makalah k3hk rina & lyana (hubungan kerja)
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
1/18
MAKALAH K3HK
HUBUNGAN KERJA
DISUSUN OLEHRina Puspitasari (10110026)
Lyana Trywanty (10110041)
KELAS : X TEL 02
AKADEMI TELKOM JAKARTA
Jl. DaanMogot KM 11 11710 Telp (021)5451597 5451697 Fax (021)5451497
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
2/18
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hubungan industrial merupakan suatu system hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/ buruh,
dan pemerintah yang didasari nilai-nilai pancasila dan UUD Negara RI. Dalam pelaksanaan
hubungan industrial, pemerintah, pekerja/buruh atau serikat pekerja buruh serta pengusaha
atau organisasi pengusaha mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang sudah
digariskan dalam UUD.
Pada dasarnya terbentuknya hubungan industrial tidak dapat terlepas dari
keberadaan pekerja, pengusaha, peran pemerintah sebagai regulator, serta pelaku dalam
menerbitkan pelbagai kebijakan untuk memberikan rasa nyaman, tata-tertib selain sebagai
institusi yang melakukan pengawasan maupun penegakan hukum. Terbangunnya hubungan
Industrial dalam ikatan perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja.
Dalam ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan hubungan antara pihak pekerja/buruh
dengan pengusaha serta peraturan-peraturan yang mengatur hubungan tersebut.ketika
pihak pekerja/buruh melakukan sebuah perjanjian dengan pihak pengusaha maka
dimulailah sebuah hubungan industrial yang diatur dalam undang-undang.
Pada hakikatnya pihak pekerja/buruh wajib mendapatkan haknya tanpa terkecuali
dan sesuai dengan undang-undang yang ada dan pihak pengusaha wajib memfasilitasi hak-
hak pekerja/buruh itu, tetapi pada kenyataannya dalam setiap hubungan industrial tidak
selamanya harmonis selalu terjadi perselisihan-perselisihan, atau kesalahpahaman para
pihak pekerja/buruh dengan pihak pengusaha.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
3/18
Hubungan (kerja) industrial antara pengusaha dengan pekerja yang kurang kondusif
dapat menimbulkan perselisihan hak serta kepentingan karena kebuntuan komunikasi yang
bersifat mendasar mengenai kewajiban, hak dan tanggung jawab.
Hukum ketenagakerjaan dibangun untuk menciptakan ketertiban, kepastian hukum
dan keadilan bagi masyarakat industri. Hal ini tidak terlepas dari teori hukum sebagai
konsep hukum positif. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa hukum sebagai kaidah
berfungsi mengatur tingkah laku manusia ke arah yang dikehendaki pembaharuan. Selain
itu hukum sebagai sarana guna menjaga ketertiban agar proses pembaharuan berjalan
sesuai dengan yang di cita-citakan.
Dalam setiap perselisihan-perselisihan atau kesalahpahaman yang terjadi biasanya
dipicu oleh kurang nya komunikasi antara pihak pekerja/buruh dengan pihak pengusaha.
Pihak pekerja/buruh diposisikan sebagai pihak yang membutuhkan karena atas dasar itu
posisi pekerja/buruh dapat dikategorikan sebagai posisi yang lemah dan rentan atas
penyimpangan-penyimpangan dalam setiap peraturan-peraturan yang terkadang tidak
memihak pihak pekerja/buruh.
Apabila timbul suatu masalah dalam hubungan industrial yang terjadi antara pihak
pekerja/buruh dengan pihak pengusaha yang dikarenakan tidak dipenuhinya permintaan
atau hak dari pihak pekerja/buruh oleh pihak pengusaha maka dapat diselesaikan dengan
mengadakan suatu perundingan yang diselenggarakan oleh pihak pekerja/buruh dengan
pihak pengusaha sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pihak pekerja/buruh mempunyai sebuah kekuatan yang besar apabila membentuk
suatu kelompok atau sebuah serikat pekerja/serikat buruh yang sama-sama
memperjuangkan hak para pihak pekerja/buruh.dan didalam perundingan yang terjadi
apabila tidak menemukan titik tengak atau jalan keluar atas sebuah hak yang belum
terpenuhi maka terkadang pihak pekerja/buruh melakukan upaya menghentikan atau
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
4/18
memperlambat pekerjaan dengan cara mogok kerja secara sah, tertib dan damai sebagai
akibat dari gagalnya perundingan.
Pihak pekerja/buruh dapat mengambil langkahlangkah tersebut dikarenakan
hal tersebut merupakan hak dasar pihak pekerja/buruh. sehingga mogok kerja dilakukan
setelah ada upaya untuk berunding namun salah satu pihak menolak untuk berunding atau
para pihak melakukan perundingan namun tidak menemukan kesepakatan atas
perundingan tersebut.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian hubungan industrial
prinsip-prinsip industrial. Dengan adanya hubungan industrial dalam suatu perusaaan, maka
akan dapat meningkatkan produktivitas dan kerjasama antar karyawan dan pengusaha
sehingga perusahaan dapat berjalan terus. Selain itu juga latar belakang penulismakalah ini
adalah sebagaimana tugas yang diberikan oleh dosen yang kemudian akan digabungkan
dengan berbagai materi.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan-tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang
hubungan industrial pancasila di Indonesia. Sehingga dapat diharapkan pembaca dapat
memahami teori hubungan pancasila dengan jelas dan dapat menganalisis informasi
tersebut.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
5/18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Umum
1.Pengertian
Hubungan Industrial Pancasila adalah hubungan antara para pelaku dalam proses
produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha dan pemerintah) didasarkan atas nilai yang
merupakan manisfestasi dari keseluruhan sila-sila dari pancasila dan Undang-undang 1945
yang tumbuh dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional
Indonesia.
2. Tujuan
Tujuan hubungan industrial pancasila adalah :
Mensukseskan pembangunan dalam rangka mengemban cita-cita bangsa Indonesia
yaitu masyarakat adil dan makmur.
Ikut berperan dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Menciptakan ketenangan, ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan
usaha.
Meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajadnya sesuai dengan martabatnya
manusia.
3. Landasan
Hubungan Industrial Pancasila mempunyai landasan idiil yaitu Pancasila dan
landasan konstitusional adalah UUD45. secara operasional berlandaskan GBHN serta
ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang diatur oleh pemerintah.
Hubungan industrial pancasila juga berlandaskan kepada kebijaksanaan-
kebijaksanaan pemerintah untuk menciptakan keamanan nasional dan stabilitas nasional.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
6/18
B. Pokok pokok pikiran dan pandangan industrial pancasila
1. Pokok-pokok Pikiran
Keseluruhan sila-sila dari pada pancasila secara utuh dan bulat yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Pengusaha dan pekerja tidak dibedakan karena golongan, kenyakinan, politik,
paham, aliran, agama, suku maupun jenis kelamin.
Menghilangkan perbedaan dan mengembangkan persamaan serta perselisihan yang
timbul harus diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat.
2. Asas-asas untuk mencapai tujuan
Asas-asas pembangunan nasional yang tertuang dalam GBHN seperti asas manfaat,
usaha bersama dan kekeluargaan, demokrasi, adil dan merata, serta keseimbangan.
Asas kerja yaitu pekerja dan pengusaha merupakan mitra dalam proses produksi.
3. Sikap mental dan sikap social
Sikap social adalah kegotong-royongan, toleransi, saling menghormati. Dalam
hubungan industrial pancasila tidak ada tempat bagi sikap saling berhadapan/ sikap
penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah.
C. Pelaksaan hubungan industrial pancasila
1. Lembaga kerjasama Bipartit dan Tripartit
Lembaga kerjasama bipartite dikembangkan perusahaan agar komunikasi antar
pihak pekerja dan pihak pengusaha selalu berjalan dengan lancar.
Lembaga kerjasama tripartite dikembangkan sebagai forum komunikasi, konsultasi
dan dialog antar ketiga pihak tersebut.
2. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
Melalui kesepakatan kerja bersama dapat diwujudkan suatu proses musyawarah dan
mufakat dalam mewujudkan kesepakatan kerja bersama.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
7/18
Dalam kesepakatan kerja bersama semangat hubungan industrial pancasila perlu
mendapat perhatian.
Setiap kesepakatan kerja bersama supaya paling sedikit harus memiliki suatu
pendahuluan/mukadimah yang mencerminkan falsafah hubungan industrial pancasila.
3. Kelembagaan penyelesaian perselisihan industrial
Lembaga yang diserahi tugas penyelesaian perselisihan industrial perlu ditingkatkan
peranannya melalui peningkatan kemampuan serta integritas personilnya.
Kelembagaan penyelesaian perselisihan baik pegawai perantara, arbitrase P4D/P4P
yang berfungsi dengan baik akan dapat menyelesaikan perselisihan dengan cepat, adil,
terarah dan murah.
4. Peraturan perundangan ketenagakerjaan
Peraturan perundangan berfungsi melindungi pihak yang lemah terhadap pihak yang
kuat dan memberi kepastian terhadap hak dan kewajibannya masing-masing.
Setiap peraturan perundangan ketenagakerjaan harus dijiwai oleh falsafah hubungan
industrial pancasila. Karena itu kalau perlu diciptakan peraturan perundangan yang baru
yang dapat mendorong pelaksanaan hubungan industrial pancasila.
5. Pendidikan hubungan industrial
Agar falsafah hubungan industrial pancasila dipahami oleh masyarakat, maka
falsafah itu disebarluaskan baik melalui penyuluhan maupun melalui pendidikan.
Penyuluhan dan pendidikan mengenai hubungan industrial pancasila ini perlu
dilakukan baik kepada pekerja/serikat pekerja maupun pengusaha dan juga aparat
pemerintah.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
8/18
D. Beberapa masalah khusus yang harus dupecahkan dalam hubungan industrial
pancasila
1. Masalah pengupahan Apabila didalam perusahaan dapat diciptakan suatu systempengupahan yang akibat akan dapat menciptakan ketenagakerjaan, ketenangan
usaha serta peningkatan produktivitas kerja. Apabila didalam perusahaan tidak dapat
diciptakan suatu system pengupahan yang baik, maka upah akan selalu menjadi
sumber perselisihan didalam perusahaan.
2. Pemogokan Pemogokan akan dapat merusak hubungan antara pekerja dan
pengusaha. Hak mogok diakui dan diatur penggunaannya. Oleh sebab itu walaupun
secara yuridis dibenarkan tetapi secara filosofis harus dihindari.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
9/18
BAB III
HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMELIHARAANNYA
A. Tahapan dalam Hubungan Industrial
1. Pengertian Hubungan Industrial
Hubungan industrial sebenarnya merupakan kelanjutan dari istilah Hubungan
Industrial Pancasila. Berdasarkan literatur istilah Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
merupakan terjemahan labour relation atau hubungan perburuhan.Istilah ini pada
awalnya menganggap bahwa hubungan perburuhan hanya membahas masalah-masalah hubungan antara kerja/buruh dan pengusaha.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Hubugan Industrial Pancasila (HIP)
departemen Tenaga kerja (Anonim, 1987:9) pengertian HIP ialah suatu sistem yang
terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha
dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang dasar
1945, yang tumbuh dan berkembang di atas keperibadian bangsa dan kebudayaan
nasional Indonesia. Untuk itu sebagai wujud pelaksanaan hubungan kerja antara
pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah harus sesuai dengan jiwa yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila, artinya segala bentuk perilaku semua subjek yang terkait
dalam proses harus mendasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila secara utuh. Dalam
pasal 1 angka 16 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
disebutkan bahwa pengertian istilah hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan
yang terbentuk antara para perilaku dalam proses produksi barang dan jasa yang terdiri
atas unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
2. Landasan Hubungan Industrial terdiri atas;
a. Landasan idil ialah pancasila
b. Landasan konsitusional ialah undang-undang dasar 1945
c. Landasan opersainal GBHN yang ditetapkan oleh MPR serta kebijakan-kebijakan
lain dari pemerintah
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
10/18
3. Tujuan Hubungan Industrial
Berdasarkan hasil seminar HIP tahun 1974 (Shamad, 1995: 12) tujuan hubungan
industrial adalah mengemban cita-cita proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945 di dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil danmakmur yang berdasarkan Pancasila serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui penciptaan
ketenangan, ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan
produksi dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai derajat
manusia. Sedemikian berat dan mulianya tujuan tersebut, maka semua pihak yang terkait
dalam hubungan industrial harus memahami untuk terwujudnya pelaksanaan hubungan
industrial dengan baik.
4. Ciri-ciri Hubungan Industrial
a) Mengakui dan menyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah saja,
melainkan juga sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya, sesama manusia,
masyarakat, bangsa dan negara.
b) Menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka melainkan
sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya.
c) Melihat antara pekerja dan pengusaha bukan mempunyai kepentingan yang
bertentangan, melainkan mempunyai kepentingan yang sama untuk kemajuan
perusahaan.
d) Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus disesuaikan
dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara
kekeluargaan.
e) Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak, atas
dasar rasa keadilan dan kepatutan.
5. Sarana Hubungan Hubungan Industrial
a. Serikat pekrja/serikat buruh
b. Organisasi pengusaha
c. Lembaga kerja sama bipartit
d. Lembaga kerja sama Tripartit
e. Peraturan Perusahaan
f. Perjanian kerja bersama
g. Peraturan perundangan-undangan ketenagakerjaan danh. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
11/18
B. Kesepakatan Kerja Bersama
Menurut pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pengertian
peraturan perusahaan (PP) adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha
yang membuat syarat-syarat kerja dan tata cara perusahaan.
Sedangkan perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil
perbandingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat
buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat-syaratkerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak (pasal 1 angka 21
Undang-undang Nomor 13).
Pengertian dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Menurut Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia (1996/1997: 2) ialah perjanjian yang diselenggarakan
oleh serikat pekerja atau serikat-serikat pekerja yang terdaftar pada Departemen Tenaga
Kerja dengan pengusaha-pengusaha, perkumpulan perusahaan berbadan hukum yang
pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam
perjanjian kerja. Dalam praktik selama ini banyak istilah yang dipergunakan untuk
menyebut perjanjian kerja bersama (PKB), seperti:
a. Perjanjian Perburuhan Kolektif (PKK) atau collecteve Arbeids Ovreenkomst (CAO);b. Persetujuan Perburuhan Kolektif (PPK) atau Coolective Labour Agreement (CLA);
c. Persetujuan Perburuhan Bersama (PPB); dan
d. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
Semua istilah tersebut di atas pada hakikatnya sama karena yang dimaksud
adalah perjanjian perburuhan sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 21 tahun 1954 (di mana undang-undang ini sudah tidakberlaku sejak
memberlakukan undang-undang Nomor 13 tahun 2003).
C. Hubungan Bipartit dan Tripartit
Yaitu forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
hubungan industrial di satu perusahaan, yang anggotanya terdiri atas pengusaha dan
serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan atau unsur pekera/buruh (periksa Kaputusan Menteri Tenaga
dan Transmigrasi Nomor Kep-255/Men/2003 tentang Tata Cara Pembentukan dan
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
12/18
Susunan Keanggotaan Lemaga Kera Sama Bipartit). Sedangkan Tripartit yaitu forum
komunikasi, lonsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan, yang
anggotanya terdiri atas unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan
pemerintah (periksa Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2005 tentang Tata kerja dan
Susunan Organisasi Lembaga kerja sama Tripartit). Pengertian bipartit dalam hal ini
sebagai mekanisme adalah tata cara atau proses perundingan yang dilakukan antara
dua pihak, ayitu pihak pengusaha dengan pihak pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh, antara lain, apabila terjadi perselisihan antara pengusaha dengan
pekera/buruh diperusahaan (surat edaran Direktur Jendral Pembinaan Hubungan
Industrial Nomor SE-01/D.PHI/XI/2004. perundingan bipartit pada hakikatnya merupakan
upaya musyawrah untuk mufakat antara pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh.
D. Tata Cara Menyusun Kesepakatan Kerja Bersama
Dalam Organisasi Seperti lajimnya perjanjian, pembuatan peraturan perusahaan
dan perjanjian kerja sama juga ada ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan
dimaksud adalah:
1. Pembuatan peraturan perusahaan
a. wajib bagi perusahaan yang memperkerjakan minimal sepuluh orang
pekerja/buruh.
b. kewajiban butir (1) tidak berlaku bagi perusahaan yang sudah memiliki
perjanjian kerja sama.
c. memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh, atau
serikat pekerja/buruh. Disamping iru dapat juga berkonsultasi kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
d. materi yang diatur adalah syarat kerja yang belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
e. sekurang-kurangnya memuat:
hak dan kewajiban pengusaha;
hak dan kewajiban pekera/buruh;
syarat pekerja;
tata tertib perusahaan ; dan
jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
13/18
f. pembuatnya dilarang:
menggantikan perjanjian kerja bersama yang sudah ada sebelumnya;
bertentangan denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Pembuatan peraturan perusahaan tidak dapat diperselisihkan karena
merupakan kewajiban dan menjadi tanggung jawab pengusaha.
h. wajib mengjajukan pengesahan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk
(yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
i. wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah
peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
14/18
BAB VI
ANALISA KASUS
Contoh Kasus Penyelesaian Hubungan Industrial & Analisanya
KASUS
PHK Sepihak SIS Terhadap Mantan Gurunya. Setelah Jakarta International School,
kini giliran Singapore International School (SIS) Pantai Indah Kapuk digugat oleh mantan
gurunya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dianggap semena-mena menjadi sebabsang guru meradang. Guru tersebut di PHK karena melanggar kontrak berbentuk Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu. PHKnya dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan
terlebih dahulu.
Francois Xavier Fortis, warga negara Kanada, dipecat SIS karena telah dianggap
telah melanggar peraturan perusahaan. Dalam anjuran Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Utara tertanggal 4 Januari 2007 dijelaskan Francois
telah melanggar kontrak dengan berulang kali. Pelanggaran yang dilakukan dalam masa
percobaan Francois itu berupa perbuatan dan ucapan tidak pantas kepada staf SIS lainnya.
Atas perbuatannya itu, Francois juga sempat diperingati secara lisan.
Lewat kantor hukum Adams & Co, Francois menggugat SIS. Dalam surat gugatan ke
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta, Francois menjelaskan ia dipekerjakan oleh
SIS sejak 1 Juli 2006 hingga 31 Mei 2008, alias 23 bulan. Pada 30 Nopember 2006 Francois
di PHK karena gagal dalam masa percobaan. Merasa dirugikan, Francois meminta ganti rugi
sebesar Rp. 394 juta. Rinciannya, ialah sisa gaji Rp. 20 juta per bulan dan tunjangan
transpor dan akomodasi sebesar Rp. 2 juta per bulan yang belum dibayar SIS sejak PHKhingga akhir masa kontraknya.
Pada 22 Februari lalu mediator Sudinakertrans telah mengeluarkan anjuran yang
menyarankan SIS untuk membayar sisa upah Francois dalam kontrak tersebut. Kepala
Bagian Hukum SIS Haifa Segeira menyatakan Francois telah melanggar suatu pasal dari
perjanjian kerja. Ada beberapa hal yang jelas-jelas sudah disetujui di kontrak, dan dasar kita
PHK sudah tercantum dalam kontrak itu ujarnya. Jadi, menurutnya, selama para pihak
sudah sepakat hal-hal yang tercantum dalam kontrak, perjanjian tersebut dapat dieksekusi.
Iapun mengaku bingung mengapa Sudinakertrans kurang memperhatikan alasan dan bukti-
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
15/18
bukti yang diajukan SIS. Yang jelas, dalam surat anjuran Sudinakertrans, SIS tercatat
mengakui perjanjian kerja mencantumkan masa orientasi dan SIS menyatakan Francois tak
lulus masa orientasi itu. Dan dinyatakan itu pula alasan Francois di-PHK. Dalam dokumen
itu tidak dicantumkan adanya pemberian surat peringatan dari SIS pada Francois.
Yang dilakukan SIS, Haifa menambahkan, tidak bertentangan dengan norma yang ada. Ia
juga mengaku tak dapat memberi kejelasan apa tepatnya perbuatan Francois yang
menyebabkan guru tersebut di PHK.
Analisa Kasus
Pada dasarnya sebelum terjadi kasus PHK terhadap Francois , permasalahan sudah
muncul terlebih dahulu pada masa pembuatan perjanjian kontrak kerja. Perjanjian kontrak
kerja dibuat dalam bentuk PKWT dimana jenis dan sifat pekerjaan yang ditentukan dalam
kontrak kerja tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan selesai dalam
waktu tertentu. Menurut pasal 59 UU No.13 Tahun 2003 angka 1 dan Kepmenakertrans No.
100 tahun 2004 PKWT haya dapat dibuat untuk pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya, yang bersifat musiman, dan berhubungan dengan produk baru.
Sementara pekerjaan yang dilakoni oleh Francois bersifat tetap dan tidak identik dengan
pekerjaan yang dapat dibuat dengan PKWT. Menurut pasal 59 angka 7 yang tidak
memenuhi ketentuan tersebut, demi hukum menjadi PKWTT.
Kontrak kerja tersebut juga mencantumkan masa percobaan kerja (masa orientasi).
SIS menyatakan Francois tak lulus masa orientasi itu. Padahal jelas tercantum di pasal 58
angka 1 UU No.13 Tahun 2003 PWKT tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
kerja. Di angka 2 tegas dijelaskan apabila diisyaratkan masa percobaan kerja dalam PKWT
maka masa percobaan kerja yang diisyaratkan batal demi hukum.
PHK dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih dahulu.
Padahal menurut pasal 161 angka 1 pengusaha dapat melakukan PHK setelah pekerja
yang bersangkutan diberikan surat pemanggilan pertama, kedua, dan ketiga secara
berturut-turut. Dalam hal ini Francois sama sekali tidak diberi surat peringatan dan langsung
di PHK.
Dalam melaksanakan PHk ini Pihak SIS tidak melakukan segala upaya yang harus
dilaksanakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja, selain itu maksud pemutusan
hubungan kerja tersebut tidak dirundingkan terlebih dulu oleh pihak SIS dan Francois, dan
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
16/18
pengusaha (SIS) hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industria.
Kalaupun ingin melakukan PHK seharusnya pihak SIS harus melalui proses PHK yang
diatur oleh undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 151 UU No. 13 Tahun 2003.
Selain itu kesalahan Francois bukanlah termasuk kedalam kesalahan berat yang
menyebabkan pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh,
sebagaimana diatur dalam Pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003.
Pembuatan kontrak kerja yang dibuat secara PKWT terhadap tenaga pendidk tidak
sinkron pula terhadap hak para pendidik untuk mendapat jaminan kesejahteraan social yang
memadai sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 40 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Dengan pembuatan kontrak kerja secara PKWT terhadap pendidik seperti tidak menghargai
peran-peran tenaga pendidik dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta
didik.
Kemudian hal-hal yang diatur dalam kontrak kerja apabila ada ketidaksesuaian
dengan peraturan lebih atas yang berlaku sebaiknya dibatalkan karena akan menimbulkan
banyak problema seperti yang terjadi pada kasus ini.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
17/18
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan Industrial adalah keseluruhan hubungan kerja sama antara semua pihak
yang tersebut dalam proses produksi disuatu perusahaan. Ada beberapa landasan dalam
Hubungan Industrial Pancasila yang harus diperhatikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dan menurut Undang-undang Nomor
13/2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan definisi tentang perjanjian kerja dalam Pasal
1 Ayat (14) yaitu : perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha ataupemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.Perjanjian
kerja juga memiliki jenis dan asas-asas.
-
5/26/2018 Makalah K3HK Rina & Lyana (Hubungan Kerja)
18/18
DAFTAR PUSTAKA
http://http://www.Hukumonline
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 1999
Sendjun Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 2001
F.X. Djulmiaji, Perjanjian Kerja Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika, 2008
Tunggal. Iman Sjahputra, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan, Harvarindo, Jakarta,2009
http://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.html
http://www.hukumonline/http://www.hukumonline/http://www.hukumonline/http://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.htmlhttp://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.htmlhttp://hanyblush.blogspot.com/2011/01/contoh-kasus-penyelesaian-hubungan.htmlhttp://www.hukumonline/