makalah implementasi pancasila

49
MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sejarah Ideologi Dosen Pengampu : Drs. Arif Purnomo, S.S, M.Pd Drs. R. Suharso, M.Pd Rombel : 001 Disusun oleh : Muslim ( 3101409004 ) Albertus Setyo Adi (3101409025 ) Muhammad Budiyanto ( 3101409014 ) Sefrian Priodi (3101409026 ) Muthohharoh (3101409016 ) Dwi Kristiawan (3101409033 ) Afifi Musthofa (3101409017 ) Afriko Wigyan F (3101409043 )

Upload: miyut-al-rembangi

Post on 26-Jul-2015

2.363 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

MAKALAH

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN

BERNEGARA

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sejarah Ideologi

Dosen Pengampu : Drs. Arif Purnomo, S.S, M.Pd

Drs. R. Suharso, M.Pd

Rombel : 001

Disusun oleh :

Muslim ( 3101409004 ) Albertus Setyo Adi (3101409025 )

Muhammad Budiyanto ( 3101409014 ) Sefrian Priodi (3101409026 )

Muthohharoh (3101409016 ) Dwi Kristiawan (3101409033 )

Afifi Musthofa (3101409017 ) Afriko Wigyan F (3101409043 )

Bayu Novandri (3101409024 ) Nur Hasan (3101409063 )

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Page 2: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia

yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara

Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan

bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan

budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan berbangsa

dan bernegara yang implementasinya mewajibkan semua manusia Indonesia harus ber-

ketuhanan. Karena keberadaan Tuhan melingkupi semua wujud dan sifat dari alam semesta ini,

diharapkan manusia Indonesia dapat menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri, dirinya dengan

manusia-manusia lain di sekitarnya, dirinya dengan alam, dan dirinya dengan Tuhan.

Keselarasan ini menjadi tanda dari mausia yang telah meningkat kesadarannya dari kesadaran

rendah menjadi kesadaran manusia yang manusiawi.

Pancasila, dalam konteks masyarakat bangsa yang plural dan dengan wilayah yang luas,

harus dijabarkan untuk menjadi ideologi kebangsaan yang menjadi kerangka berpikir (the main

of idea), kerangka bertindak (the main of action), dan dasar hukum (basic law) bagi segenap

elemen bangsa. Namun, dalam kerangka pluralitas dan multikulturalisme tidak dinafikan dan

dihalangi hidupnya ideologi kelompok yang sifatnya lebih terbatas selama tidak bertentangan

dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, ideologi kelompok keagamaan (ormas), partai

politik, dan etnonasionalisme kesukuan tetap dibiarkan hidup sebagai khasanah kekayaan bangsa

dalam payung ideologi besar Pancasila. Hal ini, dimaksudkan untuk menghindari pemaksaan dan

monopoli ideologi serta penafsiran tunggal.

Pada hakikatnya, Pancasila juga terbuka pada pemikiran ideologi lainnya. Kecuali

terhadap ideologi Komunisme yang nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila harus tetap

dilarang dan tidak boleh hidup di bumi Indonesia. Artinya Pancasila menjadi ajimat yang ampuh

bagi rejim dalam mengambil segala bentuk keputusan, rakyat diharuskan tunduk pada legitimasi

yang digunakan dengan melalui pengatasnamaan Pancasila, inilah di kemudian waktu menjadi

permasalahan yang rumit.

Page 3: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Implementasi nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Pelaksanaan nilai Pancasila lebih penting ketimbang pembahasan-pembahasan secara

teori.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat adalah

sebagai berikut :

1. Apa saja butir-butir yang terkandung dalam pancasila ?

2. Bagaimana implementasi pancasila dari masa ke masa?

3. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang politik-hukum ?

4. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang Ketahanan Negara ?

5. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang sosial-ekonomi ?

6. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang sosial-budaya ?

7. Bagaimana implementasi pancasila pada bidang demokrasi ?

8. Apa saja pedoman umum dalam implementasi pancasila ke dalam kehidupan?

9. Bagaimana mempertahankan, memantapkan, memapankan, dan mengokohkan  

Pancasila ?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa menjadi lebih mengetahui implementasi pancasila pada berbagai bidang.

2. Mahasiswa dapat mengamalkan butir-butir pancasila.

D. PEMBAHASAN

1. Butir-Butir Pancasila

1.Ketuhanan Yang Maha Esa

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

Page 4: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa 

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaanya masing masing

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,

tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,

kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

Page 5: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa

dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi

dan golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai

kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan

bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

Page 6: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan  kegotongroyongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap

orang lain

Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya

hidup mewah.

Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.

Suka bekerja keras.

Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

2. Implementasi Pancasila dari Masa ke Masa

a. Masa Orde Lama.

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang

pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan

keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana

transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama

adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.

Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3

periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan

periode 1959-1966.

Page 7: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi

lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham

komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan

mendirikan negara dengan dasar islam. Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih

tinggi ketika menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi

Indonesia. Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam

kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak dapat

dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi parlementer, dimana presiden

hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana

Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya

walaupun konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun

dalam praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.

Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila

keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Sistem

pemerintahannya yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini

persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS,

PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi

berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi

anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini

menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah

mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak berlaku,

dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama

periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin

stabilitas pemerintahan.

Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan

berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada

pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran

terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi

presiden seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis,

yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian

Page 8: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk

menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno

melakukan pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah

perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala

Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi

kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap

dihormati di dunia internasional dan integritas wilayah serta semangat kebangsaan dapat

ditegakkan. Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideology otoriter,

konfrotatif dan tidak member ruang pada demokrasi bagi rakyat.

b. Masa Orde Baru.

Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila. Situasi

internasional kala itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan keamanan dalam

negeri kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada pilihan yang sulit,

memberikan sandang dan pangan kepada rakyat atau mengedepankan kepentingan strategi dan

politik di arena internasional seperti yang dilakukan oleh Soekarno.

Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila, diliputi oleh paradigma

yang esensinya adalah bagaimana menegakkan stabilitas guna mendukung rehabilitasi dan

pembangunan ekonomi. Istilah terkenal pada saat itu adalah stabilitas politik yang dinamis

diikuti dengan trilogi pembangunan.

Perincian pemahaman. Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat dalam konsep P4

dengan esensi selaras, serasi dan seimbang. Soeharto melakukan ijtihad politik dengan

melakukan pemahaman Pancasila melalui apa yang disebut dengan P4 (Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan pada

pengalaman era sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa.

Pada awalnya memang memberi angin segar dalam pengamalan Pancasila, namun

beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan

jiwa Pancasila. Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghormatan dari dunia

Page 9: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

internasional, Tapi kondisi politik dan keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan

sentralistik dan otoritarian. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan

tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi

dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Pancasila seringkali digunakan

sebagai legimitator tindakan yang menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alasan untuk stabilitas

nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan ruang kebebasan untuk berkreasi.

Kesimpulan, Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideology yang hanya

menguntungkan satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan

kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.

c. Masa Orde Reformasi

Seperti juga Orde Baru yang muncul dari koreksi terhadap Orde Lama, kini Orde

Reformasi, jika boleh dikatakan demikian, merupakan orde yang juga berupaya mengoreksi

penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru. Hak-hak rakyat mulai dikembangkan dalam

tataran elit maupun dalam tataran rakyat bawah. Rakyat bebas untuk berserikat dan berkumpul

dengan mendirikan partai politik, LSM, dan lain-lain. Penegakan hukum sudah mulai lebih baik

daripada masa Orba. Namun, sangat disayangkan para elit politik yang mengendalikan

pemerintahan dan kebijakan kurang konsisten dalam penegakan hukum. Dalam bidang sosial

budaya, disatu sisi kebebasan berbicara, bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas

masyarakat. Namun, di sisi lain justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar

suku, antar umat beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas

meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang

berpotensi tindakan kekerasan.

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan

primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran menurunnya

pemahaman tentang Pancasila sebagai suatu ideologi, dasar filsafati negara, azas, paham negara.

Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang terdiri dari lima sila (sikap/

prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan yang saling menjiwai dan dijiwai itu

digali dari kepribadian bangsa Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama dan

Page 10: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

budaya yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa persatuan, sesuai

dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah

yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik konflik horizontal maupun konflik

vertikal, seperti halnya yang masih terjadi di Papua,Maluku. Berbagai konflik yang terjadi dan

telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat,

seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih

mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki empat Presiden.

Pergantian presiden sebelum waktunya karena berbagai masalah. Pada era Habibie,

Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarno Putri, Pancasila secara formal tetap dianggap

sebagai dasar dan ideologi negara, tapi hanya sebatas pada retorika pernyataan politik. Ditambah

lagi arus globalisasi dan arus demokratisasi sedemikian kerasnya, sehingga aktivis-aktivis

prodemokrasi tidak tertarik merespons ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan

pentingnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.

Ideologi negara yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa

Indonesia khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku ekonomi dalam berpartisipasi

membangun negara, justru menjadi kabur dan terpinggirkan. Hasilnya NKRI mendapat tantangan

yang berat. Timor-Timur yang telah lama bergabung dalam NKRI melalui perjuangan dan

pengorbanan lepas dengan sekejap pada masa reformasi tersebut. Daerah-daerah lain juga

mengancam akan berdiri sendiri bila tuntutannya tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tidak

segan-segan, sebagian masyarakat menerima aliran dana asing dan rela mengorbankan

kepentingan bangsanya sebagai imbalan dolar.

Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa yang dikenal dengan ”subversi asing”, yakni

kita saling menghancurkan negara sendiri karena campur tangan secara halus pihak asing. Di

dalam pendidikan formal, Pancasila tidak lagi diajarkan sebagai pelajaran wajib sehingga nilai-

nilai Pancasila pada masyarakat melemah.

Page 11: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

3. Implementasi Pancasila di Berbagai Bidang

a. Bidang Politik dan Hukum

Partai politik di Indonesia selain sebagai pilar demokrasi yang memiliki peran sebagai

sarana artikulasi, komunikasi dan sosialisasi aspirasi yang berkembang dalam masyarakat,

sebagai arena pendidikan politik rakyat dan pembentuk kader bangsa serta sebagai sarana

penyelesaian konflik, kegiatannya harus selalu dalam kerangka acuan (frame of reference)

Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian partai politik di Indonesia harus bertujuan sesuai

dengan cita-cita dan tujuan nasional yang diamanatkan Pembukaan UUD 1945. Pedoman yang

perlu dijadikan pegangan dalam kehidupan partai politik adalah :

a). Mengaktualisasikan kebersamaan dalam kemajemukan untuk mewujudkan cita-cita dan

tujuan nasional.

b). Mengaktualisasikan budaya demokrasi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c). Penyampaian aspirasi rakyat dan segenap perilaku partai politik harus menjamin tegaknya

keselarasan dan kerukunan serta budi luhur. Penyampaian aspirasi rakyat melalui partai politik

harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Segala aspirasi hendaknya

mengarah pada harmoni atau keselarasan, menghindari polarisasi kawan dan lawan serta

mengembangkan semangat inklusivistik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Penyampaian pendapat bersendi pada akhlak mulia, budi luhur dan beradab. Pernyataan dan

ungkapan yang berisi hujatan, caci-maki, tidak senonoh dan mendiskriditkan orang lain agar

dihindari. Aspirasi harus mengarah pada perkuatan persatuan dan kesatuan bangsa. Dihindari

konflik yang mengarah perpecahan (disintegrasi), separatisme dan sikap radikalistik.

d). Pengambilan keputusan harus sejalan dengan konsep, prinsip dan nilai yang terkandung

dalam Pancasila. Dalam proses pengambilan keputusan bersama tidak boleh bertentangan

dengan prinsip Pancasila : Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keputusan

Page 12: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

bersama  mengikat dan mengandung sanksi; penyimpangan karena penyalahgunaan kekuasaan

dan wewenang harus dihindari.

e). Mengaktualisasikan supremasi hukum dan hak asasi manusia berdasar Pancasila.

f).  Segenap perilaku partai politik selalu bersendi pada keputusan bersama yang mengikat dan

mengandung  sanksi terhadap penyimpangan penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang.

g). Pengawasan bermaksud memberikan koreksi dan peringatan agar pelaksana bersikap jujur,

adil, transparan dan untuk kepentingan rakyat.

h). Program partai politik harus mengarah pada kokohnya Pancasila sebagai dasar negara, utuh

dan kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berpemerintahan presidensial dan

bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila di bidang hukum mengharuskan

pembuat undang-undang untuk menggali nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan

inspirasi dan kesadaran hukum masyarakat yang berkembang. Dalam hal telah disepakati bahwa

nilai-nilai Pancasila bersifat universal, yang menjadi persoalan pokok adalah bagaimana nilai-

nilai Pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk norma-norma yang jelas dikaitkan

dengan tingkah laku masyarakat dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu

dan sekaligus makhluk sosial, konsekuensinya kita harus mengimplementasikan Pancasila dalam

setiap aspek penyelenggaraan negara dan setiap sikap dan tingkah laku masyarakat dalam

melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu bagi bangsa Indonesia

mengimplementasi-kan Pancasila adalah suatu keharusan baik moral maupun yuridis.

Dalam hubungan ini kita diingatkan oleh kata-kata yang bijak dari Prof.Drs.Notonagoro, S.H

yang berbunyi :

“Apabila pelanggaran moral Pancasila itu terus-menerus dilakukan banyak orang, akan

merusakkan derajat hidup seluruhnya tidak hanya moral tetapi juga kultural, religius, sosial

ekonomi dan akan tidak terhindar keburukan akibatnya bagi bangsa, rakyat dan negara”.

Page 13: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Ditinjau dari segi filsafat hukum, maka hukum digunakan untuk mencapai keserasian,

kedamaian, dan keadilan. Dengan menegaskan bahwa Pancasila adalah sendi keserasian hukum,

maka harus terbukti bahwa keserasian tersebut memang terdapat dalam tiap-tiap silanya.

a). Keserasian dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama mengungkapkan hubungan yang serasi antara Maha Pencipta dan ciptaan-Nya.

Manusia yang mengakui dan yakin akan kebenaran Pancasila akan berikhtiar memantapkan dan

tidak mengganggu hubungan yang serasi antara Maha Pencipta dan ciptaan-Nya. Karena itu

wajarlah jika hukum tidak hanya menjadi pedoman hidup antar manusia, tetapi juga pedoman

bagi berlangsungnya keserasian antara kehidupan manusia dengan lingkungannya.

b). Keserasian dalam sila Kemanusian yang Adil dan Beradab

Sila kedua menunjuk pada hubungan serasi antar manusia perseorangan, antar kelompok ataupun

antara perseorangan dengan kelompok. Hubungan serasi tersebut harus mampu mewujudkan

penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia secara adil dan beradab.

Kemanusiaan yang adil dan beradab harus dijadikan sendi keserasian hukum, termasuk hukum

tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana dan hukum perdata serta aturan hukum

yang tidak tertulis.

c). Keserasian dalam sila Persatuan Indonesia

Sila ketiga Persatuan Indonesia maksudnya ialah persatuan suku, ras dan golongan yang

menjelma menjadi satu bangsa, sehingga tidak dibenarkan satu sama lain saling meniadakan,

tetapi harus membangun keserasian hubungan   sinergis sehingga dapat terwujud satu kesatuan

bangsa dalam kehidupan nasional. Kehidupan nasional dimaksud merupakan kehidupan

kebangsaan yang tidak sempit atau chauvenistic, melainkan benar-benar merupakan perwujudan 

bhinneka tunggal ika dan membuka diri dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain.

Dalam hukum, sila ketiga ini diwujudkan dengan adanya prinsip faham unifikasi, terutama dalam

Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Benda (zakenrecht) dan Hukum

Page 14: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Pidana yang terjalin dalam suatu sistem hukum Nasional. Namun juga mengakui adanya prinsip

faham pluralisme, khususnya dalam hukum keluarga dan hukum waris.

d). Keserasian dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat   kebikaksanaan dalam

Permusyawaratan / Perwakilan

Sila keempat Pancasila mengamanatkan bahwa demi mempertahankan kesebersamaan dalam

perbedaan diperlukan upaya untuk mencapai konsensus atau kesepakatan.

Apabila terjadi ketidakserasian antara kepentingan penguasa dan kepentingan warganegara yang

pada dasarnya adalah ketidakserasian hubungan antara kekuasaan dan kepatuhan, maka harus

diselesaikan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.

e). Keserasian dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima Pancasila terarah pada tujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia secara serasi rohaniah dan jasmaniah serta merata dan berkesinambungan.

Dalam hukum harta kekayaan atau hukum ekonomi harus diutamakan keserasian rohaniah dan

jasmaniah serta keselarasan antara kebebasan dan ketertiban demi terwujudnya keadilan sosial.

b. Bidang Ketahanan dan Keamanan Nasional

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang keamanan dan ketahanan

nasional diantaranya sebagai berikut :

1).   Sistem keamanan nasional (siskamnas) yang dikembangkan harus melibatkan seluruh

potensi bangsa. Setiap ancaman, baik militer maupun non-militer, harus dihadapi oleh seluruh

komponen bangsa secara proporsional sesuai dengan tugas, fungsi, tanggung jawab dan

kewenangan masing-masing. Siskamnas yang demikian itu biasa disebut sebagai Sistem

Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Keterlibatan seluruh potensi bangsa

sekaligus menggambarkan suatu bentuk persatuan dan kesatuan bangsa sebagai aktualisasi

prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sishankamrata pada hakikatnya juga sebagai

Page 15: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

salah satu bentuk aktualisasi konsep inklusivitas gotong-royong atau kekeluargaan dalam

masyarakat bangsa Indonesia yang pluralistik, secara dinamik disesuaikan dengan perkembangan

teknologi pendukungnya.

2).     Penyelenggaraan Sishankamrata yang melibatkan seluruh potensi bangsa tersebut harus

diatur dengan peraturan perundang-undangan tentang Kamnas, yang meliputi antara lain

tentang : POLRI, TNI, Mobilisasi dan Demobilisasi, tugas bantuan TNI kepada POLRI,

Komponen Kekuatan Kamnas lainnya sesuai kebutuhan, Anti Terorisme, Intelijen Negara,

Penanggulangan Bencana Alam, dan lain sebagainya.

3).      Sishankamrata yang melibatkan seluruh warga negara harus diselenggarakan bersamaan

dengan upaya pengembangan nation and character building, yaitu menumbuh kembangkan jiwa

kebangsaan pada setiap warga negara sehingga timbul kesadaran akan hak dan kewajiban bela

negara sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan.

4).      Pengambilan keputusan nasional tertinggi merupakan fungsi, tanggung jawab dan

wewenang Presiden, dalam kondisi normal dan terutama dalam kondisi kritis, akan lebih optimal

apabila pengambilan keputusan tersebut dibantu oleh suatu institusi yang melekat pada Presiden.

Institusi ini dapat sebagai lembaga Persidangan yang dipimpin atau diketuai Presiden dan dapat

diberi nama Dewan Keamanan Nasional (national security council). yang keanggotaannya

terdiri dari anggota inti para Menteri (ex-officio) dibantu oleh unsur birokrasi yang dipandang

perlu oleh Presiden. Dewan keamanan nasional (Wankamnas) agar dapat berfungsi secara

optimal, perlu difasilitasi oleh Kantor di bawah Presiden, yang selalu siap dengan berbagai

informasi terkini yang berkembang seputar masalah Kamnas. Kantor ini dapat berupa Sekretariat

Jenderal (Setjen) yang dikepalai oleh seorang Sekretaris Jenderal (Sekjen), merupakan pejabat

setingkat Menteri, yang dapat sekaligus merangkap sebagai penasihat Presiden tentang Kamnas.

Sekjen Wankamnas mengkoodinir para pakar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, militer

dan kepolisian yang sepenuhnya ditunjuk oleh Presiden, didukung oleh staf administrasi dan

logistik.

c. Bidang Sosial-Ekonomi

Page 16: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

1). Perwujudan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Bangsa Indonesia bertekad mengimplementasikan Pancasila untuk mewujudkan

kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Anak kalimat,  memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan sosial dalam

Pembukaan UUD 1945, merupakan amanat bagi bangsa Indonesia dalam membangun

perekonomian nasional, guna memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Bangsa Indonesia harus cerdas untuk mengolah sumber daya nasionalnya serta

mengakses semua kemajuan dunia agar mampu menciptakan kesejahteraan umum yang terus

berkembang ke arah kemajuan. Usaha menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa haruslah

dilandasi lima faktor yakni : (1) Bebasnya bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan,

termasuk penjajahan ekonomi. (2) Secara politik dan keamanan nasional, bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia harus dilindungi dari segala bentuk gangguan dan ancaman. (3)

Kecerdasan kehidupan bangsa, baik individu maupun masyarakat harus terwujud. (4) Aktivitas

bangsa untuk ikut serta menciptakan perdamaian dan ketertiban dunia. (5)

Mengimplementasikan konsep, prinsip dan nilai Pancasila, sehingga keadilan sosial dapat

terwujud secara sempurna.

2). Sistem Ekonomi Nasional.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tujuan kebijakan politik ekonomi

nasional, yang secara populer disebut masyarakat adil dan makmur. Kebijakan politik ekonomi

nasional tersebut dijabarkan dalam Pasal 33 UUD 1945, ayat (1) Perekonomian disusun sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, ayat (3) Bumi

air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; dan Pasal 34 menegaskan : Fakir miskin dan anak-anak

terlantar dipelihara oleh negara.

Demokrasi ekonomi dalam sistem ekonomi nasional Indonesia menganut prinsip

produksi harus dikerjakan oleh semua dan untuk semua, di bawah pimpinan dan pemilikan

anggota-anggota masyarakat, bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

Page 17: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

kemakmuran orang per orang, sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas asas kekeluargaan, yang mengarah pada pembangunan negara kesejahteraan (Welfare State),

dengan peran negara yang dominan. Usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan akan efektif

dengan bimbingan negara.

Lima peran negara yang sangat penting dalam proses perekonomian nasional, yakni : (1)

Menguasai produksi yang penting bagi negara, (2) Menguasai seluruh kekayaan alam nasional,

(3) Memeliharan fakir miskin dan anak-anak terlantar, (4) Menyelenggarakan sistem jaminan

sosial, (5) Menyediakan fasilitas dan pelayanan umum.

Semua kegiatan perekonomian nasional bermuara pada muara tunggal, yakni

kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembangunan

demokrasi ekonomi terdapat enam prinsip yakni : (1) Kebersamaan, sebagai intinya; (2) Efisiensi

yang berkeadilan; (3) Berkelanjutan; (4) Berwawasan lingkungan; (5) Kemandirian; (6)

Keseimbangan antara kemajuan dan kesatuan nasional. Kemajuan yang dicapai oleh ekonomi

bangsa tidak boleh membahayakan kesatuan nasional. Sistem ekonomi nasional yang bertujuan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan menerapkan demokrasi

ekonomi, menciptakan sebuah bangunan negara kesejahteraan yang berkeadilan sosial yang

dapat disebut sebagai the social justice state.

3). Kelembagaan Ekonomi Nasional.

Pokok pikiran Bung Hatta yang kemudian menjadi kesepakatan nasional menyatakan

bahwa bangunan ekonomi nasional Indonesia terdiri dari berbagai pelaku ekonomi yang

diwujudkan dalam kelembagaan ekonomi dengan kedudukan dan fungsi masing-masing yakni :

(1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola Pemerintah, (2) Koperasi yang dibentuk

oleh rakyat maupun Pemerintah (3) Swasta kecil maupun besar, dan (4) Usaha perorangan, yang

semuanya tunduk pada peraturan perundang-undangan.

Dalam mengimplementasikan demokrasi ekonomi, Pemerintah wajib menjadi motor

perekonomian Indonesia. Dalam hal ini dapat dibentuk kelembagaan ekonomi campuran antara

BUMN dan swasta. Industri rakyat dipacu pelaksanaan dan pertumbuhannya di samping terus

memacu pekerjaan publik yang dilaksanakan Pemerintah, seperti perlistrikan, gas, air minum,

Page 18: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

kereta api, pos dan telekomunikasi, perbankan, pertambangan, serta pengelolaan kekayaan alam

lainnya. Usaha koperasi, usaha kecil dan menengah (UKM) didorong untuk mengembangkan

diri, misalnya dibantu dengan permodalan, keahlian dan pengelolaan serta dikembangkan

melalui sistem kemitraan. Pengawasan pemerintah terhadap dunia usaha dilaksanakan melalui

peraturan pembentukan perusahaan, koordinasi, bimbingan produksi, peraturan ketenagakerjaan,

serta jika diperlukan pengendalian harga dan lain-lainnya, dengan tetap memperhatikan efisiensi

dalam perekonomian.

Khusus mengenai koperasi, sebagai soko-guru ekonomi nasional dan menjadi gerakan

nasional yang diperingati setiap tahun, memang dimaksudkan untuk mengangkat perekonomian

Indonesia yang masih terpuruk sampai saat ini. Koperasi Indonesia berfungsi ganda, yakni

sebagai kegiatan ekonomi, dan sebagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Perlu sikap baru yang

lebih tegas, agar koperasi bisa berfungsi efektif sebagai lembaga ekonomi masyarakat, dengan

lebih menitik beratkan bobot ekonominya, misalnya dengan lebih menanamkan jiwa

entrepreneurship atau kewira-usahaan. Pemerintah wajib mengembangkan koperasi menjadi

lembaga ekonomi nasional Indonesia yang oleh Prof. Mubyarto disebut sebagai ekonomi

kerakyatan.

Usaha besar maupun konglomerasi, baik yang dijalankan Pemerintah melalui BUMN

maupun usaha swasta korporasi harus memperhatikan terwujudnya kesejahteraan rakyat, bukan

untuk kelompoknya sendiri, bukan hanya profit making dan private property, tetapi juga harus

memperhatikan terwujudnya keadilan sosial, misalnya dengan menyelenggarakan jaminan sosial,

maupun bentuk-bentuk lain yang saling menguntungkan.

Mengenai kegiatan pasar, harus dikaitkan dengan negara kesejahteraan yang dibangun

bangsa Indonesia. Pasar harus berfungsi sebagai pencipta ekonomi kesejahteraan sosial.

Indonesia dengan The Social Justice Sate-nya, seharusnya mampu secara komprehensif dan

seimbang menempatkan tiga pelaku ekonomi nasional yakni BUMN, perusahaan swasta dan

koperasi, untuk bersama-sama mendukung program perekonomian nasional sesuai dengan aturan

main yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan berdasarkan konsep, prinsip dan

nilai Pancasila.

Page 19: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

4). Operasionalisasi kebijakan perekonomian nasional

a)      Kebijakan perekonomian nasional mengacu pada efektivitas ekonomi pasar, dengan tetap

menjaga terwujudnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pada dasarnya ekonomi

kesejahteraan berkeadilan sosial adalah bentuk campuran dari pola kegiatan pasar yang seimbang

dengan peran tegas pemerintah dalam mengatur perekonomian nasional. Pemerintah berperan

untuk mengarahkan perekonomian nasional termasuk peran pasar. Peran pasar dalam alokasi

sumber daya alam, produksi barang dan jasa, penyediaan SDM berkualitas, peluang kesempatan

kerja yang luas, daya saing yang cukup tinggi sampai ke tingkat percaturan global, penjagaan

keseimbangan supply dan demand dalam pasar yang kompetitif, harus berjalan seiring dengan

peran pemerintah dalam menata sarana umum, meredistribusi kekayaan nasional, penyediaan

kompensasi dan jaminan sosial, penyelenggaraan pelayanan publik maupun segala usaha

pemberantasan kemiskinan. Oleh karenanya akan selalu terdapat hubungan keterkaitan yang erat

antara  pasar dan pemerintah.

b)      Eratnya hubungan keterkaitan antara peran pasar dan peran pemerintah serta tanggung

jawab negara, diaktualisasikan dengan : (a) Tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi dengan meningkatkan pemerataan hasil pertumbuhan. (b) Perbedaan penghasilan

perorangan tetap dimungkinkan, selama perbedaan tersebut mampu memberikan kemanfaatan

bagi yang kurang beruntung, sebagai beban tanggung jawab sosial. (c) Peran pemerintah atau

negara tidak bertentangan dengan hukum ekonomi, namun mampu secara baik mengatur

terselenggaranya kesejahteraan yang berkeadilan sosial. (d) Setiap pelaku ekonomi baik

perorangan maupun lembaga ekonomi memiliki peluang yang sama untuk memperoleh akses

terhadap kelangkaan sumber daya yang tersedia, di samping berkewajiban menanggung beban

sosial yang seimbang dengan manfaat yang diperoleh. (e) Berpihak kepada yang kurang

beruntung, tidak harus berarti merugikan bisnis masyarakat mapan, tetapi mengacu pada

pemberdayaan potensi SDM secara optimal.

c)      Peran pemerintah dan negara : (a) Menyediakan pelayanan dan sarana bagi kemanfaatan

publik, seperti energi, air minum, transportasi umum, pertambangan dan industri strategis.

Pembiayaan melalui APBN, ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. (b) Menjaga

APBN agar tetap seimbang, sehingga dapat menciptakan kondisi perekonomian yang sehat bagi

Page 20: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

investasi dan usaha. (c) Menyelenggarakan pemerataan pendapatan nasional secara adil, menjaga

kestabilan ekonomi makro dan fasilitas pengembangan ekonomi mikro. Karena peran pemerintah

dalam menata kehidupan perekonomian nasional begitu besar, maka sangat diperlukan

terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN).

d)     Tiga pelaku ekonomi nasional, BUMN, usaha swasta dan koperasi, didorong dan dipacu

sama kuat secara proporsional, sehingga mempunyai peluang yang sama dalam meningkatkan

kemampuan secara vertikal maupun horizontal, dengan fokus masing-masing, antara lain : (a)

BUMN, pada penciptaan barang dan jasa bagi kepentingan publik, sarana umum, industri

strategis, dan hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak. (b) Usaha swasta nasional,

pada kegiatan perdagangan dan industri umum yang belum di tangani BUMN, kegiatan investasi

yang padat modal serta teknologi tinggi, termasuk kegiatan ekspor maupun impor, juga

penanganan bisnis skala global. (c) Badan-badan koperasi, pada kegiatan yang menyangkut

kepentingan bersama, sebagai penyangga ekonomi berkeadilan, menyerap sebanyak mungkin

SDM yang terus ditingkatkan mutunya, bergerak dari usaha mikro, menengah secara kooperatif,

dan berpeluang meningkat pada usaha besar sampai raksasa, melalui tabungan yang dibangun

bersama. Ketiga badan usaha tersebut, dengan semangat menyukseskan negara kesejahteraan

perlu terus meningkatkan potensi entrepreneurship masing-masing, terus meningkatkan

pencarian pemupukan modal investasi demi masa depan yang lebih gemilang.

e)      Pengembangan ekonomi nasional memperhatikan lingkungan hidup dengan memelihara

kelestarian alam dan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, termasuk menjaga

kesehatan lingkungan kerja sehingga tercapai kondisi usaha yang berkualitas dan kehidupan

masyarakat yang sehat.

d. Bidang Sosial-Budaya

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang sosial budaya diantaranya adalah

sebagai berikut :

Page 21: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

1).    Bangsa yang berbudaya Pancasila adalah bangsa yang berpegang pada prinsip religiositas,

pengakuan bahwa manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka manusia hendaknya mampu menempatkan diri secara

tepat dalam hubungan dengan Tuhannya. Pertama ia harus yakin akan adanya Tuhan sebagai

kekuatan gaib, yang menjadikan alam semesta termasuk manusia, yang mengatur dan

mengelolanya sehingga terjadi keteraturan, ketertiban dan keharmonian dalam alam semesta.

Kedua, sebagai akibat dari keyakinannya itu, maka manusia wajib beriman dan bertakwa kepada-

Nya, yakni mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

2).    Bangsa yang berbudaya Pancasila berpandangan bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan

dikaruniai berbagai kemampuan dasar, dengan kapasitas rasional dan memiliki hati nurani, yang

membedakan manusia dari makhluk lain ciptaan Tuhan. Kemampuan dasar tersebut adalah cipta,

rasa, karsa, karya dan budi luhur. Di samping itu manusia juga dikarunia kebebasan untuk

memanfaatkan potensi tersebut. Dengan kemampuan ini manusia dapat memahami segala hal

yang berkembang di sekitar dunianya, mampu menangkap maknanya, mampu memberikan

penilaian dan selanjutnya menentukan pilihan terhadap hal-hal yang akan dilaksanakan atau

dihindarinya, yang harus  dipertanggung jawabkan.

3).    Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala sesuatu dalam

suasana yang selaras, serasi dan seimbang. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila setiap warga

masyarakat menyadari akan hak dan kewajibannya, menyadari akan peran, fungsi dan

kedudukannya sesuai dengan amanah Tuhan Yang Maha Esa.

4).    Dalam menunjang hidup manusia, Tuhan menciptakan makhluk lain seperti makhluk

jamadi, makhluk nabati, dan makhluk hewani baik di darat, laut maupun udara, untuk dapat

dimanfaatkan oleh manusia dengan penuh kearifan. Segala makhluk tersebut perlu didudukkan

sesuai dengan peruntukannya, sesuai dengan fungsinya, peran dan kedudukannya dalam

menciptakan harmoni, dan kelestarian ciptaan-Nya. Setiap  makhluk mengemban amanah dari

Tuhan untuk diamalkan dengan sepatutnya.

5).    Di samping kemampuan dasar tersebut di atas, manusia juga dikaruniai oleh Tuhan dengan

nafsu, akal dan kalbu yang merupakan pendorong dalam menentukan pilihan dan tindakan.

Page 22: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Tanpa nafsu, akal dan kalbu tersebut maka manusia sekedar sebagai makhluk nabati, yang tidak

memiliki semangat untuk maju, mencari perbaikan dan kesempurnaan dalam hidupnya. Dalam

memanifestasikan nafsu tersebut maka perlu dipandu oleh akal dan budi luhur, sehingga pilihan

tindakan akan menjadi arif dan bijaksana. Di sini letak martabat seorang manusia dalam

menentukan pilihannya; dapat saja yang berkuasa dalam menentukan pilihan ini adalah hawa

nafsu, sehingga pilihan tindakannya menjadi bermutu rendah; dapat pula pilihan ini didasarkan

oleh pertimbangan akal sehat dan dilandasi oleh budi luhur dan bimbingan keyakinan agama,

sehingga pilihan tindakannya menjadi berbudaya dan beradab.

6).    Bangsa yang berbudaya Pancasila menciptakan masyarakat yang demokratis, suatu

masyarakat yang pluralistik, menghargai segala perbedaan yang dialami manusia,  menghargai

perbedaan pendapat, sportif, yang pada akhirnya bermuara pada suatu masyarakat yang selalu

mengutamakan kesepakatan dalam menentukan keputusan bersama, dan selalu mematuhinya.

Keputusan bersama ini dapat berupa kesepakatan yang bersifat informal, sosial maupun kultural

oleh masyarakat, dapat pula bersifat formal maupun yuridis, seperti peraturan perundang-

undangan yang dikeluarkan oleh negara. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang

anggotanya menjunjung tinggi kesepakatan bersama dan menjunjung tinggi peraturan hukum.

Hal ini berarti bahwa penegak hukum dan warga masyarakat sama-sama mematuhi hukum sesuai

dengan peran dan kedudukan masing-masing.

7).    Bangsa yang berbudaya Pancasila menghargai harkat dan martabat manusia. Dengan kata

lain hak asasi manusia dijunjung tinggi. Manusia didudukkan dan ditempatkan sesuai dengan

harkat dan martabatnya. Hak-hak sipil dan politik warga masyarakat dihormati, demikian pula

hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Dalam masyarakat yang demokratis yang menjunjung

tinggi hak asasi warganya maka akan tercipta keadilan, kesetaraan gender, kebenaran dan

keutamaan hidup, nilai yang sangat didambakan. Dengan demikian akan tercipta masyarakat

yang berbudaya dan beradab.

8).    Bangsa yang berbudaya Pancasila menuntut berlangsungnya disiplin, transparansi,

kejujuran dan tanggung jawab sosial dalam segala penyelenggaraan kehidupan. Dengan nilai-

nilai tersebut akan tercipta keteraturan, ketertiban, ketentraman, kelugasan, saling percaya

mempercayai, kebersamaan, anti kekerasan dan kondisi lainnya yang memperkuat kesatuan dan

Page 23: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

persatuan masyarakat sehingga terhindar dari berbagai penyimpangan termasuk korupsi, kolusi

dan nepotisme dalam berbagai penyelenggaraan kehidupan, termasuk penyelenggaraan

pemerintahan.

9).    Bangsa yang berbudaya Pancasila mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, tanpa

mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok masyarakat. Berbagai kepentingan ini

perlu diatur begitu rupa sehingga tercipta ke-harmonian.

e. Bidang Demokrasi

Pancasila menjamin terselenggaranya demokrasi di Indonesia, karena di dalam Pancasila

mengandung konsep, prinsip dan nilai demokrasi yang modern dan rasional untuk diterapkan

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh:

a)      Sila keempat Pancasila, menyatakan :”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,” yang menjadi dasar penyelenggaraan

demokrasi di Indonesia. Kerakyatan menjamin terwujudnya mufakat melalui permusyawaratan,

yang dilandasi hikmat kebijaksanaan (meliputi keadilan, kebenaran, keutamaan dan rasionalitas).

Bila tidak tercapai keputusan secara mufakat dengan permusyawaratan, dapat diambil keputusan

dengan suara terbanyak.

b)      Sila kedua Pancasila, menyatakan :”Kemanusiaan yang adil dan beradab,” yang bermakna

bahwa bangsa Indonesia mendudukkan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya,

menjunjung tinggi hak asasi manusia secara adil dan beradab. Oleh karena itu keaneka ragaman

individu dihormati, sifat pluralistik masyarakat didudukkan secara proporsional dalam kehidupan

bernegara.

c)      Sila ketiga Pancasila, menyatakan :”Persatuan Indonesia,” yang bermakna bahwa bangsa

Indonesia menjamin terselenggaranya keutuhan wilayah dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia

dengan menghindari terjadinya perpecahan.

Page 24: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

d)     Sila kelima Pancasila, menyatakan :”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” yang

bermakna bahwa bangsa Indonesia menjamin terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

e)      Sila pertama Pancasila, menyatakan :“Ketuhanan Yang Maha Esa,” yang bermakna bahwa

bangsa Indonesia dalam bernegara mendasarkan hidupnya  pada keimanan dan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Implementasi konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam  kehidupan demokrasi adalah sebagai

berikut :

Konsep, prinsip dan nilai Pancasila harus diimplementasikan dalam kehidupan demokrasi

di Indonesia. Hal tersebut harus nampak antara lain dalam penyampaian pendapat, pembuatan

keputusan bersama dan dalam mengadakan pengawasan pelaksanaan keputusan bersama.

a). Penyampaian pendapat

Dalam penyampaian pendapat ada ketentuan yang bersumber dari sila-sila Pancasila dan

tidak boleh dilanggar. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, sebagai khalifah Tuhan di bumi

wajib menjaga kelestarian segala ciptaan-Nya. Segala kegiatan manusia hendaknya mengarah

pada terwujudnya harmoni atau keselarasan, dan oleh karena itu menghindari terjadinya

polarisasi yang tidak sesuai dengan Pancasila.

Dalam penyampaian pendapat selalu bersendi pada akhlak mulia, budi luhur, dan beradab

serta menghormati harkat dan martabat sesamanya, sehingga dapat diwujudkan suasana

kebersamaan yang menjamin persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam penyampaian pendapat tidak mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan

melainkan mengutamakan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sehingga

tercegah terjadinya perpecahan, separatisme, dan sikap radikalistik.

b)      Pembuatan keputusan bersama

Page 25: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Dalam pembuatan keputusan bersama harus berdasar pada konsep, prinsip dan nilai

Pancasila, dilandasi oleh sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan. Suara terbanyak bukan merupakan satu-satunya kriteria

dalam pembuatan keputusan bersama.

Keputusan bersama bukan keputusan pribadi-pribadi, tetapi merupakan kontrak sosial

yang harus dipatuhi oleh semua pihak, termasuk pihak yang usulnya tidak disetujui. Keputusan

bersama mengikat dan mengandung sanksi. Sikap mau mengakui  pendapat yang diputuskan

bersama harus dikembangkan. Dengan demikian Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan adalah suatu demokrasi yang bersifat

normatif, etis dan teleologis.

c)      Pengawasan pelaksanaan keputusan bersama

Dalam pengawasan pelaksanaan keputusan bersama pada dasarnya bukan untuk mencari

kesalahan, melainkan untuk memberikan peringatan dini kepada pelaksana agar dalam

melaksanakan tugas bersikap jujur, adil, transparan dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Kegiatan rakyat yang menyampaikan pendapat dan pembuat keputusan bersama, para

pelaksana kesepakatan bersama dan pengawas pelaksanaan keputusan bersama harus bersinergi

sesuai dengan fungsi masing-masing.

4. Pedomen umum Implementasi Pancasila

1. Perlunya Pedoman Implementasi Pancasila

Setelah hakikat Pancasila dapat dipahami secara tepat, benar dan mendalam terutama

mengenai konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya, maka Pancasila diyakini

memiliki kapasitas yang handal untuk mengarahkan perjuangan mencapai tujuan nasional bangsa

Indonesia. Di depan telah diuraikan bahwa kebenaran dan ketangguhan Pancasila tidak perlu

diragukan lagi. Namun tanpa pemahaman oleh masyarakat luas secara mendalam terhadap

konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya, disertai dengan sikap, kemauan dan

kemampuan untuk mengembangkan serta mengantisipasi perkembangan zaman, Pancasila akan

Page 26: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

memudar dan tidak dapat bertahan. Oleh karena itu setiap upaya pengembangan melalui

implementasi Pancasila perlu dilaksanakan secara tepat dan benar, sehingga masyarakat dapat

bersikap dan bertindak secara tepat dalam memperkokoh dan mempertahankan Pancasila. Untuk

itulah diperlukan suatu pedoman yang dapat dipergunakan oleh masyarakat, sebagai pegangan

mengimplementasikan Pancasila dengan baik dan benar dalam berbagai bidang kehidupan

berbangsa dan bernegara.

2. Sistem, Struktur dan Strategi Implementasi Pancasila.

Setiap upaya untuk mengimplementasikan Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan

berbangsa dan bernegara, pertama-tama perlu didasari oleh pemahaman terhadap maksud dan

tujuannya, selanjutnya apa dan bagaimana implementasi tersebut diselenggarakan, siapa saja

yang terlibat di dalamnya, dan bagaimana cara yang sebaiknya diterapkan, serta bentuk

kelembagaan yang diperlukan. Hal ini perlu dicantumkan dalam Pedoman Umum agar semua

pihak faham mengenai siapa melakukan apa, kapan dan bagaimana.

a. Maksud dan Tujuan Implementasi Pancasila

Maksud Implementasi Pancasila :

1)      Mengembangkan pola fikir dan pola tindak berdasar pada konsep, prinsip, dan nilai yang

terkandung dalam Pancasila.

2)      Mengembangkan sikap dan perilaku dalam mempertahankan dan menjaga kelestarian

Pembukaan UUD 1945.

3)      Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan demokrasi dan HAM berdasarkan

Pancasila.

4)      Mengembangkan kemampuan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang

sejalan dan tidak bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara.

5)      Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan perekonomian nasional

berdasarkan Pancasila.

Page 27: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

6)      Mengembangkan pola pikir Bhinneka Tunggal Ika yang berwujud sikap, tingkah laku dan

perbuatan dalam kehidupan bangsa yang pluralistik.

7)      Mengembangkan pemikiran baru dalam menghadapi perkembangan zaman tentang

Pancasila tanpa meninggalkan jatidirinya.

Tujuan implementasi Pancasila :

1)      Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai Pancasila dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

2)      Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan kebenaran Pancasila

sebagai ideologi nasional, pandangan hidup bangsa, dan dasar negara dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

3)      Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan dan kemampuan mengimplementasi-kan

Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Sasaran Implementasi

Berdasarkan kesepakatan bangsa, Pancasila adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia, maka konsekuensinya setiap warganegara harus memahami dan

mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Pada dasarnya setiap

warga negara telah memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalam

Pancasila, dengan latar belakang pengalaman dan pendidikan masing-masing. Demi efektivitas

dan efisiensi, perlu dipilih kelompok sasaran yang strategis yang mempunyai dampak ganda

(multiplier effect) yang tinggi,  antara lain :

elit politik;

insan pers;

anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif pusat dan daerah;

tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan masyarakat; serta

pengusaha;

Page 28: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

dengan harapan agar mereka menjadi teladan dalam mengimplementasikan Pancasila. Sasaran

berikutnya baru masyarakat secara luas.

c. Pendekatan dan Metoda Implementasi

1). Pendekatan

Pendekatan yang dipergunakan dalam implementasi Pancasila adalah pendekatan kontekstual,

yakni menerapkan konsep, prinsip dan nilai Pancasila langsung pada permasalahan aktual yang

dihadapi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk maksud ini diperlukan

ketentuan standar yang menggambarkan pola pikir, sikap, tingkah laku dan perbuatan

masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan Pancasila. Dengan

ketentuan standar tersebut, masyarakat secara mudah dan cepat dapat menilai suatu sikap atau

tindakan sesuai atau tidak sesuai dengan Pancasila.

Diseminasi dan sosialisasi implementasi Pancasila ditempuh melalui tahapan sebagai berikut :

Artikulasi, pemberian penjelasan yang mantap tentang isi, kandungan, kebenaran

rasional, struktur dan tujuan implementasi Pancasila.

Internalisasi, usaha memasukkan gagasan tersebut dalam hati sanubari setiap

warganegara, sehingga benar-benar mamahami dan bersedia menerimanya sebagai suatu

kebenaran.

Aktualisasi, aplikasi gagasan tersebut dalam berbagai bidang kehidupan secara nyata,

baik dalam pemikiran maupun perbuatan.

Agar implementasi Pancasila dapat mencapai sasaran maka perlu ditempuh proses pendekatan

sebagai berikut:

Menimbulkan atensi, sajian mengenai Pancasila diupayakan menarik perhatian setiap

orang, sehingga khalayak sasaran (target audience) tidak merasa terpaksa, tetapi dengan

senang hati, ikhlas dan sukarela menerimanya.

Mengembangkan komprehensi, upaya untuk memahami substansi konsep, prinsip dan

nilai Pancasila  secara mendalam, sehingga faham akan makna, esensi, maksud dan

Page 29: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

tujuan gagasan yang apabila dilaksanakan bermanfaat dalam menjangkau masa depan

yang lebih baik.

Menimbulkan akseptasi, pengakuan secara jujur dan menerima secara sadar kebenaran

konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Menimbulkan retensi, terbentuknya keyakinan akan kebenaran dan ketangguhan gagasan

tersebut, sehingga dapat dijadikan pegangan atau pedoman dan panduan dalam

menentukan pilihan tindakan.

Mengadakan aksi, menerapkan konsep, prinsip dan nilai Pancasila untuk memecahkan

berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

2). Metoda

Metoda yang diterapkan dalam implementasi Pancasila adalah diskusi dan workshop.

Metoda lecturing, terbatas untuk memahami konsep, prinsip dan nilai  yang terkandung dalam

Pancasila. Dengan cara ini maka implementasi Pancasila menjadi lebih aktual sehingga menjadi

lebih menarik.

d. Bahan Implementasi

Untuk pedoman implementasi Pancasila diperlukan bahan :

1)      Pancasila;

2)      Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Politik;

3)      Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Ekonomi;

4)      Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Sosial Budaya;

5)      Implementasi Pancasila dalam kehidupan bidang Keamanan Nasional.

Untuk aktualisasinya, bahan implementasi Pancasila dilengkapi dengan buku pedoman

pelaksanaan antara lain berisi tabel dan check list yang menggambarkan keberhasilan atau

Page 30: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

kegagalan implementasi. Dengan demikian implementasi ini bersifat self-evaluating. Di samping

itu perlu disiapkan daftar masalah yang mungkin timbul untuk setiap bidang kehidupan dan

profesi.

Perlu dicermati bahwa dalam menyusun bahan tersebut, diupayakan agar konsep, prinsip

dan nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan konsep

yang menyatu, sehingga saling mengisi dan tidak boleh bertentangan yang satu dengan yang lain.

e. Penyelenggara Implementasi

Implementasi Pancasila diselenggarakan di masing-masing lembaga atau kantor, dan

dikelola oleh masing-masing lembaga atau instansi. Untuk pelaksanaannya diperlukan  fasilitator

yang terlatih dan kompeten. Pelatihan bagi fasilitator diselenggarakan oleh lembaga yang

mempunyai kompetensi dan telah melakukan kajian secara mendalam tentang Pancasila.

5. Upaya mempertahankan, memantapkan, memapankan, dan mengokohkan  

Pancasila

Menurut  Alfian terdapat empat faktor yang dapat menjadikan suatu ideologi tetap dapat

bertahan dan menjadi ideologi yang tangguh, yakni (1) bahwa ideologi tersebut berisi nilai dasar

yang berkualitas, (2) bahwa ideologi tersebut dipahami, dan bagaimana sikap dan tingkah laku

masyarakat terhadapnya, (3) terdapat kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

pemikiran-pemikiran yang relevan dengan ideologi tersebut tanpa menghilangkan jatidiri

ideologi dimaksud, dan (4) seberapa jauh nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu

membudaya dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sejauh mengenai Pancasila sebagai suatu ideologi,  faktor kualitas nilai yang terkandung

dalam Pancasila tidak perlu diragukan, tetapi faktor pemahaman dan sikap masyarakat, faktor

kemampuan masyarakat, dan faktor pembudayaan dan pengamalan ideologi masih memerlukan

usaha untuk dapat mempertahankan, memantapkan, memapankan, dan mengokohkan Pancasila.

Untuk itulah perlu adanya usaha secara serius, dengan jalan mengimplementasikan   Pancasila

dalam segala aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Page 31: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang harus dipertahankan dengan alasan sebagai berikut:

1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik yang dialami oleh bangsa

Indonesia, ditinjau dari keanekaragaman agama, suku bangsa, adat budaya, ras, golongan

dan sebagainya. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan bagi

warganegara untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. Sementara itu Sila

ketiga persatuan Indonesia, mengikat keanekaragaman tersebut di atas  dalam suatu

kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing seperti apa adanya.

2. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik, dengan

menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan, disesuaikan dengan kemampuan dan hasil

usahanya. Hal ini ditunjukkan oleh sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas ribuan pulau. Sila ketiga

Persatuan Indonesia memberikan jaminan bersatunya bangsa Indonesia.

4. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak asasi  manusia sesuai

dengan budaya bangsa. Hal ini dijamin oleh sila keempat Pancasila yakni Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Sila kelima

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan acuan dalam mencapai tujuan

tersebut.

E. PENUTUP

Pedoman Umum Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara ini dimaksudkan

agar konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila  dapat diaktualisasikan oleh

setiap warganegara terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pedoman Umum ini

Page 32: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

dapat dipakai sebagai acuan perumusan berbagai kebijakan publik, agar tujuan implementasi

Pancasila dalam segenap bidang kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara dapat secara

bertahap terwujud sehingga masyarakat, bangsa dan negara dapat mewujudkan tujuan nasional

yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.

Untuk penerapan Pedoman Umum ini secara langsung pada setiap pemecahan

permasalahan aktual yang berkembang, perlu disiapkan pedoman khusus sebagai derivasi dari

Pedoman umum yang disesuaikan dengan sasaran, kebijakan dan strategi  dengan melibatkan

institusi yang kompeten dan terkait dengan permasalahannya.

Untuk itu semua, diperlukan komitmen yang kuat, kerja keras dengan penuh kearifan dari

segenap komponen bangsa, demi terwujudnya masa depan yang cerah dalam naungan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Page 33: MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA

DAFTAR PUSTAKA

Hasil lokakarya nasional tentang Implementasi Pancasila dalam Mewujudkan Kesejahteraan

Masyarakat yang diselenggarakan oleh LPPKB bekerjasama dengan Yayasan Sinar Wijaya

Indonesia Cs, di Jakarta tanggal 9 Oktober 2004.

Katoppo Aristides, Delapanpuluh Tahun Bung karno. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1994

Moerdiono dkk, Citra Negara Persatuan Indonesia, BP-7 Pusat, Jakrta 1996.

Moerdiono dkk, Disunting Oetojo Oesman, SH dan Alfian, Pancasila sebagai Ideologi, BP-7

Pusat 1996,

Mubyarto, Prof. Ekonomi Pancasila, Pusat Studi Ekonomi Pancasila, Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta. 2002.

Pamoe Rahadjo dan Islah Gusmian, Bung karno dan Pancasila, Galang Press 2002.