makalah imunisasi jadi

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Upload: galih-hendrawan

Post on 01-Dec-2015

99 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

imunisasi

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH IMUNISASI Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam

satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan

informasi epidemiologi yang valid.

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara

penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak

mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya.

Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka

tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau

negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil

yang efektif.

Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan

Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977,

upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka

pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.

Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan

tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan

merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu

disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus

penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor

25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB

merupakan kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa

penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular baru kian meningkat.

Page 2: MAKALAH IMUNISASI Jadi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi

kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung

dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus,

Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai

vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi

jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan

untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi

sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien

dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak,

ibu serta masyarakat lainnya.

Page 3: MAKALAH IMUNISASI Jadi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata

imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan

memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk

terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem

kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan

terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu

kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit

yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk

mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan

bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

2.2. Keberhasilan Vaksinasi Dalam Profilaksis Imun

Imunisasi merupakan kemajuan yang besar dalam usaha imunoprofilaksis

serta menurunkan prevalensi penyakit. Cacar merupakan penyaklit yang sangat

ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari muka dunia

ini (Tabel 1). Demikian pula dengan polio yang dewasa ini sudah dapat dilenyapkan

di banyak Negara. IgG biasanya efektif dalam darah, juga dapat melewati plasenta

dan memberikan iminitas pasif kepada janin. Adanya transfer pasif tersebut dapat

merugikan oleki karena itu Ig maternal dapat menghambat imunisasi yang efektif

pada bayi. Jadi sebaiknya imunisasi pada neonatus ditunggu sampai antibody ibu

menghilang dari darah anak. Antibodi yang diberikan pasif menunjukan efek yang

sama. Imunitas selular (sel T, makrofag) yang diinduksi vaksinasi adalah esensial

untuk mencegah dan eradikasi bakteri, protozoa, virus, dan jamur intraselular. Oleh

karena itu vaksinasi harus diarahkan untuk menginduksi baik system imun humoral

maupun selular, respons CD4 atau CD8, respons Th! Atau Th2 sesuai dengan yang

Page 4: MAKALAH IMUNISASI Jadi

dibutuhkan. Untuk infeksi cacing dipilih induksi imunitas Th2 yang memacu produksi

IgE, sedang untuk proteksi terhadap mikrobakteri dipilih respons Th1 yangt

mengaktifkan makrofag (DTH). Imunisasi pasif dengan sel, dewasa ini tidak dapat

dilakukan oleh karena dapat menimbulkan imunitas tranplantasi terhadap sel asal

donor dengan histokompatibilitas yang berbeda. Imunisasi dapat terjadi secara

alamiah dan buatan (aktif dan pasif) seperti pada gambar 1.

Tabel 1. Gambaran penyakit infeksi sebelum dan sesudah vaksinasi

Jenis PenyakitJumlah kasus / tahun

Kasus pada tahun

2004

Sebelum Vaksinasi Sesudah vaksinasi Reduksi (%)

Cacat 48.164 0 100

Difteri 175.885 0 100

Parotitis 503.282 378 99,99

Pertutis 152.209 236 99,85

Polio paralitik 147.271 18.957 87,13

Rubella 16.316 0 100

Tetanus 47.745

1.314

(kematian)

12

26 (kasus)

99,97

98,02

Hemofilus

influenza infasif20.000 172 99,14

2.3.

Page 5: MAKALAH IMUNISASI Jadi

2.2. Jenis-jenis Imunisasi2.2.1. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang

lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif. Imunisasi pasif dapat diperoleh melalui

antibody dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan.

1. Imunisasi pasif alamiah

a. Imunisasi maternal melalui plasenta

Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada janin. IgG dapat

berfungsi antitoksin, antivirus dan antibacterial terhadap H. Influenza B atau

S. agalactic B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi

pasif kepada janin dan bayi.

b. Imunitas maternal melalui kolostrum

ASI mengandung berbagai komponen system imun. Beberapa diantaranya

berupa Enhancemen Growth Factor untuk bakteri yang diperlukan dalam

usus atau faktor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu.

Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum.

Daya proteksi antibodi kelenjar susu tergantung dari antigen yang

masuk ke dalam usus ibu dan gerakan sel yangf dirangsang antigen. Antibodi

terhadap mikroorganisme yang menempati usus ibub dapat ditemukan

dalam kolostrum sehingga selanjutnya bayi memperoleh proteksi terhadap

mikroorganisme yang masuk saluran cerna.

2. Imunisasi pasif buatan

a. Immune Serum Globulin nonspesifik (Human Normal Immunoglobulin)

Imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya diberikan dalam keadaan

tertentu kepada penderita yang terpajan dengan bahan yang berbahaya

terhadapnya dan sebagai regimen jangka panjang pada penderita dengan

defisiensi antibodi. Jenis imunitas diperoleh segera setelah suntikan, ttetapi

hanya berlangsung selama masa hidup antibody in vivo yang sekitar 3

Page 6: MAKALAH IMUNISASI Jadi

minggu untuk kebanyakan bentuk proteksi oleh Ig. Imunisasi pasif dapat

berupa tindakan profilaktik atau terafetik, tetapi bsedikit kurang berhasil

sebagai terapi. Tergantung dari isi dan kemurnian antisera, preparat dapat

disebut globulin imun atau globulin imun spesifik.

Preparat dibuat dari plasma atau serum yang dikumpulkn dari donor

sehat atau plasenta tanpa memperhatikan sudah atau belum divaksin/dalam

atau tidak dalam masa konvalesen suatu pemnyakit. Preparat yang diperoleh

harus bebas dari virus hepatitis dan HIV atau AIDS, kadar antibody sekitar 25

kali (biasanya mengandung 16,5 g/dl globulin, terutama IgG), stabil untuk

beberapa tahun dapat mencapai puncaknya dalam darah sekitar 2 hari

setelah pemberian IM.

b. Immune Serum Globulin spesifik

Plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang dipilih sesudah

imunisasi atau booser atau konvalensi dari suatu penyakit, tersebut sesuai

dengan jenisnya misalnya TIG, HBIG, VZIG dan RIG. Preparat dapat juga

diperoleh dalam jumlah besar dari hasil plasmaferesis.

Hepatitis B Immune Globulin

HBIG yang diperoleh dari pool plsma manusia yang menunjukan titer

tinggi antibody HBsAg. HBIG juga dapat diberikan pada masa perinatal

kepada anak yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi virus hepatitis B.

ISG hepatitis A

Diberikan sebagai proteksi sebelum dan sesudah pajanan. Juga

diberikan untuk mencegah hepatitis A pada mereka yang akan

mengunjungi Negara dengan prevalensi hepatitis A tinggi.

ISG Campak

ISG dapat diberikan sebelum vaksinasi dengan virus campak yang

dilemahkan kepada anak-anak yang imunodefisien.

Human Rabies Immune Globulin

HRIG yang diperoleh dari serum manusia yang hiperimun terhadap rabies.

HRIG digunakan untuk mengobati penderita terpajan dengan anjing gila.

Ai HRIG juga dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi aktif oleh

Page 7: MAKALAH IMUNISASI Jadi

karena antibody dibentuk lambat. Karena tidak tersedianya serum asal

manusia, kadang diberi serum asal kuda.

Human Varicella-Zoster Immune Globulin

HVIG dipilih oleh kerene itu mengandung antibody dengan titer tinggi

terhadap virus varisela-zoster. Produk ini digunakan sebagai profilaksis

pada anak imunodefisien untuk mencegah terjangkit varisela, tetapi tidak

menguntungkan untuk digunakan pada penderita dengan varisela aktif

leukemia dengan risiko tinggi, 72jam setelah terpanjang dengan virus

varisela.

Antiserta terhadap virus sitomegalo

Antisera terhadap pirus Sitomegalo diberikan secara rutin kepada

mereke yang mendapat transplan sumsum tulang untuk

mengurangireaktivasi virus bias diberikan obat imunosupresif dalam

usaha mengurangi kemungkinan penolakan tandur.

Antibiotik Rhogam

Antibiotik rhogam terhadap antigen RhD, diberikan dalam usaha

mencegah imunisasi oleh eritrisit fetal yang Rh⁺. Rho (D)-Immune Globulin

(RhoGAM) adalah preparat asal manusia, diberikan kepada wanita Resus

negative dalam 72 jam sesudah melahirkan, keguguran atau aborsi

dengan bayi/janin Resus negatif. Maksudnya adalah mencegah sensitasi

ibu terhadap kemungkinan sel darah merah janin yang Resus-positif. Juga

diberikan selama trimester terakhir (16 minggu) kepada prima gravid

Resus-negatif.

Tetanus Immune Globulin

TIG adalah antitoksin yang diberikan sebagai proteksi pasif setelah

menderita liuka. Biasanya diberikan IM dengan toksoid tetapi pada lengan

yang sebaliknya.

Vaccinia Immune Globulin

VIG yang diberikan kepada penderita dengan eksim atau

imunokompromais yang terpajan dengan vaksinia dan pada anggota

tentara.

Page 8: MAKALAH IMUNISASI Jadi

c. Serum asal hewan

Serum asal hewan seperti anti bias ular tertentu, laba-laba, kalajengking yang

beracun digunakan untuk mengobati mereka yang digigit. Bahayanya ialah

penyakit serum.

d. Antibodi heterolog versus antibody homolog

Antibodi heterolog asal kuda dapat menimbulkan sedikitnya 2 jenis

hipersensitivitas yaitu reaksi tipe I atau tipe III (penyakit serum atau kompleks

imun). Kalau perlu dapat dilakukan desensitisasi pada seseorang terhadap

reaksi tipe I dengan memberikan dosis kecil secara perlahan-lahan dan

berulang-ulang dalam waktu beberapa jam. Efek antibodi manusia yang

homolog diharapkan lebih lama dibandingt dengan antibody heterolog dari

kuda. Ada 4 fase eliminasi antibodi heterolog ialah : pengenceran,

katabolisme, pembentukan kompleks imun dan eliminasi.

e. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemberian globulin serum

Biasanya preparat globulin diberikan IM mengikat pemberian IV dapat

menimbulkan reaksi anafilaksis. Ig (IgG1, IgG2, IgG3 dan IgM) dapat

mengaktifkan komplemen dan melepas anafilatoksin melalui jalur klasik,

sedang IgG4 dan IgA menimbulkan hal yang sama melaui jalur alternatif.

2.2.2. Imunisasi Aktif

Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin

hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh,

murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan non patogenik. Efeknya harus tahan lama

dan mudah direaktivasi dengan suntikan booster antigen. Baik sel B maupun sel T

diaktifkan oleh imunisasi.

Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya

replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan

respons imun di tempat infeksi alamiah. Vaksin yang dilemahkan diproduksi

dengan mengubah kondisi biakan mikroorganisme dan dapat merupakan

pembawa gen dari nikroorganisme lain yang sulit untuk dilemahkan.

Page 9: MAKALAH IMUNISASI Jadi

BCG merupakan pembawa yang baik antigen yang memerlukan imunitas sel

CD4 dan salmonella sehingga dapat memeberikan imunitas melalui pemberian

oral. Imunisasi intranasal telah mendapat popularitas.

1. Respon primer dan sekunder

Kontak pertama dengan antigen eksogen menimbulkan respons humoral

primer yang ditandai dengan sel plasma yang memproduksi antibodi dan sel

B memori. Respon primer ditandai dengan lag phase yang diperlukan sel naïf

untuk menjalani seleksi klon, ekspansi klon dan diferensiasi menjadi sel

memori dan sel plasma. Kemampuan untuk memberikan respons humoral

sekunder tergantung dari adanya sel B memori dan sel T memori. Aktivasi

kedua sel memori menimbulkan respons antibodi sekunder yang dapat

dibedakan dari respons primer.

2. Perbedaan respon imun di berbagai bagian tubuh

Ada perbedaan kadar antibody dalam intra dan ekstra vaskuler. sIgA

diproduksi setempat dilamina propria dibawah membrane mukosa saluran

napas dan cerna yang sering merupakan tempat kuman masuk. sIgA

merupakan Ig utama dalam sekresi hidung, bronkus, intestinal, saluran

kemih, saliva, kolostrum dan empedu.

2.3. Jenis-jenis Vaksin

2.3.1. Vaksin Virus

Respons antivirus adalah kompleks, oleh karena ada beberapa faktor yang

berperan seperti tempat virus amsuk tubuh, tempat virus melekat pada sel,

aspek pathogenesis infeksi virus, induksi interferon, respons antibody dan CMI.

Respons imun yang baik harus mencakup efek antibodi pada permukaan

epitel. Efek ini dapat diperoleh dari IgA lokal atau IgG dan IgM ekstravaskular

setempat. Infeksi virus seperti campak atau polio, mulai di epitel mukosa saluran

napas atau cerna dan efek patogeniknya yang utama terjadi setelah disebarkan

melalui darah kea lat-alat tubuk lainnya. Antibodi pada permukaan epitel akan

mampu melindungi badan yang vmencegah virus masuk tubuh. Antibodi dalam

sirkulasi dapat menetralisasi virus yang masuk darah pada fase viremia. Respons

antibody terhadap virus dap[at ditemukan in vitro sebagai berikut :

Page 10: MAKALAH IMUNISASI Jadi

Menetralkan infektivitas virus dan melindungi penjamu yang rentan

Mengikat komplemen

Mencegah adherens dan aglutinasi eritrosit oleh beberapa jenis virus

(haemaglutination inhibition)

IgG adalah antibodi yang terpenting di antara antibodi antivirus, tetapi virus

yang sudah diikat sel penjamu tidak dapat dilepaskan lagi oleh antibodi.

1. Vaksin Rubela

Vaksin Rubela (german measles) mengandung virus yang dilemahkan atau

dimatikan, berasal dari virus dengan antigen tunggal yang ditumbuhkan

dalam biakan Human Diploid Cell Line. Kepada wanita yang seronegatif perlu

diberikan imunisasi sebelum pubertas dengan virus yang dilemahkan. Hal

tersebut diperlukan mengingat rubella dapat menimbulkan malformasi pada

janin

2. Vaksin Influenza

Penyakit influenza disebabkan virus family ortomiksoviride, yang terdiri

atas viruts tipe A, B dan C berdasarkan hemaglutinin permukaan (H) dan

antigen neuraminidase (N).

Dalam alam, antigen virus A dapat mengalami dua jenis

perubahan/mutasi yaitu antigenic drift bila mutasi tersebut terjadi perlahan

dan antigenic shift yang terjadi mendadak. Virus B lebih stabil dibandingkan

virus A dan hanya menimbulkan antigenic drift. Adanya antigenic drift/shift

tersebut memungkinkan virus untuk lolos dari pengawasan system imun

penjamu, sehingga manusia selalu rentan terhadap infeksi virus untuk

seumur hidup.

Ada dua jenis vaksin yaitu yang dimatikan, diinaktifkan dalam formalin

atau propiolakton (parenteral) dan yang hidup/dilemahkan (oral/nasal).

3. Vaksin Campak

Vaksin campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur virus

dengan antigen tunggal yang dibiakan dalam embrio ayam. MMr adalah

Page 11: MAKALAH IMUNISASI Jadi

vaksin yang dimatikan dan diberikan dalam suntikan tunggal, untuk

pencegahan penyakit campak, mumps (gondok) dan rubela.

4. Vaksin Poliomielitis

Vaksin poliomyelitis diperoleh dalam 2 bentuk : masing-masing polivalen

yang terdiri atas 3 tipe :

Vaksin virus mati (Inaktivatid Polio Vaccin, Salk)

Vaksin salk diproduksi dari virus yang ditumbuhkan dalam biakan

(ginjal kera) yang kemudian diinaktifkan dengan formalin atau sinar

ultraviolet. Vaksin tersebut memberikan imunitas terhadap penyakit

sistemik, tetapi tidak terhadap infeksi intestinal oleh polio. Diberikan

sebelum vaksin sabin dikembangkan.

Vaksin oral (Oral Polio Vaccin, Sabin)

Vaksin sabin dibuat dari virus yang juga ditumbuhkan dalam

biakan (ginjal kera, Human Diploid Cells) yang dilemahkan dan member

proteksi terhadap infeksi intestinal dan penyakit paralisa.

5. Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B terdiri atas partikel antigen permukaan hepatitis B yang

diinaktifkan (HBsAg)bdan diabsorpsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma

manusia/karier hepatitis. Saat iini vaksin hepatitis B diganti dengan vaksin

rekombinan. Vaksin rekombinan HBsAg (rHBsAg) diproduksi dengan rekayasa

genetic galur Saccharomyces cerevisiae yang mengandung plasmid/gen untuk

antigen HBsAG. Produksi vaksin hepatitis b dari jamur dengan teknik

rekombinan, merupakan cara yang lebih mudah untuk memproduksi vaksin

dalam jumlah besar dan aman disbanding dengan yang diproduksi dari

serum.

6. Vaksin Hepatitis A

Vaksin hepatitis A terdiri atas virus dimtikan yang cukup efektif, diberikan

kepada orang dengan resiko misalnya dalam perjalanan/mengunjungi Negara

dengan resiko.

7. Vaksin Varisela

Vaksin varisela digunakan untuk mencegah varisela, merupakan

vaksin yang dilemahkan, biasanya tidak diberikan kepada anak-anak sampai

Page 12: MAKALAH IMUNISASI Jadi

IgG asal ibu hilang (sekitar usia 15 bulan). Varisela yang dilemahkan diberikan

kepada penderita dengan leukemia limfositik akut.

8. Vaksin Retro

Vaksin virus retro dapat mencegah kematian pada bayi akibat diare.

Vaksin mengandung 4 tipe antigen virus yang berhubungan dengan penyakit

pada manusia.

9. Vaksin Rabies

Vaksin rabies diperoleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin dimatikan untuk

manusia dan vaksin hidup yang dilemahkan pada hewan. Ada 2 bentuk vaksin

untuk manusia yaitu yang dibiakan dalam embrio bebek yang memiliki

beberapa efek ensefalitogrnik dan yang dibiakan dalam sel human diploid.

Kadang diperlukan bersamaan dengan RIG.

10. Vaksin Papiloma

Kanker serviks merupakan kanker nomor dua tersering pada wanita, sekitar

10% dari semua kanker wanita yang ada.

2.3.2. Vaksin Bakteri

Respons imun antibacterial meliputi lisis melalui antibodi dan komplemen,

opsonisasi, fagositosis yang diaktifkan dengan eliminasi bakteri dihati, limpa

dan sl-sel dari system fagosit makrofag. Yang bergerak pada opsonin dan

fagositosis bakteri negatif-gram adalah IgG dan IgM saja atau komponen

komplemen C3b.

1. Vaksin DOMI

Penyakit-penyakit infeksi yang menimpa Negara-negara sedang

berkembang seperti kolera, demam tifoid dan sigela yang merupakan

DOMI. Program DOMI dikembangkan di berbagai Negara antara lain

Indonesia melalui transfer teknologi untuk memproduksi vaksin Vi dan

vaksin kolera yang sekaligus dapat mengurangi beban sigelosis.

2. Vaksin Bacille Calmette-Guerin

Vaksin BCG adalah vaksin galur mikrobakterium bovis yang dilemahkan

dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis dihampir

seluruh penjuru dunia.

Page 13: MAKALAH IMUNISASI Jadi

3. Vaksin Subunit

Vaksin subunit adalah vaksin yang terdiri ats makromolekul spesifik asal

pathogen yang dimurnikan. Ada 3 bentuk umum vaksin yang digunakan :

Vaksin eksitoksin atau toksoid

Vaksin polisakarida kapsel

Vaksin antigen protein rekombinan

a. Vaksin polisakarida

Vaksin polisakarida (disebut juga vaksin konjugat) dibuat dari

polisakarida kapsul bakteri, terdiri atas dinding poliakarida bakteri

yang nerupakan vaksin sub-unit. Contoh-contoh vaksin polisakarida

adalah sebagai berikut :

Vaksin pneumokoko

Vaksin pneumokoko terdiri atas polisakarida kapsul 23 tipe

antigen streptokoko pneumoni dan dianjurkan untuk golongan

tertentu seperti usia diatas 60 tahun, penyakit paru kronis atau

mereka tanpa limpa. Vaksin member perlindungsn sampai 90%

terhadap galur pneumokoko yang dapat menjangkit manusia.

Vaksin Hemofilus influenza

Vaksin hemofilus influenza berupa polisakarida tipe b (Hib) yang

dikonjugasi dengan toksoid atau protein.

Vaksin Neseria meningitidis

Vaksin Nm terdiri atas beberapa golongan polisakarida, digunakan

untuk mencegah infeksi meningitis pada anggota tentara dan

anak-anak di Negara-negara dengan resiko tinggi.

Lyme disease

Lyme disease adalah penyakit yang disebabkan spiroket. Infeksi

terjadi melalui gigitan sejenis serangga yang terinfeksi. Vaksin

terdiri atas protein permukaan Borelia burgdorferi yang

dimurnikan.

Vaksin S. pneumoni

Vaksin polivalen yang dibuat dari kapsul polisakarida beberapa

galur steptokok pneumoni, diberikan kepada penderita penyakit

Page 14: MAKALAH IMUNISASI Jadi

kardiovaskuler, sesudak spelektomi, anemia sel sabit, kegagalan

ginjal, sirosis alcohol dan diabetes mellitus.

Vaksin S. tifi (Typhi Vi)

Vaksin S. tifi berupa vaksin polisakarida dan pemberian booster

tidak menimbulkan respons peningkatan. Untuk meningkatkan

respons, dibuat vaksin konjugasi dengan menggabungkan

polisakarida S. tifi dengan protein. Vaksin ini diberikan pararel,

diperoleh dari kapsul polisakarida S.tifi. biasanya diberikan kepada

anak usia 6 bulan dalam 2 dosis dengan jarak 4 minggu.

b. Antitoksin (ekso- dan endotoksin)-toksoid

Vaksin toksoid digunakan hanya bila toksin bakteri merupakan

penyebab utama penyakit. Toksin biasanya diaktifkan dengan

formalin dan biasanya disebut toksin yang ditoksifikasi atau toksoid

sehingga aman untuk digunakan dalam vaksin.

Antitoksin botulinum

Antitoksin botulisme adalah polivalen, dibuat terhadap 3 tipe, tipe

A, B dan E) yang diproduksi klostridium botulinum. Antitoksin asal

hewan juga dapat diperoleh, tetapi tidak diutamakan oleh karena

risiko penyakit serum.

Antitoksin difteri

Antioksin difteri dibuat pada kuda dengan menyuntikan toksoid

korinebakterium difteri. Toksoid adalah eksotoksin yang diolah

dngan formaldehid yang merusak patogenisitasnya tetapi tetap

antigenic.

Antitoksin tetanus

Antitoksin tetanus terdiri atas globulin imun asal manusia yang

spesifik terhadap toksin klostridium tetani.

Difteri, pertusis, dan tetanus

Difteri, pertusis dan tetanus DPT adalah produk polivalen yang

mengandung toksoid korinebakteri difteri, bordetela pertusis dan

klostridium tetani yang dimatikan.

Page 15: MAKALAH IMUNISASI Jadi

c. Vaksin peptide

Peptide sintetik adalah vaksin subunit yang hanya mengandung epitop

dari antigen protektif.

d. Vaksin konjugat

Keterbatasan vaksin polisakarida adaklah ketidakmampuanya untuk

mengaktifkan sel Th. Polisakarida yang merupakan lapisan dinding

luar bakteri akan menghalangi respons imatur imun bayi dan anak

untuk mnengenal antigen. Salah satu cara untuk melibatkan sel Th

secara direk adalah mengkonjugasikan antigen polisakarida dengan

protein pembawa.

2.3.3. Vaksin Hasil Rekayasa

1. Vaksin subunit multivalent

Salah satu keterbatasan vaksin peptide sintetik dan subunit polisakarida

atau vaksin protein adalah cenderung kurang imunogenik. Disamping itu

vaksin subunit lebih cenderung memicu imunitas humoral sinding seluler.

2. Vaksin DNA dan naked DNA

Vksin subunit rekombianan adalah vaksin yang menggunakan teknologi

DNA, hasil rekayasa molekul antigen mikroba tertentu. Vaksin DNA terdiri

atas plasmid bakteri yang mengandung DNA yang menyandi protein

antigen, dapat memacu baik imunitas humoral maupun selular. Melalui

rekayasa genetic, segmen dari bahan herediter/DNA dari satu jenis

organism dapat dikombinasikan dnegan gen organism ke dua.

Rekayasa genetik memungkinkan untuk memilih dan mengambil

segmen gen bahan herediter DNA dari organisme tertentu dan dapat

dikombinasikanya dengan gen dari organism kedua.

3. Vaksin vector rekombinan

Vaksin vector rekombinan adalah vaksin yang dibuat dengan

mengguanakan virus atau bakteri yang dimodifikasi untuk mengantarkan

gen (sebagai vector) yang menyandi antigen mikroba ke sel tubuh. Vaksin

vector rekombinan merupakan strategi terhadap virus X.

4. Sitokin, pembawa vaksin

Page 16: MAKALAH IMUNISASI Jadi

Menambahkan sitokin pembawa vaksin diduga akan merupakan cara

efisien untuk mendapatkan lingkungan/milieu sitokin yang benar dalam

mengarahkan respons imun yang diharapkan. Efek sitokin adalah untuk

meningkatkan efisiensi sel APC.

2.3.4. Vaksin tumor

Imunisasi yang membunuh sel tumor atau antigen tumor dapat

meningkatkan respons terhadap tumor.