makalah iptek terhadap kristen
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia mulai merenungkan dirinya diluar Allah sejak masa Renaissance pada abad 15-16 dan
pada abad 17-18 ratio menjadi dasar pengukuran objek-objek ciptaan, hal ini bertolak-belakang
dengan pandangan sebelumnya, dimana Alkitab dan Wahyu Allah yang dijadikan tolak ukur dari
ciptaan. Lebih jauh lagi, terjadi konflik antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan. Ditengah situasi
ini banyak orang Kristen yang menjauhi gereja, tetapi tidak sedikit juga orang Kristen yang mau
membela kebenaran dari Alkitab. Sampai dengan sekarang tetap dirasakan adanya perseteruan antara
keduanya. Agama sendiri merupakan ilmu pengetahuan keduanya tidak perlu dipertentangkan.
Dalam agama Kristen ada dua sikap terhadap ilmu pengetahuan yang pertama, menolak segala
perkembangan ilmu pengetahuan, sikap kedua, menerima dan mencerna setiap perkembangan, tanpa
melihat pandangan agamanya. Kedua sikap ini tidak bermanfaat dalam memecahkan persoalan yang
ada.
Alfred North Whitehead(1861-1974), agama dan iptek merupakan dua kekuatan yang besar di
dunia yang secara hebat mempengaruhi manusia.
Agama Kristen dengan ilmu pengetahuan teknologi dapat saling menopang satu sama lain,
sebaliknya dapat menjadi berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang ajaran-ajaran
fundamental dalam agama yang dapr mengoyahkan iman percaya Kristen.
Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang diakibatkan oleh ilmu pengetahuan.Alkitab
yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-orang yang yang tidak sama cara pemikirannya
daari zaman ke zaman.
Jalan tengah antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan adalah, Iman tidak harus bersaing dengan
penjelasan ilmu, iman bukanlah suatu teknologi supranatural, dan dbantu dengan pemikiran:
bagaimana mungkin sustu ciptaan dapat mengerti akan Penciptanya (Allah) yang telah menjadikan
segala sesuatunya ada sebelum manusia ada.
B. TUJUAN
Bagaimanakah orang Kristen bersikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi?
Apakah menerima atau menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi?
Ada yang menolak dan tidak sedikit yang menerima teknologi. Penolakan terjadi karena beranggapan
hidup sederhana merupakan pola hidup yang paling cocok untuk manusia, sedangkan bagi yang pro
terhadap teknologi mengganggap teknologi mengambil peranan penting dalam hidup serta bagi masa
depan manusia. Lebih jauh terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, iptek dapat menjadi
suatu ‘agama’ bila kita tidak menyadari konsep iptek yang sebenarnya dan peranannya dalam hidup
manusia (dapat menentukan baik/ buruknya hidup manusia).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman
1. Zaman gereja mula-mula
Pada masa ini belum ada persoalan mengenai iman dan akal budi/ ilmu pengetahuan. Seiring
perkembangannya, muncul golongan Gnostik, Montanus, Marcion, mereka merupakan
golongan yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai pasal-pasal iman,
dan hal itu hanya sebatas pengajaran. Otoritas Alkitab belum dipermasalahkan pada masa ini.
2. Zaman sholastik
Mulanya universitas (di Eropa) memiliki hubungan dengan gereja maupun teologi, namun
akhirnya lepas dari gereja dan teologi. Sejak masa itu terjadi masalah antara iman dan akal
budi. Sebagai contoh kita melihat pendapat tokoh yang ada pada saat itu, seperti Anselmus
(1033-1109) uskup besar Canterburry, berpendapat Credo ut Inteligam artinya aku percaya
maka aku mengerti. Pandangan yang bertolak belakang dengan perkataannya diutarakan oleh
Petrus Abelardus (1079-1142) yaitu aku mengerti agar aku percaya. Dari kedua pandangan
tersebut sudah dapat kita ketahui telah adanya perbedaan pandangan yang sangat mendasar
sekali dalam lingkungan Kristen sekali pun.
Thomas Aquinas (1225-1274) menggabunkan teologi Agustinus dengan fisafat Aristoteles,
hal ini mengakibatkan teologia Wahyu menjadi teologia alamiah (naturalis), yang
beranggapan bahwa manusia mampu memikirkan hikmah ilahi hanya pemikiran itu belum
sempurna dan memerlukan rahmat Allah.
Pandangan dari zaman ini akhirnya ditinggalkan, karena orang menganggap ini hanyalah
sebuah permainan pikiran yang didalamnya terdapat berbagai macam pandangan oleh para
tokoh. Kurang bermanfaat bagi hubungan antara iman dan keKristenan dengan akal budi dan
pengetahuan.
3. Zaman renaissance
Manusia sudah mengembangkan pikirannya secara bebas, terutama pemikiran dan
penyelidikan mengenai alam semesta. Nicholas Copernicus (1473-1543) berhasil mengeser
teori geocentrisnya Plotomeus,dengan mengeluarkan teori heliocentis, hal ini pun dapat
menjadi penggoyah kepercayaan orang terhadap gereja dan otoritas Alkitab sendiri pun
dipertanyakan. Pada masa ini juga terjadi reformasi gereja, yang dicetuskan oleh Martin
Luther dan John Calvin.
4. Zaman rasionalisme
Pada zaman ini ratio menjadi tolak ukur secara mutlak atas kehidupan manusia. Secara
terbuka terlihat perseteruan antara iman dan akal budi. Zaman ini juga dikenal sebagai zaman
kenbangkitan Ilmu Pengetahuan Alam.
Beberapa tokoh yang ada pada zaman ini, G.W. Leibniz (1646-1716) penemu infinitisimal
Calculus bersama dengan Isaac Newton (1642-1727), Blaise Pascal (1523-1662) seorang ahli
matematika,menyadari bahwa kebenaran kristen lebih dalam daripada argumen-argumen
logika manusia. Auguste Comte (1798-1857) membagi perkembangan teologis manusia
dalam tiga tahapan yaitu teologis, metafisis, dan scientific, dimana agama dianggap sesuatu
yang sudah lalu.
Pandangan Alkitab terhadap ilmu pengetahuan
• Sumber iptek adalah Allah
Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang
yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Amsal 1:5). Dari ayat ini kita bisa lihat
bahwa Allah sebenarnya menghendaki kita manusia untuk terus mengembangkan diri,
menambah ilmu dan pengertian. Hal ini berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi iptek tapi
justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik lagi.
• Iptek bagi kemuliaan Allah
Keluaran 35:30-36:1 mencatat bahwa Allah menunjuk orang-orang yang telah dipilihnya
untuk membuat segala keperluan untuk membangun bait Allah. Kemudian Allah
memperlengkapi mereka dengan segala keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala
pekerjaan untuk membuat segala rancangan tentang bait Allah. Allah memberikan Rohnya
untuk membuat mereka mampu menyelesaikan pembangunan bait Allah seperti yang
difirmankan-Nya (ayat 31).
Melalui ayat ini kita tahu bahwa sumber segala pengetahuan dan keahlian adalah Allah. Dan
semua itu dipakai untuk melakukan kehendak-Nya (Kel 36:1).
Kejadian 11 :1-9 tentang pembangunan menara Babel menunjukkan betapa manusia begitu
sombong dengan kemampuan yang dimiliki. Mereka menggunakan ilmu pengetahuan yang
dimiliki untuk mencari nama, membangun kota dengan menara sampai ke langit supaya
Tuhan tidak menyerakkan manusia ke seluruh bumi (ayat 4). Hal ini melawan kehendak
Tuhan yang mengatakan bahwa manusia harus bertambah banyak memenuhi bumi (Kej 1:28).
Karena itu Allah kemudian murka kepada manusia dan mengacaubalaukan bahasa dan
menyerakkan manusia ke seluruh bumi sehingga pembangunan kota itu berhenti.
Sikap terhadap iptek
Amsal 1:7 memberikan dasar bagi kita bagaimana harus bersikap terhadap perkembangan
iptek. Takut Tuhan merupakan dasar pengertian yang benar tentang ilmu pengetahuan dan
hikmat dari Tuhan merupakan pegangan supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan karena
iptek.
Sering kali iblis memakai iptek untuk memperdaya kita melalui tipu muslihatnya. Internet,
ponsel, televise, mobil, bahkan apapun bisa membuat kita jatuh dalam pencobaan. Apapun
bentuk pencobaannya, sadar atau tidak sadar iptek sering kali membuat kita terlena.
Efesus 6 : 10-17 membekali kita untuk berperang melawan tipu muslihat iblis.
a. Perisai iman dan ketopong keselamatan
Dengan keyakinan iman bahwa kita telah ditebus dari dosa dan diselamatkan maka kita telah
menjadi milik Kristus seutuhnya. Iman kita menjadi perisai yang melindungi kita sehingga si
jahat tidak akan dapat mengambil kita dari pada-Nya. Ketika kita berada dalam posisi sulit
dalam pencobaan, kita tahu dan yakin Tuhan akan menyelamatkan kita karena kita adalah
milik-Nya.
b. Pedang Roh
Firman Allah
Firman Allah menjadi pelita saat berjalan dalam dunia yang semakin gelap (119:105).
Membaca firman Tuhan setiap hari membuat kita semakin mengerti kehendak Tuhan. Firman
Tuhan yang tertanam dalam hati menjadi senjata bagi kita untuk melawan godaan-godaan dari
si jahat. Bahkan orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam akan bertumbuh
dan berbuah seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (Mzm 1: 1-3). Orang yang sungguh-
sungguh merenungkan dan melakukan firman Tuhan bukan hanya menjaga dirinya dari dosa
tapi juga menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Berdoa
Berdoa merupakan cara berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Dengan berdoa kita
mengundang campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Doa seperti peperangan roh, Roh
Tuhan bekerja melawan si jahat, sementara kita diberi kekuatan untuk tetap bertahan dalam
pencobaan dengan tetap memiliki damai sejahtera dari Tuhan.
Akhirnya “ kenakanlah sluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan
melawan tipu muslihat iblis” (Efesus 6:11).
B. Iman dan Iptek
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan
(Amsal 1:7)
Sebagai orang Kristen, dan dalam terang iman kristiani, kita ini harus pro atau anti sama teknologi?
Pro atau anti sama ilmu pengetahuan? Pilih iman atau otak? Doktrin atau ilmu? Kenapa pertanyaan-
pertanyaan itu perlu dipikirkan dan dijawab? Karena ada pendapat, semakin kita beriman, semakin
sedikit kita pake otak kita. Beriman berarti menyangkali akal sehat, karena percaya kepada apa yang
nggak masuk akal. Tentang asal-usul dunia ini, misalnya, orang beriman yakin bahwa Allah-lah yang
menciptakannya dari tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya. Kenapa? Karena Alkitab, firman
Allah yang tertulis, mengatakan demikian. So, percaya aja. Sedangkan yang pake otak nggak bisa
terima pokok creatio ex nihilo. Yang masuk akal adalah apa yang
ada sekarang terbentuk lewat sebuah proses, atau multi-proses, dari yang sudah ada sebelumnya.
Stephen Hawking, contohnya, mengajukan teori Big-bang, Ledakan Besar, untuk menjelaskan
terjadinya alam semesta ini. Sebenarnya, itu
nggak lain dari teori kebetulan. Kalo pemikiran seperti itu iman berlawanan dengan otak bikin orang
Kristen sampe menjauhi iptek demi memelihara imannya, sungguh mengerikan! Karena itu berarti
dunia iptek bakalan dikuasai oleh orang-orang ateis yang tidak beriman, yang nggak takut sama
Tuhan. Sebaliknya, dunia Kekristenan cuma diisi oleh orang-orang yang picik dan fanatik, yang cuma
ngikutin emosi, bukan akal sehat. Quo vadis, dunia? Quo vadis, Gereja?
Lebih dari itu, sikap menjauhi iptek demi memelihara iman benar-benar berlawanan dengan firman
Tuhan. Karena Alkitab sendiri berpesan, Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan
baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Ams 1:5). Kalau begitu, bersikap
masabodoh terhadap iptek, apalagi menjauhi dan menolaknya, berarti menolak firman Tuhan!
Melawan kehendak Allah! Dosa!
Orang Kristen justru harus pake otak. Pake akal sehat dalam memahami segala sesuatu. Semaksimal
mungkin. Yang membedakannya dengan orang yang tidak percaya sebenarnya sangat sederhana. Tapi
mendasar. Orang Kristen waktu berpikir selalu melibatkan “unsur” Allah, bukan cuma
apa yang kelihatan dan terukur dengan panca-indera yang terbatas. Jadi, misalnya, antara orang
percaya dan Stephen Hawking, bedanya sangat sederhana, namun
mendasar. Yang pertama percaya kepada “unsur” Allah sebagai the Ultimate Cause
dari segala yang ada. Sedangkan yang kedua percaya kepada “kebetulan.” Sama-sama
percaya. Cuma obyek kepercayaannya yang berbeda. Hayo, mana yang akalnya lebih sehat, yang
percaya kepada Allah atau yang percaya kepada kebetulan?
Demikian juga antara orang percaya dan kaum evolusionis, para penganut teori evolusi ala Charles
Darwin, bedanya sangat sederhana, namun mendasar. Para evolusionis berteori, pada mulanya
kehidupan berasal dari yang non-hidup, lewat proses yang sangat panjang. Mereka berpikir demikian
karena tidak melibatkan unsur Allah.
Sedangkan orang percaya seperti Georges Leopold Cuvier, ahli biologi terkenal dari Perancis pada
abad ke-18, menentang pemikiran ini. Ia menegaskan, bahwa “kehidupan selalu berasal dari
kehidupan. Kita melihat kehidupan dialihkan, tapi tidak pernah diciptakan”. Allah sang
Sumber Kehidupan yang memberikan kehidupan kepada ciptaan-Nya. Mana yang lebih masuk akal?
Benda mati jadi makhluk hidup lewat proses yang ajaib, atau Sumber Kehidupan membagikan
kehidupan-Nya kepada benda mati sehingga hidup?
Para evolusionis berteori bahwa pelbagai jenis hewan berevolusi menjadi spesies baru. Karena itu
banyak jenis hewan yang nggak ada lagi sekarang ini. Cuvier nggak setuju. Dia berhasil nunjukkin
bukti-bukti bahwa hewan peliaraan nggak berubah sejak zaman Mesir kuno. Juga bahwa lenyapnya
pelbagai jenis hewan adalah karena hewan itu punah, bukan karena berubah jadi spesies baru.
Dokumen fosil nunjukkin hal ini. Cuvier berkata, Jika spesies memang
berubah secara bertahap, kita seharusnya bisa menemukan jejak perubahan itu; antara fosil
paleotherium dan spesies yang ada sekarang seharusnya ada bentuk antara: tapi ini tidak pernah ada.
Mana yang lebih masuk akal, penjelasan para evolusionis or Cuvier?
Bagaimanapun, iman dan iptek, sekalipun bisa bersandingan, nggak bisa dicampuraduk. Kalo
dicampuraduk, bakalan kacau. Coba bayangkan, kalau seorang fisikawan bekerja di laboratoriumnya
dengan berpedoman terutama kepada ayat-ayat Alkitab, bukan kepada metode-metode ilmiah tertentu,
apa jadinya? Sebaliknya, jika ia mendengarkan khotbah di gereja pada Hari Minggu dengan
pendekatan ilmiah, apa jadinya? Pasti kacau! Atau, bagaimana jika seorang dokter
menangani pasiennya dengan mengandalkan terutama Alkitab, bukan pengetahuan medisnya? Pasti
kacau! Kita perlu sadar, setiap bidang kehidupan punya hukumnya sendiri. Juga tujuannya sendiri. Di
dunia dagang, ya cari untung. Di dunia politik, ya menghimpun kekuatan, meraih suara, dan meraih
kedudukan. Di dunia ilmu, ya mencari kebenaran ilmiah. Di gereja, ya melayani tanpa pamrih,
malahan berkurban kalo perlu. Jangan dicampuraduk, nanti kacau!
Kalau begitu, sikap seperti apa yang paling tepat? Nats kita menjawabnya. Takut akan TUHAN
adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Ams 1:7). Apa
artinya? Sederhana, sang fisikawan boleh dan seharusnya bekerja di laboratoriumnya menurut prinsip-
prinsip ilmiah, karena memang tidak ada ilmu aljabar Kristen atau ilmu kimia Kristen. Tapi ingat, ia
tetap orang Kristen. Ia harus bekerja di laboratoriumnya sebagai ilmuwan
Kristen. Dengan takut akan Tuhan. Maksudnya, dengan menghormati Tuhan. Taat kepada Tuhan.
Mengabdi kepada Tuhan. Melayani umat manusia. Menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan. Misalnya begini. Seorang ilmuwan meneliti atau mengembangkan sesuatu dengan
prinsip-prinsip ilmiah. Dari risetnya itu, ia menemukan suatu penemuan yang luar biasa, yang bisa
bikin namanya terukir dengan tinta emas dalam catatan
sejarah perkembangan iptek. Tapi, penemuan itu bisa juga disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu
buat bikin senjata yang sangat mengerikan. Di sini, nasib umat manusia dipertaruhkan. Prinsip takut
akan Tuhan harus bekerja. Sang ilmuwan harus memilih untuk tidak mengumumkan hasil risetnya itu.
Kalo manusia nggak takut akan Tuhan. Nggak mengabdi kepada Tuhan dan sesama, apa yang bakalan
terjadi? Kalo diaseorang ilmuwan, dia akan bereksperimen gila-gilaan, sampe melanggar nilai-nilai
kemanusiaan. Bahkan tega ngejadiin sesamanya manusia kelinci percobaan. Kalo dia seorang
pengusaha, dia bakalan pake pengetahuan en pengalamannya buat meraih keuntungan sebesar-
besarnya, kalo perlu sampe ngorbanin sesamanya manusia. Wah, serem sekali!
Jadi, kembali ke pertanyaan awal, sebagai orang Kristen, dan dalam terang iman kristiani, kita ini
harus pro atau anti sama teknologi? Pro atau anti sama ilmu pengetahuan? Pilih iman atau otak?
Doktrin atau ilmu? Jawabannya, pertanyaan itu salah sekali, karena manusia memang diciptakan
Tuhan dengan kemampuan untuk mengembangkan teknologi. Itu berarti teknologi pada dirinya
sendiri baik. Inti teknologi khan mengubah apa yang ada. Manusia nggak bisa lari sekencang kijang,
maka teknologi menciptakan mobil supaya manusia dapat bergerak lebih cepat dibandingin kijang.
Manusia nggak bisa terbang seperti burung, maka teknologi menciptakan pesawat terbang supaya
manusia bisa terbang lebih tinggi daripada burung. Manusia nggak bisa menghindar dari teknologi.
Begitu kita pake payung waktu hujan, setel kipas angin supaya udara nggak terlalu panas, kita udah
pake teknologi. Jadi, persoalannya bukan pro atau kontra teknologi, tapi gimana seharusnya
menggunakan teknologi. Persoalannya ada pada manusianya! Takut akan Tuhan or nggak?
Bagaimana dengan rekayasa genetika dengan isu terakhirnya, kloning manusia? Sama saja, yang jadi
persoalan, benarkah menjadikan manusia, sepapa apapun dia, kelinci percobaan? Sekalipun dia rela?
Apakah itu melanggar batas wilayah kerja manusia? Apa yang terutama menggerakkan para ahli
bioteknologi untuk mengembangkan rekayasa genetika, kesejahteraan sesama atau keuntungan
milyaran dolar? Perlu dicatat, bahwa pada kenyataannya rekayasa genetika adalah suatu bisnis multi-
miliar dolar. Ada dampaknya terhadap komitmen pernikahan? Apa dampaknya
terhadap kejiwaan?
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sebagai orang Kristen, dan dalam terang iman kristiani, kita ini harus pro atau anti sama
teknologi? Pro atau anti sama ilmu pengetahuan? Pilih iman atau otak? Doktrin atau ilmu?
Kenapa pertanyaan-pertanyaan itu perlu dipikirkan dan dijawab? Karena ada pendapat, semakin
kita beriman, semakin
sedikit kita pake otak kita. Beriman berarti menyangkali akal sehat, karena percaya kepada apa
yang nggak masuk akal. Tentang asal-usul dunia ini, misalnya, orang beriman yakin bahwa Allah-
lah yang menciptakannya dari tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya. Kenapa? Karena
Alkitab, firman Allah yang tertulis, mengatakan demikian. So, percaya aja. Sedangkan yang pake
otak nggak bisa terima pokok creatio ex nihilo. Yang masuk akal adalah apa yang
ada sekarang terbentuk lewat sebuah proses, atau multi-proses, dari yang sudah ada sebelumnya.
Stephen Hawking, contohnya, mengajukan teori Big-bang, Ledakan Besar, untuk menjelaskan
terjadinya alam semesta ini.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, Penulis juga sangat mengaharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Halim, Sandy, 2004, Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan,Teknologi, Seni, Univertitas Tarumanegara
Iman dan Iptek, 2009, http://gkimciumbuleuit.org
Solus Christus : Sebuah Tantangan untuk Mengutamakan Kristus
http://gkimciumbuleuit.org Powered by Joomla! Generated: 10 October, 2009, 07:18
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang ingin penulis ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Dalam karya makalah ini, penulis membahas mengenai “Dampak IPTEK
Terhadap Iman Kristen”,
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, Penulis juga sangat mengaharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bone-Bone, 30 Mei 2013
Penulis
MAKALA AGAMA
OLEH :
RINA ENGRIANI PASAE