makalah kasus 2 ogr
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi hepatis B pada ibu hamil merupakan masalah yang serius. Penularannya
melalui cara horizontal yaitu melalui parenteral. Antara lain saat terpapar darah, semen,
sekresi vagina, dan air ludah atau saliva. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa
cara, yaitu melalui plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, dan transmisi melalui
laktasi.
Kasus infeksi virus hepatitis B merupakan penyebab 50% ikterus atau bayi kuning
pada kelahiran. Di sejumlah negara berkembang, angka kematian akibat infeksi itu mencapai
10% hingga 45%. Gambaran klinis virus hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan
gambaran klinis virus hepatitis pada umumnya. Semula diduga bahwa infeksi hepatitis
selama kehamilan lebih berat dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
Gejala penyakit biasanya seperti mual, muntah, nafsu makan menurun dan gejala flu.
''Sebanyak 50% hepatitis B terjadi pada wanita hamil. Kalau si ibu sudah terjangkit hepatitis,
ketika melahirkan bayinya akan langsung diberi vaksin itu untuk memberikan kekebalan pada
si bayi,'' kata Internal Department School of Medicine Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Siti Nurdjanah. Dia memaparkan, penularan terhadap bayi tergantung usia kehamilannya.
Infeksi yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua, angka penularannya kurang
dari 10%. Adapun pada trimester ketiga, angka penularannya mencapai 70%. (1)
1
BAB II
LAPORAN KASUS
SESI 1
Lembar 1
Ny.Y, 24 tahun datang ke dokter untuk pemeriksaan ante natal. Sebelumnya pasien kontrol
hamil teratur di bidan. Ini merupakan kehamilan pertama. Menstruasi terakhir tanggal 9 Juli
2010 dengan siklus haid 28 hari dan teratur.
Lembar 2
Pendidikan pasien dan suami tamat SMA. Riwayat drug user jenis suntik, 5 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : Baik
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,8oC
Pernafasan : 20x/menit
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop(-)
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Membuncit sesuai kehamilan
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-
Pada pemeriksaan obstetrik:
TFU : 21 cm2
Presentasi kepala : Kepala belum masuk pintu atas panggul
DJJ : 150x/menit reguler
Lembar 3
Dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Darah perifer lengkap:
Hb : 12,6 g/dl
leukosit : 9000 g/dl
trombosit : 280.000 g/dl
Gula darah sewaktu : 92 mg/dl
Urinalisa dalam batas normal
HbsAg (+), dengan titer 1.307,61 s/co
SESI 2
Pada pemeriksaan selanjutnya HBeAg (-), SGOT 48, SGPT 60, HIV (-)
3
BAB III
PEMBAHASAN
ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 24 tahun
Alamat : -
Pendidikan : SMA
Status pernikahan : Menikah
2. Anamnesis Tambahan :
Riwayat haid: -
Riwayat Kehamilan saat ini: -
Riwayat Penyakit dalam keluarga:
a. Adakah anggota keluarga yang menderita DM atau hipertensi?
Riwayat Penyakit Ibu:
a. Apakah ibu menderita penyakit DM?
b. Apakah pernah menderita penyakit infeksi virus sebelumnya?
Riwayat Imunisasi:
a. Imunisasi apa sajakah yang sudah pernah didapat?
Riwayat Kebiasaan:
a. Bagaimana pola makan selama kehamilan?
b. Apakah merokok dan mengkonsumsi alkohol?
c. Apakah asupan gizi cukup selama kehamilan?
4
PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Baik
Tanda vital
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg N
o Nadi : 86x/menit N
o Suhu : 36,8oC N
o Pernafasan : 20x/menit N
Antropometri
o TB : -
o BB : -
2. Status Generalisata
a) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
b) Gigi-Geligi : -
c) Thorax
1) Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
2) Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop(-)
3) Payudara : -
d) Abdomen :
Membuncit sesuai kehamilan
5
e) Ekstremitas :
Akral hangat, edema -/-
f) Anogenital :
-
3. Status Obstetrik
TFU : 21 cm N: 26.7 cm diatas symphisis pada
usia 28minggu
Tafsiran berat janin:
Dengan rumus Johnson-Tausak = (tinggi fundus uteri-n)x155
Keterangan: n = 13 belum melewati PAP
n = 12 diatas spina isciadika
n = 11 dibawah spina isciadika
Hasil : (21-13) x155 =1240 N
Presentasi kepala : Kepala belum masuk pintu atas panggul N
DJJ : 150x/menit reguler N: 140-160x/menit
B. Pemeriksaan Laboratorium
Darah perifer lengkap:
Hb : 12,6 g/dl N
Leukosit : 9000 g/dl N
Trombosit : 280.000 g/dl N
Gula darah sewaktu : 92 mg/dl N pada wanita hamil
Urinalisa dalam batas normal
6
HbsAg (+), dengan titer 1.307,61 s/co
HbeAg (-)
SGOT : 48 N: 5-40 (sedikit meningkat)
SGPT : 60 N: 5-41 (sedikit meningkat)
HIV (-)
Interpretasi hasil pemeriksaan
Dari data pemeriksaan yang didapat, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan obstetri didapatkan tinggi fundus uteri dibawah normal. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan sedikit kenaikan pada SGOT SGPT, HbsAg positif menandakan
adanya infeksi virus hepatitis B, HbeAg negatif menandakan virus sedang mengalami
infektivitas yang rendah atau sedang bermutasi.
PATOFISIOLOGI
Penularan virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu parenteral dimana terjadi
penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar
virus Hepatitis B, pada pasien ini melalui darah akibat dari riwayat drug user jenis suntik.
Hepar merupakan target organ dari virus hepatitis. Virus Hepatitis B mula – mula melekat
pada reseptor spesifik di membran sel hepar (Attachment) kemudian mengalami penetrasi ke
dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma virus Hepatitis B melepaskan mantelnya,
sehingga melepaskan nukleokapsid (Uncoating). Selanjuntnya nukleokapsid akan
menembus dinding sel hati. Di dalam asam nukleat virus Hepatitis B akan keluar dari
nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hopses dan berintegrasi pada DNA tersebut.
Selanjutnya DNA virus hepatitis B memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi
7
virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, kemudian akan terdeteksi oleh sistem
imun alamiah dan adaptif . yang dimana pada pemeriksaan penunjang didapatkan HbsAg
positif.
Mekanisme kerusakan hepar terjadi karena proses inflamasi dari sel hepatosit yang
menyebabkan sel hepatosit hancur sehingga enzim-enzim hati, SGOT dan SGPT meningkat
didarah.
Penularan virus hepatitis B (HBV) dari ibu ke anak-anaknya, yang disebut transmisi
vertikal dapat terjadi baik di dalam rahim (intrauterin), pada saat persalinan (intrapartum)
atau pasca persalinan ( post partum). Terjadinya infeksi HBV intrauterin akibat adanya
kerusakan plasenta ibu sehingga darah ibu dapat mencemari bagian tubuh fetus.Infeksi intra
partum terjadi akibat tali pusat yang terpotong tercemari HBV, baik yang berasal dari darah
persalinan atau dari gunting yang tidak cukup steril. Sedangkan infeksi HBV yang terjadi
postpartum karena adanya bagian cairan tubuh ibu yang masuk ke dalam tubuh bayi.ASI
meskipun 71% mengandung HbsAg, namun tidak merupakan sumber transmisi vertikal,
kecuali bila pada saat menyusui, puting susu ibu luka dan mukosa mulut bayi juga
luka.Kebiasaan jelek yang sering kita lihat pada ibu-ibu di desa yang menyuapkan makanan
yang telah dilumatkan oleh mulut ibunya. Manakala mukosa mulut bayi ataupun ibunya
terdapat luka maka kemungkinan besar transmisi HBV vertikal terjadi pula
PEMERIKSAAN TAMBAHAN YANG DIANJURKAN
Pemeriksaan antiHbc IgM dan IgG
HbV DNA jika kurang dari 105 : carrier atau inaktif
Jika lebih dari 105 : hepatitis B kronis
DIAGNOSIS
Ibu G1P0A0 Kehamilan 28 minggu dengan Hepatitis B kronik
8
Janin presentasi kepala, tunggal, hidup
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Istirahat yang cukup
Edukasi
Perhatikan asupan nutrisi
Diet rendah lemak
Lakukan pemeriksaan yang teratur
Medikamentosa
Pada bayi
o Diberikan HBIG 0,05ml dan vaksin HBV 5 mg setelah lahir dalam 12 jam
pertama.
Pada ibu
o Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk diberikan pengobatan hepatitis atau
tidak.
o Memperbaiki daya tahan tubuh ibu agar virus tidak berreplikasi.
PROGNOSIS
Pada ibu
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanasionam : Dubia ad malam
Ad fungsional : Dubia ad malam
Pada janin
9
Ad bonam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Hepatitis B Pada Kehamilan
Pendahuluan (2)
Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. Penyebab
Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat
kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain
yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-
zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan
suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia
beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi
menetralkan racun-racun lain.
Etiologi (2)
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B",
suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis
akut pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul
gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan.
Di Amerika Serikat sebagian besar infeksi terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit
ini dapat terjadi dalam bentuk akut, subklinis dan kronik. Hepatiti B akut mempuyai gejala
klinis yang hampir sama dengan hepatitis A akut. HBV ditemukan pada darah, cairan semen,
10
air liur, air susu ibu, dan cairan amnion. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual,
penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan transfusi darah.
Sekitar setengah infeksi HBV akut adalah simptomatik pada orang dewasa dimana 1% kasus
menjadi gagal hati akut dan mati. Seseorang dengan infeksi akut memperlihatkan gambaran
kehilangan nafsu makan, mual, muntah, panas, sakit perut dan ikterus.
Patofisiologi (2)
Pada hati manusia merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB)
mula – mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami
penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma virus Hepatitis B (VHB)
melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjuntnya nukleokapsid akan
menembus dinding sel hati. Di dalam asam nukleat virus Hepatitis B (VHB) akan keluar dari
nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hopses dan berintegrasi pada DNA tersebut.
Selanjutnya DNA virus hepatitis B (VHB) memerintahkan sel hati untuk membentuk protein
bagi virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan
hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Gambaran
patologis hepatitis akut tipe A, B, Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan
akut di seluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel – sel hati dengan
histosit (Aguslina, 1997).
Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B dan non A dan B adalah
identik pada proses pembuatan billiburin dan urobulin. Penghancuran eritrosit
dihancurkan dan melepaskan Fe + Globulin + billiburin. Pengahancuran eritrosit
terjadi di limpa, hati, sum – sum tulang belakang dan jaringan limpoid.
a. Billiburin I
11
Hasil penelitian eritrosit di lien adalah billiburin I atau billiburin indirect.
Billiburin I masih terkait dengan protein. Di hati billiburin I dipisahkan protein
dan atas pengaruh enzim hati, billiburin I menjadi billiburin II atau
hepatobilliburin.
b. Billiburin II
Billiburin dikumpulkan didalam vesica falea (kandung empedu) dan dialirkan
ke usus melalui ductus choleducutus. Billiburin yang keluar dari vesica falea
masuk ke usus diubah menjadi stercobilin, kemudian keluar bersama feces lalu
sebagian masuk ke ginjal, sehingga disebut urobillinogen. Bila billiburin terlalu
banyak dalam darah akan terjadi perubahan pada kulit dan selaput lendir
kemudian kelihatan menguning sehingga disebut ikterus (Tjokronegoro, 1999).
Diagnosis (2)
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda
virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk
diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan
HBV DNA.
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum
sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi
yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini
dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang
menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal.
Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi
antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak
12
diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa
selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-
kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan
timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh
tampak kuning. Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh
terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan
kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika
tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga,
jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Penularan(2)
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan
jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua
golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular.
Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B
kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara
horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk
jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta
hubungan seksual dengan penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor
akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-
13
lebih HIV/AIDS. Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari
hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang
sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah,
tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit ini.
Infeksi Hepatitis B Pada Ibu Hamil (2)
Merupakan masalah yang serius. Infeksi hepatitis B ditularkan melalui cara
horizontal yaitu melalui parenteral dengan terpapar darah, semen, sekresi vagina, saliva dan
vertikal ibu ke janin. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa cara yaitu melaui
plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, transmisi fekal-oral pada masa puerperium
atau permulaan partus, transmisi melalui laktasi.
Pengaruh Hepatitis Terhadap Janin/Neonatus(2)
3,5 % Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada
trimester ketiga atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi
pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat
persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental.
Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka
cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis
dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi,
60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi
kronik HBV, risiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%.
Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir
rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama
14
hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi
insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi,
hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.
Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan.
Hanya 30% penderita yang mengalami kuning, mual, muntah, dan nyeri perut kanan atas.
Oleh karena itu, diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah yang
spesifik untuk hepatitis B (HbsAg, anti-HBs) dan fungsi hati yaitu enzim SGOT dan SGPT.
Infeksi hepatitis B tidak menyebabkan kematian atau kecacatan pada janin. Namun infeksi
saat kehamilan kerap berkaitan dengan berat lahir rendah dan lahir prematur. Penularan ke
bayi lebih besar terjadi jika ibu terinfeksi pada trimester ke tiga, yaitu 10% pada trimester
pertama dan 60-90% pada trimester ketiga.
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di
terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan
vaksin hepatitis B.
Penanganan Kehamilan dan Persalinan Pada Ibu Pengidap VHB (3)
1. Pada infeksi akut VHB dan adanya hepatitis fulminan persalinan pervaginam
usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama dengan spesialis
penyakit dalam (spesialis hepatologi).
2. Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian HBIG
atau lamivudin pada 1-2 bulan sebelum persalinan. Mengenai hal ini masih ada
beberapa pendapat yang menyatakan lamivudin tidak ada pengaruh pada bayi, tetapi
ada yang masih mengkhawatirkan pengaruh teratogenik obat tersebut.
3. Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung lama, khususnya pada ibu dengan
HBsAg positif. Wong menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 9 jam, sedangkan
Surya menyatakan persalinan berlangsung lebih dari 16 jam, sudah meningkatkan
15
kemungkinan penularan VHB intrauterine. Persalinan pada ibu hamil dengan titer
VHB tinggi (3,5 pg/ml) atau HBsAg positif, lebih baik seksio sesarea. Demikian juga
jika persalinan yang lebih dari 16 jam pada pasien pengidap HBsAg positif.
4. Menyusui bayi tidak merupakan masalah. Pada penelitian telah dibuktikan bahwa
penularan melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari
pada penularan parenteral.
Pencegahan (3)
1. Kewaspadaan universal (universal precaution)
Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari pengidap. Vaksinasi
Hepatitis B bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting, terutama yang sering
terpapar dengan darah
2. Skrining HBsAg pada ibu hamil
Skrining HBsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana terdapat prevalensi
tinggi.
3. Imunisasi
Penularan dari ibu ke bayi sebagian besar dapat dicegah dengan imunisasi.
Pemerintah telah menaruh perhatian besar terhadap penularan vertical VHB dengan
membuat program pemberian vaksinasi hepatitis b bagi semua bayi yang lahir di
fasilitas pemerintah dengan dosis 5 mikrogram pada hari ke 0, umur 1, dan 6 bulan,
tanpa mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HBsAg positif atau tidak. Di
samping global imunisasi seperti disampaikan sebelumnya, selektif imunisasi
dilakukan pada bayi baru lahir dari ibu dengan HBsAg positif, yaitu dengan
pemberian hepatitis B Immunoglobulin (HBIG) + vaksin HB, vaksin mengandung pre
S2 atau pemakaian vaksin dengan dosis dewasa pada hari ke 0, 1 bulan, dan 2 bulan.
16
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan
penunjang, pasien ini didiagnosa kehamilan dengan hepatitis B.Tatalaksana pada pasien ini
meliputi nonmedikamentosa untuk mencegah replikasi virus dengan cara menjaga daya tahan
tubuh ibu agar memperkecil kemungkinan penularan ke janinnya dan pengobatan
medikamenrosa dengan memberikan vaksin HB dan HBIG pada janin, sedangkan pada
ibunya harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut untuk memutuskan dilakukan pengobatan
hepatitis B atau tidak.
17
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Infeksi Hepatitis Intai Wanita Hamil. Available at
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/hepatitis260608.htm. Accessed on
January 24th 2011.
2. Hepatitis B Untuk Wanita Hamil. http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-
prevention/infectious-diseases/virus/hepatitis/hepatitis-b/Hepatitis-B-To-Pregnant-
Women.htm. Accessed on January 24th 2011.
3. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Edisi IV. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta. 2008.p. 906-907.
DAFTAR PUSTAKAJames R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA
Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas
Padjajaran Bandung, 1993.Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana. Jakarta: EGC, 1998.Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad
martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.
18