk laporan rekomendasi. Laporan rekomendasi ini berisi
tentang tipe pondasi, daya dukung tanah, ataupun tentang kedalaman pondasi itu
sendiri.
-
20
Universitas Indonesia
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Perkembangan Megapolitan di kawasan Jabodetabekjur sebagai pusat
perekonomian dan pembangunan di Indonesia masih menyimpan segudang
masalah yang perlu untuk diselesaikan dan diatasi.
b. Pada konsep megapolitan, diperlukan adanya sistem pengelolaan tata ruang
yang lebih terintegrasi, termasuk di dalamnya penyelesaian masalah banjir,
transportasi, lingkungan/sampah, dan kependudukan.
c. Infrastruktur fisik di bidang geoteknik yang perlu dikembangkan lebih lanjut
pada konsep megapolitan adalah jalan raya dan transportasi massal (kereta api
dan MRT).
2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
3. Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
Ibu Dr. Ir. Wiwik Rahayu DEA, Bapak Ir. Madsuri M. T., dan Ibu Dr. Ing. Ir.
Dwita Sujiningsih Dipl. HE selaku pengajar Kelas ICES-01 yang sudah
memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini.
Rekan-rekan di Kelas ICES-01 Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang
besar kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
-
21
Universitas Indonesia
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
-
22
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Waryono, Tarsoen. (2008).Peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) dalam Kancah Menuju Kawasan Megapolitan. Kumpulan Makalah Periode
1987-2008: 1-4.
Manik, Jack M. & Marasabessy, M. Djen. (2010). Tenggelamnya Jakarta dalam
Hubungannya dengan Konstruksi Bangunan Beban Megacity. Makara Sains, Vol. 14,
No.1, 69-74.
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. (2009).Karakteristik Wilayah dan Kebijakan
Pembangunan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta: Dinas Kebersihan DKI
Jakarta.
Suryolelono, Kabul Basah. (2003). Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu
Geoteknik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 25 Februari 2003. Yogyakarta: UGM.
Team Mirah Sakethi. (2010). Mengapa Jakarta Banjir? : Pengendalian Banjir
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: PT Mirah Sakethi.
Suyono. (1999). Teori dan Praktek Penataan Ruang.
Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. Pengembangan Sistem Transportasi Jakarta
yang Terintegrasi dan Berkualitas untuk Mewujudkan Efisiensi Energi. Slide 1-18.
__. (2009). Menghidupkan lagi Konsep Megapolitan.
http://penataanruang.pu.go.id/detail_b.asp?id=418
__.Kode Etik PII. http://pii.or.id/overview/kode-etik/
Mundra, Sanjay. (2012). What are the advantages and disadvantages of Pavements?
http://www.preservearticles.com/2012020922970/what-are-the-advantages-and-
disadvantages-of-pavements.html
__. MRT Jakarta : Pertanyaan Umum. http://www.jakartamrt.com/informasi-
mrt/pertanyaan-umum/