makalah jadi efusi pleura

34
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan efusi pleura” dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan setulusnya kami sampaikan terima kasih kepada yang terhormat bapak ibu dosen, serta pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Tidak ada manusia yang sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat memberi pengetahuan memberikan asuhan keperawatan dengan benar pada penderita efusi pleura hususnya pada pasien kritis. Mamben, 6 Desember 2014 Penyusun

Upload: silaturrahman-nurse

Post on 26-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tyyhjhjh

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan efusi pleura dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan setulusnya kami sampaikan terima kasih kepada yang terhormat bapak ibu dosen, serta pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Tidak ada manusia yang sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat memberi pengetahuan memberikan asuhan keperawatan dengan benar pada penderita efusi pleura hususnya pada pasien kritis.

Mamben, 6 Desember 2014

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya.

Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif.

Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis.

Tingginya angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan angkakematian akibat Efusi Pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya Efusi Pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Konsep Teori Efusi Pleura ?

2. Bagaimana Askep Efusi Pleura Pada Pasien Kritis ?

C. Tujuan

1. Mengetahui teori atau penjelasan tentang efusi pleura

2. Mengetahui askep efusi pleura pada pasien kritis

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PLEURA

1. Definisi Efusi Pleura

Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis yang terdiri dari dua lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis. Sehingga dapat disimpulkan Efusi Pleura adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara lapisan viseralis perietalis. (Sudoyo, 2006)

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga pleura. (Imran Sumantri, 2008).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995).

2. Anatomi Pleura

Pleura adalah membrane serosa yang licin, mengkilat, tipis, dan transparan yang membungkus paru (pulmo). Membran ini terdiri dari 2 lapis:

a. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaan paru.

b. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dinding dada.

Pleura parietal berdasarkan letaknya terbagi atas :

Cupula Pleura (Pleura Cervicalis)

Merupakan pleura parietalis yg terletak di atas costa I namun tdk melebihi dr collum costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os. Clavicula

Pleura Parietalis pars Costalis

Pleura yg menghadap ke permukaan dalam costae, cartilage costae, SIC/ ICS, pinggir corpus vertebrae, dan permukaan belakang os. Sternum.

Pleura Parietalis pars Diaphragmatica

Pleura yg menghadap ke diaphragm permukaan thoracal yg dipisakan oleh fascia endothoracica.

Pleura Parietalis pars Mediastinalis (Medialis)

Pleura yg menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan membentuk bagian lateral dr mediastinum.

Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan), membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe. Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah.

Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yg disebut dg cavum pleura. Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yg berfungsi agar tdk terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernapasan. Rongga pleura mempunyai ukuran tebal 10-20 mm, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein < 1,5 gr/dl dan 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan.

Fisiologi Pleura

Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.

Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans. Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural effusion.

3. ETIOLOGI

Berdasarkan jenis cairan yang terbetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat dan eksudat.

1. Transudat

Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Transudat ini disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig, hipoalbumenia, dialysis peritoneal, Hidrothoraks hepatik .

2. Eksudat

Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia dan sebagainya, tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi dua yaitu :

a. Unilateral

Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya

b. Bilateral

Effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini : Kegagalan kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)

Indikator

Transudat

Eksudat

1. Warna

2. Bekuan

1. Berat Jenis

2. Leukosit

3. Eritrosit

4. Hitung jenis

5. Protein Total

6. LDH

7. Glukosa

10. Fibrinogen

11. Amilase

12. Bakteri

1. Kuning pucat dan jernih

2. (-)

1. 60% serum

9. = / < plasma

10. 4-6 % atau lebih

11. >50% serum

12. (-) / (+)

4. MANIFESTASI KLINIS

a. Manifestasi klinis yang menurut ( Tierney, 2002 dan Tucker 1998 ) adalah

1) Sesak nafas

2) Nyeri dada

3) Kesulitan bernafas

4) Peningkatan suhu tubuh jika terjadi infeksi

5) Keletihan

6) Batuk

b. Manifestasi klinis menurut Suzanne & Brenda, 2002 yang dapat ditemukan pada Efusi Pleura adalah

1) Demam

2) Menggigil

3) Nyeri dada pleuritis

4) Dispnea

5) Batuk Suara nafas ronchi

c. Manifestasi klinis menurut Irman Somantri, 2008 adalah

Kebanyakan efusi pleura bersifat asimpomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesae dan menyebar kemungkinan timbul dispenea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan nafas sesak. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi yang terkena.

5. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru.

Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.

Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500 2000. Mula mula yang dominan adalah sel sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.

PATHWAY

6. TANDA DAN GEJALA

a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderitaakan sesak napas

b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeridada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),banyak keringat, batuk, banyak riak.

c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi, jika terjadi mpenumpukan cairan pleural yang signifikan.

d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karenacairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalampernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerahpekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung(garis Ellis Damoiseu)

e. Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup, timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco- Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

7. KOMPLIKASI KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

a. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.

b. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

c. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

d. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan diagnostic

a. Rongent dada atau thoraxs

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari bagian medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar dan dari dalam paru paru itu sendiri.

b. Torakoskopi (Fiber optik pleurascopy)

Dilakukan pada kasus kasus dengan neoplasma atau tuberkulosis pleura. Biasanya dilakukan sedikit insisi pada dindidng dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks) cairan ditemukan penghisapan dan udara dimasukkan supaya dapat melihat kedua pleura.

c. Biopsi pleura

Pemeriksaan histologi atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50% - 75% diagnosa kasus kasus pluritistuberkulosa dan tumor paru.

d. Ultrasonografi

Untuk menentukan adannya cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat membatu sebagai penentu waktu melakkukan aspirasi cairan tersebut, terutama pada efusi yang terlokalisir.

2. Pemeriksaan laboratorium

e. Darah lengkap : Leukosit meningkat, Hemoglobin menurun, LED meningkat

f. Kimia darah : Albumin menurun, protein total menurun

g. Sputum : kultur, basil asam dan PH

h. Sitologi cairan pleura.

9. PENATALAKSANAAN

1. Medis

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

a. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

b. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.

c. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

d. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

2. Keperawatan

a. Memberikan posisi nyaman pada pasien dengan bagian kepala agak ditinggikan.

b. Memberikan manajemen nyeri seperti mengajarkan teknik relaksasi.

c. Mengajarkan batuk efektif

d. Mengatur posisi semi fowler agar pasien nyaman

3. Diet

Tujuan diet pada pasien effusi pleura adalah memberikan makanan secukupnya, mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Syarat-syarat diet pada pasien effusi pleura antara lain:

a. energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang normal.

b. protein yang cukup yaitu 0,8 gram/KgBB

c. lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total (10 % dari lemak jenuh dan 15 % dari lemak tidak jenuh).

d. vitamin dan mineral yang cukup.

e. diet rendah garam (2-3 gram/hari).

f. makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.

g. serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.

h. cairan cukup 2 liter/hari

i. bila kebutuhan gizi dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat diberikan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.

10. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1.Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.

Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.

4.Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit - penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

6. Riwayat PsikososialMeliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.

7. Pengkajian Pola Fungsi

Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.

Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

8. Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,

Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.

9. Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.

Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

10. Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.

Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

11. Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat

Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

Pemeriksaan Fisik

1). Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

2). Sistem Respirasi

Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.

3). Sistem Cardiovasculer

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.

Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.

Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35kali per menit.

Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.

Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).

5) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma

- Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.

- Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

6) Sistem Muskuloskeletal

- Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial

- Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.

- Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

7) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,

b. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan napas.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea

c. Intervensi

Dx 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler

Tujuan : tidak adanya gangguan pertukaran gas.

Kriteria hasil :

Klien akan :

Melaporkan berkurangnya dyspnea

Memperluihatkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Intervensi Rasionalisasi

Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, bunyi nafas tambahan, peningkatan usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang terbatas , kelelahan

Rasional : Tuberkulosis pulmonal dapat menyebabkan efek yang luas, termasuk penimbunan cairan di pleura sehingga menghasilkan gejala distress pernafasan.

Evaluasi perubahan kesadaran . Perhatikan adanya cyanosis , dan perubahan warna kulit, membran mukosa dan clubbing finger.

Rasional : Akumulasi sekret yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi organ dan jaringan vital

Dorong/ajarkan bernapas melalui mulut saat ekshalasi

Rasional : Menciptakan usaha untuk melawan outflow udara, mencegah kolaps karena jalan napas yang sempit, membantu doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek

Tingkatkan bedrest / pengurangi aktifitas

Rasional : Mengurangi konsumsi oksigen selama periode bernapas dan menurunkan gejala sesak napas (Doengoes, Marilyn (1989)).

Dx 2 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di jalan napas

Tujuan : Bersihnya jalan napas

Kriteria hasil :

Klien akan dapat mempertahankan jalan napas yang paten

Memperlihatkan perilaku mempertahankan bersihan jalan napas

Intervensi

Kaji fungsi paru, adanya bunyi napoas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori

Rasional : Penurunan bunyi napas mungkin menandakan atelektasis, ronchi, wheezing menunjukkan adanya akumulasi sekret, dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas menyebabkan penggunaan otot aksesori dan peningkatan usaha bernapas.

Atur posisi semi fowler

Rasional :Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal dapat membuka area atelektasis, mempermudah pengaliran sekret keluar

Pertahankan intake cairan 2500 ml/hari

Rasional :Intake cairan mengurangi penimbunan sekret, memudahkan pembersihan

Kolaborasi :Pemberian oksigen lembab

Rasional : Mencegah mukosa membran kering, mengurangi secret (Doengoes, Marilyn (1989).

Dx 3 : . Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis

Tujuan : penyebaran infeksi teratasi

Kriteria hasil :

Klien akan dapat mengidentifikasi cara pencegahan dan penurunan resiko penyebaran infeksi

Klien akan dapat mendemonstrasikan teknik/gaya hidup yang berubah untuk meningkatkan lingkungan yang aman terhadap penyebaran infeksi.

Intervensi :

Jelaskan tentang patologi penyakit secara sederhana dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet air borne

Rasional : Membantu klien menyadari/menerima prosedur pengobatan dan perawatan untuk mencegah penularan pada orang lain dan mencegah komplikasi

Ajarkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sputum dengan menggunakan tissue. Ajarkan membuang tissue yang sudah dipakai serta mencuci tangan dengan baik

Rasional : Membiasakan perilaku yang penting untuk mencegah penularan infeksi

Monitor suhu sesuai sesuai indikasi

Rasional : Reaksi febris merupakan indikator berlanjutnya infeksi

Observasi perkembangan klien setiap hari dan kultur sputum selama terapi

Rasional : Membantu memonitor efektif tidaknya pengonbatan dan respons klien

Kolaborasi pemberian INH, etambutol,rifampicin.

Rasional :Inh merupakan pilihan obat untuk klien beresiko terhadap perkembangan TB dan dikombinasikan dengan primary drugs lain jhususnya pada penyakit tahap lanjut.(Doengoes, Marilyn (1989)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam spasium pleural yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal. Efusi pleura adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif, tuberkulosis, pneumoniainfeksi paru (terutama virus), sindrom nefrotik, penyakit jaringan ikat, dan tumor neoplasik. Karsinoma bronkogenik adalah malignasi yang paling umum berkaitan dengan efusi pleura. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas.

B. SARAN

Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC : Jakarta

2. Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

3. Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika

4. Dwipayana , I Made Krisna.2011.ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN EFUSI PLEURA DEXTRA,(Online),( http://crisnacash23. blogspot .com/2011/08/asuhan-keperawatan-pada-tn-m-dengan.html, diakses 5 Desember 2014)

5. Nn.2011.ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA,(Online),(http://nursecharisma.blogspot.no/2011/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_16.html, diakses 5 Desember 2014)