makalah k3hk rina & lyana (hubungan kerja)

Upload: rina-puspitasari

Post on 16-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    1/18

    MAKALAH K3HK

    HUBUNGAN KERJA

    DISUSUN OLEHRina Puspitasari (10110026)

    Lyana Trywanty (10110041)

    KELAS : X TEL 02

    AKADEMI TELKOM JAKARTA

    Jl. DaanMogot KM 11 11710 Telp (021)5451597 5451697 Fax (021)5451497

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    2/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Hubungan industrial merupakan suatu system hubungan yang terbentuk antara para

    pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/ buruh,

    dan pemerintah yang didasari nilai-nilai pancasila dan UUD Negara RI. Dalam pelaksanaan

    hubungan industrial, pemerintah, pekerja/buruh atau serikat pekerja buruh serta pengusaha

    atau organisasi pengusaha mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang sudah

    digariskan dalam UUD.

    Pada dasarnya terbentuknya hubungan industrial tidak dapat terlepas dari

    keberadaan pekerja, pengusaha, peran pemerintah sebagai regulator, serta pelaku dalam

    menerbitkan pelbagai kebijakan untuk memberikan rasa nyaman, tata-tertib selain sebagai

    institusi yang melakukan pengawasan maupun penegakan hukum. Terbangunnya hubungan

    Industrial dalam ikatan perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja.

    Dalam ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan hubungan antara pihak pekerja/buruh

    dengan pengusaha serta peraturan-peraturan yang mengatur hubungan tersebut.ketika

    pihak pekerja/buruh melakukan sebuah perjanjian dengan pihak pengusaha maka

    dimulailah sebuah hubungan industrial yang diatur dalam undang-undang.

    Pada hakikatnya pihak pekerja/buruh wajib mendapatkan haknya tanpa terkecuali

    dan sesuai dengan undang-undang yang ada dan pihak pengusaha wajib memfasilitasi hak-

    hak pekerja/buruh itu, tetapi pada kenyataannya dalam setiap hubungan industrial tidak

    selamanya harmonis selalu terjadi perselisihan-perselisihan, atau kesalahpahaman para

    pihak pekerja/buruh dengan pihak pengusaha.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    3/18

    Hubungan (kerja) industrial antara pengusaha dengan pekerja yang kurang kondusif

    dapat menimbulkan perselisihan hak serta kepentingan karena kebuntuan komunikasi yang

    bersifat mendasar mengenai kewajiban, hak dan tanggung jawab.

    Hukum ketenagakerjaan dibangun untuk menciptakan ketertiban, kepastian hukum

    dan keadilan bagi masyarakat industri. Hal ini tidak terlepas dari teori hukum sebagai

    konsep hukum positif. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa hukum sebagai kaidah

    berfungsi mengatur tingkah laku manusia ke arah yang dikehendaki pembaharuan. Selain

    itu hukum sebagai sarana guna menjaga ketertiban agar proses pembaharuan berjalan

    sesuai dengan yang di cita-citakan.

    Dalam setiap perselisihan-perselisihan atau kesalahpahaman yang terjadi biasanya

    dipicu oleh kurang nya komunikasi antara pihak pekerja/buruh dengan pihak pengusaha.

    Pihak pekerja/buruh diposisikan sebagai pihak yang membutuhkan karena atas dasar itu

    posisi pekerja/buruh dapat dikategorikan sebagai posisi yang lemah dan rentan atas

    penyimpangan-penyimpangan dalam setiap peraturan-peraturan yang terkadang tidak

    memihak pihak pekerja/buruh.

    Apabila timbul suatu masalah dalam hubungan industrial yang terjadi antara pihak

    pekerja/buruh dengan pihak pengusaha yang dikarenakan tidak dipenuhinya permintaan

    atau hak dari pihak pekerja/buruh oleh pihak pengusaha maka dapat diselesaikan dengan

    mengadakan suatu perundingan yang diselenggarakan oleh pihak pekerja/buruh dengan

    pihak pengusaha sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Pihak pekerja/buruh mempunyai sebuah kekuatan yang besar apabila membentuk

    suatu kelompok atau sebuah serikat pekerja/serikat buruh yang sama-sama

    memperjuangkan hak para pihak pekerja/buruh.dan didalam perundingan yang terjadi

    apabila tidak menemukan titik tengak atau jalan keluar atas sebuah hak yang belum

    terpenuhi maka terkadang pihak pekerja/buruh melakukan upaya menghentikan atau

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    4/18

    memperlambat pekerjaan dengan cara mogok kerja secara sah, tertib dan damai sebagai

    akibat dari gagalnya perundingan.

    Pihak pekerja/buruh dapat mengambil langkahlangkah tersebut dikarenakan

    hal tersebut merupakan hak dasar pihak pekerja/buruh. sehingga mogok kerja dilakukan

    setelah ada upaya untuk berunding namun salah satu pihak menolak untuk berunding atau

    para pihak melakukan perundingan namun tidak menemukan kesepakatan atas

    perundingan tersebut.

    Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian hubungan industrial

    prinsip-prinsip industrial. Dengan adanya hubungan industrial dalam suatu perusaaan, maka

    akan dapat meningkatkan produktivitas dan kerjasama antar karyawan dan pengusaha

    sehingga perusahaan dapat berjalan terus. Selain itu juga latar belakang penulismakalah ini

    adalah sebagaimana tugas yang diberikan oleh dosen yang kemudian akan digabungkan

    dengan berbagai materi.

    TUJUAN PENULISAN

    Tujuan-tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang

    hubungan industrial pancasila di Indonesia. Sehingga dapat diharapkan pembaca dapat

    memahami teori hubungan pancasila dengan jelas dan dapat menganalisis informasi

    tersebut.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    5/18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Umum

    1.Pengertian

    Hubungan Industrial Pancasila adalah hubungan antara para pelaku dalam proses

    produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha dan pemerintah) didasarkan atas nilai yang

    merupakan manisfestasi dari keseluruhan sila-sila dari pancasila dan Undang-undang 1945

    yang tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional

    Indonesia.

    2. Tujuan

    Tujuan hubungan industrial pancasila adalah :

    Mensukseskan pembangunan dalam rangka mengemban cita-cita bangsa Indonesia

    yaitu masyarakat adil dan makmur.

    Ikut berperan dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

    kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

    Menciptakan ketenangan, ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan

    usaha.

    Meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.

    Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajadnya sesuai dengan martabatnya

    manusia.

    3. Landasan

    Hubungan Industrial Pancasila mempunyai landasan idiil yaitu Pancasila dan

    landasan konstitusional adalah UUD45. secara operasional berlandaskan GBHN serta

    ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang diatur oleh pemerintah.

    Hubungan industrial pancasila juga berlandaskan kepada kebijaksanaan-

    kebijaksanaan pemerintah untuk menciptakan keamanan nasional dan stabilitas nasional.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    6/18

    B. Pokok pokok pikiran dan pandangan industrial pancasila

    1. Pokok-pokok Pikiran

    Keseluruhan sila-sila dari pada pancasila secara utuh dan bulat yang tidak dapat

    dipisahkan satu sama lain.

    Pengusaha dan pekerja tidak dibedakan karena golongan, kenyakinan, politik,

    paham, aliran, agama, suku maupun jenis kelamin.

    Menghilangkan perbedaan dan mengembangkan persamaan serta perselisihan yang

    timbul harus diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat.

    2. Asas-asas untuk mencapai tujuan

    Asas-asas pembangunan nasional yang tertuang dalam GBHN seperti asas manfaat,

    usaha bersama dan kekeluargaan, demokrasi, adil dan merata, serta keseimbangan.

    Asas kerja yaitu pekerja dan pengusaha merupakan mitra dalam proses produksi.

    3. Sikap mental dan sikap social

    Sikap social adalah kegotong-royongan, toleransi, saling menghormati. Dalam

    hubungan industrial pancasila tidak ada tempat bagi sikap saling berhadapan/ sikap

    penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah.

    C. Pelaksaan hubungan industrial pancasila

    1. Lembaga kerjasama Bipartit dan Tripartit

    Lembaga kerjasama bipartite dikembangkan perusahaan agar komunikasi antar

    pihak pekerja dan pihak pengusaha selalu berjalan dengan lancar.

    Lembaga kerjasama tripartite dikembangkan sebagai forum komunikasi, konsultasi

    dan dialog antar ketiga pihak tersebut.

    2. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)

    Melalui kesepakatan kerja bersama dapat diwujudkan suatu proses musyawarah dan

    mufakat dalam mewujudkan kesepakatan kerja bersama.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    7/18

    Dalam kesepakatan kerja bersama semangat hubungan industrial pancasila perlu

    mendapat perhatian.

    Setiap kesepakatan kerja bersama supaya paling sedikit harus memiliki suatu

    pendahuluan/mukadimah yang mencerminkan falsafah hubungan industrial pancasila.

    3. Kelembagaan penyelesaian perselisihan industrial

    Lembaga yang diserahi tugas penyelesaian perselisihan industrial perlu ditingkatkan

    peranannya melalui peningkatan kemampuan serta integritas personilnya.

    Kelembagaan penyelesaian perselisihan baik pegawai perantara, arbitrase P4D/P4P

    yang berfungsi dengan baik akan dapat menyelesaikan perselisihan dengan cepat, adil,

    terarah dan murah.

    4. Peraturan perundangan ketenagakerjaan

    Peraturan perundangan berfungsi melindungi pihak yang lemah terhadap pihak yang

    kuat dan memberi kepastian terhadap hak dan kewajibannya masing-masing.

    Setiap peraturan perundangan ketenagakerjaan harus dijiwai oleh falsafah hubungan

    industrial pancasila. Karena itu kalau perlu diciptakan peraturan perundangan yang baru

    yang dapat mendorong pelaksanaan hubungan industrial pancasila.

    5. Pendidikan hubungan industrial

    Agar falsafah hubungan industrial pancasila dipahami oleh masyarakat, maka

    falsafah itu disebarluaskan baik melalui penyuluhan maupun melalui pendidikan.

    Penyuluhan dan pendidikan mengenai hubungan industrial pancasila ini perlu

    dilakukan baik kepada pekerja/serikat pekerja maupun pengusaha dan juga aparat

    pemerintah.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    8/18

    D. Beberapa masalah khusus yang harus dupecahkan dalam hubungan industrial

    pancasila

    1. Masalah pengupahan Apabila didalam perusahaan dapat diciptakan suatu systempengupahan yang akibat akan dapat menciptakan ketenagakerjaan, ketenangan

    usaha serta peningkatan produktivitas kerja. Apabila didalam perusahaan tidak dapat

    diciptakan suatu system pengupahan yang baik, maka upah akan selalu menjadi

    sumber perselisihan didalam perusahaan.

    2. Pemogokan Pemogokan akan dapat merusak hubungan antara pekerja dan

    pengusaha. Hak mogok diakui dan diatur penggunaannya. Oleh sebab itu walaupun

    secara yuridis dibenarkan tetapi secara filosofis harus dihindari.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    9/18

    BAB III

    HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMELIHARAANNYA

    A. Tahapan dalam Hubungan Industrial

    1. Pengertian Hubungan Industrial

    Hubungan industrial sebenarnya merupakan kelanjutan dari istilah Hubungan

    Industrial Pancasila. Berdasarkan literatur istilah Hubungan Industrial Pancasila (HIP)

    merupakan terjemahan labour relation atau hubungan perburuhan.Istilah ini pada

    awalnya menganggap bahwa hubungan perburuhan hanya membahas masalah-masalah hubungan antara kerja/buruh dan pengusaha.

    Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Hubugan Industrial Pancasila (HIP)

    departemen Tenaga kerja (Anonim, 1987:9) pengertian HIP ialah suatu sistem yang

    terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha

    dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang dasar

    1945, yang tumbuh dan berkembang di atas keperibadian bangsa dan kebudayaan

    nasional Indonesia. Untuk itu sebagai wujud pelaksanaan hubungan kerja antara

    pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah harus sesuai dengan jiwa yang terkandung

    dalam sila-sila Pancasila, artinya segala bentuk perilaku semua subjek yang terkait

    dalam proses harus mendasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila secara utuh. Dalam

    pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    disebutkan bahwa pengertian istilah hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan

    yang terbentuk antara para perilaku dalam proses produksi barang dan jasa yang terdiri

    atas unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai

    Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

    2. Landasan Hubungan Industrial terdiri atas;

    a. Landasan idil ialah pancasila

    b. Landasan konsitusional ialah undang-undang dasar 1945

    c. Landasan opersainal GBHN yang ditetapkan oleh MPR serta kebijakan-kebijakan

    lain dari pemerintah

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    10/18

    3. Tujuan Hubungan Industrial

    Berdasarkan hasil seminar HIP tahun 1974 (Shamad, 1995: 12) tujuan hubungan

    industrial adalah mengemban cita-cita proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17

    Agustus 1945 di dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil danmakmur yang berdasarkan Pancasila serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

    berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui penciptaan

    ketenangan, ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan

    produksi dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai derajat

    manusia. Sedemikian berat dan mulianya tujuan tersebut, maka semua pihak yang terkait

    dalam hubungan industrial harus memahami untuk terwujudnya pelaksanaan hubungan

    industrial dengan baik.

    4. Ciri-ciri Hubungan Industrial

    a) Mengakui dan menyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah saja,

    melainkan juga sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya, sesama manusia,

    masyarakat, bangsa dan negara.

    b) Menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka melainkan

    sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya.

    c) Melihat antara pekerja dan pengusaha bukan mempunyai kepentingan yang

    bertentangan, melainkan mempunyai kepentingan yang sama untuk kemajuan

    perusahaan.

    d) Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus disesuaikan

    dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara

    kekeluargaan.

    e) Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak, atas

    dasar rasa keadilan dan kepatutan.

    5. Sarana Hubungan Hubungan Industrial

    a. Serikat pekrja/serikat buruh

    b. Organisasi pengusaha

    c. Lembaga kerja sama bipartit

    d. Lembaga kerja sama Tripartit

    e. Peraturan Perusahaan

    f. Perjanian kerja bersama

    g. Peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan danh. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    11/18

    B. Kesepakatan Kerja Bersama

    Menurut pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pengertian

    peraturan perusahaan (PP) adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha

    yang membuat syarat-syarat kerja dan tata cara perusahaan.

    Sedangkan perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil

    perbandingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat

    buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

    dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang

    memuat syarat-syaratkerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak (pasal 1 angka 21

    Undang-undang Nomor 13).

    Pengertian dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Menurut Departemen

    Tenaga Kerja Republik Indonesia (1996/1997: 2) ialah perjanjian yang diselenggarakan

    oleh serikat pekerja atau serikat-serikat pekerja yang terdaftar pada Departemen Tenaga

    Kerja dengan pengusaha-pengusaha, perkumpulan perusahaan berbadan hukum yang

    pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam

    perjanjian kerja. Dalam praktik selama ini banyak istilah yang dipergunakan untuk

    menyebut perjanjian kerja bersama (PKB), seperti:

    a. Perjanjian Perburuhan Kolektif (PKK) atau collecteve Arbeids Ovreenkomst (CAO);b. Persetujuan Perburuhan Kolektif (PPK) atau Coolective Labour Agreement (CLA);

    c. Persetujuan Perburuhan Bersama (PPB); dan

    d. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).

    Semua istilah tersebut di atas pada hakikatnya sama karena yang dimaksud

    adalah perjanjian perburuhan sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (1) Undang-

    Undang Nomor 21 tahun 1954 (di mana undang-undang ini sudah tidakberlaku sejak

    memberlakukan undang-undang Nomor 13 tahun 2003).

    C. Hubungan Bipartit dan Tripartit

    Yaitu forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

    hubungan industrial di satu perusahaan, yang anggotanya terdiri atas pengusaha dan

    serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di

    bidang ketenagakerjaan atau unsur pekera/buruh (periksa Kaputusan Menteri Tenaga

    dan Transmigrasi Nomor Kep-255/Men/2003 tentang Tata Cara Pembentukan dan

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    12/18

    Susunan Keanggotaan Lemaga Kera Sama Bipartit). Sedangkan Tripartit yaitu forum

    komunikasi, lonsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan, yang

    anggotanya terdiri atas unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan

    pemerintah (periksa Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2005 tentang Tata kerja dan

    Susunan Organisasi Lembaga kerja sama Tripartit). Pengertian bipartit dalam hal ini

    sebagai mekanisme adalah tata cara atau proses perundingan yang dilakukan antara

    dua pihak, ayitu pihak pengusaha dengan pihak pekerja/buruh atau serikat

    pekerja/serikat buruh, antara lain, apabila terjadi perselisihan antara pengusaha dengan

    pekera/buruh diperusahaan (surat edaran Direktur Jendral Pembinaan Hubungan

    Industrial Nomor SE-01/D.PHI/XI/2004. perundingan bipartit pada hakikatnya merupakan

    upaya musyawrah untuk mufakat antara pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh atau

    serikat pekerja/serikat buruh.

    D. Tata Cara Menyusun Kesepakatan Kerja Bersama

    Dalam Organisasi Seperti lajimnya perjanjian, pembuatan peraturan perusahaan

    dan perjanjian kerja sama juga ada ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan

    dimaksud adalah:

    1. Pembuatan peraturan perusahaan

    a. wajib bagi perusahaan yang memperkerjakan minimal sepuluh orang

    pekerja/buruh.

    b. kewajiban butir (1) tidak berlaku bagi perusahaan yang sudah memiliki

    perjanjian kerja sama.

    c. memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh, atau

    serikat pekerja/buruh. Disamping iru dapat juga berkonsultasi kepada instansi

    yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

    d. materi yang diatur adalah syarat kerja yang belum diatur dalam peraturan

    perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan dalam peraturan

    perundang-undangan.

    e. sekurang-kurangnya memuat:

    hak dan kewajiban pengusaha;

    hak dan kewajiban pekera/buruh;

    syarat pekerja;

    tata tertib perusahaan ; dan

    jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    13/18

    f. pembuatnya dilarang:

    menggantikan perjanjian kerja bersama yang sudah ada sebelumnya;

    bertentangan denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

    g. Pembuatan peraturan perusahaan tidak dapat diperselisihkan karena

    merupakan kewajiban dan menjadi tanggung jawab pengusaha.

    h. wajib mengjajukan pengesahan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk

    (yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

    i. wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah

    peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    14/18

    BAB VI

    ANALISA KASUS

    Contoh Kasus Penyelesaian Hubungan Industrial & Analisanya

    KASUS

    PHK Sepihak SIS Terhadap Mantan Gurunya. Setelah Jakarta International School,

    kini giliran Singapore International School (SIS) Pantai Indah Kapuk digugat oleh mantan

    gurunya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dianggap semena-mena menjadi sebabsang guru meradang. Guru tersebut di PHK karena melanggar kontrak berbentuk Perjanjian

    Kerja Waktu Tertentu. PHKnya dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan

    terlebih dahulu.

    Francois Xavier Fortis, warga negara Kanada, dipecat SIS karena telah dianggap

    telah melanggar peraturan perusahaan. Dalam anjuran Suku Dinas Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Utara tertanggal 4 Januari 2007 dijelaskan Francois

    telah melanggar kontrak dengan berulang kali. Pelanggaran yang dilakukan dalam masa

    percobaan Francois itu berupa perbuatan dan ucapan tidak pantas kepada staf SIS lainnya.

    Atas perbuatannya itu, Francois juga sempat diperingati secara lisan.

    Lewat kantor hukum Adams & Co, Francois menggugat SIS. Dalam surat gugatan ke

    Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta, Francois menjelaskan ia dipekerjakan oleh

    SIS sejak 1 Juli 2006 hingga 31 Mei 2008, alias 23 bulan. Pada 30 Nopember 2006 Francois

    di PHK karena gagal dalam masa percobaan. Merasa dirugikan, Francois meminta ganti rugi

    sebesar Rp. 394 juta. Rinciannya, ialah sisa gaji Rp. 20 juta per bulan dan tunjangan

    transpor dan akomodasi sebesar Rp. 2 juta per bulan yang belum dibayar SIS sejak PHKhingga akhir masa kontraknya.

    Pada 22 Februari lalu mediator Sudinakertrans telah mengeluarkan anjuran yang

    menyarankan SIS untuk membayar sisa upah Francois dalam kontrak tersebut. Kepala

    Bagian Hukum SIS Haifa Segeira menyatakan Francois telah melanggar suatu pasal dari

    perjanjian kerja. Ada beberapa hal yang jelas-jelas sudah disetujui di kontrak, dan dasar kita

    PHK sudah tercantum dalam kontrak itu ujarnya. Jadi, menurutnya, selama para pihak

    sudah sepakat hal-hal yang tercantum dalam kontrak, perjanjian tersebut dapat dieksekusi.

    Iapun mengaku bingung mengapa Sudinakertrans kurang memperhatikan alasan dan bukti-

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    15/18

    bukti yang diajukan SIS. Yang jelas, dalam surat anjuran Sudinakertrans, SIS tercatat

    mengakui perjanjian kerja mencantumkan masa orientasi dan SIS menyatakan Francois tak

    lulus masa orientasi itu. Dan dinyatakan itu pula alasan Francois di-PHK. Dalam dokumen

    itu tidak dicantumkan adanya pemberian surat peringatan dari SIS pada Francois.

    Yang dilakukan SIS, Haifa menambahkan, tidak bertentangan dengan norma yang ada. Ia

    juga mengaku tak dapat memberi kejelasan apa tepatnya perbuatan Francois yang

    menyebabkan guru tersebut di PHK.

    Analisa Kasus

    Pada dasarnya sebelum terjadi kasus PHK terhadap Francois , permasalahan sudah

    muncul terlebih dahulu pada masa pembuatan perjanjian kontrak kerja. Perjanjian kontrak

    kerja dibuat dalam bentuk PKWT dimana jenis dan sifat pekerjaan yang ditentukan dalam

    kontrak kerja tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan selesai dalam

    waktu tertentu. Menurut pasal 59 UU No.13 Tahun 2003 angka 1 dan Kepmenakertrans No.

    100 tahun 2004 PKWT haya dapat dibuat untuk pekerjaan yang sekali selesai atau

    sementara sifatnya, yang bersifat musiman, dan berhubungan dengan produk baru.

    Sementara pekerjaan yang dilakoni oleh Francois bersifat tetap dan tidak identik dengan

    pekerjaan yang dapat dibuat dengan PKWT. Menurut pasal 59 angka 7 yang tidak

    memenuhi ketentuan tersebut, demi hukum menjadi PKWTT.

    Kontrak kerja tersebut juga mencantumkan masa percobaan kerja (masa orientasi).

    SIS menyatakan Francois tak lulus masa orientasi itu. Padahal jelas tercantum di pasal 58

    angka 1 UU No.13 Tahun 2003 PWKT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan

    kerja. Di angka 2 tegas dijelaskan apabila diisyaratkan masa percobaan kerja dalam PKWT

    maka masa percobaan kerja yang diisyaratkan batal demi hukum.

    PHK dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih dahulu.

    Padahal menurut pasal 161 angka 1 pengusaha dapat melakukan PHK setelah pekerja

    yang bersangkutan diberikan surat pemanggilan pertama, kedua, dan ketiga secara

    berturut-turut. Dalam hal ini Francois sama sekali tidak diberi surat peringatan dan langsung

    di PHK.

    Dalam melaksanakan PHk ini Pihak SIS tidak melakukan segala upaya yang harus

    dilaksanakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja, selain itu maksud pemutusan

    hubungan kerja tersebut tidak dirundingkan terlebih dulu oleh pihak SIS dan Francois, dan

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    16/18

    pengusaha (SIS) hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja setelah

    memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industria.

    Kalaupun ingin melakukan PHK seharusnya pihak SIS harus melalui proses PHK yang

    diatur oleh undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 151 UU No. 13 Tahun 2003.

    Selain itu kesalahan Francois bukanlah termasuk kedalam kesalahan berat yang

    menyebabkan pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh,

    sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003.

    Pembuatan kontrak kerja yang dibuat secara PKWT terhadap tenaga pendidk tidak

    sinkron pula terhadap hak para pendidik untuk mendapat jaminan kesejahteraan social yang

    memadai sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 40 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

    Dengan pembuatan kontrak kerja secara PKWT terhadap pendidik seperti tidak menghargai

    peran-peran tenaga pendidik dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta

    didik.

    Kemudian hal-hal yang diatur dalam kontrak kerja apabila ada ketidaksesuaian

    dengan peraturan lebih atas yang berlaku sebaiknya dibatalkan karena akan menimbulkan

    banyak problema seperti yang terjadi pada kasus ini.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    17/18

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Hubungan Industrial adalah keseluruhan hubungan kerja sama antara semua pihak

    yang tersebut dalam proses produksi disuatu perusahaan. Ada beberapa landasan dalam

    Hubungan Industrial Pancasila yang harus diperhatikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan

    dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dan menurut Undang-undang Nomor

    13/2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan definisi tentang perjanjian kerja dalam Pasal

    1 Ayat (14) yaitu : perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha ataupemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.Perjanjian

    kerja juga memiliki jenis dan asas-asas.

  • 5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    http://http://www.Hukumonline

    Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 1999

    Sendjun Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Rineka Cipta,

    Jakarta, 2001

    F.X. Djulmiaji, Perjanjian Kerja Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

    Tunggal. Iman Sjahputra, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan, Harvarindo, Jakarta,2009

    http://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.html

    http://www.hukumonline/http://www.hukumonline/http://www.hukumonline/http://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.htmlhttp://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.htmlhttp://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.htmlhttp://www.hukumonline/